Analisis keseimbangan air pada irigasi bawah permukaan melalui lapisan semi kedap

(1)

ANALISIS KESEIMBANGAN AIR PADA IRIGASI BAWAH

PERMUKAAN MELALUI LAPISAN SEMI KEDAP

HILDA AGUSTINA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ANALISIS KESEIMBANGAN AIR PADA IRIGASI BAWAH

PERMUKAAN MELALUI LAPISAN SEMI KEDAP

HILDA AGUSTINA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada Program Studi Keteknikan Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(3)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB


(4)

Judul Tesis : Analisis Keseimbangan Air pada Irigasi Bawah Permukaan Melalui Lapisan Semi Kedap

Nama : Hilda Agustina

NRP : F151050051

Jenjang : Magister Sains

Program Studi : Keteknikan Pertanian

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Mengetahui :

Tanggal ujian : 31 Januari 2008 Tanggal lulus :

Dr. Satyanto Krido Saptomo, STP, M.Si. Anggota

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr. Ketua

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro MS Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan M.Agr.

Ketua Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian

Dekan Sekolah Pascasarjana


(5)

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Air Tanaman ... 3

2.2. Pengertian Irigasi ... 4

2.3. Persamaan Darcy ... 5

2.4. Pergerakan Air Dalam Zone Unsaturated Dengan Kombinasi Persamaan Klasik Richard,Dengan Hisapan Matrik ... 6

2.5. Hubungan antara Konduktivitas Hidrolika dan Kadar Air Tanah ... 8

2.6. Evapotranspirasi ... 8

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu ... 17

3.2. Rumah Tanaman ... 17

3.3. Pot Tanaman... 18

3.4. Media Tanaman ... 22

3.5. Metode... 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Evapotranspirasi Potensial ... 34

4.2. Tanah ... 44

4.3. Tanaman ... 48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

1. Campuran bahan untuk membuat lapisan semi kedap ... 19

2. Pengujian kemampuan lapisan semi kedap untuk merembeskan air ... 20

3. Nilai konduktivitas hidrolika lapisan semi kedap ... 21

4. Debit yang diserap oleh pot yang diisi media tanah... 21

5. Retensi air tanah ... 22

6. Hasil pengujian model Van Genuchten... 24

7. Hasil pengujian model Muallem ... 26

8. Sifat fisika tanah, particle density, bulk density, ruang pori total, pori rainase, air tersedia, permeabilitas. ... 34

9. Sifat fisika tanah, tekstur tanah hasil uji laboratorium ... 34

10.Hasil produksi rata-rata bayam yang telah dikeringkan dengan oven ... 57


(8)

DAFTAR GAMBAR

1. Skema evapotranspirasi referensi, evapotranspirasi tanaman

dan nilai kc tanaman... 8

2. (a,b) Tanaman Bayam , (c) batang Bayam, (d) bunga Bayam ... 11

3. Daun Bayam (a) hijau, (b) merah ... 12

4. Benih Bayam ... 13

5. Rumah tanaman ... 17

6. Fieldserver ... 18

7. Pot Tanaman... 19

8. (a) Bentuk Lapisan semi kedap (b) Pengujian lapisan semi kedap dengan metode falling head ... 20

9. Instrumen EC 5, EC 10 ,ECTHE dan data logger ... 22

10. Grafik data pengamatan dan data perhitungan dengan menggunakan model Van Genutchen sebelum optimasi ... 23

11. Grafik perhitungan dengan data pengamatan setelah dioptima si ... 24

12. Pengujian data dengan model Muallem sebelum dioptimasi ... 25

13. Pengujian data dengan model Muallem setelah dioptimasi ... 25

14.Grafik kondisi pressure head dengan Konduktivitas hidrolika 1,7x10-7 cm/det... 27

15.Grafik kondisi pressure head dengan Konduktivitas hidrolika 1,75 x10-7 cm/det... 28

16.Grafik kondisi pressure head dengan Konduktivitas hidrolika 1,8 x10-7 cm/det sampai 3 x10-7 ... 29

17.Hubungan antara kedalaman (cm) dan kadar air (cm3/cm3) ... 30

18. a. Pemasangan pot pada triplek (kiri) dan sistem yang telah siap digunakan (kanan)... 31

b. Persemaian (kiri) dan bibit yang telah ditanam (kanan) ... 31

19. Skema keseimbangan air untuk sistem irigasi bawah permukaan melalui lapisan semi kedap ... 32

20. Data hasil pengukuran temperatur dari fieldserver ... 36

21. Grafik temperatur rata-rata harian hasil pengukuran selama pengamatan .... 37


(9)

23. Grafik kelembaban udara dalam rumah

tanaman selama masa pengamatan... 41

24. Grafik suhu dan kelembaban selama pengamatan ... 42

25. Grafik kadar air, temperatur tanah pada pot dengan LSK 50 yang belum ditanam dan temperatur udara ... 44

26. Grafik kadar air tanah irigasi bawah permukaan melalui lapisan semi kedap yang bervariasi ... 45

27. Grafik suhu tanah dan EC yang diukur pada tanah di dalam pot dengan LSK 50 ... 47

28. Tanaman Bayam umur 2 minggu ... 48

29. Pertumbuhan tanaman Bayam yang berumur 3 minggu ... 49

30. Bayam umur 4 minggu ... 50

31. Bayam umur 5 minggu ... 51

32. Bayam umur 6 minggu ... 52

33. a. Grafik pertumbuhan Bayam dalam pot dengan lapisan semi kedap 50 %... 53

b. Grafik pertumbuhan Bayam dalam pot dengan lapisan semi kedap 40 %... 54

c. Grafik pertumbuhan Bayam dalam pot dengan lapisan semi kedap 30 %... 54

34. Grafik tinggi tanaman Bayam dengan lapisan semi kedap berbeda... 55

35. Densitas akar Bayam tiap sampel tanaman ... 56

36. Evapotranspirasi tanaman referensi (ETo) yang diperoleh selama masa pengamatan dengan iklim yang terukur pada saat pengujian ... 57

37. Evapotranspirasi hasil pengukuran selama masa pengamatan pada pot dengan LSK 50 ... 58

38. vapotranspirasi hasil pengukuran selama masa pengamatan pada pot dengan LSK 40 ... 59

39. Evapotranspirasi hasil pengukuran selama masa pengamatan pada pot dengan LSK 30 ... 60


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Diagram alir proses optimisasi dan simulasi ... 67

2. Kadar Air Hasil Simulasi ... 68

3. Nilai Evapotranspirasi potensial harian dan Evapotranspirasi tanaman ... 69

4. Nilai koefisien tanaman Bayam menurut FAO ... 70


(11)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis yang berjudul “Analisis Keseimbangan Air Pada Irigasi Bawah Permukaan Melalui Lapisan Semi -Kedap”.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, MAgr sebagai pembimbing pertama, yang telah memberi bantuan moril, materil dan meluangkan waktunya untuk penulis menyelesaikan penelitian dan penulisan thesis ini.

2. Dr. Satyanto Krido Saptomo, STP, MSi.; pembimbing kedua, ya ng telah memberi nasehat dan bimbingan selama ini.

3. Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA sebagai penguji luar komisi.

4. Sdr. Rudiyanto, STP, MSi yang memberikan saran dan bantuan pembuatan model program serta nasehat selama ini.

5. Sdri. Evanila Silvia STP MSi, Widyartini SP MSi, yang telah memberikan semangat dan mengajarkankan selalu berpikiran positif dan selalu optimis. 6. Teman-teman seperjuangan, Selly Oktarina SP, Tamaria Panggabean STP,

Friska Syaiful STP dan teman-teman dari Universitas Sriwijaya lainnya, selamat berjuang, semoga kita semua sukses dan selalu kompak.

7. Maria J.T. Caturetna, Olly S. Hutabarat, Nurudin, Lukman, Bayu, Hendri, Omil, Harsman, Nunik, Eni dan teman-teman di Program Magister IPB.

8. Mulyatullah, Hanif, Afdhal, Taufik atas bantuan tenaga dan waktunya dalam membantu membangun ”rumah tanaman”.

9. Pusat Penelitian Tanah , Laboratorium Fisika Tanah Kota Bogor.

10.Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas peranannya sehingga penelitian ini dapat terwujud.

Semoga Allah memberikan balasan dan manfaat atas segala bantuan moril materil, nasehat dan ilmu yang diberikan.


(12)

Penulis menyadari bahwa isi dari thesis penelitian ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis harapkan agar lebih menambah khazanah pengetahuan penulis. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat. Amiin.

Bogor, Februari 2008 Hilda Agustina


(13)

ABSTRACT

Hilda Agustina. Evapotranspiration of Sub-surface Irrigation System Using Semi Pervious Layer under direction of Budi Indra Setiawan and Satyanto Krido Saptomo.

Under surface irrigation system was specially designed for irrigating crop planted in pots. The pots were made of burned clay-earth material with semi pervious base layer by mixing clay and sand in certain composition. The semi pervious layer enable water goes pass through the base of the pots to fulfill the water requirement of the crop for growth. Research experiment using this system was conducted in a green house to find out the performance of the pots specially designed for the irrigation system using spinach (Amaranthus sp.) for the experimental crop. The evapotranspiration in the greenhouse was measured and calculated by means of Fieldserver Instrument in real time. Growth observation was conducted by recording the change in crop height through a period of time. During the 50 day planting time, the water available for the crop in the pot ranged from 26% to 35% volume basis with semi pervious layer of 30% sand mixture. Potential evapotranspiration ranged from 0,61 to 0,75 mm/d. The actual evapotranspiration ranged from 0,58 to 0,71mm/d with crop coefficient ranged from 0,1 to 1,7 with the use of the semi previous layer (30% sand mixture).


(14)

RINGKASAN

Sistem irigasi bawah permukaan ini digunakan untuk mengairi pot tanaman yang didesain khusus. Pot tanaman ini terbuat dari tanah liat yang dibakar, dimana bagian dasarnya berupa lapisan semi kedap campuran tanah liat dan pasir dengan komposisi tertentu. Lapisan semi kedap yang berada dibawah media tanam dapat menghantarkan air dari sumber air yang berada dibawah pot ke media tanah, agar dapat memenuhi kebutuhan tanaman selama pertumbuhannya. Lapisan semi kedap ini diharapkan tidak memberikan air yang berlebihan atau kekurangan dari kebutuhan air tanaman dan sesuai dengan kebutuhannya selama pertumbuhan. Tujuan penelitian adalah menentukan nilai konduktivitas hidrolika lapisan semi kedap yang meme nuhi kebutuhan air tanaman dan pengaruhnya terhadap ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman dari sistem pot bawah permukaan . Selain itu untuk mengetahui evapotranspirasi serta nilai faktor tanaman selama masa pertumbuhannya.

