Tabel 3. Onset Musim Tanam I Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan Kalender Tanam Sumber : Badan Litbang Pertanian, 2008
No KECAMATAN
Luas Baku sawah ha Onset
1 Basa IV Balai Tapan
2.551 Sepanjang Tahun
2 Batang Kapas
2.089 Sepanjang Tahun
3 Bayang 3.738
Sepanjang Tahun
4 IV
Nagari Bayang 1.254 Juni
IIIII 5
Koto XI Terusan 2.292
Sepanjang Tahun 6 Lengayang
3.528 Sepanjang Tahun
7 Lunang Silaut
2.095 Sepanjang Tahun
8 Pancung Soal
4.112 Sepanjang Tahun
9 Ranah Pesisir
3.415 Sepanjang Tahun
10 Sutera 3.090
Sepanjang Tahun
Meskipun secara keseluruhan hubungan antara iklim regional baik IOD
maupun ENSO dengan luas tanam tidak nyata, tetapi saat memasuki SON pada daerah yang
terpengaruh oleh kedua fenomena tersebut, kenaikan anomalinya diikuti dengan penurunan
luas tanam. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar petani lebih memilih menghindari
resiko menanam pada saat terjadi penurunan curah hujan pada periode tersebut sehingga
terjadi perbedaan puncak tanam antara wilayah yang terkena dampak IOD dan ENSO dengan
yang tidak terkena dampak. Pada wilayah yang tidak terkena dampak, puncak tanam terjadi pada
bulan Oktober sedangkan pada wilayah yang terkena dampak iklim regional tersebut terjadi
pada bulan Desember Gambar 3.3
-2 -1.5
-1 -0.5
0.5 1
1.5 2
2.5
sep oct
nov dec
jan feb
mar apr
may jun
jul aug
Bulan A
nom a
li
LT_Kena LT_Tidak
DMI ENSO
Gambar 3.
Fluktusi IOD, ENSO dan Luas Tanam Padi Sawah di Kabupaten
Pesisir Selatan
4.2.Curah Hujan di Wilayah Monsunal Berbeda dengan tipe curah hujan
equatorial, tipe curah hujan monsunal mempunyai perbedaan yang sangat jelas antara
musim hujan dan kemarau. Kabupaten Karawang termasuk dalam wilayah tipe curah hujan
monsunal. Curah hujan di wilayah tersebut meningkat memasuki bulan September dan
mencapai puncaknya pada bulan Januari. Sedangkan curah hujan minimum terjadi pada
bulan Juni, Juli dan terendah pada bulan Agustus. Sedangkan anomali di Karawang tidak
berlangsung panjang seperti daerah Pesisir Selatan, yaitu hanya saat memasuki musim
kemarau dari bulan Mei hingga Oktober.
4.2.1. Distribusi Stasiun yang Dipengaruhi oleh ENSO dan IOD di Kabupaten
Karawang Kabupaten Karawang berbeda dengan
Pesisir Selatan. Telah diketahui bahwa tipe curah hujan Kabupaten Karawang tipe curah hujan
monsunal sedangkan Pesisir Selatan memiliki tipe curah hujan equatorial. Kabupaten
Karawang memiliki 28 buah stasiun dan berdasarkan analisis koefisien korelasi yang
dilakukan pada musim DJF, MAM, dan JJA tidak berpengaruh nyata sehingga Kabupaten
Karawang tidak terkena dampak pada musim DJF, MAM, dan JJA. Sedangkan pada musim
SON semua stasiun yang ada menghasilkan korelasi yang nyata sehingga seluruh stasiun
yang ada di Kabupaten Karawang terkena dampak iklim regional pada musim SON.
