32
4. Analisis Deskriptif terhadap Preferensi Masyarakat
Untuk melihat sejauh mana preferensi masyarakat terhadap komoditas unggulan yang akan dikembangkan di Kabupaten Lampung Timur maka
dilakukan analisis deskriptif untuk melihat seberapa besar keterlibatan dan animo masyarakat dalam berusaha tani. Analisis dilakukan berdasarkan hasil wawancara
dengan stakeholders yang memiliki keterkaitan dengan sektor pertanian khususnya tanaman pangan. Jumlah responden yang ditetapkan melalui purposive
sampling sebanyak 45 orang dan tersebar di kecamatan sentra komoditas hasil
identifikasi awal. Hasil wawancara selanjutnya ditabulasikan sehingga akan didapat
persentase responden yang memilih suatu komoditas tanaman pangan tertentu. Selanjutnya komoditas diranking berdasarkan jumlah persentase responden yang
memilih komoditas tersebut mulai dari persentase terbesar untuk ranking 1 hingga persentase terkecil untuk ranking terendah.
5. Penetapan Komoditas Unggulan Tanaman Pangan
Penetapan komoditas unggulan dilakukan berdasarkan nilai urutan prioritas hasil analisa dari setiap komoditas dikalikan persentase bobot setiap alat analisa
yang digunakan. Untuk analisis preferensi masyarakat diberikan nilai 40, analisis permintaan 30, analisis LQ 20, dan analisis tren luas panen 10.
Urutan ditentukan berdasarkan jumlah persentase terkecil untuk ranking 1 hingga jumlah persentase terbesar untuk ranking terendah.
Analisis preferensi masyarakat diberikan persentase terbesar 40 dengan asumsi dalam berusaha tani tidak ada satu pihak pun, baik dari instansi pemerintah
maupun swasta yang bisa memaksa petani untuk mengusahakan komoditas tertentu yang akan dibudidayakan di lahan pertaniannya terkecuali atas
kemauannya sendiri. Analisis permintaan diberikan persentase 30 karena dalam analisis ini menggambarkan aspek sosial dan ekonomi yang terlibat didalamnya,
seperti pemenuhan kebutuhan pangan dan peluang pasar dari komoditas tanaman pangan.
33 Analisis LQ diberikan persentase 20 karena analisis ini memaparkan
mengenai keunggulan komparatif dan pola penyebaran dari setiap komoditas di setiap kecamatan di Kabupaten Lampung Timur, yang secara tidak langsung
hanya memberikan gambaran spasial mengenai wilayah-wilayah yang memiliki komoditas tanaman pangan tertentu sebagai sektor basis. Sedangkan analisis tren
luas panen diberikan persentase terkecil 10 setengah dari bobot analisis LQ karena data luas panen telah dijadikan dasar perhitungan LQ.
Analisis Kelas Kesesuaian Lahan
Analisis kesesuaian lahan dilakukan melalui evaluasi lahan setelah tiga komoditas unggulan tanaman pangan ditentukan. Inti evaluasi lahan adalah
membandingkan persyaratan yang diminta untuk tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan dengan sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan tersebut.
Kriteria kualitas lahan yang dijadikan parameter dalam penelitian ini berdasarkan kriteria Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat
2003 yang mencakup iklim, tanah, terrain meliputi lereng dan topografi, batuan di permukaan dan di dalam tanah, singkapan batuan, hidrologi, dan
persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman. Data untuk melakukan penilaian kelas kesesuaian lahan per satuan lahan ini berdasarkan data
kimia fisik tanah yang didapat dari hasil survei tanah Bappeda pada tahun 2006. Untuk mendapatkan posisi yang tepat dalam pewilayahan komoditas
unggulan berdasarkan potensi serta persyaratan yang dibutuhkan untuk sektor pertanian, maka pembuatan peta kesesuaian lahan dibuat dengan overlay serta
operasi-operasi Sistem Informasi Geografis SIG lainnya terhadap peta-peta tematik yang ada peta topografi, peta curah hujan, peta digital wilayah
administrasi kabupaten, peta bentuk lahan, peta lereng, peta tanah dan persyaratan
tumbuh tanaman
land requirements.