Analisis pergerakan air menggunakan pendekatan secara teoritis dengan simulasi dan pengamatan pertumbuhan tanaman di rumah tanaman. Pengujian lapangan dilakukan di rumah tanaman berukuran 7,5 m2 di Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor, tanaman yang diuji adalah Bayam (Amaranthus hybridus L.). Kondisi lingkungan (kelembaban, radiasi, dan suhu) dalam rumah tanaman diukur secara otomatis menggunakan Field Server yang dilengkapi juga dengan sensor pengukur suhu dan kelembaban tanah. Lapisan semi kedap yang diuji adalah campuran tanah liat dan pasir yaitu LSK 30, LSK 40, LSK 50. LSK 30 merupakan campuran tanah liat dengan 30 % pasir. LSK 40 adalah campuran tanah liat dengan 40 % pasir dan LSK 50 adalah campuran tanah liat dengan 50 % pasir.

Pertumbuhan tanaman Bayam cukup baik dengan tinggi maksimum Bayam mencapai 58,5 cm dan rata-rata tinggi yaitu 50,8 cm bila ditanam dalam pot tanaman yang mempunyai lapisan semi kedap dengan campuran pasir 30 %. Kadar air yang tersedia berkisar antara 26 sampai dengan 35 % basis volume. Dalam kondisi tersebut, nilai kc tanaman berkisar antara 0,1 sampai dengan 1,7 dengan konduktivitas hidrolik yaitu 1,41 x 10-7. Nilai evapotranspirasi potensial maksimum adalah 0,61 mm/hari dan minimum adalah 0,75 mm/hari. Sedangkan evapotranspirasi tanaman maksimum pada kondisi ini adalah 0,71 dan minimum 0,58 mm/hari.

Pot tanaman dengan lapisan semi kedap dapat digunakan dalam sistem pertanian terapung.

Kata Kunci : Lapisan semi kedap, konduktivitas hidrolika, pot tanaman, evapotranspirasi, koefisien tanaman.


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang, tanggal 23 Agustus 1977 dari ayah Umar Zen dan Ibu Yoehi.

Penulis telah menyelesaikan sekolah sarjana (S1) pada tahun 2000 di Program Studi Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Pada tahun 2005 penulis diterima di Sekolah Pascasarjana Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis telah bekerja sejak tahun 2002 sebagai tenaga pengajar dengan jabatan asisten ahli di Program Studi Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.


(16)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tingkat produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan sekitarnya. Pada keadaan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan/persyaratan tumbuh tanaman akan diperoleh produksi yang tinggi, sebaliknya pada keadaan lingkungan yang kurang cocok tidak akan diperoleh produksi yang memadai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produksi tanaman merupakan fungsi dari karakteristik/kualitas lahan disekitarnya.

Tanaman harus terpenuhi air ekonomi yang diperlukan untuk dapat tumbuh dengan baik sesuai dengan suplai air yang tersedia. Peran air yang utama sebagai perantara metabolisme utama di dalam hidup tanaman, sumber atom hidrogen untuk pengurangan gas asam-arang dalam fotosintesis dan sebagai produk hasil pernapasan. Air juga bahan pelarut sehingga ion dapat diangkut ke dalam dan ke luar dari tanaman itu (Hillel, 1972).

Pertanian pada daerah yang lahan pertaniannya didominasi oleh rawa, seperti di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi mempunyai masalah dalam memenuhi kebutuhan air tanaman. Pada saat musim kemarau, kondisi tanahnya sangat kering, sedangkan jika musim hujan datang, terjadi banjir. Kedua musim ini menyebabkan gagalnya pencapaian hasil pertanian yang optimal.

Sistem pengairan yang baik untuk tanaman dibuat sedemikian rupa dengan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan yang dapat dipilih berdasarkan kebutuhan dan kesediaan dana dari usaha bercocok tanam. Salah satu dari sistem pengairan yaitu irigasi bawah permukaan yang didesain agar air mengalir dari bawah tanaman sehingga banyaknya air yang diserap oleh tanaman cukup bagi pertumbuhan tanaman.

Irigasi bawah permukaan pada pengujian ini digunakan untuk mengairi pot tanaman yang didesain khusus. Pot tanaman ini terbuat dari tanah liat yang dibakar. Bagian dasar pot merupakan lapisan semi kedap campuran tanah liat dan pasir dengan komposisi tertentu. Lapisan semi kedap yang berada dibawah tanah


(17)

dapat menghantarkan air dari sumber air yang berada dibawah pot ke tanah untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Lapisan semi kedap ini diharapkan tidak memberikan air yang berlebihan atau kekurangan dari kebutuhan air tanaman dan sesuai dengan kebutuhannya selama pertumbuhan.

1.2. Tujuan

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menentukan lapisan semi kedap yang paling sesuai digunakan pada irigasi bawah permukaan sistem pot ini, sedangkan tujuan khusus yaitu :

1. Mendapatkan nilai konduktivitas hidrolika untuk bahan semi kedap agar dapat memenuhi kebutuhan air bagi tanaman.

2. Untuk melihat ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman dari sistem pot bawah permukaan dan mengetahui evapotranspirasi serta nilai faktor tanaman, selama selama masa pertumbuhannya.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebutuhan Air Tanama n

Pergerakan air tanah berhubungan dengan tingkat sebaran air dalam tanah. Berdasarkan ketersediaannya air tanah dapat dibedakan menjadi dua ; yaitu air tidak tersedia bagi tanaman dan air tersedia bagi tanaman.

Air tidak tersedia bagi tanaman biasa disebut dengan air higroskopis dan air adhesi dengan pF mencapai 7. Air ini dipegang erat oleh partikel tanah sehingga tidak bisa diserap oleh tanaman, sedangkan air tersedia bagi tanaman adalah tingkatan air yang berada antara titik layu permanen dan kapasitas lapang. Pada keadaan ini kelembaban tanah diikat oleh partikel tanah dengan tegangan matrik potensial antara 1/3 sampai 15 atmosfer (Soepardi, 1979 dalam Kalsim dan Sapei, 1992). Air ini sering disebut air kapiler dengan pF 2,54 – 4,2 di dalam pori tanah yang lebih kecil. Gaya kapiler mencegah kehilangan air, dan selaput air me ngelilingi partikel tanah, (Kalsim dan Sapei, 1992).

Ketersediaan air dalam tanah berguna bagi tanaman dalam proses fotosintesis untuk pertumbuhannya. Tingkat sebaran kadar air yang tepat dan laju aliran yang tepat dalam tanah merupakan faktor utama dalam mempertahankan kondisi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman. Pada kondisi ini akar tumbuh dengan baik dengan adanya dukungan unsur hara yang optimal. Tanaman dapat memberikan hasil yang tinggi bila kebutuhan airnya dapat dipenuhi dalam jumlah dan waktu yang tepat. (Doorenbos dan Pruitt (1977) dalam Hillel D. 1987).

Menurut Gardner (1985), suatu tanaman budidaya herba yang tumbuh dengan cepat terutama terdiri dari air. Kandungan air bervariasi antar 70 dan 90 %, tergantung pada umur, spesies, jaringan tertentu dan lingkungan. Air dibutuhkan untuk bermacam-macam fungsi tanaman :

1. Pelarut dan medium untuk reaksi kimia.

2. Medium untuk menghantarkan zat terlarut organik dan anorganik.


(19)

3. Medium yang memberikan turgor pada sel tanaman. Turgor meningkatkan pembesaran sel, struktur tanaman dan penempatan daun.

4. Hidrasi dan netralisasi muatan pada molekul-molekul koloid.

5. Bahan baku untuk fotosintesis, proses hidrolisis dan reaksi-reaksi kimia lainnya dalam tumbuhan.

6. Evaporasi air (transpirasi) untuk mendinginkan permukaan tanaman.

Kebutuhan air yang tinggi menyebabkan tumbuhan memerlukan sumber air yang tetap untuk tumbuh dan berkembang. Jika air menjadi terbatas, pertumbuhannya berkurang dan biasanya hasil panen tanaman budidaya juga akan berkurang.

Perakaran tanaman tumbuh ke dalam tanah yang lembab dan menyerap air sampai mencapai potensial air kritis dalam tanah. Air yang dapat diserap dari tanah oleh akar tanaman, disebut air yang tersedia. Air tersedia merupakan perbedaan antara jumlah air dalam ta nah pada kapasitas lapang dan jumlah air dalam tanah pada persentase pelayuan permanen (Gardner, 1985).

2.2. Pengertian Irigasi

Menurut Kartasapoetra (1990) irigasi merupakan penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi kebutuhan tanaman dengan memanfaatkan air yang berasal dari air permukaan dan air tanah. Pemberian irigasi terkendali merupakan hal penting dalam menjaga kelembaban dan ketersediaan air tanah. Air irigasi merupakan air pelengkap untuk mencapai kelembaban tanah yang diinginkan selain kelembaban tanah yang diakibatkan oleh air hujan atau pergerakan air kapiler bawah tanah.

Pemberian air (irigasi) untuk tanaman pada prinsipnya dapat dilakukan dengan berbagai metode. Umumnya irigasi dibedakan menjadi empat jenis yaitu a) irigasi permukaan (surface irrigation), b) irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation), c) irigasi curah (springkler irrigation) d) irigasi tetes (drip irrigation) (Hakim dkk, 1986).


(20)

Dari berbagai sistem irigasi di atas, sistem yang digunakan dalam pengujian ini yaitu irigasi di bawah permukaan. Air di dalam tanah berasal dari lapisan semi kedap yang menghantarkan air secara vertikal dari bawah (sumber air) ke media tanah.

