Analisis pengaruh dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, dan suku bunga sertifikasi

(1)

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, CAPITAL ADEQUACY RATIO, DAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA TERHADAP PENYALURAN KREDIT SERTA IMPLIKASINYA

TERHADAP LOAN TO DEPOSIT RATIO PADA BANK PEMBAGUNAN DAERAH

Oleh : AHMAD FADHIL

106081002375

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ahmad Fadhil

Tempat/Tanggal lahir : Cairo, Mesir/10 Nopember 1988

Alamat : Jl. Mampang Prapatan XV No.17 Rt. 08/06 Jakarta Selatan 12780

Agama : Islam

Warga negara : Indonesia

Telepon : 02199826643 - 085691916427

Email : ahmadfadhilfauzi@gmail.com Nama Orang Tua

Ayah : (Alm.) Fauzi Fathullah Ibu : Ny. Yulinda Media Lubis

Pendidikan :

1. SDN Pancoran 01 Pagi Tahun 2000

2. Mts. Al-Khairiyah Tahun 2003

3. SMA SULUH Jakarta Tahun 2006


(7)

vi ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the influence of Third Party Fund, Capital Adequacy Ratio, and Interest Rate of Bank Indonesia Certificate toward Credit Distribution and its implications on the Loan to Deposit Ratio at the Regional Development Banks. This research used path analysis method with decomposition model and using the software Amos 18. The results of substructure I indicate that Third Party Fund, Capital Adequacy Ratio and Interest Rate of Bank Indonesia Certificate have significantly effect to credit distribution. The results of substructure II indicate that Third Party Funds, Capital Adequacy Ratio and Credit distribution have significantly effect to Loan to Deposit Ratio at the Regional Development Banks.

Keywords: Capital Adequacy Ratio, Credit Distribution, Interest Rate of Bank Indonesia Certificate, Loan to Deposit Ratio, Third Party Fund


(8)

vii ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Suku Bunga Sertifikat bank Indonesia terhadap penyaluran Kredit serta impikasinya pada Loan to Deposit Ratio di Bank Pembangunan Daerah. Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur dengan model dekomposisi dan menggunakan software Amos 18. Hasil pengujian pada substruktur I menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Hasil pengujian pada substruktur II menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Kredit berpengaruh signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio Bank Pembagunan Daerah.

Kata Kunci: Capital Adequacy Ratio, Dana Pihak Ketiga, Kredit, Loan to Deposit Ratio, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur hamba haturkan kepada Sang Maha Kuasa ALLAH SWT. Yang telah memberikan rahmat, karunia, nikmat, serta ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, CAPITAL ADEQUACY RATIO, SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA TERHADAP PENYALURAN KREDIT SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP LOAN TO DEPOSIT RATIO BANK PEMBANGUNAN DAERAH”. Sholawat serta Salam teruntuk junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW beserta Istri, Sahabat dan para pengikutnya.

Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat, guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tentunya penulis menyadari bahwas sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibunda tercinta Ny. Yulinda Media Lubis yang telah sabar dan tulus ikhlas membesarkan serta mendidik putra-putrinya. Terima kasih Mah. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala membalasnya dengan memberikan kebahagiaan dunia akhirat, dan semoga penulis dapat membalas jasanya walaupun tidak akan sebanding dengan apa yang telah diberikan, amin Ya Robbal ’Alamin 2. Ayahanda tersayang (Alm.) Fauzi Fathullah terima kasih buat semuanya.

Semoga ALLAH SWT berkenan mengampuni dosa-dosa beliau, dan menerima seluruh amal beserta ibadahnya, amin Ya Robbal `Alamin. Walaupun saat ini ayah tidak hadir, tapi semangat dan pesanmu InsyaALLAH akan selalu menemani perjalanan hidup ini. Semoga penulis dapat menjadi kebanggaan beliau dan keluarga.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(10)

ix

4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Indo Yama Nasarudin, SE. MAB, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Suhendra, S. Ag, MM, selaku kepala Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk berkarya.

7. Segenap dosen dan pengajar yang telah memberikan sebagian ilmunya, terutama ilmu ekonomi secara umum dan ilmu manajemen secara khusus. 8. Staf tata usaha FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Ibu Siska,

Mas Heri, Pak Rahmat, Ibu Umi yang telah membantu penulis dalam mengurus kebutuhan administrasi dan urusan menyangkut kegiatan perkuliahan.

9. Kakak ku Ahmad Fajar SE, Adik ku Farah Muniati beserta keluarga besarku yang turut memberikan dukungan dan doa kepada penulis, semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya.

10.Faizal, Agus dan Amero yang telah membantu penulis secara langsung dalam penulisan skripsi ini (thanks bro).

11.Sahabat ku Hasan, Iqbal dan Farhan atas motivasi serta kritikan-kritikan yang membangun.

12.Segenap Keluarga besar Manajemen B 2006, kawan-kawan manajemen Perbankan, sahabat-sahabat Begajul (Agus, Diaz, Rayhan, Rifqi, Amero, Apri, Eep, Eko, Erlangga, Fany, Alfian, Beno, Fadly) terima kasih untuk suka maupun duka selama menjadi civitas akademika UIN Jakarta, semoga tali silaturahmi kita akan terus terjalin sampai kapanpun.

13.Dhania untuk waktu, perjalanan cerita.


(11)

x

15.Ahmad Fadhil Fauzi yang telah melaksanakan tanggung jawabnya, jangan pernah takut apalagi menyerah dalam menjalani kehidupan ini kecuali hanya kepada ALLAH Rabbul `Alamin.

16.Pihak-pihak lain yang turut membantu, yang mungkin tidak disebutkan oleh penulis semoga kebaikan kalian diberikan balasan kebaikan.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih banyak memiliki banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan guna perbaikan hasil penelitian ini. Akhirnya hanya kepada Allah semua ini penulis serahkan, karena hanya dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Juni 2011


(12)

xi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRACK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB. I . PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

1. Identifikasi Masalah ... 1

2. Batasan Masalah ... 8

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Manfaat ... 11

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 13

1. Lembaga Keuangan ... 13

2. Bank ... 14

3. LDR (Loan to Deposit Ratio) ... 18

4. Kredit ... 19

5. DPK (Dana Pihak Ketiga) ... 20

6. CAR (Capital AdequacyRatio) ... 22

7. Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) ... 23

B. Penelitian Sebelumnya ... 25

C. Keterkaitan Antar Variabel ... 31

D. Kerangka Berpikir ... 34

E. Hipotesis ... 37

BAB. III. METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 38

B. Metode Penentuan Sampel ... 38

C. Metode Pengumpulan Data ... 39

D. Metode Analisis ... 40


(13)

xii

BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 52

B. Analisis ... 55

1. Analisis Deskriptif Variabel ... 55

2. Analisis Statistik ... 69

a. Analisis Korelasi ... 70

b. Substruktur I ... 73

c. Substruktur II ... 78

d. Uji Kesesuain Model (Goodness of Fit) ... 84

e. Trimming ... 86

f. Hubungan Langsung dan Tidak Langsung ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 102

B. Implikasi ... 104


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

3.1 Standar Penilaian Kesesuaian (Fit) 49

4.1 Daftar Bank Pembangunan Daerah 54

4.2 Dana Pihak Ketiga Bank Pembangunan Daerah 56

4.3 Capital Adequacy Ratio Bank Penbangunan Derah 59

4.4 Suku Bunga SBI 62

4.5 Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah 65

4.6 4.7

Loan to Deposit Ratio Bank Pembangunan Daerah

Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan Endogen

67 70

4.8 Hasil Korelasi antara DPK, CAR, dan Suku Bunga SBI 70 4.9 Pengaruh antara DPK CAR, dan Suku Bunga SBI terhadap

Kredit

74

4.10 Pengaruh antara DPK, CAR, Suku Bunga SBI, dan Kredit Pada LDR

79

4.11 Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh DPK, CAR, dan Suku Bunga SBI terhadap Kredit serta Implikasinya pada LDR

85

4.12 Hasil Perhitungan Pengaruh antar Variabel Setelah Trimming

88

4.13 Hasil Uji Pengaruh DPK, CAR, dan Kredit Pada LDR 89 4.14 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming 93 4.15 Rangkuman Dekomposisi dari Koefisien Jalur, Pengaruh

Langsung dan Tidak Langsung, dan Pengaruh Total tentang DPK (X1), CAR (X2), Suku Bunga SBI (X3), dan Kredit

(Y) pada LDR (Z)


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Berpikir 36

3.1 Hubungan Kausal X1, X2, X3 terhadap Y 41

3.2 Hubungan Kausal X1, X2, X3, dan Y terhadap Z 42

4.1 Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia Mei 2010 53

4.2 Dana Pihak Ketiga Bank Pembangunan Daerah 57

4.3 Capital Adequacy Ratio Bank Penbangunan Derah 60

4.4 Suku Bunga SBI 64

4.5 Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah 66

4.6 Loan to Deposit Ratio Bank Pembangunan Daerah 68

4.7 Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan 69

4.8 Diagram Jalur Substruktur I 73

4.9 Diagram Jalur Substruktur II 78

4.10 Hasil Perhitungan Diagram Jalur Setelah Trimming 87 4.11 Diagram Jalur Substruktur II Setelah Trimming 89


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

Lampiran 1 Hasil Analisis Amos 18 sebelum Trimming 109

Lampiran 2 Hasil Uji Fit Sebelum Trimming 111

Lampiran 3 Hasil Analisis Amos 18 setelah Trimming 113


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang yang terus bergerak maju yang saat ini telah tergolong menjadi Negara semi-industri, melakukan segala kegiatan di semua sektor, terutama sektor riil dengan tujuan memajukan perekonomian nasional dalam mengantisipasi perkembangan dunia. Hal ini dilakukan karena untuk menjadi sebuah Negara maju indikatornya adalah pertumbuhan dan perkembangan di dunia usaha.

