I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang termasuk ke dalam
kelompok rempah tidak bersubstitusi dan mempunyai banyak manfaat. Di Indonesia,
bawang merah dibudidayakan oleh petani di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi.
Produksi bawang merah terbesar tahun 2010 terdapat di Jawa Tengah, yakni 506.357
tontahun, menyusul kemudian Bali dan Nusa Tenggara Barat, sedangkan kontribusi
produksi dari propinsi lain relatif sedikit. Kabupaten Brebes adalah salah satu daerah
di Jawa Tengah yang menjadi sentra produksi
bawang merah
terbesar di
Indonesia, yaitu mencapai 412.812 ton pada tahun 2010 BPS Kabupaten Brebes 2011.
Dalam usaha budidaya tanaman tidak akan terlepas dari masalah serangan OPT
Organisme Pengganggu Tanaman yang meliputi hama, penyakit dan gulma. Adanya
serangan OPT ini dapat menyebabkan penurunan hasil panen bahkan sampai
menyebabkan gagal panen. Pada Agustus 2004, diketahui sekitar 203 ha tanaman
bawang merah di sembilan kecamatan di Brebes gagal panen karena terserang ulat
grayak. Pada penanaman bawang merah sepanjang 2008, dilaporkan 162 ha terserang
cendawan Fusarium. Menurut Kalshoven 1981, hama penting pada tanaman bawang
merah
adalah Spodoptera
exigua Lepidoptera: noctuidae, Thrips tabaci
Thysanoptera: Thripidae serta Agrotis ipsilon
Lepidoptera: Noctuidae.
Permasalahan penyakit bawang merah yang umum ditemukan di lapang adalah penyakit
bercak ungu Altenaria porri, antraknos Colletotricum
gloeosporioides, bercak
daun cescospora Cercospora duddiae, busuk daun Peronospora destructor,
penyakit layu atau busuk umbi Fusarium oxysporum Semangun 2007.
Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor
cuaca. Cuaca merupakan salah satu faktor abiotik yang mempengaruhi kehidupan suatu
organisme, di antaranya dapat berpengaruh terhadap
biologi maupun
perilaku kehidupannya. Hama maupun penyakit yang
sebelumnya dianggap sebagai hama atau penyakit minor dapat berubah menjadi hama
atau penyakit penting jika kondisi faktor iklim dan faktor lainnya menunjang. Status
dan dominasi jenis organisme pengganggu tanaman OPT telah berubah dengan
adanya perubahan iklim Wiyono 2007. Oleh karena itu maka penelitian
mengenai analisis faktor iklim untuk prediksi serangan hama pada tanaman
bawang merah dengan memperhatikan populasi musuh alami perlu dilakukan dan
selanjutnya
dapat digunakan
sebagai antisipasi
dan persiapan
dalam pengendaliannya.
1.2 Tujuan
Penelitian ini
bertujuan untuk
menganalisis kondisi
cuaca yang
berhubungan dengan perubahan intensitas serangan Organisme Pengganggu Tanaman
OPT pada tanaman bawang merah di Brebes dengan memperhatikan faktor musuh
alami.
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Merah
Bawang merah
adalah tanaman
semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman ini mempunyai akar serabut,
dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang
bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan
membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun
yang membesar dan bersatu Rukmana 1994.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida Ordo : Asparagales
Famili : Alliaceae Genus : Allium
Spesies : A. ascalonicum Nama binomial
Allium ascalonicum L. Pitojo 2003 Tanaman bawang merah dapat ditanam
di dataran rendah maupun dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0
– 1.000 m di atas permukaan laut dpl. Meskipun demikian,
ketinggian optimalnya adalah 0 – 400 m dpl.
Secara umum, tanah yang tepat ditanami bawang merah ialah tanah yang bertekstur
remah, sedang sampai liat, berdrainase baik, memiliki bahan organik yang cukup, dan
pH-nya antara 5,6
– 6,5 Wibowo 2001. Bawang merah paling baik ditanam
pada daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah suhu
antara 25
o
– 32
o
C. Kondisi suhu yang
paling baik jika rata-rata tahunannya 30
o
C Wibowo 2001. Tanaman bawang merah
sangat rentan terhadap curah hujan tinggi. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan
tanaman bawang merah adalah antara 300 mm
– 2.500 mmtahun. Kelembaban udara nisbi yang sesuai adalah antara 80
–90.