2.3. Persamaan Darcy

Pada tahun 1927 Israelson dalam Laat, 1991 mencatat bahwa persamaan untuk media tidak jenuh yang dihasilkan oleh Buckingham pada 1907, ekuivalen dengan hukum Darcy. Bedanya bahwa Konduktivitas Hidrolika K

( )

θ adalah kandungan kelembaban yang berdiri sendiri. Head hidrolik atau potensial kelembaban tanah sesuai dengan persamaan :

h

z

H

=

+

... (1)

Hukum Darcy untuk media yang tidak jenuh yaitu :

( )

( )

z h K z H K qz ∂ ∂ − = ∂ ∂ −

= θ θ ... (2) Saat θ (kadar air) dihubungkan dengan h (head) dalam sifat kadar air tanah, K

( )

θ Konduktivitas Hidrolika dapat ditulis menjadi K

( )

h . Persamaan tersebut dapat diubah menjadi persamaan dengan satu variabel sendiri didahului dengan diferensial kapasitas kadar air C .

t

h

h

C

t

h

h

t

=

=

)

(

θ

θ

... (3) Penyelesaian secara numerik satu dimensi untuk aliran ke atas diberikan oleh Klute (1952) dalam Laat (1991), dengan t adalah waktu.

Pergerakan air dalam zone unsaturated sesuai dengan persamaan klasik Richard.


(21)

2.4. Pergerakan air dalam zone unsaturated

Aliran air satu dimensi arah vertikal dalam tanah tidak jenuh dapat dijelaskan oleh persamaan kontinyuitas sebagai berikut:

( )

h S z q

t ∂ ±

∂ − = ∂ ∂θ

... (4)

Dimana θ adalah volumetric water content (L3L-3); q adalah soil water flux density (LT-1); t adalah waktu (T); z koordinat vertikal (L) dan S(h) adalah

source atau sink (L3L-3T-1).

2.5. Konduktivitas Hidrolika dan Kadar Air Tanah

Konduktivitas hidrolika didefinisikan sebagai suatu nilai yang menyatakan kemampuan tanah dalam meneruskan (transmit) air (Klute and Dirksen, 1986). Menurut Kirkham (1964) dan Dingman (2002) konduktivitas hidrolika adalah laju melalui suatu medium porus (dalam satuan volume per satuan waktu per satuan luas) di bawah suatu satuan gradien energi potensial. Laju tersebut sangat ditentukan oleh ukuran perpindahan air. Pada kondisi jenuh ukuran jaraknya ditentukan oleh ukuran butiran tanah, sedangkan pada aliran tak jenuh ditentukan oleh ukuran butir dan derajat kejenuhan (Dingman, 2002).

Berdasarkan model Mualem (1976) dalam Genuchten (1980) untuk memprediksi konduktivitas hidrolika relatif (Kr) dengan satuan cm/det dari kurva retensi air tanah

(

)

[

m m

]

Kr(Θ)=Θ0,51− 1−Θ1/ ... (5)


(22)

r s r θ θ θ θ − − =

Θ ... (6)

m n

h       + = Θ α 1 1

... (7)

Dimana α, n , dan m, merupakan parame ter tidak tentu, untuk persamaan ini h diabsolutkan. Θ merupakan derajat kejenuhan. Menurut Genutchen (1980), kadar air tanah sebagai fungsi pressure head, yaitu :

[

n

]

m

h r s r α θ θ θ θ + − + = 1

... (8)

Sesuai dengan model Mualem :

n

m=1−1/ ... (9) Karena asumsi bahwa h merupakan nilai absolut maka :

§Model Van Genuchten dimodifikasi menurut Setiawan dan Nakano (1992)

( )

[

]

(

n

)

m

r s r h h h max

1+ −

− + = α θ θ θ

θ ... (10)

2.6. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah penguapan air dari permukaan air termasuk permukaan tubuh makhluk hidup dan dari proses transpirasi makhluk hidup. Kombinasi dua proses berbeda antara air yang hilang dari permukaan tanah akibat proses evaporasi dan dari tanaman oleh transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap (penguapan) dan diuapkan dari permukaan yang terevaporasi (kehilangan uap). Air terevaporasi dari bermacam-macam permukaan seperti danau, sungai, tanah dan tanaman basah.


(23)

Evaporasi dan transpirasi terjadi secara simultan dan caranya tidak mudah membedakan kedua proses tersebut. Bagian dari ketersediaan air pada topsoil, evaporasi dari tanah yang ditutupi oleh tanaman adalah ditentukan terutama oleh fraksi radiasi matahari yang mencapai permukaan tanah. Fraksi ini menurun pada tiap periode perkembangan seperti perkembangan tanaman dan naungan kanopi tanaman yang semakin besar dan wilayah ground yang bertambah. Saat tanaman kecil, air yang dibebaskan oleh evaporasi tanah, tetapi tanaman berkembang sangat baik dan tanah tertutup sempurna, transpirasi menjadi proses utama. Pada penyebaran mendekati 100 % ET dari evaporasi, saat semuanya ditutupi oleh tanaman lebih dari 90 % ET terjadi dari transpirasi (Chapagain, A.K. and Hoekstra, A.Y., 2004).

Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah Parameter-parameter cuaca, karakteristik tanaman , pengelolaan dan aspek lingkungan, skema dilukiskan dengan jelas pada Gambar 1.

Gambar 1 Skema Evapotranspirasi referensi, Evapotranspirasi tanaman dan nilai kc tanaman


(24)

Menurut Chapagain, A.K. and Hoekstra, A.Y. (2004) tipe tanaman, varietas dan tahap perkembangan harus dipertimbangkan saat memperkirakan evapotranspirasi, dari perkembangan tanaman yang besar, pengaturan dilapangan yang baik. Perbedaan tahanan transpirasi, tinggi tanaman, ketahanan tanaman, refleksi, penutup tanah dan karakteristik perakaran tanaman menghasilkan perbedaan tingkat ET dalam perbedaan tipe dari tanaman dibawah kondisi lingkungan yang sama. Evapotranspirasi tanaman di bawah kondisi standar (Etc) dijelaskan dengan kebutuhan evaporasi dari tanaman yang tumbuh di lahan yang luas pada air tanah yang optimum, pengelolaan dan kondisi lingkungan yang baik, produksi penuh tercapai pada kondisi iklim yang ada.

Energi untuk mengangkat air dari permukaan yang terevaporasi adalah beda antara tekanan uap air pada permukaan yang terevaporasi dan dibawa ke atmosfir. Pemindahan udara jenuh dengan udara kering tergantung besarnya kecepatan angin. Penggunaan konsumtif adalah penguapan total dari suatu daerah ditambah air yang digunakan langsung dalam pembangunan jaringan tanaman. Bila digunakan terhadap jenis tanaman tertentu, penggunaan konsumtif adalah evapotranspirasi yang terjadi bila persediaan airnya mencukupi sepanjang waktu. Berdasarkan anggapan bahwa setiap pengurangan evapotranspirasi yang dihasilkan oleh pengurangan lengas tanah tidak tergantung pada kondisi meteorologis, konsep evapotranspirasi potensial yang diperkenalkan oleh Thornthwide (dalam Watson, 2000) dipakai secara luas. Evapotranspirasi tergantung pada kerapatan tanaman penutup dan tahapan perkembangannya, sehingga evapotranspirasi potensial tidak tergantung dengan sifat dan nilai jenis permukaan, tetapi tergantung dengan kelengasan yang tersedia. Menurut Penman (dalam Watson, 2000) permukaan tertutup oleh tumbuh-tumbuhan yang hijau.

Beberapa pendekatan untuk menghitung evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi sesungguhnya (aktual) tetapi tidak semuanya dapat diterapkan. Salah satunya yaitu metode Neutron – Probe. Metode ini dibangun oleh California Department of Water Resources yang lebih akurat untuk menghitung evapotranspirasi. Pengukuran tersebut dengan menggunakan suatu probe neutron untuk mengukur kadar air tanah dengan interval secara periodik selama masa pertumbuhan. Pengukuran dengan metode ini berdasarkan persamaan


(25)

keseimbangan massa, semua yang ma suk dan yang keluar dari luasan pengamatan diukur. Secara umum, stasiun iklim yang kecil mengukur waktu pengamatan dan jumlah hujan, data yang dikumpulkan yaitu evaporasi , temperatur, radiasi matahari dan kecepatan angin. Perhitungan dari pengumpulan data digunakan persamaan keseimbangan seperti pada persamaan 11.

Keseimbangan air tanah menurut Chapagain, A.K. and Hoekstra, A.Y. (2004) Evapotranspirasi dapat juga dihitung dengan mengukur komponen-komponen dari keseimbangan air. Metode itu terdiri dari perkiraan fluks air yang masuk dan keluar daerah perakaran pada periode waktu tertentu. Irigasi(I) dan hujan (P) tambahan air ke daerah perakaran.

Swab (1966) dalam Hillel (1980), memberikan dasar pendekatan untuk memprediksi pertumbuhan dengan mengestimasi evapotranspirasi. Satu diantaranya yaitu metode “inflow dan outflow” dengan persamaan keseimbangan air (water balance)

P + I = ET + A + U + ? W ... (11) Presipitasi (P), irigasi (I), evapotranspirasi (ET), drainase permukaan (A), drainase bawah permukaan (U), dan perubahan kandungan air tanah (? W), adalah semua subjek yang dapat dikontrol oleh manusia.

Metode neraca air juga dapat digunakan pada periode pengamatan dengan jangka waktu tertentu. Dengan menganggap bahwa simpanan dan semua hal tentang aliran masuk dan aliran keluar bisa diukur, maka volume air (biasanya dinyatakan dalam satuan kedalaman) yang dibutuhkan untuk menggambarkan evapotranspirasi menggunakan persamaan kontinyuitas untuk suatu daerah.

Menurut Chapagain, A.K. and Hoekstra, A.Y. (2004) koefisien tanaman bayam yang digunakan adalah bernilai 0,7 pada tahap awal, 1 pada tingkat pertengahan pertumbuhan sedangkan pada tahap akhir, bernilai 0,95.


(26)

2.7. Bayam (Amaranthus hybridus L)

Gambar 2 (a,b) Tanaman Bayam , (c) batang Bayam, (d) bunga Bayam Menurut Nazaruddin (2003) bayam merupakan sayuran khas tanaman tropis. Pertumbuhannya secara normal sangat cepat. Tanaman bayam dapat tumbuh kapan saja baik pada musim hujan ataupun kemarau. Tanaman ini kebutuhan airnya cukup banyak sehingga paling tepat ditanam pada musim hujan, yaitu antara bulan Oktober dan Nopember. Bisa juga ditanam pada awal musim kemarau, sekitar bulan Maret dan April. Bayam sebaiknya ditanam pada tanah yang gembur dan cukup subur. Apalagi untuk bayam cabut, tekstur tanah yang berat akan menyulitkan produksi dan panennya. Tanah netral ber-pH antara 6 -7.

