Intensitas Serangan Metode Penelitian .1 Persiapan data

3.3.2 Intensitas Serangan

Intensitas serangan adalah derajat serangan atau derajat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh OPT yang dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif. Intensitas serangan secara kuantitatif dinyatakan dalam persen bagian tanaman, tanaman, atau kelompok tanaman terserang. Intensitas serangan secara kualitatif dibagi menjadi empat kategori serangan yaitu ringan, sedang, berat, dan puso. Intensitas serangan daun dihitung menggunakan rumus Hunter et al. 1998 : Keterangan: I = Intensitas kerusakan n i = Jumlah tanaman dalam setiap kategori serangan v i = Nilai skala tiap kategori serangan pada tanaman contoh N = Jumlah tanaman yang diamati V = Nilai skala serangan tertinggi =5 Nilai skala kerusakan vi ditentukan sebagai berikut : v i = 0 : bila tidak ada gejala kerusakan v i = 1 : bila gejala kerusakan 1-20 v i = 2 : bila gejala kerusakan 21-40 v i = 3 : bila gejala kerusakan 41-60 v i = 4 : bila gejala kerusakan 61-80 v i = 5 : bila gejala kerusakan 81-100 Gambar 4 Skala kerusakan serangan hama Pengolahan data dimulai dengan menyajikan data secara visual ke dalam grafik dimana waktu pengamatan sebagai variabel independen dan intensitas serangan mingguan sebagai variabel dependen. 3.3.3 Perhitungan heat unit dan suhu dasar Penentuan heat unit dilakukan dengan rumus DH atau derajat hari WMO 1981 berikut ini : HU = nT a -T b , di mana HU : Heat unit atau satuan panas derajat hari HU n : Jumlah hari hasil studi pustaka yang diperlukan untuk menyelesaikan satu tahap pertumbuhan atau perkembangan serangga T a : Suhu lingkungan T b : Suhu dasar HU dan Tb dihitung berdasarkan informasi n dan Ta dari kajian pustaka. 3.3.4 Analisis data Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi bertatar stepwise regression untuk menduga hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yang akan dianalisis menggunakan Minitab 14. Regresi bertatar stepwise regression merupakan metode eliminasi untuk menyeleksi semua variabel dan secara bertahap mengurangi banyaknya variabel di dalam suatu persamaan. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi luas serangan OPT bawang merah di Brebes digunakan sebagai variabel independen meliputi intensitas serangan minggu sebelumnya, variabel cuaca suhu minimum, suhu maximum, curah hujan, kelembaban dan populasi musuh alami OPT bawang merah pada minggu saat pengamatan, seminggu sebelumnya n-1 sampai jeda waktu 4 minggu sebelumnya n-4 pada pengamatan hama Spodoptera exigua, sedangkan pada hama Liriomyza sp. dan Thrips tabaci sampai jeda waktu 3 minggu sebelumnya berdasarkan lama siklus hidup hama. Pada hama Spodoptera exigua, tanpa jeda waktu n menunjukkan fase hidup imago, n-1 fase pupa, n-2 larva, n-3 fase larva dan n-4 fase telur. Pada hama Liriomyza sp. dan Thrips tabaci, tanpa jeda waktu n menunjukkan fase hidup imago, n- 1 fase pupa, n-2 larva, fase n-3 fase telur. Informasi fase hidup hama diperoleh berdasarkan pustaka. Principal Component Regression PCR bertujuan untuk menyederhanakan peubah- peubah yang diamati dengan cara mereduksi dimensinya. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan korelasi di antara peubah melalui transformasi peubah asal ke peubah baru komponen utama yang tidak berkorelasi Gesperz 1995. Langkah- langkah dalam PCR meliputi: 1. Pembakuan peubah bebas asal yaitu X menjadi Z. 2. Pencarian akar ciri dan vektor ciri dari matriks R. 3. Penentuan persamaan komponen utama dari vektor ciri. 4. Regresi peubah respon Y terhadap skor komponen utama W. 5. Transformasi balik Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Y= + dimana: Y : Intensitas serangan OPT bawang merah di kabupaten Brebes : titik potong atau intersep : koefisien regresi berganda ke-i : unsur iklim IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Wilayah Kajian Brebes merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Terletak di sepanjang pantai utara Laut Jawa, memanjang ke selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Tegal, Sebelah timur berbatasan dengan Kota Tegal dan sebelah barat berbatasan dengan Kota Cirebon Jawa Barat. Terletak antara 6 o 44’ – 7 o 21’ LS dan antara 108 o 41’ – 109 o 11’ BT. Luas Wilayah Kabupaten Brebes adalah 1.661,17 Km 2 , tersebar di 17 Kecamatan dengan topografi 5 Kecamatan merupakan daerah pantai, 9 Kecamatan dataran rendah dan 3 Kecamatan dataran tinggi. Luas tanah menurut penggunaan dibagi menjadi tanah sawah dan tanah kering. Luas lahan sawah sebesar 63.343 ha 38,13 dan luas tanah kering sebesar 102.774 ha 61,9. Luas lahan sawah di Kabupaten Brebes sebagian berpengairan teknis 77,8 baik irigasi teknis, irigasi sederhana maupun irigasi desaPU, sedangkan sisanya 22,2 merupakan sawah tadah hujan BPS Kab. Brebes 2008. Gambar 5 Rata-rata suhu udara bulanan tahun 1991-2011 Secara umum suhu maksimum, suhu minimum dan suhu rata-rata bulanan wilayah Brebes mempunyai pola yang sama. Suhu rata-rata bulanan berkisar antara 26,5 o C sampai 27,9 o C. Suhu maksimum bulanan berkisar antara 30,3 o C sampai 32,3 o C. Suhu minimum bulanan berkisar antar 23 o C sampai 24,7 o C. Puncak suhu tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Februari. Pada saat memasuki musim hujan, suhu cenderung mengalamai penurunan yaitu pada bulan Nopember sampai Januari. Penurunan tersebut disebabkan oleh kurangnya intensitas penyinaran matahari karena sering terjadinya hujan. Gambar 6 Rata-rata curah hujan dan kelembaban bulanan tahun 1991- 2011 Pola hujan wilayah Brebes mengikuti pola hujan monsunal yaitu wilayah yang memiliki perbedaan yang jelas antar periode musim hujan dan periode musim kemarau. Musim hujan dimulai pada bulan Nopember sampai April dan musim kemarau dari Mei sampai Oktober. Berdasarkan BMKG, musim hujan ditandai dengan curah hujan yang terjadi dalam satu dasarian sebesar 50 mm atau lebih yang diikuti oleh dasarian berikutnya atau dalam satu bulan terjadi lebih dari 150 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari. Kelembaban udara Brebes berkisar antara 70 sampai 85. Kabupaten Brebes mengalami penurunan kelembaban pada bulan Mei sampai September dan mengalami kenaikan pada bulan Oktober sampai Desember. Pada saat musim hujan, kandungan uap air di udara lebih besar sehingga nilai kelembaban udara mengalami kenaikan. Kelembaban udara dipengaruhi 20,0 22,0 24,0 26,0 28,0 30,0 32,0 34,0 Jan Feb Mar Ap r Mei Ju n Ju l Ag u sep Ok t No p Des Su h u o C Bulan T max T min T rata-rata 50 55 60 65 70 75 80 85 90 50 100 150 200 250 300 350 400 Jan F eb M ar A p r M ei Ju n Ju l A g u sep Okt N o p D es R H C u rah h u jan m m Bulan Curah hujan RH oleh curah hujan dan angin. Semakin tinggi curah hujan maka semakin tinggi pula kelembaban udara karena kelembaban udara menunjukkan kondisi uap air di udara.

4.2 Intensitas Serangan