2.2 Organisme Pengganggu Tanaman OPT Bawang Merah
Organisme Pengganggu
Tanaman OPT adalah semua organisme yang dapat
merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan
kematian pada
tanaman hortikultura, yang di dalamnya terdiri atas
hama, penyakit,
dan gulma.
Hama merupakan hewan yang merugikan, maka
serangga hama
didefinisikan sebagai
serangga yang mengganggu dan atau merusak tanaman baik secara ekonomis atau
estetis. Pada ekosistem alami, makanan serangga terbatas dan musuh alami berperan
aktif, sehingga populasi serangga rendah. Sebaliknya
pada ekosistem
pertanian, terutama
yang monokultur
makanan serangga relatif tidak terbatas sehingga
populasi bertambah dengan cepat tanpa dapat diimbangi oleh musuh alaminya
Susniahti et al. 2005.
Hama dan penyakit pada tanaman bawang merah dapat menyerang mulai dari
akar, umbi, batang, daun, dan bahkan ujung daun. Bukan hanya menyerang pada saat
tanaman berada di lahan, tetapi hama maupun penyakit juga dapat menyerang
hingga di tempat penyimpanan Tabel 1. 2.3 Ulat Bawang
Spodoptera exigua
Hama yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah hama ulat daun yang
memiliki nama latin Spodopetra exigua. Hama ini ditemukan hampir di seluruh
sentra produksi bawang merah. Kerusakan yang ditimbulkan bervariasi dari 3,8
sampai
100 tergantung
pengelolaan budidaya bawang merah Nurjanani dan
Ramlan 2008. Serangan hama biasanya terjadi
pada daerah
dataran rendah
Nurjanani 2011. Tanaman bawang merah sering
terserang ulat
bawang jenis
Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perutkalung hitam di leher.
Gambar 1 Siklus hidup Spodoptera exigua Sumber: Samsudin 2011
Tabel 1 Organisme pengganggu tanaman OPT bawang merah Stadia
tanaman Hama
Penyakit Tanaman
muda 1-4 MST
1. Orong-orong Gryllotalpa spp. 1. Layu Fusarium Fusarium
Oxysporum 2. Ulat bawang Spodoptera exigua
3. Ulat grayak Spodoptera litura 4. Lalat Penggorok daun Liriomyza
chinensis Tanaman tua
5-9 MST 1. Thrips Thrips tabaci
1. Bercak ungu Alternaria porn 2. Ulat bawang S. exigua
2. Downy mildew Peronospora destruktor
3. Lalat penggorok daun L. Chinensis
3. Bercak daun cercospora Cercospora duddiae
4. Antraknose Colletotrichum gloeosporiodies
5. Layu Fusarium F. Oxysporum 6. Nematoda Dytylenchus dissaci,
Helicotylenchus retusus Sumber : Soetiarso 2010
Keterangan : MST : Minggu Setelah Tanam
Telur ulat bawang diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah
secara berkelompok, telur dilapisi benang- benang putih seperti kapas. Menurut
Mossler et al. 2007 setiap serangga betina bisa menghasilkan sekitar 600 telur sekitar
80 telur dalam setiap kelompok atau massa telur. Telur akan menetas dalam waktu 5
– 7 hari pada kondisi normal. Larva akan
tinggal didalam daun dan memakan dari dalam. Lama hidup larva 10 hari. Pupa
dibentuk pada permukaan tanah, berwarna coklat terang dengan ukuran 15-20 mm.
Lama hidup pupa antara 6-7 hari Fye dan Mc.Ada 1972 dalam Soetiarso 2010. Siklus
hidup telur sampai imago adalah 4 sampai 5 minggu Mossler et al. 2007.
Tahap kepompong memiliki waktu kelangsungan hidup terpanjang setelah
paparan suhu rendah. Waktu kelangsungan hidup fase telur pada suhu rendah lebih
pendek daripada fase pupa, sehingga fase pupa S. exigua merupakan fase yang paling
mudah beradaptasi pada suhu rendah Zheng et al. 2011. Dimulai dari ujung daun, ulat
memakan jaringan tanaman bagian dalam, sehingga yang tertinggal hanya jaringan
epidermisnya
saja. Daun
berwarna kecoklatan dan pada tahap selanjutnya daun
akan mati dan akhirnya tanaman juga akan mati.
2.4 Lalat Pengorok Daun Liriomyza sp.