(a)

(a) (a)


(27)

Menurut Bandini dan Azis (2005) Tanaman Bayam digolongkan dalam keluarga Amaranthaceae, marga Amaranthus. Bentuk tanaman bayam adalah perdu, tingginya dapat mencapai 1,5 – 2 m, berumur semusim atau lebih. Sistem perakaran menyebar dangkal pada kedalaman antara 20 – 40 cm dan berakar tunggang. Daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing dan urat-urat daun yang jelas. Warna daun bervariasi , mulai dari hijau muda, hijau tua, hijau keputih-putihan, sampai berwarna merah. Daun bayam liar umumnya kasar dan berduri.

Gambar 3 Daun Bayam (a) hijau, (b) merah

Menurut Bandini dan Azis (2005), batang tumbuh tegak, tebal, berdaging dan banyak mengandung air, tumbuh tinggi di atas permukaan tanah. Bayam tahunan mempunyai batang yang keras berkayu dan bercabang banyak. Bunga bayam berukuran kecil, berjumlah banyak, terdiri dari daun bunga 4-5 buah, benang sari 1 – 5 , dan bakal buah 2-3 buah. Bunga keluar dari ujung-ujung tanaman atau ketiak daun yang tersusun seperti malai yang tumbuh tegak dapat berbunga sepanjang musim. Perkawinannya bersifat unisexual yaitu dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Penyerbukan berlangsung dengan bantuan angin dan serangga.


(28)

Gambar 4 Benih Bayam

Menurut Bandini dan Azis (2005) perbanyakan tanaman umumnya secara generatif (biji). Biji berukuran sangat kecil dan halus, berbentuk bulat, dan berwarna coklat tua mengkilap sampai hitam kelam. Benih yang berasal dari tanaman yang berumur sekitar 3 bulan daya simpannya dapat mencapai satu tahun.

Menurut Bandini dan Azis (2005) jenis-jenis bayam di Indonesia : 1. Bayam liar

Bayam liar dapat dijumpai di lahan-lahan kosong tak terurus, sebagai gulma di lahan pertanian atau di tempat yang lembab seperti di tepi selokan. Tanaman ini tumbuh cepat dan semakin subur jika musim hujan tiba.

Jenis bayam liar yang ada yaitu :

a. Bayam tanah (Amaranthus blitum L.) mempunyai ciri utama terletak pada batang yang berwarna merah dan berduri. Daunnya berbentuk lancip dan kecil. Rasanya agak keras dan kasar.

b. Bayam berduri (Amaranthus spinosus L.) mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bayam tanah, yaitu daun kecil dan batang berwarna merah dan keras. Namun, pada batang terdapat duri yang keluar dari buku-bukunya. Bayam ini dikonsumsi, tetapi rasanya agak getir sehingga lebih banyak digunakan sebagai obat atau bahan untuk kecantikan.


(29)

2. Bayam budidaya

Jenis ini memang sengaja dibudidayakan untuk dikonsumsi karena rasa daunnya enak, empuk, dan mempunyai kandungan gizi tinggi. Selain itu, daunnya yang segar mempunyai nilai komersial yang tinggi. Jenis bayam yang telah banyak dibudidayakan di antaranya sebagai berikut.

a. Bayam cabut (Amarathus tricolor L.)

Bayam cabut disebut juga bayam putih. Cirinya, daun agak bulat dengan daging yang tebal dan lemas. Bunga keluar dari bagian ketiak cabang. Batang berwarna hijau keputih-putihan sampai merah. Dari warna batang dan daun dikenal jenis bayam putih dan bayam merah. Bayam cabut dipungut pada saat tanaman berumur muda (cabutan), sekitar ± 40 hari setelah sebar, dengan tinggi sekitar 20 cm. Bayam cabut dapat tumbuh sepanjang musim. Biasanya banyak ditanam pada daerah dataran rendah di tegalan atau pekarangan rumah.

Bayam cabut varietas lokal v Giti hijau

Berasal dari Thailand, umur panen 28 hari. Tinggi pada saat panen sekitar 20-25 cm dengan sedikit percabangan. Batang keputihan dan daun hijau keputihan.

v Giti merah

Berasal dari Thailand, umur panen 30 hari. Percabangan dan tingginya mirip dengan Giti hijau, bedanya batangnya berwarna kemerahan denga n daun hijau belang merah tua. Selain itu, jenis bayam bangkok dan bayam cimangkok baik ditanam di dataran rendah sebagai bayam cabut. Jenis yang baik ditanam sebagai bayam petik adalah bayam kakap hijau.

Bayam cabut varietas impor

v Green lake

v Spark


(30)

b. Bayam petik/bayam tahunan (Amaranthus hybridus L.)

Tingginya dapat mencapai 2 meter. Tanaman berdaun lebar, berbadan tegap, rasanya getir dan agak keras. Bijinya berwarna hitam sampai putih. Daun diambil dengan dipetik atau dipangkas cabang atau daunnya yang masih muda secara terus menerus. Pemetikan dapat dilakukan tahunan sehingga disebut tanaman tahunan.

v Amaranthus hybridus varitas caudatus L. v Amaranthus hybridus var. paniculus L.

Untuk memperoleh hasil yang berkualitas tinggi, suatu usaha tani perlu memperhatikan syarat tumbuh tanaman yang akan mendukung pertumbuhan dan hasilnya. Syarat tumbuh yang utama berhubungan dengan lingkungan, seperti tanah dan iklim. Kondisi tanah subur, penyiraman secara teratur dan saluran drainase lancar. Tanaman bayam sangat toleran terhadap keadaan yang sangat tidak menguntungkan sekalipun.

Tanaman bayam akan tumbuh dengan baik memerlukan tanah yang subur dan bertekstur gembur serta banyak mengandung bahan organik. Pada tanah yang tandus atau liat, bayam masih dapat tumbuh dengan baik jika dilakukan penambahan bahan organik yang cukup banyak.

Kisaran derajat keasaman (pH) tanah yang baik bagi pertumbuhan bayam antara 6-7 .

Bayam cabut memerlukan tanah yang gembur dan cukup longgar untuk memudahkan akar tanama n tumbuh dengan baik dan memudahkan pencabutan saat panen. Apabila tanah berbongkah-bongkah dapat dicampur dengan pasir atau debu. Kemudian diberikan pupuk organik berupa pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha. Pupuk organik berguna untuk memperbaiki sifat fisik dan menjaga kesuburan tanah.

Faktor-faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman antara lain ketinggian tempat, sinar matahari, suhu, dan kelembaban. Tanaman bayam sangat toleran terhadap besarnya perubahan-perubahan keadaan iklim. Bayam banyak ditanam di dataran rendah hingga mengah, terutama pada ketinggian 5 – 2000 m di atas permukaan laut (dpl).


(31)

Kebutuhan sinar matahari untuk tanaman bayam adalah tinggi, berkisar 400 – 800 footcandle yang akan mempengaruhi pertumbuhan optimum denga n suhu rata-rata 20-30 oC, curah hujan antara 1000 – 2000 mm, dan kelembaban di atas 60%. Oleh karena itu, bayam tumbuh baik bila ditanam di lahan terbuka dengan sinar matahari penuh atau berawan dan tidak tergenang air. Waktu yang baik untuk menanam adalah awal musim hujan (bulan Oktober/November) dan awal musim kemarau (bulan April/Maret) karena pada waktu tersebut kebutuhan air untuk tanaman dapat terpenuhi secara alami. Pada musim hujan, tanaman bayam masih dapat tumbuh dengan baik asalkan tanahnya tidak tergenang. Oleh karena itu drainase tanah harus diperhatikan meskipun tanaman bayam tahan terhadap air hujan. Untuk itu, bedengan dibuat lebih tinggi dibandingkan penanaman saat musim kemarau, penyiraman harus dilakukan secara teratur.


(32)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai bulan Nopember 2007 di Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan dilakukan di dalam rumah tanaman yang terletak di laboratorium Wageningen Departemen Teknologi Pertanian , IPB.

3.2. Rumah Tanaman

Rumah tanaman dibangun sendiri mulai 30 Juli sampai 28 Agustus 2007 (Gambar 1). Rumah tanaman ini mempunyai luas 7,5 m2 , tinggi 1,8 m dan tinggi plafond 0,8 m. Bahan yang digunakan untuk atap bangunan ini adalah imparalon dan dindingnya dari paranet (screen insect berukuran 4,5 mesh). Rumah tanaman ini menghadap ke arah Barat dan Timur dengan acuan pintu masuk seperti pada Gambar 5.

Gambar 5. Rumah tanaman

Di dalam ruma h tanaman dipasang sebuah fieldserver yang mempunyai instrumen pengukur suhu, kelembaban udara, radiasi surya serta kamera/video digital didalamnya.


(33)

Fieldserver (Gambar 6) adalah instrumen pengukur parameter iklim yang dilengkapi ’data logger’ dan dapat mengirimkan data secara nirkabel (melalui internet/intranet (Mizoguchi et al., 2005; Fukatsu dan Hirafuji, 2005). Fieldserver dapat diprogram dari jarak jauh (remote) umpamanya untuk menentukan interval pengukuran dan sudut pengambilan gambar.

Gambar 6. Fieldserver 3.3. Pot Tanaman

Pot tanaman (Gambar 7) dibuat dari tanah liat tetapi di bagian bawahnya dicampur pasir dengan komposisi seperti tertera pada Tabel 1. Pot tanaman ini dibuat oleh pengrajin gerabah di desa Plered, Jawa Barat. Bagian bawah tersebut dapat merembeskan air untuk membasahi tanah yang ada di dalam pot bila pot tanaman tersebut direndam di dalam air. Sifat bagian bawah di sini dinyatakan sebagai lapisan semi kedap (semi pervious layer).


(34)

Gambar 7. Pot tanaman

Pot tanaman dibuat berbentuk silinder dengan tinggi 115 mm dan diameter 110 mm. Di bagian bibir pot dibuat menonjol yang bertujuan sebagai penyangga saat diletakkan pada tripleks.

Tabel 1. Campuran bahan untuk membuat lapisan semi kedap.

