Suntingan Teks LANDASAN TEORI

xxv

BAB II LANDASAN TEORI

G. Suntingan Teks

Penyuntingan teks memerlukan metode yang tepat sesuai dengan kondisi naskah yang disunting sehingga akan menghasilkan suntingan yang baik dan benar. Baik dalam arti mudah dibaca dan dipahami, sebab sudah ditransliterasikan dan ejaannya sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa sasaran. Benar, kebenaran isi teks dapat dipertanggungjawabkan karena sudah dilakukan perbaikan terhadap kesalahan yang ada secara ilmiah. Penyuntingan teks memerlukan metode yang tepat dan sesuai dengan teks yang akan disunting. Penyuntingan teks yang menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan objek yang diteliti akan menghasilkan suntingan yang baik dan benar, baik dalam arti mudah dibaca dan benar dalam arti dapat dipertanggungjawabkan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyunting naskah menurut Djamaris Edwar Djamaris. 1977: 23, yaitu: 1. Inventarisasi naskah Inventarisasi naskah yaitu dengan mengumpulkan seluruh informasi mengenai naskah, baik dari katalogus naskah atau dari xxvi berbagai perpustakaan universitas atau museum yang biasa menyimpan naskah. 2. Deskripsi naskah Deskripsi naskah yaitu dengan menguraikan keadaan naskah secara terperinci. Ini menyangkut tentang judul naskah, keadaan naskah, kertas, cat air atau watermark kalau ada, catatan lain mengenai isi naskah, serta pokok-pokok isi naskah Edwar Djamaris, 1977: 24. 3. Perbandingan naskah Perbandingan naskah perlu dilakukan, apabila sebuah cerita ditulis dalam dua naskah atau lebih untuk membetulkan kata-kata yang salah atau tidak terbaca untuk menentukan silsilah naskah, untuk mendapatkan naskah yang terbaik, dan untuk tujuan-tujuan yang lain. Pada penelitian ini, teks Tanbīhātun li ‘l-Ghāfilīn tidak dilakukan perbandingan naskah, hal tersebut dikarenakan teks Tanbīhātun li ‘l-Ghāfilīn adalah naskah tunggal. 4. Dasar-dasar penentuan naskah yang akan ditransliterasikan Naskah-naskah yang akan ditransliterasi diperlukan dasar- dasar penentuannya dengan beberapa syarat, yaitu: 1 isinya lengkap dan tidak menyimpang, 2 tulisannya jelas dan mudah 11 xxvii dibaca, 3 keadaan naskah baik dan utuh, 4 bahasanya lancar dan mudah dipahami, 5 umur naskah lebih tua. 5. Singkatan naskah Singkatan naskah digunakan untuk memudahkan pengenalan isi naskah Edwar Djamaris, 1977:24—30. 6. Transliterasi naskah. Langkah terakhir dalam penelitian filologi adalah transliterasi naskah. Transliterasi menurut Siti Baroroh Baried et.al. adalah penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam melakukan transliterasi, perlu diikuti pedoman yang berhubungan dengan pemisahan dan pengelompokan kata, ejaan, dan pungtuasi. Berdasarkan pedoman, transliterasi harus memperhatikan ciri-ciri teks asli sepanjang hal itu dapat dilaksanakan karena penafsiran teks yang bertanggungjawab sangat membantu pembaca dalam memahami isi teks 1994:63-64. “Pengertian kritik teks textual Critism diartikan sebagai pengkajian dan analisis terhadap naskah karangan dan terbitan untuk menetapkan umur naskah, identitas pengarang dan keaslian karangan” Bani Sudardi, 1995: 9. Kata “kritik” berasal dari bahasa Yunani krites yang artinya “seorang hakim” Krinein berarti “menghakimi”, kriterion berarti “dasar penghakiman”. Kritik teks memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks xxviii pada tempatnya yang tepat. Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang sedekat-dekatnya dengan teks aslinya constitutio textus. Siti Baroroh Baried, et.al. 1994: 61.

H. Sastra