Kemudian arahan
pengembangan komoditas berdasarkan potensi fisik wilayah dilakukan dengan overlay
peta kesesuaian lahan dengan peta RTRW, peta penggunaan lahan terkini, dan peta jaringan jalan dan sungai.
34
Analisis Skalogram
Analisis skalogram digunakan untuk menentukan peringkat pemukiman atau wilayah dan kelembagaan atau fasilitas pelayanan. Asumsi yang digunakan adalah
wilayah yang memiliki ranking tertinggi adalah lokasi yang dapat dijadikan pusat pelayanan. Berdasarkan analisis ini dapat ditentukan prioritas pengadaan sarana
dan prasarana di setiap unit wilayah yang dianalisis. Indikator yang digunakan dalam analisis skalogram adalah jumlah penduduk, jumlah jenis, jumlah unit, serta
kualitas fasilitas pelayanan yang dimiliki masing-masing kecamatan.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam analisis pusat pelayanan dengan metode skalogram adalah:
1 setiap kecamatan disusun berurut berdasarkan peringkat jumlah penduduk;
2 setiap kecamatan disusun berurut berdasarkan jumlah jenis fasilitas yang
dimiliki; 3
fasilitas-fasilitas disusun berurut berdasarkan jumlah wilayah yang memiliki jenis fasilitas tersebut;
4 peringkat jenis fasilitas disusun berurut berdasarkan jumlah total unit fasilitas;
dan 5
peringkat kecamatan disusun urutannya berdasarkan jumlah total fasilitas yang dimiliki baik dari jumlah jenis maupun jumlah unit fasilitas pada masing-
masing wilayah tersebut. Penyusunan skalogram berdasarkan jumlah jenis dan unit fasilitas dapat
dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Format tabel analisis skalogram kabupaten X
No Unit kecamatan j
Jenis sarana pelayanan i Jumlah
jenis Jumlah
unit F
1
F
2
... F
i
... F
m
1 W
1
2 W
2
3 W
3
... ...
j W
j
... ...
N W
n
Jumlah kecamatan yang memiliki fasilitas
a
1
a
2
... a
i
... a
m
Total sarana ke-i b
1
b
2
... b
i
... b
m
35 Data yang digunakan berasal dari data Potensi Desa dan Lampung Timur
Dalam Angka 2006 yang dikeluarkan BPS Kabupaten Lampung Timur. Adapun jenis fasilitas-fasilitas yang dijadikan dasar perhitungan:
1 fasilitas peribadatan jumlah masjid, gereja protestan, gereja katolik, pura, dan
vihara; 2
fasilitas pendidikan jumlah SD, SMP, MI, MTs, Pondok PesantrenPP, SMA, MD, MA, dan SMK;
3 fasilitas kesehatan jumlah pondok bersalin desa, puskesmas pembantu,
puskesmas, polibalai pengobatan, rumah bersalin, toko obat, rumah sakit, dan apotek;
4 fasilitas perdagangan dan jasa jumlah bank, heller gabah, industri pembuatan
tempetahu, koperasi, ITTARA, industri chip singkong, industri pengeringan jagungolahan, dan pabrik mie; dan
5 fasilitas transportasi jumlah angkutan desa.
Selanjutnya dilakukan standarisasi dengan nilai minimum dan nilai standar deviasinya. Hierarki diurut berdasarkan akumulasi nilai indeks sentralitas dari
masing-masing kecamatan. Urutan teratas merupakan hierarki terbesar, dan seterusnya hingga urutan hierarki terkecil.
Nilai kisaran yang didapat dari hierarki ini adalah sebagai berikut: 1
hierarki I mempunyai nilai {2 x standar deviasi + nilai rataan}; 2
hierarki II mempunyai nilai antara nilai rataan dengan {2 x standar deviasi + nilai rataan};
3 hierarki III mempunyai nilai nilai rataan.
