Rumah Tanaman Pot Tanaman

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai bulan Nopember 2007 di Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan dilakukan di dalam rumah tanaman yang terletak di laboratorium Wageningen Departemen Teknologi Pertanian , IPB.

3.2. Rumah Tanaman

Rumah tanaman dibangun sendiri mulai 30 Juli sampai 28 Agustus 2007 Gambar 1. Rumah tanaman ini mempunyai luas 7,5 m 2 , tinggi 1,8 m dan tinggi plafond 0,8 m. Bahan yang digunakan untuk atap bangunan ini adalah imparalon dan dindingnya dari paranet screen insect berukuran 4,5 mesh. Rumah tanaman ini menghadap ke arah Barat dan Timur dengan acuan pintu masuk seperti pada Gambar 5. Gambar 5. Rumah tanaman Di dalam ruma h tanaman dipasang sebuah fieldserver yang mempunyai instrumen pengukur suhu, kelembaban udara, radiasi surya serta kameravideo digital didalamnya. Barat Fieldserver Gambar 6 adalah instrumen pengukur parameter iklim yang dilengkapi ’data logger’ dan dapat mengirimkan data secara nirkabel melalui internetintranet Mizoguchi et al., 2005; Fukatsu dan Hirafuji, 2005. Fieldserver dapat diprogram dari jarak jauh remote umpamanya untuk menentukan interval pengukuran dan sudut pengambilan gambar. Gambar 6. Fieldserver

3.3. Pot Tanaman

Pot tanaman Gambar 7 dibuat dari tanah liat tetapi di bagian bawahnya dicampur pasir dengan komposisi seperti tertera pada Tabel 1. Pot tanaman ini dibuat oleh pengrajin gerabah di desa Plered, Jawa Barat. Bagian bawah tersebut dapat merembeskan air untuk membasahi tanah yang ada di dalam pot bila pot tanaman tersebut direndam di dalam air. Sifat bagian bawah di sini dinyatakan sebagai lapisan semi kedap semi pervious layer. Gambar 7. Pot tanaman Pot tanaman dibuat berbentuk silinder dengan tinggi 115 mm dan diameter 110 mm. Di bagian bibir pot dibuat menonjol yang bertujuan sebagai penyangga saat diletakkan pada tripleks. Tabel 1. Campuran bahan untuk membuat lapisan semi kedap. Campuran Persentase Pasir Tanah Liat LSK 20 20 80 LSK 30 30 70 LSK 40 40 60 LSK 50 50 50 Kemampuan lapisan semi kedap dalam merembeskan air diuji dengan cara pot tanaman direndam dalam air dengan ketinggian 7 cm dari bagian bawahnya selama 24 jam. Hasil pengujian disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pengujian kemampuan lapisan semi kedap untuk merembeskan air Campuran Pasir Jumlah air dalam pot mljam LSK 20 20 LSK 30 30 100 LSK 40 40 300 LSK 50 50 450 Dari hasil pengujian pengujian tersebut, LSK 20 tidak merembeskan air, tetapi LSK 30, 40 dan 50 mampu merembeskan air sehingga yang digunakan dalam penelitian ini hanya LSK 30, 40, dan 50. Lapisan LSK 30, 40, dan 50 kemudian diuji konduktivitas hidrolikanya dengan cara membuat sampel LSK berbentuk bulat dengan diameter 7 cm dan ketebalan 6 mm Gambar 8a. Pengujian ini menggunakan falling head Gambar 8b dan nilai konduktivitas hidrolikanya disajikan pada Tabel 3. Gambar 8. a Bentuk lapisan semi kedap b Pengujian lapisan semi kedap dengan metode Falling Head a b Tabel 3. Nilai konduktivitas hidrolika lapisan semi kedap Campuran Konduktivitas hidrolika cms LSK 30 1,41 10 -07 LSK 40 1,84 10 -07 LSK 50 2,65 10 -07 Lapisan semi kedap yang mengandung pasir 30 mempunyai nilai konduktivitas hidrolika lebih kecil dibandingkan dengan lapisan semi kedap lainnya. Pot dengan lapisan semi kedap tersebut kemudian diisi tanah, dan direndam kembali seperti pada percobaan sebelumnya, untuk diuji rembesannya. Debit yang diserap oleh tanah selama satu hari disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Air yang diserap oleh pot yang diisi media tanah selama 1 hari Campuran Jumlah Air mlhari LSK 30 200 LSK 40 172 LSK 50 125 LSK 30 merembeskan air lebih besar dibandingkan dengan LSK 40 dan LSK 50. Rembesan air melalui lapisan semi kedap ke tanah melawan gaya gravitasi atau karena gaya kapiler. LSK 30 yang mempunyai rongga kapiler lebih sempit merembeskan air lebih banyak dibandingkan dengan LSK 40 dan 50. Partikel pada LSK 30 lebih seragam dan kecil dibandingkan LSK 40 dan 50 sehingga membentuk rongga antara partikel lebih sempit dan menarik air ke atas. Semakin besar nilai porositasnya, maka serapan air ke media semi kedap lebih besar. Untuk melihat pengaruh dari pot dengan lapisan semi kedap yang berbeda selanjutnya dilakukan percobaan dengan menggunakan tanaman yaitu Bayam Amaranthus sp.. Pengukuran kadar air media tanah menggunakan instrumen pengukur kadar air tanah selama selang waktu tertentu. Kadar air basis volume dan suhu tanah diukur masing-masing menggunakan instrumen EC 5 EC 10 , ECTE , ‘data logger’ Gambar 9. Gambar 9. Instrumen a EC 5 , b EC 10 dan c ECTE dan d “data logger”

3.4. Media Tanam