Campuran Persentase

Pasir Tanah Liat

LSK 20 20 80

LSK 30 30 70

LSK 40 40 60

LSK 50 50 50

Kemampuan lapisan semi kedap dalam merembeskan air diuji dengan cara pot tanaman direndam dalam air dengan ketinggian 7 cm dari bagian bawahnya selama 24 jam. Hasil pengujian disajikan pada Tabel 2.


(35)

Tabel 2. Pengujian kemampuan lapisan semi kedap untuk merembeskan air

Campuran Pasir Jumlah air dalam pot

(ml/jam)

LSK 20 20 0

LSK 30 30 100

LSK 40 40 300

LSK 50 50 450

Dari hasil pengujian pengujian tersebut, LSK 20 tidak merembeskan air, tetapi LSK 30, 40 dan 50 mampu merembeskan air sehingga yang digunakan dalam penelitian ini hanya LSK 30, 40, dan 50.

Lapisan LSK 30, 40, dan 50 kemudian diuji konduktivitas hidrolikanya dengan cara membuat sampel LSK berbentuk bulat dengan diameter 7 cm dan ketebalan 6 mm (Gambar 8a). Pengujian ini menggunakan falling head (Gambar 8b) dan nilai konduktivitas hidrolikanya disajikan pada Tabel 3.

Gambar 8. (a) Bentuk lapisan semi kedap (b) Pengujian lapisan semi kedap dengan metode Falling Head


(36)

Tabel 3. Nilai konduktivitas hidrolika lapisan semi kedap Campuran Konduktivitas hidrolika (cm/s)

LSK 30 1,41 10-07

LSK 40 1,84 10-07

LSK 50 2,65 10-07

Lapisan semi kedap yang mengandung pasir 30 % mempunyai nilai konduktivitas hidrolika lebih kecil dibandingkan dengan lapisan semi kedap lainnya.

Pot dengan lapisan semi kedap tersebut kemudian diisi tanah, dan direndam kembali seperti pada percobaan sebelumnya, untuk diuji rembesannya. Debit yang diserap oleh tanah selama satu hari disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Air yang diserap oleh pot yang diisi media tanah selama 1 hari Campuran Jumlah Air (ml/hari)

LSK 30 200

LSK 40 172

LSK 50 125

LSK 30 merembeskan air lebih besar dibandingkan dengan LSK 40 dan LSK 50. Rembesan air melalui lapisan semi kedap ke tanah melawan gaya gravitasi atau karena gaya kapiler. LSK 30 yang mempunyai rongga kapiler lebih sempit merembeskan air lebih banyak dibandingkan dengan LSK 40 dan 50. Partikel pada LSK 30 lebih seragam dan kecil dibandingkan LSK 40 dan 50 sehingga membentuk rongga antara partikel lebih sempit dan menarik air ke atas. Semakin besar nilai porositasnya, maka serapan air ke media semi kedap lebih besar. Untuk melihat pengaruh dari pot dengan lapisan semi kedap yang berbeda selanjutnya dilakukan percobaan dengan menggunakan tanaman yaitu Bayam (Amaranthus sp.).

Pengukuran kadar air media tanah menggunakan instrumen pengukur kadar air tanah selama selang waktu tertentu. Kadar air (basis volume) dan suhu tanah


(37)

diukur masing-masing menggunakan instrumen EC 5 / EC 10 , ECTE , ‘data logger’ (Gambar 9).

Gambar 9. Instrumen (a) EC 5 , (b) EC 10 dan (c) ECTE dan (d) “data logger”

3.4. Media Tanam

Media tanam dipersiapkan dengan bahan dasar tanah dicampur pasir dan kompos. Tanah ini diambil dari suatu kebun milik petani di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

Tanah diuji kurva retensi air pada pF 1 , pF 2, pF 2,45 dan pF 4,2 di Pusat Penelitian Tanah Laboratorium Fisika Tanah di Jalan Juanda Kota Bogor, kemudian dibandingkan dengan model Van Genuchten (1980). Hasilnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Retensi Air Tanah

pF Head Kadar Air (%)

Sampel 1 Sampel 2 Rerata Model

1 -10 0,49 0,44 0,47 0,36

2 -100 0,43 0,38 0,41 0,30

2,45 -251,2 0,38 0,34 0,36 0,27

4,2 -15848,93 0,23 0,23 0,23 0,13

(a)

(b)

(c)


(38)

Dari perbandingan kurva retensi air (Gambar 10), kemudian dioptimisasi dengan menggunakan Optimasi Solver (Microsoft Excell 2003) menghasilkan kurva retensi air (Gambar 11).

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45 0,50

0 1 2 3 4 5

potensial matrik (pF)

kadar air

Sampel Model V G

Gambar 10 Grafik data pengamatan dan data perhitungan dengan menggunakan model Van Genutchen sebelum optimasi.

Pada Gambar 10, antara model yang digunakan dengan data pengukuran di lapangan tidak berhimpit. Agar model dapat digunakan mewakili tanah yang diukur di lapangan, maka dioptimasi dengan menggunakan Solver.

Setelah dioptimisasi dengan solver, didapatkan grafik yang terdapat pada Gambar 11.


(39)

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45 0,50

0 1 2 3 4 5

potensial matrik (pF)

kadar air

Sampel Model V G

Gambar 11. Grafik perhitungan dengan data pengamatan setelah dioptimasi.

Pada Gambar 10, grafik yang diperlihatkan menunjukkan bahwa model dapat mewakili data tanah di lapangan. Nilai parameter-parameter dari hasil pengujian dengan model Van Genuchten dapat dilihat pada Tabel 6;

Tabel 6. Hasil pengujian model Van Genuchten

Parameter Nilai

?s : 0,463501

?r : 0,045396

a : 0,031721

n1 : 1,290636

m1 : 0,225188

W max : 0

Kemudian dilanjutkan pengujian dengan model Muallem, dimana parameter m dari pengujian Van Genuchten digunakan. Data pengujian model Muallem sebelum optimasi disajikan pada Gambar 12.


(40)

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1

0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50

?(%)

K(cm/det)

data

model mualem

Gambar 12. Pengujian data dengan model sebelum dioptimasi

Sama seperti pada pengujian sebelumnya, agar model dapat mewakili data di lapangan dilakukan optimasi, sehingga didapatkan Gambar 13.

0,00000306 0,000003065 0,00000307 0,000003075 0,00000308 0,000003085 0,00000309 0,000003095 0,0000031 0,000003105

0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50

?(%)

K (cm/det)

data

model mualem


(41)

Sedangkan hasil pengujian model Mualem menghasilkan parameter-parameter yang terdapat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Pengujian model Mualem

Parameter Nilai

Ks : 0,0015597

Kr : 0

n2 : 4,4407337

m2 : 0,2251880

3.5. Metode

Penelitian ini dilakukan dalam 2 kegiatan yaitu ; analisis pergerakan air teoritis, pengujian pot tanaman dan percobaan pertumbuhan dalam pot di rumah tanaman.

3.5.1. Analisis pergerakan air teoritis

Pergerakan air dianalisis dengan menggunakan software (perangkat lunak) yang dikembangkan oleh Rudiyanto dan Setiawan (2007) yaitu “aliran air 1 dimensi dalam tanah tak jenuh versi 2”. Input dari program ini yaitu nilai ?s, ?r, a, n, m, w max, ks, kr yang telah dioptimisasi sebelumnya.

Output yang diinginkan dari simulasi ini merupakan nilai konduktivitas hidrolika media semi kedap, nilai pressure head tiap pertambahan kedalaman media tanah selama waktu rembesan air.

Simulasi diuji dengan Trial and Error method dimana nilai logaritma dari

pressure head merupakan nilai pF yang diharapkan yaitu berada diantara 2,54 dan 4,2.

Hasil simulasi pada lapisan semi kedap pot dengan konduktivitas hidrolika

yang berbeda, menghasilkan nilai pressure head seperti pada Gambar 14, 15 dan 16.


(42)

0 2 4 6 8 10 12

-8E+13 -7E+13

-6E+13 -5E+13

-4E+13 -3E+13

-2E+13 -1E+13

0 1E+13

Pressure Head cm/det

z (kedalaman) cm

Gambar 14. Grafik kondisi pressure head dengan konduktivitas hidrolika

1,7 x 10-7 cm/det.

Menurut Schofield dalam Laat (1991), bahwa pF merupakan logaritma nilai absolut pressure head. Kondisi tanah kapasitas lapang (dimana air yang tersedia untuk tanaman (air kapiler) mempunyai nilai pF berkisar antara 2,54 – 4,2) . Pada Gambar 10 dengan konduktivitas hidrolika menunjukkan nilai pF maksimum yaitu pada -7 x 10-13, sehingga nilai pF 13,85. Ini menunjukkan bahwa keadaan tanah nya melebihi titik layu permanen karena air yang dibutuhkan oleh tanaman tidak tersedia sehingga tanaman tidak dapat hidup. Pengujian dilanjutkan dengan nilai konduktivitas hidrolika lapisan semi kedap yang lebih besar. Hal ini disajikan pada Gambar 15 dibawah ini.


(43)

0 2 4 6 8 10 12

-5000000 -4000000

-3000000 -2000000

-1000000 0

1000000

Pressure Head cm/det

z (kedalaman) cm

Gambar 15 Grafik Kondisi pressurehead pada Konduktivitas Hidrolik

1,75 x 10-7 cm/det.

Pada Gambar 15 menyajikan keadaan tanah setelah 30 hari penanaman kondisi nya melebihi titik layu permanen, karena nilai pF yaitu 6,7.

Selanjutnya di coba memasukkan nilai konduktivitas hidrolika lapisan semi kedap yang lebih besar dari pengujian sebelumnya. Hasil pengujian disajikan pada Gambar 16.


(44)

0 2 4 6 8 10 12

-9000 -8000

-7000 -6000

-5000 -4000

-3000 -2000

-1000 0

Pressure Head cm/det

z (kedalaman) cm

1.8 e-7 1.9 e-7 2 e-7 2.5 e-7 3 e-7

Gambar 16 Grafik Pressure Head pada Konduktivitas Hidrolika sebesar 1,8 x 10-7 cm/det sampai dengan 3 x 10-7

Nilai konduktivitas hidrolika lapisan semi kedap yang memenuhi keadaan pada nilai 1,8 x 10-7 cm/det yang menunjukkan nilai pF 2,9 sehingga dapat memenuhi kebutuhan air bagi tanaman yaitu berada diantara nilai pF untuk kapasitas lapang.