Proses Hirarki Analitik PHA
Untuk mengetahui isu sentral sebagai prioritas kebijakan pewilayahan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan, maka dilakukan analisis dengan
menggunakan metode Proses Hirarki AnalitikAnalytical Hierarchy Process PHA. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dengan
kriteria responden adalah pihak-pihak yang terlibat langsung atau minimal pernah terlibat dalam perumusan kebijakan serta dianggap memahami tentang pertanian
36 tanaman pangan. Kriteria responden tersebut dimaksudkan agar jawaban yang
diperoleh dapat mencerminkan kondisi yang lebih realistis dalam perumusan kebijakan pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan di Kabupaten
Lampung Timur. Untuk mendapatkan skoring yang diperlukan, maka dilakukan penyebaran
kuesioner dan wawancara dengan 11 responden dari berbagai unsur yakni Bappeda, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Lampung
Timur, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi, Balai Penelitian, dan masyarakat tani. Tujuan utama yang ingin diperoleh dari metode PHA ini adalah
menentukan pembobotan berdasarkan persepsi masyarakat dari kriteria yang ditetapkan mengenai komoditas unggulan yang dilakukan dalam penelitian ini.
Menurut Saaty 1980 langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis menggunakan metode PHA adalah:
1. mengidentifikasimenetapkan masalah-masalah yang muncul;
2. menetapkan tujuan, kriteria dan hasil yang ingin dicapai;
3. mengidentikasi kriteria-kriteria yang mempunyai pengaruh terhadap masalah
yang ditetapkan; 4.
menetapkan struktur hierarchy; 5.
menentukan hubungan antara masalah dengan tujuan, hasil yang diharapkan, pelakuobjek yang berkaitan dengan masalah, nilai masing-masing faktor;
6. membandingkan alternatif-alternatif comparative judgement;
7. menentukan faktor-faktor yang menjadi prioritas synthesis of priority; dan
8. menentukan urutan alternatif-alternatif dengan memperhatikan logical
consistency .
Data yang dianalisis diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner terhadap para responden terpilih. Penyebaran kuesioner dilakukan pada saat penelitian.
Skor yang diberikan oleh setiap responden bersifat subyektif, artinya sesuai dengan persepsi masing-masing responden terhadap kebijakan pengembangan
wilayah berbasis komoditas unggulan. Nilai skor yang diperloleh dari hasil kuesioner tersebut dianalisis dengan bantuan program aplikasi expert choice 2000.
Struktur PHA dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.
37
Gambar 4 Struktur proses hirarki analitik.
Keterangan kriteria: Peluangkesempatan Pasar PP
Peluang Investasi PI Kontribusi terhadap Pendapatan Petani KPP
Kontribusi terhadap PDRB KPD Kesesuaian Lahan KL
Kemudahan dan Ketersediaan Teknologi untuk Budidaya KTB Kemudahan dan Ketersediaan Saprodi KS
Kelestarian Lingkungan KLK Penyerapan Tenaga Kerja PTK
Ketersediaan Fasilitas On Farm dan Off Farm KF Kebijakan Pemerintah Daerah KPD
Penguasaan Teknik Budidaya PTB Budaya Masyarakat yang Berkaitan dengan Budidaya Tanaman BM
Analisis Multi-Criteria Evaluation MCE
Evaluasi kesesuaian fisik lahan selanjutnya dipadukan dengan analisis sosial ekonomi dengan metode Multi-Criteria Evaluation MCE. MCE merupakan
bagian dari alat pendukung keputusan decision support untuk evaluasi multi- kriteria. Dalam evaluasi multi-kriteria ini diusahakan untuk membuat kombinasi
Prioritas Komoditas Unggulan
SOSIAL TEKNIS
EKONOMI
PI KPP
KPD PP
Urutan Prioritas Jenis
Komoditas III Komoditas II
Komoditas I
PTK KF
KPD BM
PTB
KL KTB
KS KLK
38 satu set kriteria sehingga dicapai dasar komposisi tunggal suatu keputusan
berdasarkan tujuan tertentu. Pada evaluasi multi-kriteria ini digunakan prosedur Weighted Linear
Combination WLC yang menganalisis kriteria. Adapun tahapan dalam analisis
MCE ini sebagai berikut: 1
penentuan aspek dan kriteria berdasarkan studi literatur dan wawancara stakeholders
yang terlibat dalam bidang pertanian. Aspek yang dijadikan analisis adalah teknik, ekonomi dan sosial dengan 13 kriteria seperti yang
tercantum pada Gambar 4; 2
penyusunan kuisioner yang berkaitan dengan aspek dan kriteria yang telah ditetapkan untuk selanjutnya dilakukan wawancara responden terpilih
sebanyak 11 orang untuk mendapatkan pembobotan setiap aspek dan kriteria; 3
menyusun hasil wawancara dalam bentuk matrik dengan menggunakan software
Expert Choice 2000 melalui proses trial dan error terhadap nilai bobot sehingga didapat nilai rasio konsistensi RC 0.10;
4 menyusun peta arahan pengembangan setiap komoditas unggulan yang
pembobotannya didapat dari hasil PHA, dengan menggunakan GIS Analysis pada perangkat lunak Idrisi Ver 3.2 berupa Multi-Objective Land Allocation
MOLA sebagai Decision Support Module.
