16 Labu erlenmeyer ditutup dengan menggunakan kapas dan aluminium foil
untuk  selanjutnya  dimasukkan  ke  dalam  otoklaf  dan  disterilisasi  pada suhu  121
o
C  selama  15  menit.  Setelah  sterilisasi  selesai,  erlenmeyer dikeluarkan dari otoklaf untuk didinginkan pada suhu kamar.
Inokulasi  kultur  dilakukan  dengan  cara  memindahkan  kultur murni  khamir  Saccharomyces  cereviseae var.  ellipsoideus  dengan  jarum
ose secara aseptis ke dalam media yang telah disterilisasi, lalu erlenmeyer ditutup kembali. Inokulum diinkubasi pada suhu ruang 30
o
C serta diberi aerasi dan agitasi menggunakan shaker pada kecepatan 125 rpm.
2. Pemilihan Laju Aerasi dan Konsentrasi Substrat
Pada  penelitian  pertama  dilakukan  penentuan  nilai  laju pertumbuhan  maksimum  μ
maks
Sacharomycess  cereviseae  var. ellipsoides
pada  beberapa  laju  aerasi  dan  konsentrasi  total  gula.  Substrat fermentasi  berupa  hidrolisat  pati  sagu  sebanyak  400  ml  dimasukkan  ke
dalam  botol  dengan  konsentrasi  gula  yang  berbeda.  Nilai  pH  cairan substrat diatur pada pH 5. Kemudian media disterilisasi pada suhu 121
o
C selama  15  menit,  setelah  itu  media  didinginkan  hingga  30
o
C. Ditambahkan  amonium  sulfat  1  gl  dan  trace  element  1.  Selanjutnya
inokulum  sebanyak  10  volume  substrat  ditambahkan  pada  media. Fermentasi  berlangsung  secara  aerobik  pada  suhu  ruang  dengan  lama
fermentasi  24  jam.  Pengamatan  dilakukan  tiap  6  jam,  yang  meliputi analisa  biomassa,  total  gula  sisa,  dan  pH.  Analisa  kadar  etanol  dan
penghitungan  kinetika  fermentasi  dilakukan  di  akhir  fermentasi. Parameter kinetika fermentasi yang dihitung antara lain laju pertumbuhan
maksimum μ
maks
, Yxs, Yps, Ypx, dan efisiensi pemanfaatan substrat. Perhitungan nilai yield rendemen sebagai berikut :
Yxs = ∆X
Yps = ∆P
Ypx = ∆P
∆S ∆S
∆X
Perlakuan  yang  diterapkan  pada  penelitian  pendahuluan  ini  adalah perlakuan  konsentrasi  gula  yang  berbeda,  yaitu  18  bv,  24  bv,
17 30  bv,  dan  36  bv.  Serta  perlakuan  laju  alir  aerasi  yang  berbeda
yaitu 1 vvm dan 2 vvm. Konsentrasi total gula pada substrat diuji dengan uji total gula metode fenol, sedangkan laju aerasi diukur menggunakan
flow meter .
3.
Rekayasa Bioproses
Setelah  didapatkan  laju  alir  aerasi  dan  konsentrasi  yang  terbaik untuk  pertumbuhan  Sacharomycess  cereviseae  var.  ellipsoides  dari
penelitian pertama, kemudian pada penelitian lanjutan dilakukan rekayasa bioproses fermentasi berupa penghentian pemberian aerasi pada saat nilai
μ
maks
telah  dicapai.  Fermentasi  dilakukan  selama  24  jam  dengan pengamatan  setiap  6  jam.  Parameter  yang  diukur  terhadap  hasil
fermentasi meliputi analisa biomassa, total gula sisa, analisa kadar etanol dan  penghitungan  kinetika  fermentasi.  Metode  analisis  pada  tiap-tiap
parameter dapat dilihat pada Lampiran 5.
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PERSIAPAN FERMENTASI
Bahan  baku  pati  sagu  yang  digunakan  pada  penelitian  ini  mengandung kadar  pati  rata-rata  sebesar  84,83.  Pati  merupakan  polimer  senyawa  glukosa
yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu amilosa dan amilopektin. Pada saat dilarutkan  dalam  air,  pati  akan  terpisah  menjadi  dua  fraksi.  Fraksi  terlarut  yaitu
amilosa yang memiliki struktur lurus dan fraksi tak larut yaitu amilopektin yang memiliki struktur bercabang. Winarno, 1997. Sekitar sepertiga bagian dari pati
sagu  merupakan  amilosa  dan  sisanya  amilopektin.  Perbandingan  antara  amilosa dan  amilopektin  berpengaruh  pada  proses  likuifikasi.  Amilopektin  yang  tinggi
menyebabkan  pati  tahan  terhadap  hidrolisis  oleh  enzim  α-amylase  Zhang  dan Oates,  1999.  Sehingga  hal  ini  akan  berpengaruh  pada  jumlah  enzim  yang  akan
digunakan. Pati  sagu  harus  dihidrolisis  terlebih  dahulu  sebelum  digunakan  sebagai
substrat  dalam  fermentasi.  Hidrolisis  pati  sagu  dilakukan  dengan  metode enzimatis  karena  hidrolisis  menggunakan  enzim  menghasilkan  rendemen  yang
lebih  tinggi  dan  mutu  yang  lebih  baik  dibandingkan  hidrolisis  menggunakan asam  Tjokroadikoesomo,  1986.  Pada  proses  hidrolisis  secara  enzimatis  ikatan
pati  dipotong  sesuai  dengan  jenis  enzim  yang  digunakan,  sedangkan  apabila menggunakan asam pemotongan dilakukan secara acak.
Hasil  yang  diperoleh  dengan  cara  hidrolisis  parsial  likuifikasi  yaitu dekstrin yang mengandung gula kompleks oligosakarida, disakarida, dan sedikit
gula  sederhana  monosakarida.  Sirup  hasil  hidrolisis  parsial  dari  pati  sagu  ini yang digunakan sebagai substrat sumber karbon pada produksi etanol.
Setelah proses hidrolisis, dekstrin dan sirup glukosa dianalisa kandungan total gulanya. Hasil pengukuran total gula ini digunakan untuk membuat substrat
sesuai  konsentrasi  total  gula  yang  diinginkan.  Substrat  yang  digunakan  dalam proses fermentasi adalah sirup dekstrin dari pati sagu dengan 4 taraf konsentrasi
total gula, yaitu 18 , 24 , 30  dan 36  bv.