Sedangkan untuk di atas nilai konduktivitas hidrolika tersebut (1,8 x 10-7 cm/det), menunjukkan nilai pF yang dapat menyebabkan keadaan media tanah jenuh, karena melebihi nilai kapasitas lapang yaitu pada nilai pF 2,4. Keadaan jenuh dapat berpengaruh buruk bagi tanaman, pertumbuhan akan terganggu yang dalam keadaan yang sangat tidak diinginkan tanaman kemudian akan mati, begitu juga jika keadaannya kekurangan air (mencapai titik layu permanen).

Tetapi dengan keadaan tersebut, kadar air tiap kedalaman tidak terlihat jelas rembesannya. Sehingga hasil dari simulasi tersebut, dihitung dengan model Van


(45)

Genuchten untuk mendapatkan kadar air basis volume tiap kedalaman tanah. Hal ini disajikan pada Gambar 17.

0

2

4

6

8

10

0 10 20 30 40 50

? (cm3/cm3)

kedalaman (cm)

K = 1.8 e-7 K = 1.85 e-7 K = 1.9 e-7 K = 2 e-7 K = 2.5 e-7 K = 3 e-7 1.75 e-7

Gambar 17. Hubungan antara kedalaman (cm) dan kadar air (cm3/cm3) Pada Gambar 17 menunjukkan bahwa kadar air media tanah dalam pot dengan lapisan semi kedap dengan konduktivitas hidrolika kurang dari 1,8 x 10-7 masih berada pada keadaan kapasitas lapang. Tetapi kemudian diuji kembali dengan memasukkan nilai konduktivitas hidrolika pengujian sebelumnya, yaitu 1,75 x 10-7. Pada pengujian sebelumnya , keadaan tanah akan layu permanen sedangkan setelah dihitung dengan model ini, pada kedalaman akar tanah masih mengandung air yang cukup bagi tanaman. Jadi diperkirakan untuk di lapangan nilai konduktivitas hidrolika lapisan semi kedap pada pot lebih kecil dari nilai 1,7 x 10-7. Pada software ini, untuk pengujian konduktivitas hidrolika yang lebih kecil dari nilai tersebut tidak dapat diuji sehingga dilanjutkan dengan pengujian lapangan. Pengaruh konduktivitas hidrolika lapisan semi kedap pot terhadap ketersediaan air bagi tanaman selama masa pertumbuhan diuji dengan penanaman Bayam.


(46)

3.5.2. Persiapan

Persiapan sistem irigasi bawah permukaan ini, dimulai dengan persiapan bak dan pemasangan pot pada tripleks yang telah disiapkan (Gambar 18a). Bak diisi dengan air lalu diberikan skala pada bak (untuk mengamati pengurangan air akibat evapotranspirasi. Pot diisi dengan campuran tanah. Instrumen pengukur (EC 5, EC 10 dan ECTE) dipasang ke tanah. lalu Bayam yang telah disemai sebelumnya kemudian dipindahkan ke pot yang telah dipersiapkan (Gambar 18b)

Gambar 18a. Pemasangan pot pada triplek (kiri) dan sistem yang telah siap digunakan (kanan).

Gambar 18b Persemaian(kiri) dan bibit yang telah ditanam(kanan) Tanaman Bayam adalah tanaman semusim yang dapat tumbuh baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Taksonomi bayam yang digunakan untuk pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 6.


(47)

3.5.3. Pengamatan

Pertumbuhan tanaman diamati dengan melihat pertambahan ketinggian dari tanaman Bayam. Kesuburan dari media tanah dapat dijaga dengan pemberian pupuk secara berkala yaitu tiap satu minggu. Untuk melihat kesuburan tanah dapat juga dapat diukur dengan menggunakan ECTE.

Kondisi lingkungan (kelembaban, radiasi, dan suhu) dalam rumah tanaman diukur secara otomatis menggunakan Field Server (pengukuran telah diset dengan interval 10 menit). Pertumbuhan tanaman Bayam diukur dengan manual yaitu dengan menggunakan penggaris.

3.5.4. Perhitungan

Aliran air dari sumber air yang melalui lapisan semi kedap pot ke media tanah dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 19.

Gambar 19 Skema keseimbangan air untuk sistem irigasi bawah permukaan melalui lapisan semi kedap

Dimana, I adalah Irigasi (mm/hari), ET adalah evapotranspirasi (mm/hari), ? W perubahan kelembaban air tanah (mm/hari). Bila evaporasi dan transpirasi digabungkan (ETa), dan tidak adanya hujan dan drainase, Persamaan 1 menjadi :

... (12) Data kondisi lingkungan mikro di rumah tanaman digunakan untuk menghitung evapotranspirasi potensial dengan model Hargreaves menurut I-Pai Wu (1997), yaitu :

h

ET

I

?W

x

W ETa


(48)

... (13)

Dimana ETp merupakan Evapotranspirasi potensial harian (mm/hari), Rs merupakan radiasi matahari (MJ/m2/hari) sedangkan T merupakan suhu rata-rata harian (oC). Hasil pengukuran radiasi pada Fieldserver dalam satuan W/m2, maka mengubah satuannya menjadi MJ/m2 yaitu dengan dikalikan waktu. Nilai radiasi merupakan nilai akumulasi radiasi dalam satu hari. Sedangkan nilai temperatur dan kelembaban udara , merupakan nilai rata-rata satu harian.

Menurut Jensen (1972) perbandingan evapotranspirasi aktual dan potensial merupakan nilai kc tanaman :

... (14)

ETp ETa kc=

(

)

      − ⋅ ⋅ + ⋅ = T Rs T ETp 55 , 0 5 , 595 8 , 238 78 , 17 0135 , 0


(49)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat fisika tanah lainnya yaitu kadar air, particle density, bulk density ruang pori total, air tersedia, permeabilitas (Tabel 8 dan 9).

Tabel 8. Sifat fisika tanah, particle density, bulk density, ruang pori total, pori drainase, air tersedia, permeabilitas

Sampel

Kadar

Air PD BD

Ruang Pori Total

Air

tersedia Permeabilitas (% vol.) (g/cc) (g/cc) (% vol) (% vol.) (cm/jam)

1 38,70 2,16 0,97 55,30 14,50 7,32

2 36,70 2,16 0,95 56,10 11,20 3,91

rerata 37,7 2,16 0,96 55,70 12,85 5,62

Tabel 9. Sifat fisika tanah, tekstur tanah hasil uji laboratorium. Sampel

Tekstur

Pasir Debu Liat

1 4 44 52

2 4 43 53

rerata 4 43,50 52,5

Dari Tabel 9, dengan segitiga tekstur tanah (Sistem USDA), jenis tanah yang diuji dari kebun petani merupakan silty clay (liat berlempung).

Tanah diasumsikan seragam, karena diberikan perlakuan yang sama untuk setiap tanah dalam pot dengan LSK yang berbeda. Pemberian nutrisi secara berkala setiap 7 hari.

4.1 Evapotranspirasi Potensial

Kondisi iklim mikro dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

Fieldserver. Data iklim yang diukur adalah radiasi matahari, temperatur,


(50)

4.1.1. Temperatur

Hasil pengukuran temperatur tiap 10 menit disajikan pada Gambar 20. Grafik bergerak naik dari pagi ke siang hari dan turun menjelang sore hari. Pada siang hari cenderung terjadi gradien temperatur vertikal yang disebabkan oleh relatif tingginya temperatur udara di dekat tanah. Hal ini terjadi karena pemanasan siang hari sering menghancurkan inversi radiasi permukaan pada pagi harinya. Sedangkan pada saat menjelang sore hari, pemanasan berkurang karena matahari mulai tenggelam (berkurangnya radiasi).

Faktor yang mempengaruhi besarnya temperatur dalam rumah tanaman adalah tingkat intensitas radiasi matahari, besar kecilnya panas yang hilang melalui atap atau dinding, besar kecilnya panas yang diserap oleh tanaman untuk proses fotosintesis dan besar kecilnya panas yang hilang melalui ventilasi serta bahan konstruksi (Walker (1965) dalam Nuryawati (2006)).


(51)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 8/29 /200 7 9/1/ 2007 9/4/ 2007 9/7/ 2007 9/10 /200 7 9/13 /200 7 9/16 /200 7 9/18 /200 7 9/21 /200 7 9/24 /200 7 9/27 /200 7 9/30 /200 7 10/2 /200 7 10/5 /200 7 10/8 /200 7 10/1 1/20 07 10/1 3/20 07 10/1 6/20 07 10/1 9/20 07


(52)

Temperatur paling rendah yaitu 20,04 oC terjadi pada tanggal 12 September 2007 jam 6:00:00 WIB. Sedangkan temperatur tertinggi yaitu 37,01 oC terjadi pada tanggal 30 September 2007 jam 13:50:00 WIB dan 14:10:00 WIB.

Temperatur terendah terjadi karena belum adanya matahari pada pagi hari sebelum adanya sinar matahari yaitu pada jam 6 pagi. Jika ada sinar matahari, maka terjadi kenaikan temperatur lingkungan secara terus menerus dan puncaknya terjadi pada siang hari. Temperatur mulai naik tidak lama setelah matahari terbit, mencapai puncaknya 1 sampai 3 jam setelah matahari mencapai posisi paling tinggi, dan turun pada malam hari mencapai temperatur minimum sekitar matahari terbit. Pada keadaan berawan, temperatur maksimum menjadi lebih rendah karena berkurangnya insolasi, dan temperatur minimumnya lebih tinggi karena berkurangnya radiasi yang keluar. Jadi sangat jelas bahwa temperatur udara lingkungan dipengaruhi oleh besarnya radiasi matahari.

Temperatur yang digunakan dalam persamaan 13 merupakan temperatur rata-rata harian, grafik nya dapat dilihat pada Gambar 21.

