korelasi antara curah hujan sebagai output dan SST Niño 3.4 sebagai input untuk wilayah
ekuatorial lebih rendah dibandingkan dengan wilayah monsunal Aldrian dan Susanto, 2003,
sehingga dalam proses pembelajaran model yang menghubungkan kedua parameter tersebut
menghasilkan pola yang berbeda.
Menurut BMG Badan Meteorologi dan Geofisiska hari hujan adalah hari dengan
penerimaan hujan 0,5 mm dengan curah hujan rata-rata tahunan sangat bervariasi menurut
tempat.
Curah hujan di Indonesia tergolong tinggi yaitu lebih dari 2000 mmtahun. Akan
tetapi, seperti telah disebutkan di muka bahwa antara tempat yang satu dengan tempat yang lain
curah hujannya tidak sama. Daerah yang paling besar curah hujannya adalah daerah Baturaden di
lereng Gunung Slamet, dengan curah hujan sekitar 7069 mmtahun. Sedangkan kota Palu di
Sulawesi Tengah, merupakan daerah paling kering, dengan curah hujan sekitar 547
mmtahun.
2.4. Pola Tanam dan Kalender Tanam
Fluktuasi, frekuensi dan intensitas anomali iklim yang makin meningkat, sangat
nyata pengaruhnya terhadap produksi padi, sebagai akibat dari penurunan luas tanam, luas
panen, dan hasil pada saat terjadi anomali iklim. Anomali iklim berdampak juga terhadap
perubahan pola tanam, baik di lahan sawah irigasi maupun lahan tadah hujan Las, et al,
2007. 2.4.1. Pola Tanam Padi
Dewasa ini, sebagian besar areal tanam padi menggunakan pola tanam padi-padi dimana
pada musim tanam kedua sangat tergantung pada ketersediaan air irigasi. Misalnya anjuran pola
tanam disusun berdasarkan lamanya pendistribusian air pada saat terjadi kemarau
panjang, mulai dari periode 7 bulan hingga 11 bulan terakhir Balai Penelitian Padi, 2001.
Kekeringan yang terjadi pada musim tanam ke dua akan mengubah pola tanam dari padi-padi
menjadi padi-non padi sehingga akan mengakibatkan penurunan produksi beras, yang
pada gilirannya akan mengganggu kesinambungan stok pangan nasional.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, selama periode 1953-1992 35
tahun, curah hujan tahunan rata-rata di atas 1500 mm atau tahun basah terjadi 22 kali,
sedangkan curah hujan tahunan rata-rata di bawah 1mm terjadi 17 kali Balai Penelitian
Padi, 2001. Para petani bercocok tanam dua atau
tiga kali setahun tergantung pala pola curah hujan dan ketersediaan air irigasi pada daerah
bersangkutan. Tanaman yang paling penting adalah padi, yang membutuhkan waktu sekitar
100 hari dari awal tanam sampai pemanenan. Musim kedua kemungkinan padi lagi bila air
cukup memadai, kedelai atau kacang hijau, jagung, tembakau atau sayuran. Sedang musim
tanam ketiga hampir sepenuhnya tergantung pada air irigasi. Keterkaitan antara musim
dengan waktu tanam di Indonesia bagian timur dapat digolongkan menjadi; musim tanam
pertama dimulai dari bulan November-Februari, musim tanam kedua dari bulan Maret-Juni, dan
musim tanam ketiga dari bulan Juli-Oktober Yasin et al. 2002.
2.4.2. Kalender Tanam
Kalender tanam cropping calendar merupakan salah satu aspek pertanian yang
sering dipetakan orang untuk mengetahui waktu dan pola tanam di daerah tertentu selama
setahun. FAO telah mengembangkan kalender tanam tersebut di berbagai negara seperti di
Kosovo, Iraq, Arab Saudi dan sebagian wilayah di Afrika Wiliamson., 2001; Edirisinghe, 2004.
Secara tradisional, kalender tanam juga telah lama dikembangkan oleh petani Indonesia secara
turun-temurun. Masyarakat Jawa dan Bali menyebutnya Pranata Mangsa Sunda, Pranoto
Mongso Jawa dan Kerta Masa Bali. Istilah tersebut digunakan dalam merencanakan
budidaya pertanian sebagai kearifan lokal indigenous knowledge sebagai penentuan atau
patokan untuk bercocok tanam.
Kalender tanam tersebut memberikan informasi komoditas yang biasa tumbuh pada
suatu wilayah dan pada saat mana tanah diberakan bare soil, persiapan lahan, masa
vegetatif, masa generatif, serta panen selama setahun. Dengan kalender dapat terlihat bahwa
tanaman yang tergantung air hujan rained crops
akan tumbuh terutama selama bulan basah dari November sampai April tahun berikutnya.