8
Karaw ang
50 100
150 200
250 300
350
Ja n
Fe b
Ma r
Ap r
Ma y
Ju n
Ju l
Au g
Se p
Oc t
No v
De c
B u l a n C
u ra
h H u
ja n
m m
CH rata-rata = 113mmbulan
Gambar 4. Fluktuasi Curah Hujan di Kabupaten Karawang
Curah hujan di Kabupaten Karawang relatif signifikan antara yang maksimal dan
minimal. Curah hujan Karawang mencapai minimal pada bulan Agusutus sedangkan
mencapai maksimal pada bulan Januari. Sehingga dari bulan September curah hujan naik
hingga Januari dan mulai turun pada bulan Februari dan mencapai titik minimal pada bulan
Agustus.
Karaw ang
-150 -100
-50 50
100 150
200
Jan Fe b
Ma r
Ap r
M ay
Ju n
Jul A
ug Se
p O
ct No
v D
ec
B u l a n Cu
rah H
u ja
n m
m
Gambar 5. Fluktuasi anomali Curah hujan di Kabupaten Karawang
4.2.2. Dinamika Waktu Tanam dan Luas Tanam di Kabupaten Karawang.
Karakteristik pola tanam di kabupaten Karawang sangat berbeda dengan Pesisir
Selatan, ini dikarenakan keadaan geografis dan pola curah hujan yang berbeda.
Berdasarkan Peta Kalender Tanam, puncak onset di Jawa Barat pada umumnya
terjadi pada September IIIOktober I dengan pola tanam yang dapat dikembangkan Padi-Padi-Padi
Las et, al 2007. Namun karena pengaruh iklim regional pada beberapa wilayah mengalami
pergeseran puncak onset berupa pengunduran waktu tanam beberapa dasarian. Di Karawang,
sangat terlihat jelas pengunduran saat tanam terjadi pada tingkat korelasi yang berbeda akibat
pengaruh IOD di SON. Pada tingkat korelasi yang rendah r
≥ -0.4 sekitar 18 kecamatan di Karawang, puncak onset terjadi pada Oktober
IIIII hal tersebut berarti mundur dua dasarian. Pada tingkat korelasi yang sedang -0.4 r -
0.5 puncak onset semakin mundur dua dasarian menjadi November III, tetapi prosentase
berkurang menjadi 14. Dan pergeseran puncak onset terjauh hingga enam dasarian terjadi pada
korelasi tinggi
≥ -0.5 meskipun hanya 7 kecamatan saja Gambar 3.6. Selanjutnya
anomali ENSO di Karawang hanya berkorelasi rendah dan sedang. Kedua tingkat korelasi
tersebut mengakibatkan kemunduran puncak onset empat dasarian pada November III,
masing-masing 25 dan 20 kecamatan di Karawang Gambar 3.7. Pada periode
pengunduran puncak onset tersebut pola tanam yang dapat dikembangkan adalah Padi-Padi-
Palawija.
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
SepIIIOktI OktIIIII
NovIII NovIIIDesI
DesIIIII JanIIII
Onset D
ist ri
b u
si K ec
am at
an r
≥-0.4 -0.4 r -0.5
r ≤ -0.5
IOD di Karawang
Gambar 6. Distribusi Waktu Tanam Padi Sawah Kabupaten Karawang yang
dipengaruhi IOD. Periode SON.
5 10
15 20
25 30
SepIIIOktI OktIIIII
NovIII NovIIIDesI
DesIIIII JanIIII
Onset D
is tr
ib u
si K e
ca m
at an
r ≥-0.4
-0.4 r -0.5 r
≤ -0.5 ENSO di Karawang
Gambar 7. Distribusi Waktu Tanam Padi Sawah Kabupaten Karawang yang
dipengaruhi ENSO. Periode SON. Disamping waktu tanam, anomali iklim
regional berpengaruh pula terhadap luas tanam di Kabupaten Karawang. Seperti halnya terhadap
waktu tanam, hasil analisis koefisien korelasi dikelompokkan menjadi 3 yaitu kecamatan
dengan tingkat korelasi rendah r
≥ -0,4, kecamatan dengan tingkat korelasi sedang -0,4
r -0,5, dan kecamatan dengan tingkat korelasi tinggi r -0,5. Pengelompokkan ini
9
disebabkan semua kecamatan pada periode SON terkena dampak ENSO dan IOD.