Ditengah-tengah persoalan pengangguran dan kemiskinan yang masih dihadapi Indonesia, kehadiran industri padat karya yang luas memang sangat dibutuhkan. Mendorong investasi terutama investasi yang bersifat padat karya sangatlah penting untuk membantu meningkatkan kapasitas perekonomian. Karena memacu pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi dengan peningkatan kapasitas produksi hanya akan menghasilkan tekanan inflasi yang utamanya muncul akibat keterbatasan dari sisi penawaran.

Selama satu dekade terakhir sejumlah negara mengalami krisis parah, tidak hanya merugikan bagi sistem keuangan mereka tetapi juga perekonomian regional secara keseluruhan. Kinerja perekonomian


(18)

2

Indonesia akhir-akhir ini memang sedang membaik, ditengah gejolak dampak krisis global yang juga membuat banyak Negara lain berkontraksi cukup dalam yang sampai saat ini masih berlangsung.

Dalam kondisi yang tidak menguntungkan tersebut perekonomian Indonesia pada tahun 2009 masih dapat tumbuh sebesar 4,5%. Indonesia merupakan salah satu dari tiga Negara yang berhasil membukukan pertumbuhan positif pasca krisis selain China dan India. Ini dikarnakan basis perekonomian yang banyak ditopang permintaan domestik yang ternyata lebih memiliki daya tahan. Sedangkan pencapaian di tahun 2010 perekonomian Indonesia berhasil tumbuh sekitar 5%. Dan prediksi pertumbuhan ekonomi untuk 2011 adalah 6-6,3%, hal tersebut dapat dicapai apabila diimbangi dengan peningkatan investasi yang memadai.

Seperti kita ketahui dalam kurun waktu 15 tahun terakhir Indonesia telah diterpa dua kali krisis. Yang pertama krisis keuangan Asia terjadi di tahun 1997-1998 serta krisis global pada tahun 2008. Sejarah Krisis yang pernah dialami Indonesia menunjukkan bahwa krisis keuangan Asia 1997-1998 dan krisis global 2008 ditandai dengan net outflow yang tinggi, setelah mengalami periode net inflow yang tinggi, yaitu pada tahun sebelumnya 1995-1996 dan 2007. Kedua krisis tersebut juga ditandai dengan pertumbuhan kredit yang tergolong tinggi. Pada 1997, rasio Kredit/GDP mencapai 60,2% dan pertumbuhan kredit year on year (yoy) sebesar 29%. Sementara di tahun 2008, rasio Kredit/GDP sebesar 25,6%


(19)

3

dan pertumbuhan kredit (yoy) mencapai 29% (Kajian Stabilitas Keuangan, 2010:21).

Untuk mencapai target 6-6,3% pertumbuhan perekonomian di 2011, dibutuhkan aliran modal yang cukup besar yang sebaiknya dipenuhi dari sumber dana domestik. Selain sumber daya modal, terdapat berbagai faktor yang juga turut andil dalam proses peningkatan perekonomian Negara, antara lain sumber daya manusia, infrastruktur dan energi serta beberapa faktor lain. Sehingga perlu adanya iklim penggalian sumber daya dalam negeri melalui mobilisasi dana masyarakat serta partisipasi langsung dari Pemerintah sebagai regulator.

Menurut Perry (2006:430), stabilitas sistem perbankan dan sistem moneter merupakan dua aspek yang saling terkait satu sama lain. Stabilnya sistem perbankan secara umum dicerminkan dengan kondisi perbankan yang sehat dan berjalannya fungsi intermediasi perbankan dalam memobilisasi simpanan masyarakat untuk disaluran dalam bentuk dan pembiayaan lain kepada dunia usaha. Apabila kondisi ini terpelihara, maka proses perputaran uang dan mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam perekonomian yang sebagian besar berlangsung melalui sistem perbankan juga dapat berjalan dengan baik. Stabilnya sistem perbankan akan menentukan efektvitas pelaksanaan kebijakan moneter.

Kegiatan perekonomian suatu Negara tidak terlepas dari lalu lintas pembayaran uang, dimana industri perbankan memegang peranan yang sangat strategis, dapat dikatakan sebagai urat nadi dari sistem


(20)

4

perekonomian. Dalam kebanyakan kasus krisis keuangan, sektor perbankan selalu memainkan peran penting. Sebagai sektor yang sering mendominasi dalam suatu perekonomian, sektor perbankan seringkali memicu krisis atau memperburuk situasi. Mempertimbangkan dampaknya, ketahanan perbankan merupakan baris pertahanan pertama yang penting dalam usaha melindungi perekonomian. Berdasarkan logika ini, pemulihan perbankan adalah langkah yang paling menentukan dalam penanganan krisis keuangan. Misalnya, dalam krisis keuangan global terakhir hampir semua negara maju bergantung pada pemulihan bank untuk mengakhiri krisis tersebut. Banyak ekonom dan bankir yang menyadari masalah dengan kerapuhan sektor perbankan.

Sumber dana modal dapat diperoleh melalui pinjaman atau pembiayaan oleh lembaga-lembaga keuangan. Diantara lembaga-lembaga keuangan yang ada di Indonesia, sektor industri perbankan mendominasi pangsa sekitar 80% dari total asset sektor keuangan. Karna alasan tersebut industri perbankan turut serta berperan aktif dalam rangka pertumbuhan serta perkembangan perekonomian Indonesia.

Seperti yang telah diamanatkan dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”. Dari undang-undang tersebut dapat dikatakan bahwa bank mempuyai tugas pokok


(21)

5

sebagai intermediary service antara pihak surplus dengan pihak deficit. Maksudnya adalah bank membantu pihak surplus dengan menghimpun dana dalam bentuk tabungan, giro maupun deposito. Setelah itu dana yang berhasil terhimpun disalurkan kepada pihak deficit yaitu pihak-pihak yang membutuhkan uang yang dislurkan dalam bentuk kredit modal kerja, kredit investasi ataupun dalam bentuk kredit konsumsi.

Proses intermediasi ini merupakan fungsi dan tugas perbankan, namun di sisi lain perbankan juga harus menjaga likuiditasnya, karena bank harus menghadapi berbagai resiko yang harus dihadapi dan perlu diantisipasi karena menghadapi ketidakpastian di masa mendatang. Berbagai upaya yang telah dilakukan Pemerintah melalui otoritas moneter, dalam hal ini adalah Bank Indonesia sebagai bank sentral, dengan mengeluarkan rangkaian regulasi dibidang keuangan, moneter dan perbankan yang berkelanjutan, dengan tujuan untuk menciptakan iklim pebankan yang sehat, mandiri dan efisien.

Risiko likuiditas perbankan selama semester I 2010 moderat. Secara umum, perbankan masih memiliki alat likuid yang cukup memadai untuk memenuhi kewajibannya. Namun di sisi lain pertumbuhan kredit yang lebih cepat dari pertumbuhan DPK (Dana Pihak Ketiga) dapat menimbulkan tekanan likuiditas, khususnya bagi bank yang memiliki alat likuid terbatas. Selama semester I 2010, terjadi penurunan jumlah alat likuid bank sebesar Rp 2,5 T, khususnya dalam bentuk tertiary reserves yang berasal dari kelompok bank kantor cabang bank asing (KCBA).


(22)

6

Namun demikian, terindikasi adanya shifting dalam bentuk secondary reserves yang meningkat cukup besar (11,52%) (Kajian Stabilitas Keuangan, 2010:29).

Seperti dikutip dari Indonesian Financial Review, per 1 Maret 2011 lalu bank sentral menggulirkan dua kebijakan. Bank Indonesia memberlakukan aturan baru tentang LDR (Loan to Deposit Ratio) bagi industri perbankan nasional. Bank-bank diharuskan memiliki rasio pengucuran kredit terhadap simpanan DPK dalam rentang 78-100%. Jika LDR lebih rendah dari batas minimum, bank terkena pinalti berupa tambahan setoran wajib minimum (GWM) ke BI sebesar 0,1 kali simpanan rupiahnya untuk setiap 1% kekurangan LDR tersebut. Sebaliknya, bank dengan LDR lebih tinggi dari batas atas dan memiliki rasio CAR (kecukupan modal) kurang dari 14% akan dikenai disentif berupa tambahan GWM 0,2 kali simpanan untuk setiap 1% kelebihan LDR. Penalti tak berlaku jika CAR melebihi 14%. Satunya lagi kewajiban menyangkut kewajiban bagi bank beraset di atas Rp 10 triliun untuk mengumumkan prime lending rate alias suku bunga dasar kreditnya mulai akhir Maret 2011 (Metta, 2011:3).