0 5 10 15 20 25 30 35

8/26/2007 8/31/2007 9/5/2007 9/10/2007 9/15/2007 9/20/2007 9/25/2007 9/30/2007 10/5/2007 10/10/2007 10/15/2007 10/20/2007 10/25/2007

Tanggal

Suhu udara (oC)

Gambar 21. Grafik temperatur rata-rata harian hasil pengukuran selama pengamatan


(53)

Temperatur rata-rata harian maksimum adalah 30,4 oC yaitu pada tanggal 5 Oktober 2007. Sedangkan temperatur rata-rata harian minimum adalah 24,7 oC yaitu pada tanggal 18 Oktober 2007. Temperatur udara selain dipengaruhi radiasi, juga sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Jika keadaan berawan apalagi jika terjadi hujan maka temperatur udara akan menurun. Pada keadaan berawan, temperatur maksimum menjadi lebih rendah karena berkurangnya insolasi, dan temperatur minimumnya lebih tinggi karena berkurangnya radiasi yang keluar.

Keseimbangan panas di permukaan tanah rumah tanaman meliputi pindah panas radiasi gelombang panjang dari tanah ke penutup rumah tanaman, pindah panas konveksi dari permukaan tanah ke udara dalam dan pindah panas konduksi dari permukaan tanah ke lapisan dibawahnya maupun sebaliknya. Energi matahari yang masuk ke dalam rumah tanaman secara radiasi dipantulkan dari berbagai permukaan. Energi ini diserap oleh tanaman, lantai dan lain-lain. Energi tersebut kemudian diubah menjadi panas. Kelebihan energi dihamburkan sebagai panas laten transpirasi, memanaskan udara dalam rumah tanaman secara konduksi dan konveksi atau dipancarkan secara radiasi gelombang panjang. Energi yang dipancarkan sebagai radiasi gelombang panjang ini terperangkap dalam greenhouse dan memanaskan udara di dalamnya sehingga temperatur akan naik (Businger (1963) dalam Nuryawati(2006)).

4.1.2. Radiasi Matahari

Radiasi dari matahari akan dipengaruhi dengan posisi matahari terhadap permukaan bumi dan keadaan cuaca. Jika matahari muncul diufuk timur, maka radiasi akan mulai meningkat dengan pertambahan waktu menjelang siang hari. Sedangkan nilai radiasi matahari akan menurun, jika menjelang terbenam nya matahari. Pada Gambar 22 menyajikan data pengukuran radiasi matahari dengan satuan MJ/m2 selama masa pengamatan tiap 10 menit. Radiasi gelombang pendek diubah menjadi radiasi gelombang panjang oleh atap rumah tanaman. Perubahan panjang gelombang ini menyebabkan pantulan sinar oleh permukaan tanah dan lainnya di dalam rumah tanaman dan menyebabkan temperatur udara dalam rumah tanaman naik.


(54)

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

Tanggal 9/4/2007 9/10/2007 9/16/2007 9/21/2007 9/27/2007 10/2/2007 10/8/2007 10/13/2007 10/19/2007

Tanggal

Solar Radiasi (MJ/m2)


(55)

Radiasi matahari menunjukkan nilai terendah terjadi sebelum matahari terbit dan pada saat matahari telah tenggelam. Hasil pengukuran Radiasi matahari tertinggi yaitu 0.315 MJ/m2 terjadi pada tanggal 25 September 2007 jam 15:50:00 WIB.

4.1.3. Kelembaban Udara

Kelembaban udara bervariasi tiap pengukuran 10 menit, hal ini disajikan pada Gambar 23.


(56)

0 20 40 60 80 100 120

Tanggal 9/4/2007 9/10/2007 9/16/2007 9/21/2007 9/27/2007 10/2/2007 10/8/2007 10/13/2007 10/19/2007

Tanggal

Humadity (%)


(57)

0 20 40 60 80 100 120 8/29 /200 7

9/4/20 07 9/10 /200 7 9/16 /200 7 9/21 /200 7 9/27 /200 7 10/2 /200 7 10/8 /200 7 10/1 3/20 07 10/1 9/20 07

Suhu (oC) Humadity (%)


(58)

Pada Gambar 23 merupakan hasil pengukuran tiap 10 menit pengamatan Suhu dan kelembaban menunjukkan bahwa nilainya bervariasi menurut waktu, dengan frekuensi yang serupa. Nilai kelembaban udara yang maksimum selama pengamatan yaitu 98,37 % pada tanggal 10 Nopember 2007 jam 07:00:00 WIB dan tanggal 9 Nopember 2007 jam 20:10:00 WIB, sedangkan nilai kelembaban udara minimum selama pengamatan yaitu 15,65 % pada tanggal 26 September 2007 jam 13:30:00 WIB.

Di dekat permukaan tanah kondensasi embun pada waktu malam dan penguapan kembali pada waktu siang dapat menghasilkan suatu kelembaban (kelengasan) maksimum pada waktu mendekati fajar, dan maksimum pada sore hari. Hal ini disajikan pada Gambar 23 yang merupakan grafik suhu dan kelembaban udara selama pengamatan.

Kelembaban relatif berperilaku berlawanan dengan temperatur, yang mencapai maksimumnya pada waktu pagi sekali dan minimum pada sore hari.


(59)

4.2. Tanah

Kondisi tanah dalam pot dengan LSK 50 yang belum ditanam dengan Bayam disajikan pada Gambar 25.

0 10 20 30 40 50 60 9/7/20 07 10

:50 9/8/20

07 15 :00 9/8/2007 19:109/8/20

07 23 :20 9/8/20

07 3: 30 9/8/20

07 7: 40 9/8/20 07 11

:50 9/9/20

07 16 :00 9/9/20

07 20 :10 9/9/20

07 0: 20 9/9/2007 4:309/9/20

07 8: 40

9/10/2 007 1

2:50 9/10/2007 17:009/10/2

007 2 2:05 9/10/2

007 2 :15 9/10/2 007

6:25 9/10/2

007 1 0:35 9/11/2

007 1 4:45

Kadar Air (% Volume)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 Tanggal Temperatur ( oC) Kadar Air Temp. tanah Temp.udara

Gambar 25 Grafik kadar air, temperatur tanah tanah pada pot dengan LSK 50 yang belum ditanam dan temperatur udara.

Sebelumnya dari hasil pengamatan, didapatkan bahwa temperatur udara dipengaruhi oleh besarnya radiasi matahari. Nilai temperatur maksimum dan minimum terjadi pada jam dimana radiasi matahari maksimum dan minimum. Dari Gambar 24, Kenaikan dan penurunan temperatur tanah, dipengaruhi oleh temperatur udara. Dengan semakin meningkatnya radiasi matahari maka temperatur udara akan semakin meningkat, sehingga temperatur media tanah akan meningkat akibat merambatnya temperatur dari udara ke media tanam. Walaupun demikian, temperatur tanah baru mengikuti penurunan atau kenaikan dari temperatur udara dengan selang beberapa waktu. Hal ini disebabkan adanya mulsa, massa air dan udara yang menghambat konduksi dari temperatur udara ke media tanah, terutama pada posisi probe yang berfungsi sebagai pengukur yang berada di 5 cm dari permukaan tanah.


(60)

Pada siang hari terdapat suatu kecenderungan terjadinya gradien temperatur yang tajam disebabkan oleh relatif tingginya temperatur udara di dekat tanah. Temperatur tanah, kondisinya akan tetap naik atau tetap turun mengikuti temperatur udara. Hal ini terjadi, karena partikel tanah lebih rapat, terdiri dari beberapa komponen yang daya konduktivitasnya bervariasi, sehingga daya hantar temperaturnya lebih rendah jika dibandingkan dengan partikel air dan udara.

Pengukuran pada media tanah selama pengamatan yaitu terhadap kadar air masing – masing pot dengan media semi kedap yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 26. 0 10 20 30 40 50 60 9/5/2007 0:00 9/10/2007 0:00 9/15/2007 0:00 9/20/2007 0:00 9/25/2007 0:00 9/30/2007 0:00 10/5/2007 0:00 10/10/2007 0:00 10/15/2007 0:00 10/20/2007 0:00 10/25/2007 0:00 LSK 50 (% volumetrik) EC (dS/m) LSK 40 (% volumetrik) LSK 30 (% volumetrik)

Gambar 26 Grafik kadar air tanah irigasi bawah permukaan melalui lapisan semi kedap yang bervariasi

Pada Gambar 26, kadar air tanah dalam pot dengan LSK 50 berkisar antara 52 % basis volume dan 56 % basis volume. Kondisi tanah ini jenuh sehingga kurang baik untuk tanaman. Begitu juga dengan kadar air tanah pada pot dengan LSK 40, berkisar antara 53 % basis volume dan 56 % basis volume. Hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman Bayam. Tanah dalam pot dengan LSK 30 akan mempunyai kadar air yang lebih optimal untuk pertumbuhan tanaman berkisar antara 26 % basis volume dan 35 % basis volume. Kadar air tanah dalam


(61)

pot dengan LSK 40 sudah jenuh, sehingga jika daya hantarnya dibuat lebih tinggi, maka kadar air tanahnya sama. Pada lapisan semi kedap campuran 50 % pasir, merupakan lapisan semi kedap paling besar daya hantar airnya ke media tanah.

Menurut Kramer (1969), umumnya pengaruh jenuh atau kurang baiknya aerasi akan mengurangi permeabilitas akar terhadap air, dimana akan mengurangi absorbsi dan akibatnya terjadi defisit air dan akan menyebabkan tanaman langsung layu.

Yelenosky (1964) dalam Kramer (1969) menemukan bahwa kejenuhan tanah pada penanaman Yellow-poplar (sejenis pohon kuning) berkurangnya transpirasi sebesar 68 % dari kontrol dan menghasilkan defisit pada daun sebesar 47 % dalam 3 hari dibandingkan dengan 11 % pada ko ntrol. Jadi keadaan tanah yang jenuh akan mempengaruhi akar, sehingga absorbsi akan berkurang sehingga terjadi defisit air, yang akan menyebabkan tanaman layu dan pertumbuhan terhambat.

Keadaan kadar air yang turun, disebabkan terjadinya evapotranspirasi tanaman Bayam yang lebih besar dari pada air yang dihantarkan lapisan semi kedap. Kadar air yang naik menunjukkan bahwa evapotranspirasi yang lebih kecil dari pada air yang dihantarkan oleh media.


(62)

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00

08/09/2007 9:5010/09 /2007

3:30

11/09/2007 22:1513/09/2007 16:0015/09/2007 9:4017 /09/20

07 3: 20

18/09 /2007

21:00

20/09/2007 14:4022/09/2007 8:2024/09/2007 2:0026/09 /2007

23:40

30/09/2007 14:2004/10/2007 1:4007/10/2007 13:0011 /10/20

07 3: 40

14/10 /2007

16:30 18/10/2007 3:5021/10/2007 15:10 Waktu Temperatur Tanah 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

Nutrisi tanah (EC)

T Tanah (ºC) EC (dS/m)

Gambar 27. Grafik suhu tanah dan EC yang diukur pada tanah di dalam pot dengan LSK 50.