39
Gambar 5 Diagram alir tahapan penelitian.
Karakteristik sosial ekonomi : Data PODES 2005
Data PDRB Sub Sektor 2002-2006
Data Luas Panen
Analisis Skalogram
Hierarki Wilayah
Analisis : -
Location Quotient LQ
- Tren Panen
- Permintaan
- Preferensi Masyarakat
Arahan Pengembangan Wilayah Berbasis Komoditas Unggulan
Karakteristik fisik : Peta Topografi
Peta Bentuk Lahan Peta Lereng
Data Curah Hujan Peta Tanah
Overlay I
Peta Kesesuaian Lahan untuk komoditas unggulan
Peta Satuan Lahan Land Units
Land requirements
untuk komoditas
unggulan hasil analisis
Matching
Peta Penggunaan Lahan Peta RTRW
Peta Jaringan Jalan dan Sungai
Peta Arahan Berdasarkan Kondisi
Bio Fisik Sektor Basis
Wilayah dan Komoditas
Unggulan
Peta Pewilayahan Komoditas Unggulan Tanaman Pangan
Kabupaten Lampung Timur Proses Hirarki
Analitik Pembobotan
Pemodelan MCEMOLA
Overlay II
Data kimia fisik tanah
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Letak Geografi dan Wilayah Administrasi
Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu bagian dari wilayah Propinsi Lampung dengan luas wilayah administrasi sekitar 5 325.03 km
2
atau 532 503 hektar Tabel 6. Secara geografis wilayah Kabupaten Lampung Timur
terletak pada 105
o
15’–106
o
20’ Bujur Timur dan 4
o
37’–5
o
37’ Lintang Selatan Gambar 6.
Secara administratif Kabupaten Lampung Timur mempunyai perbatasan sebagai berikut:
- sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah serta
Kabupaten Tulang Bawang; -
sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa, Propinsi Banten dan DKI Jakarta;
- sebelah Barat berbatasan dengan Kota Metro dan Kabupaten Lampung
Tengah; dan -
sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan. Kabupaten Lampung Timur terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor
12 tahun 1999 dan secara resmi menjadi kabupaten tanggal 27 April 1999. Secara administrasi pada awalnya meliputi 10 kecamatan definitif, 13 kecamatan
pembantu terdiri dari 232 desa. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 1999, Kecamatan Pembantu Margatiga dan Sekampung Udik
ditingkatkan menjadi definitif. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah nomor 01 tahun 2001 dan Keputusan
Bupati Lampung Timur nomor 13 tahun 2001 dibentuk 11 kecamatan tambahan sehingga menjadi 23 kecamatan definitif. Selanjutnya dengan Keputusan Bupati
Lampung Timur nomor 19 tahun 2001 dan nomor 06 tahun 2002 maka jumlah desa sebanyak 232 desa definitif dan 3 desa persiapan. Akhirnya tahun 2006
jumlah kecamatan di Kabupaten Lampung Timur dimekarkan lagi menjadi 24 buah kecamatan, dengan jumlah desa sebanyak 241 desa dan 5 kelurahan.
41
Gambar 6 Peta administrasi Kabupaten Lampung Timur.