Kebijakan yang diambil Bank Indonesia selaku regulator perbankan di Indonesia memang bertujuan baik yaitu agar kelebihan likuiditas di bank-bank bermodal besar bisa diserap agar tak memicu inflasi dan mendorong perbankan lebih aktif lagi dalam menyalurkan kredit dengan tujuan menggerakan ekonomi. Namun di satu sisi dikhawatirkan


(23)

7

pengucuran kredit yang berlebihan ini mengakibatkan turunnya kualitas perbankan. Dan pada akhirnya dapat menyebabkan kredit bermasalah bahkan mungkin kredit macet. Atau dengan kata lain dikhawatirkan mengancam solvabilitas bank seperti saat periode 1997-1998.

Sementara itu Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman Haddad menyatakan BPD (Bank Pembangunan Daerah) memang masih memiliki permasalahan di beberapa sektor, termasuk permodalan, likuiditas serta struktur. Meski demikian dari total 26 bank pembangunan daerah beberapa sudah berada pada titik aman modal, yaitu Rp 100 miliar dan sudah ada satu BPD yang Go Pubic (http://majalah.tempointeraktif.com).

Menurut Sunarsip Kepala Ekonom The Indonesia Economic Intelligence (IEI), BPD memiliki relasi yang tidak dapat dipisahkan dengan perekonomian daerah, dimana BPD tersebut berdiri. Selain menjalankan kegiatan bank umum, BPD juga berfungsi sebagai kasir Pemda, seperti dana realisasi APBD. Sehingga, BPD memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok bank lainnya (BUMN, swasta, asing dan campuran) yakni sebagian besar DPK merupakan dana milik pemerintah, khususnya Pemda. Berbeda dari perbankan secara umum, fokus DPK BPD adalah giro. Walaupun giro adalah dana termurah, namun perlu digarisbawahi bahwa giro juga yang paling tidak stabil/volatile. Porsi tabungan dan deposito di BPD masih relatif kecil, sehingga cukup sulit bagi BPD untuk menjadi bank yang dapat membiayai kredit jangka panjang/investasi. Implikasinya, kelompok BPD yang


(24)

8

beroperasi di Indonesia, porsi kreditnya hanya sebesar 7,76 persen dari total kredit perbankan nasional. Kredit yang disalurkan BPD memang mengalami peningkatan. Namun, harus diakui bahwa porsi alokasi dana BPD dalam bentuk SBI juga sangat tinggi, di mana di tahun 2007 telah mencapai 24,35% dari total SBI. Sehingga, memang tidak seluruhnya salah bila BPD dianggap belum sepenuhnya menjalankan fungsi intermediasi dan menjadi penggerak utama bagi pembangunan ekonomi di daerah (Republika, 9 Januari 2008:16).

2. Batasan Masalah

Pentingnya penelitian ini, karena persoalan likuiditas menjadi kendala khusunya dalam BPD. Karateristik yang berbeda dengan kelompok bank lainnya menjadi salah satu faktor. Rasio LDR merupakan salah satu indikator yang menunjukkan fungsi intermediasi perbankan ysng menunjukkan perbandinagan antara DPK dan kredit. Rasio LDR yang tinggi menunjukkan bahwa bank meminjamkan seluruh dananya atau menjadi tidak likuid dan sebaliknya. Hal tersebut dapat mempengaruhi stabilitas keuangan terganggu, sehingga dapat menghambat target pertumbuhan ekonomi Pemerintah.


(25)

9

Berdasarkan identifikasi tersebut di atas, studi ini mengkaji pengaruh beberapa variabel terhadap penyaluran kredit dan LDR pada Bank Pembangunan Daerah. Dengan demikian penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Penyaluran Kredit serta Implikasinya Terhadap Loan to Deposit Ratio pada Bank Pembangunan Daerah”.


(26)

10 B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) terhadap Kredit.

2. Bagaimana pengaruh variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio).

3. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio) dan variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio).


(27)

11 C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini terutama bertujuan:

a. Untuk menganalisis pengaruh variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) terhadap Kredit.

b. Untuk menganalisis pengaruh variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio).

c. Untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio) dan variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio).

2. Manfaat

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat akademis maupun praktis.

a. Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan bermanfaat untuk:


(28)

12

1) Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.

2) Bagi civitas akademika dapat menambah informasi dan sumber tambahan bahan kajian penelitian.

b. Kepentingan praktis hasil penelitian ini, bisa dipandang bermanfaat: 1) Bagi manajemen perusahaan perbankan itu sendiri, sehingga

diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi manajemen perbankan sebagai bahan acuan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi.

2) Untuk memberikan informasi tambahan bagi investor dan masyarakat yang berkepentingan untuk menginvestasikan dananya di perbankan.


(29)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Lembaga Keuangan

Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 7/1992 tentang perbankan di Indonesia bahwa lembaga keuangan merupakan badan atau lembaga yang kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat. Sedangkan dalam SK Menkeu RI no. 792 Tahun 1990 dinyatakan bahwa lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dana, penyaluran dana kepada masyarakat terutama dalam membiayai investasi perusahaan.

Menurut Sadono (2004:273) yang dimaksudkan dengan lembaga keuangan atau instansi keuangan adalah semua perusahaan yang kegiatan utamanya meminjamkan uang yang disimpankan kepada mereka. Lembaga-lembaga ini mendorong masyarakat untuk membuat tabungan kepada mereka, dan sebagai “balas jasanya” para penabung akan diberi “pendapatan” berupa bunga ke atas tabungan yang mereka buat. Sedangkan menurut Rodoni (2007:2) lembaga keuangan (financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset-aset keuangan (financial assets) maupun non-financial asset atau asset riil.


(30)

14

Dapat disimpulkan yang di maksud lembaga keuangan adalah badan usaha atau institusi yang memiliki kekayaan berupa aset-aset keuangan dan aset-aset non keuangan yang dalam kegiatanya di dalam bidang keuangan melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dengan imbalan berupa bunga dan menyalurkannya kembali ke masyarakat dengan tujuan membiayai investasi perusahaan.

Jenis-jenis lembaga keuangan yang lazim terdapat di suatu Negara dapat dibedakan menjadi bank umum/bank perdagangan, bank tabungan, perusahaan peminjaman, pasaran saham, dan perusahaan asuransi.

2. Bank

a. Pengertian Bank

Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan, bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit). Serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar pembayaran. Dan falsafah yang mendasari kegiatan usaha adalah


(31)

15

kepercayaan masyarakat. Menurut Mishkin (2007:9) bank (banks) adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman.

Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa bank adalah badan usaha atau lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan yang menghimpun dana dari msyarakat dalam benruk simpanan dan kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada pihak-pihak yang memerlukan dana dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam rangka memperlancar lalu lintas pembayaran. b. Jenis-jenis Bank.

Adapun menurut Totok (2006:84), bank dan digolongkan berdasarkan:

1) Jenis Bank Menurut Kegaitan Usaha a) Bank Umum

b) Bank Perkreditan Rakyat

2) Jenis Bank Menurut Bentuk Badan Usaha

a) Bank Umum : Perseroan Terbatas, Koperasi, atau Perusahaan Daerah.

b) Bank Perkreditan Rakyat : Perusahaan Daerah, Koperasi, Perseroan Terbatas atau bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.


(32)

16

3) Jenis Bank Menurut Target Pasar a) Retail Bank

b) Corporate Bank

c) Retail-Corporate Bank c. Fungsi Bank.

Menurut Totok (2006:9) dalam bukunya, fungsi bank yang lebih spesifik adalah sebagai berikut:

1) Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan berminat menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan juga percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat dapat menarik kembali simpanan dananya di bank. Pihak bank juga akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dananya dengan baik, debitur akan mampu membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.


(33)

17

2) Agent of Development

Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil. Kedua sektor tersebut tidak bisa dipisahkan dan saling berinteraksi mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dana dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan uang, sehingga dapat membangun perekonomian masyarakat.

3) Agent of Service

Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.

Dengan demikian secara umum, fungsi utama bank meningkatkan taraf hidup rakyat banyak melalui kegiatannya yaitu


(34)

18

menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit (lending) untuk berbagai tujuan.Dan secara garis besar bank hanya sebagai lembaga perantara saja, sehingga tanpa adanya simpanan dana dari masyarakat maka bank tidak dapat menjalankan kegiatan operasionalnya.