Dari Gambar 3.8 yang menunjukkan fluktuasi IOD dan Luas Tanam Padi Sawah
dapat dilihat bahwa penurunan luas tanam bersamaan dengan peningkatan anomali IOD
pada wilayah-wilayah yang berkorelasi rendah, sedang maupun tinggi dengan anomali tersebut.
Peningkatan IOD pada bersamaan dengan penurunan luas panen pada Juli - Oktober dan
Januari – Maret. Penurunan luas tanam pada Juli - Oktober lebih tinggi dibandingkan dengan
Januari - Maret.
Anomali ENSO mulai meningkat memasuki bulan Juni hingga Oktober Gambar
3.9, akibatnya luas tanam menurun pada periode tersebut baik pada wilayah yang berkorelasi
rendah maupun sedang. Tidak ada perbedaan yang tegas antara wilayah yang berkorelasi
rendah maupun sedang.
Tabel 4. Nilai Koefisien Korelasi Anomali Curah Hujan dengan Anomali IOD dan
ENSO setiap musim di Kabupaten Karawang.
DJF MAM JJA SON No
Stasiun DMI
Nino 3.4 DMI
Nino 3.4 DMI
Nino 3.4 DMI
Nino 3.4 1 Batujaya
-0,046 -0,084 -0,032 0,11
-0,323 -0,277 -0,371
-0,382
2 Ceuplik -0,127
0,086 0,178
0,42 -0,223
-0,042 -0,479
-0,433
3 Cibadar -0,118 -0,072
-0,068 0,126
-0,083 -0,13
-0,37 -0,389
4 Cibuaya -0,031 -0,084
-0,265 0,169 -0,304 -0,143
-0,452 -0,332
5 Cikampek -0,064 0,05
0,107 0,36 -0,24
-0,198 -0,377
-0,384
6 Cilamaya -0,008 -0,126
-0,054 0,054 -0,224 -0,214
-0,38 -0,39
7 Ciracas -0,091 0,058
-0,007 0,296 -0,335 -0,312
-0,463 -0,399
8 Curug -0,166 -0,058
-0,232 0,372 -0,246 -0,014
-0,340 -0,340
9 Dawuhan
-0,055 -0,024 -0,109 0,05
-0,335 -0,007 -0,340
-0,340
10 Gebangmalang -0,151 -0,12 0,104 0,001
-0,335 -0,335
-0,366 -0,41
11 Gempol lor
-0,006 -0,099 0,109 -0,08
-0,335 -0,335 -0,340
-0,340
12 Gempolhaji -0,168 -0,234
-0,149 0,186 -0,31 -0,261
-0,513 -0,398
13 Karawang -0,054 -0,064
-0,128 -0,061 -0,331 -0,164
-0,457 -0,335
14 Leuweung Seureuh
-0,112 -0,002 -0,027 0,115
-0,335 -0,125 -0,542
-0,406
15 Pagadungan -0,039 -0,103
-0,05 0,183 -0,294 -0,181
-0,514 -0,477
16 Pasirukeum
-0,021 -0,228 0,136 0,192
-0,248 -0,218 -0,355
-0,340
17 Pedes -0,128 0,014
0,212 -0,019 -0,153 -0,084
-0,340 -0,340
18 Pedes Tut
-0,213 -0,132 -0,007 0,209
-0,301 -0,288 -0,473
-0,340
19 Pendeuy -0,007 -0,021
0,087 0,076 -0,054 -0,205
-0,340 -0,340
20 Petaruman -0,113 -0,147
0,196 0,074 -0,309 -0,119
-0,340 -0,340
21 Plawad -0,023 -0,155
-0,029 0,058 -0,273 -0,263
