Kadar etanol Kinetika Fermentasi

25 Efisiensi pemanfaatan substrat yang ditampilkan pada Gambar 10 nampak sejalan dengan pertumbuhan biomassa Gambar 5 serta jumlah etanol yang dihasilkan Gambar 11. Secara umum nilai efisiensi pemanfaatan substrat sirup dekstrin oleh Saccharomyces cerevisiae var. ellipsoideus masih rendah. Hal ini disebabkan karena gula yang terkandung dalam dekstrin masih berupa oligosakarida dan disakarida yang sukar dimetabolisme oleh khamir secara langsung.

4. Kadar etanol

Fermentasi etanol merupakan sebuah proses biologis dimana gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa diubah menjadi energi seluler serta produk sisa metabolisme berupa etanol dan karbon dioksida. Hasil pengukuran kadar etanol yang dihasilkan pada penelitian pertama ditampilkan pada Gambar 11. Gambar 11. Histogram kadar etanol penelitian pertama Kadar etanol pada fermentasi dengan laju aerasi 1vvm menunjukkan kecenderungan naik seiring dengan naiknya konsentrasi dekstrin yang digunakan. Pada fermentasi dengan laju aerasi 2vvm peningkatan konsentrasi substrat tidak terlalu berpengaruh terhadap peningkatan jumlah etanol yang dihasilkan. Dari data diatas juga dapat diketahui bahwa pemberian aerasi 5 10 15 20 25 18 24 30 36 E ta nol g l Total Gula bv 1 vvm 2 vvm 26 yang lebih besar dari 1vvm tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan jumlah etanol yang dihasilkan. Hal ini dapat disebabkan pada fermentasi dengan laju aerasi 2vvm kandungan oksigen dalam cairan fermentasi sangat tinggi, sehingga mengurangi kemampuan khamir untuk mengkonversi substrat menjadi etanol. Khamir dapat melakukan fermentasi yang merubah gula menjadi etanol pada kondisi lingkungan yang aerob, namun belum maksimal. Namun begitu hal ini membuktikan bahwa dekstrin dapat digunakan sebagai alternatif sumber karbon pada pembuatan etanol.

5. Kinetika Fermentasi

Sistem fermentasi yang digunakan pada penelitian ini adalah sistem batch tertutup. Kinetika fermentasi pada sistem batch dapat menggambarkan pertumbuhan khamir dan pembentukan produk dari khamir. Parameter kinetika fermentasi yang dihitung diantaranya laju pertumbuhan biomassa, rendemen substrat menjadi biomassa Yxs, rendemen substrat menjadi produk Yps, dan rendemen produk terhadap jumlah biomassa Ypx. Tabel 2. Nilai laju pertumbuhan spesifik maksimum μ maks pada fermentasi dengan laju aerasi 1vvm Konsentrasi Total Gula 18 24 30 36 μ maks jam -1 0,18 0,21 0,29 0,23 Dari data pada Tabel 2 diketahui bahwa nilai μ maks paling tinggi dihasilkan pada perlakuan fermentasi dengan konsentrasi total gula 30 dan telah dicapai pada jam ke-6. Hal ini sesuai dengan data pertumbuhan biomassa, yang pada jam ke-6 telah berada pada akhir fase eksponensial. Laju pertumbuhan spesifik dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien serta kondisi lingkungan hidup mikroorganisme seperti suhu, pH, dan ketersediaan oksigen. Kecepatan pertumbuhan mempengaruhi ukuran sel dan jumlah asam nukleat Fardiaz, 1988. Pada penelitian utama akan dilakukan penghentian aerasi yang dilakukan pada saat nilai μ maks telah tercapai atau saat 27 pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae var. ellipsoideus berada pada fase logaritmik, yaitu pada jam ke-6. Tabel 3. Rendemen bb hasil fermentasi dengan laju aerasi 1vvm 18 24 30 36 Yps 0,49 0,49 0,33 0,38 Yxs 0,11 0,08 0,07 0,06 Ypx 4,29 6,00 4,64 6,55 Δ ss 0,12 0,17 0,18 0,14 Dari data pada Tabel 3 diketahui bahwa nilai rendemen produk per substrat Yps pada fermentasi dengan konsentrasi gula rendah lebih tinggi dibandingkan nilai rendemen pada substrat dengan konsentrasi gula yang lebih tinggi, sedangkan untuk nilai rendemen biomassa per substrat Yxs semakin menurun seiring meningkatnya konsentrasi total gula pada substrat.

C. REKAYASA BIOPROSES