3. LDR(Loan to Deposit Ratio)

Menurut Slamet (2006:165) LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total DPK (dana pihak ketiga) yang dapat dihimpun oleh bank. LDR juga akan menunjukan tingkat kemampuan bank dalam menyaluran dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang di perkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%. Rumus Loan to Deposit Ratio adalah:

Sebelum terjadi krisis moneter, jika menggunakan rumus seperti diatas banyak bank yang LDR-nya mencapai diatas 110%, hal ini berakibat pada penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan menjadi tidak sehat. Untuk itu Bank Indonesia membuat kebijakan bahwa dalam penghitungan LDR Extended (LDR yang diperluas), dengan rumus:

LDR = X100%

DPK Total berikan di yang Kredit Total

LDR = X100%

inti modal n diterbitka yang Obligasi DPK Total diberikan yang Kredit Total + +


(35)

19

Tujuan penting dari perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai sejauh mana bank memiliki kondisi “sehat” dalam menjalankan fungsi bank sebagai lembaga intermediary. Menurut Slamet (2006:166) LDR dapat dijadikan tolak ukur kinerja perbankan sebagai lembaga intermediasi, yaiutu lembaga yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana (Unit Surplus of Funds) dengan pihak yang membutuhkan dana (Unit Deficit of Funds).

Oleh karena itu, rasio ini juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya dibatasi. Jika bank mempunyai LDR yang terlalu kecil maka bank akan kesulitan untuk menutup simpanan nasabah dengan jumlah kredit yang ada, sehingga bank akan dibebani dengan bunga simpanan yang besar sementara bunga yang diterima oleh bank terlalu sedikit. Jika bank mempunyai LDR yang sangat tinggi, maka bank akan mempunyai risiko kredit macet yang tinggi pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian dan juga dapat berpengaruh terhadap likuiditas bank.

4. Kredit

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi


(36)

20

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Kredit berasal dari bahasa latin “credere” yang artinya percaya. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjamanan tersebut sesuai dengan jangka waktunya (Kasmir, 2003:101).

Berdasarkan pengertian di atas kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi kewajibannya dalam bentuk pokok pinjman, bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan atas dasar kepercayaan sesuai dengan jangka waktunya.

5. DPK (Dana Pihak Ketiga)

Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1) disebutkan bahwa, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

a. Rekening giro atau checking account adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan cek


(37)

21

untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindah bukuan, sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan sebagai alat pembayaran. Untuk itu, pemegang rekening giro memperoleh buku cek dan bilyet giro (Totok, 2006:97).

b. Deposito Berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara deposan dan bank (Totok, 2006:97).

c. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu yang telah disepakati, dan tidak menggunakan cek atau bilyet giro atau alat lain yang dapat dipersamakan oleh hal itu. Cara penarikan rekening tabungan ini biasanya menggunakan cash card atau kartu ATM, dan kartu debet (Totok, 2006:98).

d. Menurut Totok (2006:98) terdapat cara lain penghimpunan dana dari deposan, antara lain :

1) Sertifikat Deposito merupakan hasil pengembangan dari deposito berjangka. Yang bukti simpanannya dapat diperjualbelikan, proses penarikan dapat dilakukan atas unjuk siapapun yang memegang bukti simpanan. Bunga sertifikat deposito dibayarkan di muka yaitu saat nasabah menempatkan dananya dalam bentuk deposito. 2) Deposit on call adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat

dilakukan dengan pemberitahuan lebih dahulu dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah. Tingkat bunga yang ditetapkan biasanya lebih rendah


(38)

22

daripada tingkat bunga deposito berjangka dan lebih tinggi daripada jasa giro.

3) Rekening giro terkait tabungan. Fasilitas ini memungkinkan nasabah menikmati bunga yang lebih tinggi, yaitu bunga tabungan, namun tetap dapat menikmati kelebihan fasiitas rekening gironya Penyetoran oleh nasabah selalu dimasukkan ke rekening tabungan, sementara jika penarikan cek atau bilyet giro dan ternyata saldo rekening giro tidak mencukupi, maka pihak bank akan melakukan pemindah bukuan dari tabungan ke rekening giro.

6. CAR(Capital Adequaacy Ratio)

Banks have to make decisions about the amount of capital they need to hold for three reasons. First, bank capital helps prevents bank failure, a situation in which the bank cannot satisfy its obligations to pay its depositors and other creditors and so goes out of business. Second, the amount of capital affects returns for the owners (equity holders) of the bank. Third, a minimum amount of bank capital (bank capital requirement) is required by regulatory authorities (Mishkin, 2007:231).

Sedangkan menurut Slamet (2006:161), Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari aktiva tertimbang. Menurut Resiko (ATMR), atau ditambah dengan dengan risiko pasar atau risiko opeasional, ini tergantung pada kondisi yang


(39)

23

bersangkutan. CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini, mangacu pada ketentuan/standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking for Internastional Settelment (BIS).CAR dirumuskan sebagai berikut:

CAR = X100%

ATMR

Pelengkap

Modal Inti

Modal +

7. Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) a. Suku Bunga

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2005:505), interest rate is the price paid for borrowing money for a priod of time, usually expressed as a percentage of the principal per year. Bunga bagi bank berdasarkan prinsip konvensional dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) (Kasmir, 2003:37).

Menurut Mishkin (2007:4), interest rate is the cost of borrowing or the price paid for the rental of funds (usually expressed as a percentage of the rental of $100 per year).

b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang PenerbitanSertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat


(40)

24

Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yangditerbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di Bank Indonesia) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

SBI merupakan simpanan bank-bank komersial di bank sentral. Bunga SBI adalah premi yang dibayar bank sentral atas "deposito" bank-bank tersebut. SBI digunakan sebagai alat penyedot rupiah yang beredar. Jika rupiah dinilai sudah terlalu banyak (sehingga bisa menurunkan nilai tukar rupiah atau mempercepat laju inflasi), bank sentral akan memperkuat alat sedotnya. Oleh karena itu, suku bunga SBI bisa menjadi semacam patokan. Suku bunga SBI akan menentukan tingkat suku bunga yang lain: bunga deposito, kredit, dan akhirnya bunga pinjaman antarbank atau interbank call-money (http://majalah.tempointeraktif.com).


(41)

25 B. Penelitian Sebelumnya

Meydianawati (2007) Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002--2006). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja Bank Umum Indonesia secara parsial dan serempak kepada sektor UMKM di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah ordinary least square, dilanjutkan dengan uji signifikansi secara parsial dan serempak melalui uji t dan uji F. Hasil penelitian pertama, pulihnya kepercayaan terhadap sistem perbankan dengan adanya program penjaminan pemerintah telah mendorong kenaikan DPK. Selain itu, program rekapitalisasi perbankan mampu mengatasi permasalahan modal dan rentabilitas bank (yang tercermin dalam rasio CAR dan ROA) serta NPLs yang berhasil ditekan telah meningkatkan kemampuan bank umum dalam menyalurkan kredit investasi dan modal kerja kepada sektor UMKM di Indonesia. Kedua, secara serempak variabel-variabel DPK, ROA, CAR, dan NPLs berpengaruh nyata dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan kredit modal kerja bank umum kepada sektor UMKM di Indonesia. Ketiga, secara parsial variabel DPK, ROA, dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum kepada sektor UMKM di Indonesia. Sebaliknya, NPLs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum kepada sektor ini.


(42)

26

Nasiruddin (2005) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi LDR di BPR wilayah kerja kantor bank Indonesia Semarang periode 2003. Teknik yang analisis digunakan adalah regresi berganda dan uji hipotesis menggunakan uji t dan uji F untuk menguji keberartian pengaruh secara bersama-sama dengan tingkat signfikansi 5%. Hasil analisi menunjukkan bahwa variabel tingkat kecukupan modal berpengaruh signifikan terhadap LDR di BPR wilayah Jawa Tengah, variabel kredit bermasalah berpengaruh signifikan terhadap LDR , variabel suku bunga kredit berpengaruh signifikan terhadap LDR. Kemampuan prediksi dari tiga variabel dengan nilai adjusted R Square sebesar 0,916 atau 91% sedang sisanya dipengaruhi variabel lain diluar penelitian.

Arief (2007) meneliti tentang pengaruh jumlah penghimpunan dana bank, suku bunga kredit modal kerja, dan tingkat laju inflasi terhadap jumlah alokasi kredit modal kerja pada bank-bank umum di Indonesia (2001.01– 2006.04). Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah jumlah penghimpunan dana secara individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi kredit modal kerja. Jadi semakin besar jumlah penghimpunan dana yang masuk ke bank semakin besar pula jumlah alokasi kredit modal kerja. Tingkat inflasi secara individu berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap alokasi kredit modal kerja. Suku bunga kredit modal kerja secara individu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah alokasi kredit modal kerja.


(43)

27

Francisca (2008) meneliti tentang Pengaruh Faktor Internal Bank terhadap Volume Kredit pada Bank yang Go Public di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor internal bank untuk volume kredit perbankan yang go public di Indonesia. Metode analisis digunakan metode statistik yaitu regresi linear ganda, uji t dan F test. T tes digunakan untuk analisis parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk analisis secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa DPK dan laba atas aset memiliki pengaruh positif dan signifikan untuk volume kredit, hal itu menunjukkan, dari mulai t arithmethic> t tabel (28.885> 1.999 dan 2.583> 1.999) dengan signifikansi 0.000 dan 0,12 yang kecil dari 0,05. Rasio CAR yang positif dan tidak signifikan mempengaruhi volume kredit, hal itu menunjukkan dari t arithmethic> t tabel (0.727 <1.999) dengan signifikansi 0.470> 0,05. NPF telah negatif dan tidak signifikan mempengaruhi volume kredit, hal itu menunjukkan dari t arithmethic> t tabel (1.706 <1.999) dengan signifikansi 0.093> 0,05. Hasil uji F menunjukkan F arithmethic> F tabel dengan signifikansi 0.000 <0,05. Dari hasil analisis, dapat mengambil kesimpulan bahwa DPK, CAR, laba atas aset dan NPF memiliki pengaruh simultan volume kredit.