-0,340 -0,340
22 Pondokbalas -0,104 -0,181
-0,242 -0,161 -0,335 -0,335
-0,514 -0,43
23 Rawagempol
-0,263 -0,304 -0,104 0,196
-0,313 -0,304 -0,439
-0,423
24 Rawamerta
-0,056 -0,196 -0,003 -0,167
-0,159 -0,161 -0,427
-0,448
25 Rengas dengk
-0,066 -0,182 -0,033 -0,054
-0,302 -0,18 -0,513
-0,486
26 Talenpase -0,162 -0,277
0,004 0,01 -0,285 -0,335 -0,4
-0,425
27 Telukbuyung -0,05 -0,09
-0,04 0,356
-0,335 -0,314
-0,340 -0,340
28 Tempuran -0,123 -0,099
0,104 -0,096 -0,128 -0,103
-0,340 -0,340
-1,5 -1
-0,5 0,5
1 1,5
2 2,5
3
sep oct
nov dec
jan feb
mar apr
may jun
jul aug
Bulan Ano
m a
li
r ≥ -0.4
-0.4 ≥ r ≥ -0.5
≤ -0.5 DMI
Gambar 8. Fluktusi IOD dan Luas Tanam Padi Sawah di Kabupaten Karawang.
-1,5 -1
-0,5 0,5
1 1,5
2 2,5
3
sep oct
nov dec
jan feb
mar apr
may jun
jul aug
Bulan Ano
m a
li
r ≥ -0.4
-0.4 ≥ r ≥ -0.5
ENSO
Gambar 9. Fluktusi ENSO dan Luas Tanam Padi Sawah di Kabupaten Karawang.
Dari Tabel 5, dapat diperoleh informasi yaitu Kabupaten Karawang berdasarkan data
eksisting yang diambil dari kalender tanam mempunyai waktu onset yang beraneka ragam.
Sehingga, kabupaten Karawang mempunyai waktu onset yang berkisar antara SepIIIOktI
hingga NovIIIDesI. Kabanyakan dari 28 kecamatan yang ada di Karawang mempunyai
waktu onset antara OktIIIII dan NovIII. Namun, pada umumnya berdasarkan kalender
tanam pulau Jawa secara keseluruhan mempunyai waktu oset SepIIIOktI.
10
Tabel 5. Kalender Tanam Kabupaten Karawang Balitklimat, 2007
No Kecamatan
Luas Baku Sawah ha Onset
1 Banyusari
3814 NovIIIDesI
2 Batujaya
4931 NovIIIDesI
3 Ciampel
617 Nov III
4 Cibuaya
3833 NovIIIDesI
5 Cikampek
492 Okt IIIII
6 Cilamaya
4835 SepIIIOktI
7 Cilebar
4859 SepIIIOktI
8 Jatisari
3261 Okt IIIII
9 Jayakerta
3571 Nov III
10 Karawang Barat
2233 Nov III
11 Karawang Timur
1875 Nov III
12 Klari
1491 Okt IIIII
13 Kotobaru
1409 Nov III
14 Kutawaluya
5345 NovIIIDesI
15 Lemahabang
3795 Nov III
16 Majalaya
2233 Nov III
17 Pakisjaya
3166 NovIIIDesI
18 Pangkalan
2341 Okt IIIII
19 Pedes
5073 SepIIIOktI
20 Purwosari
1556 SepIIIOktI
21 Rawamerta
4192 Nov III
22 Rengasdengklok
2026 Okt IIIII
23 Talagasari
3900 Nov III
24 Tegalwaru
1912 Okt IIIII
25 Telukjambe
2033 Okt IIIII
26 Tempuran
4372 NovIIIDesI
27 Tirtajaya
5655 NovIIIDesI
28 Tirtamulya
2521 Nov III
V. KESIMPULAN DAN SARAN