2.5. Gambaran umum Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat
Kabupaten Pesisir Selatan terletak di provinsi Sumatra Barat. Ibu kotanya berada di
Painan. Kabupaten ini secara geografis terletak antara 59
o
LS- 228,6 LS dan 19
o
BT – 101,18
o
BT. Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan di sebelah utara berbatasan dengan Kota Padang,
3
sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok Selatan dan Jambi sedangkan sebelah
barat berbatasan dengan Samudera Indonesia dan sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi
Bengkulu.
Luas wilayah Kabupaten Pesisir Selatan 5.749,89 Km2 yang terbagi menjadi sepuluh
kecamatan. Sektor Pertanian khususnya tanaman pangan menjadi penggerak utama kehidupan. Di
sektor pangan khususnya padi yang terdapat Kecamatan Pancung Soal, Sutera, dan Bayang,
menyumbang 19,17 persen dari total kegiatan perekonomian. Selain untuk kebutuhan lokal,
beras Pesisir Selatan juga dipasarkan ke Padang, Solok, Payakumbuh, Pekanbaru, Bengkulu, dan
Jambi.
Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan bergunung dan berbukit-bukit dengan tinggi dari
permukaan laut berkisar antar 0-1000 meter. Suhu udara pada siang hari berkisar antara 23ºC-
32ºC dan 22ºC-28ºC pada malam hari. 2.6. Gambaran Umum Kabupaten Karawang,
Jawa Barat
Secara geografis wilayah Kabupaten Karawang termasuk daerah dataran yang relative rendah,
mempunyai variasi ketinggian wilayah antara 0 - 1.279 meter di atas permukaan laut dengan
kemiringan wilayah 0 - 2 , 2 - 15 , 15 - 40 dan diatas 40 . Luas wilayah Kabupaten
Karawang 1.753,27 Km2 atau 175.327 Ha, 3,73 dari luas Propinsi Jawa Barat. Kabupaten
Karawang sebagian besar berbentuk daratan yang relatif rata dengan variasi antara 0 - 5 meter
diatas permukaan laut. Hanya sebagian kecil wilayah yang bergelombang dan berbukit-bukit
dengan ketinggian antara 0 - 1.200 meter permukaan laut.
Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh kondisi iklim, keadaan orografi
dan perputaran pertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan sangat beragam
menurut bulan. Catatan rata-rata curah hujan di Kabupaten Karawang selama tahun 2006
mencapai 1.722 mm dengan rata-rata curah hujan per bulan sebesar 108 mm, lebih rendah jika
dibandingkan dengan rata-rata curah hujan pada tahun 2005 yang mencapai 2.534 mm dengan
rata-rata curah hujan per bulannya mencapai 127 mm Pada tahun 2006 rata-rata curah hujan
tertinggi di Kecamatan Pangkalan yaitu mencapai 272 mm per bulan dan yang terendah
terjadi di Kecamatan Talagasari yaitu hanya 51 mm. Sesuai dengan bentuk morfologinya,
Kabupaten Karawang terdiri dari dataran rendah yang mempunyai temperature udara rata-rata 27
°C dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66 dan kelembaban nisbi
80 . Kabupaten Karawang dialiri oleh dua
sungai besar yaitu sungai Citarum dan Sungai Cilamaya yang merupakan sumber air utama.
Aliran sungai yang melandai ke utara arah Sungai Citarum merupakan pemisah antara
Kabupaten Karawang dengan Kabupaten Bekasi sedangkan Sungai Cilamaya merupakan batas
wilayah dengan Kabupaten Subang , selain itu terdapat pula tiga buah saluran irigasi yang besar
yaitu Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum Tengah dan Saluran Induk Tarum Barat
yang dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak, industri, Pembangkit Tenaga Listrik dan
kebutuhan penduduk baik langsung maupun melalui PDAM.
III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrometeorologi Departemen
Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB antara bulan April sampai dengan bulan November
2008.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan dan peralatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini,
yaitu: 1 Data iklim dan curah hujan harian stasiun
otomatis yang dikelola Balitklimat, stasiun manual Badan Litbang PertanianBMG, dan
instansi lain yang mengelola data iklim dan curah hujan tingkat kecamatan series
selama 17 tahun.
2 Data Nino 3.4 SST dan DMI series selama 17 tahun
3 Data series penggunaan lahan 4 Peta-peta pendukung meliputi peta
administrasi, peta topografi, peta rupa bumi, peta penyebaran stasiun iklim dan hujan dan
peta pendukung lainnya. 5 Seperangkat komputer dan piranti lunak
seperti Micosoft Word, Minitab, Microsoft Excel.
3.3. Metode 3.3.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data iklim dan curah hujan dari instansi terkait seperti Balitklimat,
BMG, PSDAPU serta Dinas Pertanian untuk mengetahui kondisi curah hujan. Pengumpulan
data luas tanam, luas lahan, penggunaan lahan,
4