Aryaningsih (2008) penelitian mengenai pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah Penghasilan terhadap Permintaan Kredit di PT. BPD Cabang Pembantu Kediri. Menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut; Pertama, perhitungan analisis regresi linier berganda secara parsial diperoleh nilai


(44)

28

koefisien regresi suku bunga terhadap permintaan kredit sebesar 65, 9% sisanya sekitar 34,1% dipengaruhi oleh variabel lain. Namun dari uji t, diperoleh hitung lebih kecil dari t table, sehingga suku bunga tidak berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit. Kedua, perhitungan analisis regresi linier berganda secara parsial diperoleh nilai koefisien regresi inflasi terhadap permintaan kredit sebesar 47,5%. Sisanya sekitar 52,5% permintaan kredit dipengaruhi oleh variabel lain. Dari hasil perhitungan dengan uji t variabel inflasi secara partial tidak berpengaruh banyak terhadap permintaan kredit. Ketiga, perhitungan analisis regresi linier berganda secara parsial diperoleh nilai koefisien pengaruh penghasilan terhadap permintaan kredit sebesar 73,9%. Sisanya sekitar 26,1% dipengaruhi oleh variabel lain. Dari hasil perhitungan dengan uji t, variabel pendapatan berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit. Keempat, perhitungan uji statistika regresi linier berganda secara simultan menunjukan suku bunga, inflasi, dan pendapatan secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kredit. Hasil ini ditunjukan oleh perolehan F hitung 2,443 lebih kecil dari F tabel sebesar 2,82.

Seandy (2010) meneliti pengaruh Capital adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Inflasi, Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), dan

Echange Rate terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di

Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variable-variabel independen; CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange Rate dengan uji F, berpengaruh signifikan terhadap LDR. Hasil secara parsial


(45)

29

dengan uji t, variabel; CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR dengan tingkat signifikansi 0,000; 0,049; 0,005;dan 0,030, sedangkan variable pertumbuhan DPK berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap LDR. Nilai Adjusted R

Square sebesar 0,533 menunjukkan bahwa LDR dapat dijelaskan oleh

variable-variabel penelitian sebesar 53,3 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

Fikrulyn (2010) meneliti Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Penawaran Kredit dan Non Performing Loan (NPL) terhadap Fungsi Intermediasi Bank. Studi Kasus pada Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Periode 2005-2010. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa secara parsial dengan Uji t variabel-variabel independen: Dana Pihak Ketiga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Tingkat Penawaran Kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. NPL berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap LDR dengan tingkat signifikansi sebesar 0,269. Secara simultan dengan uji F variabel-variabel independen: Dana Pihak Ketiga, Tingkat Penawaran Kredit dan Non

Performing Loan (NPL) berpengaruh bersama-sama secara

signifikan terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR). Nilai Adjusted R Square sebesar 0.672.


(46)

30

Hesti Eliza (2010) meneliti tentang Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Modal Inti dan Inflasi terhadap Pembiayaan serta Implikasinya kepada FDR Pada Bank Muamalat Indonesia. Hasil pengujian sebelum dan setelah trimming, diketahui variabel DPK, Modal Inti dan inflasi memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap Pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia sebesar 0,987. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel DPK, Modal Inti dan Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. Hasil pengujian sebelum trimming, diketahui variabel DPK, Modal Inti, Inflasi dan Pembiayaan memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap FDR pada Bank Muamalat Indonesia sebesar 0,825. Hasil pengujian secara parsial, diketahui bahwa hanya variabel DPK dan Pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap FDR. Hasil pengujian setelah trimming secara simultan, diketahui bahwa DPK dan Pembiayaan memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap FDR Bank Muamalat Indonesia sebesar 0,821. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa DPK memiliki pengaruh yang negatif terhadap FDR, sedangkan Pembiayaan memiliki pengaruh yang positif terhadap FDR pada Bank Muamalat Indonesia.


(47)

31 C. Keterkaitan Antar Variabel

1. Variabel DPK (Dana Pihak Ketiga).

DPK (variabel eksogen) mempengaruhi Kredit (variabel endogen). Menurut Condro (2007:86) kenaikan dan penurunan alokasi Kredit usaha kerja karenanya sangat dipengaruhi oleh jumlah dana yang tersimpan pada bank umum. Semakin besar jumlah dana dari pihak ketiga yang ada pada bank umum maka akan semakin besar pula jumlah alokasi Kredit usaha kerja. Dapat disimpulkan apabila variabel DPK mengalami kenaikan maka pengaruhnya terhadap variabel kredit akan menyebabkan kenaikan.

DPK (variabel eksogen) mempengaruhi Loan to Deposit ratio (variabel endogen). Menurut Arifin (2006:155) bahwa simpanan (deposit nasabah mempunyai pengaruh terhadap likuiditas. Fikrulyn (2010) berpendapat, bahwa DPK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR, hal ini disebabkan disebabkan karena bank lebih cenderung menempatkan dana pihak ketiganya pada instrumen keuangan seperti SUN dan SBI karena bank takut non performing loan meningkat jika diberikan dalam bentuk kredit, yang menyebabkan penyaluran dana pihak ketiga pada masyarakat mengalami penurunan dan menyebabkan LDR menjadi rendah.

2. Variabel CAR (Capital Adequacy Ratio).

CAR (variabel eksogen) mempengaruhi Kredit (variabek endogen). Apabila variabel CAR mengalami kenaikan maka pengaruhnya terhadap


(48)

32

variabel Kredit akan menyebabkan penurunan. Menurut Amiranti (2009:53) hal ini dikarnakan dana atau modal yang dimiliki suatu bank tersalurkan kepada kredit UMKM yang diberikan kepada masyarakat sehingga mengurangi permodalan bank.

CAR (variabel eksogen) mempengaruhi Loan to Deposit ratio (variabel endogen). Menurut Dendawijaya dalam Seandy (2010), semakin tinggi nilai CAR mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung risiko-risiko yang ditimbulkan termasuk di dalamnya risiko kredit. Dengan modal yang besar maka suatu bank dapat menyalurkan kredit lebih banyak, sejalan dengan kredit yang meningkat maka akan meningkatkan LDR itu sendiri.

3. Variabel Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia).

Suku Bunga SBI (variabel eksogen) mempengaruh Kredit (variabel endogen). Apabila variabel suku bunga SBI mengalami kenaikan maka pengaruhnya terhadap variabel kredit akan menyebabkan penurunan. Menurut Roy (2005:59), suku bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank.


(49)

33

Suku Bunga SBI (variabel eksogen) mempengaruh Loan to Deposit ratio (variabel endogen). Menurut Agus Tribawanto dalam Nasiruddin (2005:26) menyatakan tingkat suku bunga pinjaman dan kolektibilitas kredit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap macetnya KUT baik secara individual maupun secara serempak sehingga dapat mempengaruhi LDR nya. Semakin tinggi tingkat suku bunga kredit maka semakin rendah LDR BPR karena BOR mempunyai kesulitan untuk membayar dana pihak ketiga ini disebabkan pemasukan dari penghasilan bunga kredit berkurang. Apabila variabel suku bunga SBI mengalami kenaikan maka pengaruhnya terhadap variabel LDR akan menyebabkan peningkatan.

4. Variabel Kredit.

Kredit (variabel eksogen) mempengaruhi Loan to Deposit ratio variabel endogen). Apabilavariabel kredit mengalami kenaikan maka pengaruhnya terhadap variabel LDR akan menyebabkan kenaikan. Hal ini juga sesuai dengan teori Commercial Loan Theory sebagaimana dikutip Siamat (2004:157), mengatakan bahwa likuiditas bank akan terjamin jika aktiva produktif bank terdiri dari kredit jangka pendek yang dicairkan dalam kegiatan usaha yang berjalan secara normal.


(50)

34 D. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh data kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data yang telah diolah.

Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Dari beberapa teori yang telah ada peneliti merangkainya menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Jalur (path analysis). Hal ini dikarenakan analisis jalur dapat menguji persamaan regresi yang melibatkan beberapa variabel mediating /intervening atau variabel antara.

Ganbar diatas merupakan paradigma jalur. Analisis dilakukan dengan menggnakan kolerasi, regresi dan dan jalur, sehingga dapat diketahui untuk sampai pada variabel dependen terakhir, harus lewat jalur langsung atau, atau melalui variabel intervening (Sugiyono, 2007:14).