42 Tabel 6 Luas wilayah Kabupaten Lampung Timur menurut kecamatan
No. Kecamatan
Luas Wilayah Ha
Persentase terhadap Total Luas
1 2
3 4
5 6
7 8
9
10 11
12 13
14 15
16 17
18 19
20 21
22 23
24 Metro Kibang
Batanghari Sekampung
Marga Tiga Sekampung Udik
Jabung Pasir Sakti
Waway Karya Marga Sekampung
Labuhan Maringgai Mataram Baru
Bandar Sribhawono Melinting
Gunung Pelindung Way Jepara
Braja Selebah Labuhan Ratu
Sukadana Bumi Agung
Batanghari Nuban Pekalongan
Raman Utara Purbolinggo
Way Bungur 7 677.83
14 887.95 14 834.39
25 072.94 33 912.45
26 784.54 19 393.83
21 107.32 17 732.34
19 498.73
7 956.11 18 570.67
13 929.74 7 852.25
22 926.92 24 760.68
48 551.22 75 675.50
7 317.47 18 068.84
10 012.81 16 136.91
22 203.37 37 638.90
1.44 2.80
2.79 4.71
6.37 5.03
3.64 3.96
3.33 3.66
1.49 3.49
2.62 1.47
4.31 4.65
9.12
14.21 1.37
3.39 1.88
3.03 4.17
7.07
Total Wilayah Lampung Timur 532 503.00
100.00 Sumber: BPS Kabupaten Lampung Timur, 2006.
Kondisi Geofisik Lahan Bentuk Lahan dan Relief
Secara umum morfologi daerah penelitian dibagi dua yaitu: 1.
Satuan Morfologi Dataran Satuan ini terbentuk di bagian timur – tengah dan bagian barat daerah
penelitian dengan ketinggian topografi antara 24 meter sampai 100 meter di atas permukaan laut. Batuan penyusun terdiri dari batuan yang masuk dalam formasi
kersai, formasi terbanggi dan basal sukadana. 2.
Satuan Morfologi Dataran Bergelombang Satuan dataran bergelombang menempati daerah yang memiliki ketinggian
antara 100–150 meter dari permukaan air laut, meliputi wilayah sebelah utara daerah penyelidikan dengan kemiringan lereng 10
o
. Litologi tersusun dari beraneka endapan seperti tufa, pasir, lempung, basal dan lain-lain.
43 Apabila diidentifikasi maka Kabupaten Lampung Timur memiliki enam
buah gunung yang terdiri dari Gunung Tiga, Gunung Kemuning, Gunung Salupa, Gunung Mirah, Gunung Tamiang, dan Gunung Pawiki. Nama dan tinggi serta
letak gunung diwilayah Kabupaten Lampung Timur disajikan pada Tabel 7. Kabupaten Lampung Timur meliputi areal lautan yang berbatasan dalam
jarak 4 mil laut dari garis pantai ke arah laut lepas. Beberapa pulau kecil yang berada di Laut Jawa yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Lampung Timur
adalah Pulau Segamat Besar 106
o
06’21” Bujur Timur dan 5
o
10’01”.8 Lintang Selatan, Pulau Segamat Kecil 106
o
06’31”.9 Bujur Timur dan 5
o
11’00”.7 Lintang Selatan, Pulau Basa, Pulau Gosong Serdang, Pulau Gosong Layang-Layang, dan
Pulau Karang Pematang. Luas Pulau Segamat Besar dan Segamat Kecil diperkirakan masing-masing 6 hektar dan 2 hektar Bappeda Kabupaten Lampung
Timur, 2007. Tabel 7 Nama gunung, tinggi dan letaknya di wilayah Kabupaten Lampung
Timur No.
Nama gunung Tinggi
meter Terletak di
kecamatan
1 2
3 4
5 6
Gunung Tiga Gunung Kemuning
Gunung Salupa Gunung Mirah
Gunung Tamiang Gunung Pawiki
147 170
100 250
160 231
Bumi Agung Jabung
Marga Tiga Marga Tiga
Sukadana Marga Tiga
Sumber: Bappeda Lampung Timur, 2006.
Berdasarkan data dari Bappeda Kabupaten Lampung Timur 2006 Kabupaten Lampung Timur dibedakan menjadi enam grup yakni Aluvial, Marin,
Fluvio Marin, Volkanik, TektonikStruktural, dan Grup Lain-lain. Secara lengkap luas wilayah per bentuk lahan dan relief ditampilkan pada Lampiran 6, sedangkan
secara deskriptif penjelasan dari setiap bentuk lahan yang berada di wilayah Kabupaten Lampung Timur sebagai berikut:
1. Grup Aluvial