Setelah menentukan judul dan metode analisis, peneliti mengumpulkan data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek yang akan diteliti adalah BPD (Bank Pembangunan Daerah) di Indonesia yang berjumlah 26 bank. Variabel yang diteliti adalah DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia), Kredit yang disalurkan dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Dalam penelitian ini yang akan menjadi variabel eksogen adalah DPK, CAR dan Suku Bunga SBI. Sedangkan yang akan menjadi variabel endogen adalah Kredit dan LDR.


(51)

35

Untuk pencarian data dibagi menjadi dua bagian. Pertama untuk pengambilan data Suku Bunga SBI diperoleh dari SEKI (Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia) di Perpustakaan Bank Indonesia. Kedua umtuk pengambilan data DPK, CAR, Kredit dan LDR diambil dari SPI (Statistik Perbankan Indonesia) pada BPD melalui situs (www.bi.go.id).

Setelah memperoleh data-data dari setiap variabel peneliti mulai melakukan analisis. Langkah awal yang diperlukan adalah menetukan struktur persamaan linier dari paradigma penelitian yang telah dibentuk berdasarkan teori-teori yang ada. Kemudian data disimpan menggunakan software PASW Statistics 18 dan diolah dengan menggunakan software AMOS 18. Dari output tersebut dapat dianalisa korelasi, hubungan antar variabel, besarnya R Square dan kesesuaian model (Goodness of Fit). Setelah melakukan analisis tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Gambar berikut merupakan paradigma jalur. Analisis dilakukan dengan menggunakan kolerasi, regresi dan dan jalur, sehingga dapat diketahui untuk sampai pada variabel dependen terakhir, harus lewat jalur langsung atau, atau melalui variabel intervening (Sugiyono, 2007:14). Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka berpikir yang peneliti bentuk secara sederhana untuk menjelaskan proses penelitian:


(52)

36 Bank Indonesia

Bank Pembagunan Daerah

Hubungan langsung dan tidak langsung

Interpretasi Pengujian Hipotesa

Uji Kesesuaian Model

Kebijakan Moneter

DPK

LDR Kredit

CAR

SBI rx1x2

rx1x3

rx2x3

e1 e2

px1z

px3z

px2y

px1y px2z

px3y

pyz

Gambar. 2.1 Kerangka Berpikir


(53)

37 E. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Suku Bunga SBI (Serifikat Bank Indonesia) terhadap Kredit.

Ho: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara DPK, CAR dan Suku Bunga SBI terhadap Penyaluran Kredit.

Ha: Terdapat pengaruh signifikan antara DPK, CAR dan Suku Bunga SBI terhadap Penyaluran Kredit.

2. DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Serifikat Bank Indonesia) terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio) dan variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio).

Ho: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara DPK, CAR dan Suku Bunga SBI terhadap LDR dan variabel intervening Kredit terhadap LDR.

Ha: Terdapat pengaruh signifikan antara DPK, CAR dan Suku Bunga SBI terhadap LDR dan variabel intervening Kredit terhadap LDR.


(54)

38 BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif karena dalam penelitian ini peneliti akan menghitung seberapa besar pengaruh DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Serifikat Bank Indonesia) dan Penyaluran Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio). Objek dalam penelitan ini adalah seluruh BPD (Bank Pembangunan Daerah) yang beroperasi di Indonesia sebanyak 26 bank periode Juli 2005 – Juni 2010.

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode Judgement Sampling dalam menentukan sampel. Metode judgement sampling atau purposive pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata (Rodoni, 2010:17).

Sampel penelitian ini berjumlah masing-masing 60 buah, yang terdiri dari data dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, penyaluran kredit dan loan to deposit ratio Bank Pembangunan Daerah serta suku bunga Sertifikat Bank Indonesia periode Juli 2005 sampai dengan Juni 2010.


(55)

39 C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara: 1. Studi Kepustakaan

Untuk memperoleh informasi, landasan serta konsep yang kuat dilakukan pencarian dari berbagai literatur, jurnal-jurnal yang dipublikasikan, artikel, majalah serta berbagai sumber lainnya yang berkaitan dengan topik.

2. Data Sekunder

Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder dikumpulkan, dicatat dan diolah sendiri dari data yang sudah tersedia. Data sekunder yang digunakan merupakan data time series yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Data tersebut meliputi: a. Data DPK, CAR, Kredit dan LDR diperoleh dari laporan bulanan

Statistik Perbankan Indonesia pada Bank Pembangunan Daerah yang ada di website bank Indonesia.

b. Data Suku Bunga SBI diperoleh dari laporan Statisitik Ekonoi dan keuangan Indonesia yang ada di website bank Indonesia.


(56)

40 D. Metode Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis). Analisis jalur merupakan pengembangan dari analisis regresi, sehingga dapat dikatakan merupakan bentuk khusus dari analisis jalur (regression is special case of path analysis).

Analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang digunakan untuk kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih model yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan dengan lingkaran dan anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas. Regresi dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi oleh model dibandingkan dengan matrik korelasi hasil observasi variabel dan nilai goodness of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai goodness of fit (Ghozali, 2008:21).

Analisis jalur merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis regresi berganda dan bivariate. Analaisis jalur ingin menguji persamaan regresi yang melibatkan beberapa variabel eksogen dan endogen sekaligus sehingga memungkinkan pengujian terhadap variabel mediating/intervening atau variabel antara. Disamping itu analisis jalur juga dapat mengukur hubungan langsung antar variabel dalam model maupun hubungan tidak langsung antar variabel dalam model. Hubungan langsung antara variabel eksogen terhadap variabel dapat dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak langsung adalah seberapa besar pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen melalui


(57)

41 X1

X2 X3

Y

e1

variabel intervening. Pengaruh total dapat diperoleh dengan menjumlahkan hubungan langsung dan tidak langsung (Ghozali, 2008:21).

Menurut Sugiyono (2007:297), penggunaan analisis jalur dalam analisis data penelitian didasarkan pada bebrapa asumsi sebagai berikut.

1. Hubungan antar variabel yang akan dianalisis berbentuk linier, aditif dan kausal.

2. Variabel-variabel residual tidak berkolerasi dengan variabel yang mendahuluinya, dan tidak juga berkolerasi dengan variabel yang lain.

3. Dalam model hanya terdapat jalur kausal/sebab-akibat searah.

4. Data setiap variabel yang dianalisis adalah data interval dan berasal dari sumber yang sama.

Berdasarkan kerangka berpikir penelitian ini, maka dapat diperoleh 2 (dua) substruktur linier sebagai berikut:

Substruktur I:

Gambar. 3.1

Hubungan Kausal X1, X2, X3 terhadap Y

Substruktur I menggunakan model logaritma natural formulasinya dapat dinyatakan sebagai: Y = ρYX1+ ρYX2 + ρYX3 + ε 1


(58)

42

Keterangan:

Y = Penyaluran Kredit X3= Suku Bunga SBI

X1 = DPK (Dana Pihak Ketiga) ε 1= Residual Error

X2 = CAR (Capital Adequacy Ratio)

Substruktur II:

Gambar. 3.2

Hubungan Kausal X1, X2, X3 dan Y terhadap Z

Substruktur II menggunakan model logaritma natural formulasinya dapat dinyatakan sebagai: Z = ρZX1+ ρZX2+ ρZX3 + ρZY +ε2

Keterangan:

Z =LDR (Loan to Deposit Ratio) Y = Penyaluran Kredit X1= DPK (Dana Pihak Ketiga) ε 2= Residual Error

X2 = CAR (Capital Adequacy Ratio)

X3 = Suku Bunga SBI

Hair et.al dalam Ghozali (2008:61), mengajukan tahapan pemodelan dan analisis persamaan struktural menjadi 7 (tujuh) langkah.

Langkah 1: Pengembangan Model Berdasar Teori

Model persamaan structural didasarkan pada hubungan kausalitas, dimana perubahan satu variabel diasumsikan akan berakibat pada perubahan variabel lainnya. Hubungan kausalitas dapat berarti hubungan yang ketat

X1

X2 X3

Y

e2 Z


(59)

43

seperti ditemukan dalam proses fisik seperti dalam riset perilaku yaitu alas an seseorang membeli produk tertentu. Kuatnya hubungan kausalitas antara dua variable yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada metode analisis yang dia pilih, tetapi terletak pada justifikasi (pembenaran) secara teoritis untuk mendukung analisis. Jadi jelas bahwa hubungan antar variable dalam model merupakan dedukasi dari teori.

Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural

Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menyusun model struktural yaitu menghubungkan antar model konstruk laten baik endogen maupun eksogen dan menyusun measurement model yaitu menghubungkan konstrak laten endogen atau eksogen dengan variabel indikator atau manifest.

Langkah 4: Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan Model persamaan strukturak berbeda dari teknik analisis multivariate lainnya, SEM hanya menggunakan data input berupa matrik varian/kovarian atau matrik korelasi. Data mentah observasi individu dapat dimasukkan dalam program AMOS, tetapi program AMOS akan merubah dahulu data mentah menjadi matrik kovarian atau matrik korelasi. Analisis terhadap data outlier harus dilakukan sebelum matrik kovarian atau korelasi dihitung. Teknik estimasi model persamaan structural pada awalnya dilakukanb dengan ordinary least square (OLS) regression, tetapi teknik ini mulai digantikan oleh Maximum Likelihood Estimation (ML) yang lebih efisien dan unbiased jika


(60)

44

asumsi normalitas multivariate dipenuhi. Teknik ML sekarang digunakan oleh banyak program komputer. Namun demikian teknik ML sangat sensitif terhadap non-normalitas data sehingga diciptakan teknik estimasi lain seperti, weight least square (WLS), generalized least square (GLS) dan asymptotivally distribution free (ADF).

Langkah 5: Menilai Identifikasi Model Struktural

Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer, sering didapat hasil estimasi yang tidak logis atau meaningless dan hal ini berkaitan dengan masalah identifikasi model structural. Problem identifikasi adalah ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique estimate. Cara melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi yang meliputi: (1) adanya nilai standar error yang besar untuk satu atau lebih koefisien, (2) ketidakmampuan program untuk invert information matrix, (3) nilai estimasi yang tidak mungkin misalkan error variance yang negatif , (4) adanya nilai korelasi yang tinggi (> 0,90) antar koefisien estimasi.

Langkah 6: Menilai Kriteria Goodness-of-Fit

Salah satu tujuan dari Analisis Jalur adalah menentukan apakah model planusible (masuk akal) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik, apabila memiliki model fit yang baik pula. Tingkat kesesuaian model dalam buku Imam terdiri dari:

1. Absolute Fit Measure

Absolute fit measure mengukur model fit secara keseluruhan (baik model struktural maupun model pengukuran secara bersamaan).


(61)

45

a. LikeliHood-Ratio Chi-Square Statistic

Ukuran fundamental dari overall fit adalah likeliHood-ratio chi-square (χ2). Nilai chi-square yang tinggi relative terhadap degree of freedom menunjukkan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas (p) akan menghasilkan nilai probabilitas (p) yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α ) dan ini menunjukkan bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal ini peneliti harus mencari nilai chi-square yang tidak signifikan (p ≥ 0.05) karena mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit dengan data observasi.

b. CMIN/DF

Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom. Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio ukuran ini untuk mengukur fit. Menurut Wheaton et. Al dalam Ghozali nilai ratio 5 (lima) atau kurang dari lima merupakan ukuran yang reasonable. Peniliti lainnya seperti Byrne mengusulkan nilai ratio ini < 2 merupakan ukuran fit.

c. Goodness of Fit Index (GFI)

Goodness of Fit Index (GFI) dikembangkan oleh Joreskog dan Sorbon (1984) yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar antar 0


(62)

46

(poor fit) sampai 1 (perfect fit). Nilai GFI tinggi menunjukkan fit yang lebih baik dan berapa nilai GFI dapat diterima sebagai nilai yang layak belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti menganjurkan nilai di atas 90% sebagai ukuran good fit.

d. Root Mean Square Erorrs of Approximation (RMSEA)

Root mean square error of approximination (RMSEA) merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistik chi-square menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0,05 sampai 0,08 merupakan ukuran yang dapat diterima. Hasil uji empiris RMSEA cocok untuk menguji model konfitmatori atau competing model strategy dengan jumlah sampel besar.

2. Incremental Fit Measures

Incremental fit measures membandingkan proposed model dengan baseline model sering disebut dengan null model. Null model merupakan model realistic dimana model-model yang lain harus diatasnya.

a. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)

Adjusted Goodnbess of Fit Index (AGFI) merupakan

pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk propsed model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai yang direkomendasikan adalah ≥ 0,90.


(63)

47

b. Tucker-Lewis Index (TLI)

Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit index (NNFI). Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi analisis faktor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran ini menggabungkan ukuran parsimony kedalam indek komparasi antara proposal model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1.0. Nilai TLI yang direkomemdasikan adalah ≥ 0,90.

c. Normed Fit Index (NFI)

Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara

proposed model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 (no fit at all) sampai 1.0 (perfect fit). Seperti halnya TLI tidak ada nilai absolute yang dapat digunakan sebagai standar, tetapi umumnya direkomendasikan ≥ 0,90.

3. Parsimony Fit Measures

Ukuran ini menghubungkan goodness-of-fit model dengan sejumlah koefisien estimasi yang diperlukan untuk mencapai level fit. Tujuan dasarnya adalah untuk mendiagnose apakah model fit telah tercapai dengan “overfitting” data yang memiliki banyak koefisien. Prosedur ini mirip dengan “adjustment” terhadap nilai R2 didalam multiple regression.

Namun demikian karena tidak ada uji statistic yang tersedia maka penggunaannya hanya terbatas untuk membandingkan model.


(64)

48

a. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI)

Parsimonious goodness-of-fit index (PGFI) memodifikasi GFI atas dasar parsimony estimated model. Nilai PGFI berkisar antara 0 sampai 1.0 debngan nilai semakin tinggi menunjukkan model lebih parsimony.

b. Parsimony Normed Fit Index (PNFI)

Parsimonious normal fit index (PNFI) merupakan modifikasi dari NFI. PNFI memasukkan jumlahb degree of freedom yang digunakan untuk mencapai level fit. Semakin tinggi nilai PNFI semakin baik. Kegunaan utama dari PNFI adalah untuk membandingkan model dengan degree of freedom yang berbeda. Digunakan untuk membandingkan model alternative sehingga tidak ada nilai yang direkomendasikan sebagai nilai fit yang diterima. Namun demikian jika membandingkan dua model maka perbedaan PNFI 0,60 sampai 0,90 menunjukkan adanya perbedaan model yang signifikan.


(65)

49

Tabel. 3.1

Standar Penilaian Kesesuaian (Fit)

(Sumber: Ghozali, 2008)

Langkah 7: Interpretasi dan Modifikasi Model

Ketika model telah dinyatakan diterima, maka peneliti dapat mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki penjelasan teoritis atau goodness-of-fit. Modifikasi dari model awal harus dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi, maka

Laporan Statistik Nilai yang Direkomendasikan Keterangan Absolut Fit

Prob. χ2 Tidak signifikan (p > 0,05)

Model yang diusulkan cocok/fit

dengan data observasi

2

χ /df ≤5

< 2

- Ukuran yang reasonable -Ukuran fit

RMSEA

< 0,1 < 0,05 < 0,01 0,05 ≤x≤ 0,08

- good fit - very good fit - outstanding fit - reasonable fit

GFI ≥ 0,9 good fit

Incremental Fit

AGFI ≥ 0,9 good fit

TLI ≥ 0,9 good fit

NFI ≥ 0,9 good fit

Parsimonious Fit

PNFI 0-1,0 lebih besar lebih

baik

PGFI 0-1,0 lebih besar lebih


(66)

50

model tersebut harus di cross-validated (diestimasi dengan data terpisah) sebelum model modifikasi diterima.

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Endogen

a. LDR (Loan to Deposit Ratio)

LDR atau rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga merupakan salah satu indikator likuiditas sebuah bank. Menurut Slamet, LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total DPK yang dapat dihimpun oleh Bank (Slamet, 2006:165). b. Kredit

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

2. Variabel Eksogen

a. DPK (Dana Pihak Ketiga)

Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1) disebutkan bahwa, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana


(67)

51

dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

b. CAR (Capital Adequacy Ratio)

Capital Adequacy Ratio yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh sebuah bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari aktiva tertimbang (Slamet, 2006:166). c. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

Menurut Kasmir (203:37), bunga bagi bank berdasarkan prinsip konvensional dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktupendek.


(68)

52 BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

Sesuai dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghinpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Yang dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dan didalam Undang-Undang tentang perbankan tersebut menurut jenisnya dibedakan menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat.

Fungsi utama perbankan di Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Mengenai objek dalam penelitian ini yaitu Bank Pembangunan Daerah (BPD) menurut jenisnya termasuk dalam golongan bank umum. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Saat ini di Indonesia terdapat 26 BPD, dari jumlah BPD tersebut baru satu yang sudah go public. Tiga lainnya masih berstatus perusahaan Daerah.


(69)

53 Gambar. 4.1

Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia Mei 2010

Menurut Sunarsip BPD memiliki relasi yang tidak dapat dipisahkan dengan perekonomian daerah, dimana BPD tersebut berdiri. Makanya, tidak mengherankan bila BPD selalu melekat nama daerah asal BPD didirikan. Selain menjalankan kegiatan bank umum, BPD juga berfungsi sebagai kasir Pemda, seperti dana realisasi APBD. Sehingga, BPD memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok bank lainnya (BUMN, swasta, asing dan campuran). Pendirian BPD adalah untuk mendorong pembangunan di daerah. BPD diarahkan untuk menopang pembangunan infrastruktur, UMKM,

Bank Umum (122)

Bank Swasta (118)

BPR (1861)

BPR Konvensional (1718)

Bank Pemerintah Unit Usaha Syariah (2)

Bank Umum Swasta (83)

Bank Umum Swasta Syariah (9)

BPR Syariah (143) Bank Pemerintah (4)

BPD Umum Swasta Unit Usaha Syariah (10)

Bank Pembangunan Daerah(26)

BPD Unit Usaha Syariah (14)


(70)

54

pertanian, dan lain-lain kegiatan ekonomi dalam rangka pembangunan daerah (Republika, 9 Januari 2008:16).

Tabel. 4.1

Daftar Bank Pembangunan Daerah

Bank Jambi (Jambi) Bank Maluku (Ambon)

Bank Kalsel (Banjarmasin) Bank Bengkulu (Kota Bengkulu) Bank Kaltim (Samarinda) Bank Jateng (Semarang)

Bank Sultra (Kendari) Bank Jatim (Surabaya) Bank BPD DIY (Yogyakarta) Bank NTB (Mataram)

Bank Nagari (Padang) Bank NTT (Kupang)

Bank DKI (Jakarta) Bank Sulteng (Palu)

Bank Lampung (Bandar Lampung) Bank Sulut (Manado) Bank Kalteng (Palanka Raya) Bank BPD Bali (Denpasar) Bank BPD Aceh ( Banda Aceh) Bank Papua (Jayapura) Bank Sulsel (Makassar) Bank Riau Kepri (Pekanbaru)

Bank BJB (Bandung) Bank Sumsel Babel (Palembang)

Bank Kalbar (Pontianak) Bank Sumut (Medan)


(71)

55 B. Analisis

1. Analisis Deskriptif Variabel

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2010, PASW Statistics 18 dan Software Amos 18 untuk dapat mengolah data BPD (Bank Pembangunan Daerah) dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti, yaitu terdiri dari variabel eksogen; DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Suku Bunga SBI. Sedangkan variabel endogen; Penyaluran Kredit dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut.

a. Analisis Deskriptif DPK

Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1) disebutkan bahwa, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Sumber DPK dari segi mata uangnya dibedakan menjadi (Slamet, 2006:79):

1) Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah

Yaitu kewajiban-kewajiban bank yang tercatat dalam bentuk rupiah pada pihak ketiga bukan bank baik kepada penduduk maupun bukan penduduk. Komponen DPK ini terdiri dari Giro, Simpanan Berjangka (deposito dan Sertifikat Deposito), tabungan dan kewajiban-kewajiban lainnya yang terdiri dari kewajiban


(1)

111

Lampiran 2: Hasil Uji

Fit

Sebelum

Trimming

Notes for Model (Default model)

Computation of degrees of freedom (Default model)

Number of distinct sample moments: 15 Number of distinct parameters to be estimated: 15 Degrees of freedom (15 - 15): 0

Result (Default model)

Minimum was achieved Chi-square = .000 Degrees of freedom = 0

Probability level cannot be computed

Model Fit Summary

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF Default model 15 .000 0

Saturated model 15 .000 0

Independence model 5 418.221 10 .000 41.822

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI Default model .000 1.000

Saturated model .000 1.000

Independence model 200167232.327 .351 .027 .234

Baseline Comparisons

Model NFI

Delta1 RFI rho1

IFI Delta2

TLI rho2 CFI Default model 1.000 1.000 1.000 Saturated model 1.000 1.000 1.000 Independence model .000 .000 .000 .000 .000

Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI Default model .000 .000 .000 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 1.000 .000 .000


(2)

112

NCP

Model NCP LO 90 HI 90 Default model .000 .000 .000 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 408.221 345.011 478.845

FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90 Default model .000 .000 .000 .000 Saturated model .000 .000 .000 .000 Independence model 7.088 6.919 5.848 8.116

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE Independence model .832 .765 .901 .000

AIC

Model AIC BCC BIC CAIC Default model 30.000 33.396 61.415 76.415 Saturated model 30.000 33.396 61.415 76.415 Independence model 428.221 429.353 438.693 443.693

ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI Default model .508 .508 .508 .566 Saturated model .508 .508 .508 .566 Independence model 7.258 6.187 8.455 7.277

HOELTER

Model HOELTER .05

HOELTER .01 Default model


(3)

113

Lampiran 3: Hasil Analisis Amos 18 setelah

Trimming

Estimates (Group number 1 - Default model)

Scalar Estimates (Group number 1 - Default model) Maximum Likelihood Estimates

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label Kredit <--- DPK .577 .077 7.547 *** par_4 Kredit <--- SBI -4070977.114 1283926.647 -3.171 .002 par_5 Kredit <--- CAR -185507.896 74192.219 -2.500 .012 par_6 LDR <--- DPK .000 .000 -23.595 *** par_7 LDR <--- CAR .187 .089 2.094 .036 par_8 LDR <--- Kredit .000 .000 44.309 *** par_9

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate Kredit <--- DPK .629 Kredit <--- SBI -.246 Kredit <--- CAR -.153 LDR <--- DPK -.871 LDR <--- CAR .043 LDR <--- Kredit 1.711

Covariances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label SBI <--> CAR .000 .000 2.863 .004 par_1 SBI <--> DPK -38.914 8.505 -4.576 *** par_2 CAR <--> DPK -375.821 105.244 -3.571 *** par_3

Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate SBI <--> CAR .402 SBI <--> DPK -.742 CAR <--> DPK -.525

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label SBI .000 .000 5.431 *** par_10 CAR .001 .000 5.431 *** par_11 DPK 947534469.890 174455236.513 5.431 *** par_12 e1 127106649.225 23402231.009 5.431 *** par_13 e2 .000 .000 5.431 *** par_14

Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate Kredit .841 LDR .984


(4)

114

Matrices (Group number 1 - Default model)

Total Effects (Group number 1 - Default model)

DPK CAR SBI Kredit Kredit .577 -185507.896 -4070977.114 .000 LDR .000 -.952 -24.995 .000

Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)

DPK CAR SBI Kredit Kredit .629 -.153 -.246 .000 LDR .206 -.218 -.420 1.711

Direct Effects (Group number 1 - Default model)

DPK CAR SBI Kredit Kredit .577 -185507.896 -4070977.114 .000 LDR .000 .187 .000 .000

Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)

DPK CAR SBI Kredit Kredit .629 -.153 -.246 .000 LDR -.871 .043 .000 1.711

Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

DPK CAR SBI Kredit Kredit .000 .000 .000 .000 LDR .000 -1.139 -24.995 .000

Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

DPK CAR SBI Kredit Kredit .000 .000 .000 .000 LDR 1.077 -.261 -.420 .000


(5)

115

Lampiran 4: Hasil Uji

Fit

Setelah

Trimming

Notes for Model (Default model)

Computation of degrees of freedom (Default model)

Number of distinct sample moments: 15 Number of distinct parameters to be estimated: 14 Degrees of freedom (15 - 14): 1

Result (Default model)

Minimum was achieved Chi-square = 1.243 Degrees of freedom = 1 Probability level = .265

Model Fit Summary

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF Default model 14 1.243 1 .265 1.243 Saturated model 15 .000 0

Independence model 5 418.221 10 .000 41.822

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI Default model .000 .992 .876 .066 Saturated model .000 1.000

Independence model 200167232.327 .351 .027 .234

Baseline Comparisons

Model NFI

Delta1 RFI rho1

IFI Delta2

TLI rho2 CFI Default model .997 .970 .999 .994 .999 Saturated model 1.000 1.000 1.000 Independence model .000 .000 .000 .000 .000

Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI Default model .100 .100 .100 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 1.000 .000 .000

NCP

Model NCP LO 90 HI 90 Default model .243 .000 7.613 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 408.221 345.011 478.845


(6)

116

FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90 Default model .021 .004 .000 .129 Saturated model .000 .000 .000 .000 Independence model 7.088 6.919 5.848 8.116

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE Default model .064 .000 .359 .299 Independence model .832 .765 .901 .000

AIC

Model AIC BCC BIC CAIC Default model 29.243 32.413 58.564 72.564 Saturated model 30.000 33.396 61.415 76.415 Independence model 428.221 429.353 438.693 443.693

ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI Default model .496 .492 .621 .549 Saturated model .508 .508 .508 .566 Independence model 7.258 6.187 8.455 7.277

HOELTER

Model HOELTER .05 HOELTER .01 Default model 183 315 Independence model 3 4


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, dan Return on Asset terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

1 79 118

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio Dan Non Performing Loan Terhadap Volume Kredit Pada Bank Yang Terdapat Di BEI

1 44 94

Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia

0 33 104

Pengaruh capital adequacy ratio (car), non performing financing (npf), danan pohak ketiga (dpk), sertifikat bank umum syariah (sbis) terhadap penyaluran pembiayaan bank umum syariah periode 2009-2015

0 8 116

Pengaruh DPK, CAR, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Komposisi Pembiayaan Mudharabah (Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Indonesia)

0 5 119

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

5 20 120

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT, CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (Dpk), Tingkat Sukubunga Kredit, Capital Adequacy Ratio (Car),Non Performing Loan (Npl) Dan Return On Assets (Roa)

0 3 19

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT, CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (Dpk), Tingkat Sukubunga Kredit, Capital Adequacy Ratio (Car),Non Performing Loan (Npl) Dan Return On Assets (Roa)

0 4 16

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN DAN DANA PIHAK KETIGA PADA PROFITABILITAS.

0 0 10

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) DAN SUKU BUNGA KREDIT (SBK) TERHADAP PENYALURAN KREDIT PADA PT. BANK SUMSELBABEL -

0 0 96