Fotosintesis tanaman yang terjadi pada pertumbuhan vegetatif optimal jika dibandingkan dengan pertumbuhan generatif. Hal ini terlihat pada Gambar 22, bahwa pengurangan nutrisi menunjukkan bahwa penyerapan nutrisi untuk proses fotosintesis. Jika ditambah nutrisi, maka penyerapan tetap selama pertumbuhan vegetatif tanaman tersebut yaitu 50 hari. Jika lebih dari 50 hari, maka konsumsi nutrisi akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan fase pertumbuhan vegetatif, karena masuk ke fase generatif.


(63)

4.3. Tanaman

4.3.1. Pengamatan secara visual

Tanaman akan memberikan respon terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat amati secara visual pada beberapa dibawah ini.

Gambar 28. Tanaman Bayam umur 2 minggu.

Pada Gambar 28, pertumbuhan tanaman Bayam masih belum optimal karena tanaman masih beradaptasi dengan kondisi lingkungan media tanam yang baru. Bayam baru dipindahkan setelah berumur 10 hari. Sedangkan pada gambar tanaman bayam baru berumur 15 hari hari, daun masih belum berkembang sempurna. Pada umur 4 minggu Bayam yang telah beradaptasi dengan lingkungannya yang ditunjukkan dengan bertambahnya ketinggian dan daun, yang disajikan pada Gambar 29.


(64)

Gambar 29. Pertumbuhan tanaman Bayam yang berumur 3 minggu

Pertumbuhan Bayam sudah mulai kelihatan walaupun belum optimal, karena masih belum ada perbedaan yang menonjol dari pertambahan tinggi dan daun pada masing-masing pot dengan lapisan semi kedap yang berbeda. Sedangkan dari hasil pengamatan diketahui bahwa kandungan air pada pot dengan lapisan semikedap 30 % pasir berbeda dari lapisan semi kedap lainnya. Pengamatan dilanjutkan dengan melihat pertumbuhan secara visual dari Gambar 30.

LSK 30 % LSK 40 %


(65)

Gambar 30. Tanaman Bayam berumur 4 minggu.

Pada Gambar 30, Pertumbuhan Bayam pada pot dengan lapisan semi kedap campuran 30 % pasir lebih seragam dan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman pada pot dengan lapisan semi kedap lainnya. Pada pot dengan lapisan semi kedap campuran 50 % pasir, pertumbuhannya seragam, tetapi pertumbuhannya lebih lambat jika dibandingkan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman mengalami stress. Keadaan stress dicirikan dengan pertumbuhan yang lambat, daun yang menguning(agak layu). Sedangkan untuk tanaman pada pot dengan lapisan semi kedap campuran 40 % pasir, pertumbuhannya tidak seragam seperti pada pot yang lainnya. Hal ini dapat disebabkan karena bibit yang tidak seragam kualitas nya. Tanaman yang diuji pada pot dengan lapisan semi kedap campuran 40 % pasir tidak seragam pertumbuhannya dibandingkan dengan LSK 30 dan LSK 50, hanya 75 % yang seragam. Ini menunjukkan bahwa

LSK 30 % LSK 40 %


(66)

pot dengan LSK 40 sedikit lebih baik dibandingkan dengan pot dengan LSK 50, tetapi masih kurang baik jika dibandingkan dengan pot dengan LSK 30.

Gambar 31. Bayam umur 5 minggu

Gambar 31 menyajikan hasil pengamatan visual pertumb uhan tanaman yang berumur 5 minggu untuk masing-masing pot dengan lapisan semi kedap yang berbeda. Bayam yang ditanam pada pot dengan lapisan semi kedap 30 % menunjukkan pertumbuhan yang paling baik. Hal ini dicirikan dengan tinggi tanaman yang seragam, warna daunnya yang lebih hijau dan lebih besar dibandingkan pada pot lainnya. Pertumbuhan Bayam pada pot dengan lapisan semi kedap campuran 50 % pasir lebih lambat tetapi lebih seragama jika dibandingkan dengan pot dengan lapisan semi kedap campuran 40 % pasir. Pertumbuhan bayam pada pot dengan lapisan semi kedap campuran 40 % pasir

LSK 30 % LSK 40 %


(67)

lebih baik jika dibandingkan dengan pot dengan lapisan semi kedap campuran 50 % pasir.

Gambar 32. Bayam umur 6 minggu

Gambar 32 menyajikan hasil pengamatan tanaman secara visual dengan umur bayam 6 minggu. Terlihat dengan jelas bahwa pertumbuhan bayam pada pot dengan lapisan semi kedap campuran 30 % pasir paling baik karena

LSK 30 % LSK 40 %


(68)

mempunyai tinggi tanaman yang paling optimal dan seragam jika dibandingkan dengan pot dengan lapisan semi kedap lainnya. Pada umur lebih dari 5 minggu, fase pertumbuhan generatif tanaman Bayam dicirikan dengan munculnya bunga. Pada fase ini pertumbuhan vegetatifnya berhenti, sehingga pemanenan untuk tanaman yang produksi komersilnya vegetatif sebaiknya dilakukan sebelum pertumbuhan generatifnya.

4.3.2. Hasil pengukuran dan Perhitungan

Dari hasil pengukuran di lapangan untuk pertumbuhan tanaman, disajikan pada Gambar 33 (a), 33(b) dan 33 (c).

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

9/23/2007 9/25/2007 9/27/2007 9/29/2007 10/1/2007 10/3/2007 10/5/2007 10/7/2007 10/9/2007

10/11/2007 10/13/2007 10/15/2007 10/17/2007 10/19/2007 10/21/2007

Tanggal

Tinggi Tanaman (cm)

Gambar 33 (a) Grafik pertumbuhan Bayam dalam pot dengan lapisan semi kedap 50 %.


(69)

0 10 20 30 40 50 60 70

9/23/2007 9/25/2007 9/27/2007 9/29/2007 10/1/2007 10/3/2007 10/5/2007 10/7/2007 10/9/2007

10/11/2007 10/13/2007 10/15/2007 10/17/2007 10/19/2007 10/21/2007

Tanggal

Tinggi Tanaman (cm)

Gambar 33 (b) Grafik pertumbuhan Bayam dalam pot dengan lapisan semi kedap 40 %.

0 10 20 30 40 50 60 70

9/23/2007 9/25/2007 9/27/2007 9/29/2007 10/1/2007 10/3/2007 10/5/2007 10/7/2007 10/9/2007

10/11/2007 10/13/2007 10/15/2007 10/17/2007 10/19/2007 10/21/2007

Tanggal

Tinggi Tanaman (cm)

Gambar 33 (c). Grafik pertumbuhan Bayam dalam pot dengan lapisan semi kedap 30 %.

Pada Gambar 33 (a) grafik menunjukkan nilai maksimum dan minimum tinggi Bayam selama pengamatan. Jelas terlihat bahwa pertambahan tinggi Bayam lambat. Ketinggian maksimum yang dapat dicapai setelah 50 hari pada pot dengan lapisan semi kedap campuran 50 % pasir hanya 41,7 cm dan rata-rata 29,3 cm. Sedangkan pertumbuhan Bayam pada pot dengan lapisan semi kedap campuran 40 % pasir lebih baik dibandingkan campuran 50 % pasir, dapat


(70)

0 10 20 30 40 50 60 70 80

20-Sep-07 25-Sep-07 30-Sep-07 5-Oct-07 10-Oct-07 15-Oct-07 20-Oct-07 25-Oct-07

Tanggal

Tinggi (cm)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

21 22 23 24 50% 40% 30%

mencapai tinggi maksimum 60 cm dan rata-rata tinggi 40,9 cm. Pertumbuhan Bayam pada pot dengan lapisan semi kedap 30 % lebih lebih cepat dibandingkan pertumbuhan Bayam pada pot yang berbeda. Hal ini ditunjukkan dengan tinggi maksimum Bayam mencapai 58,5 cm dan rata-rata tinggi yaitu 50,8 cm. Sehingga pot dengan lapisan semi kedap campuran 30 % pasir dapat memenuhi kebutuhan air Bayam selama pertumbuhannya. Sedangkan pada pot dengan lapisan semi kedap 40 % pasir pertumbuhan Bayam lebih baik dibandingkan pot dengan lapisan semi kedap 50 %.

Untuk melihat perbedaan yang sangat nyata terlihat pada Gambar 34 yang menyajikan data tinggi Bayam yang ditanam pada pot dengan lapisan semi kedap yang berbeda.

Gambar 34. Grafik tinggi tanaman Bayam dengan lapisan semi kedap yang berbeda.

Bayam yang ditanam pada pot dengan LSK 50 data 1 sampai dengan 8, sedangkan data 9 sampai dengan 16 pada pot dengan LSK 40. Data 17 sampai dengan 24 merupakan Bayam pada pot dengan LSK 30. Pertumbuhan Bayam yang paling baik yaitu pada pot dengan lapisan semi kedap campuran 30 % pasir.


(71)

Sedangkan pertumbuhan Bayam pada pot dengan lapisan semi kedap campuran 40 % pasir lebih baik jika dibandingkan pada pot dengan lapisan semi kedap campuran 50 % pasir.

Berat jenis akar disajikan pada Gambar 35.

0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

sample

Densitas Akar (gr/cm3))

Gambar 35. Densitas Akar Bayam tiap sampel tanaman.

Pada Gambar 35 menyajikan data densitas akar tanaman bayam, data dari 1 sampai dengan 8 merupakan akar pada pot dengan LSK 50. Data dari 9 sampai 16 merupakan akar pada pot dengan LSK 40 sedangkan data dari 17 sampai 24 merupakan akar pada pot dengan LSK 30. Pertumbuha n tanaman Bayam dipengaruhi juga oleh pertumbuhan akar. Jika pertumbuhan akar terganggu maka penyerapan terhadap nutrisi dan air akan berkurang, sehingga proses fotosintesis berkurang. Akibatnya tanaman tidak mendapatkan nutrisi hasil asimilasi yang cukup untuk pertumbuhannya. Inilah yang menyebabkan pertumbuhan tanaman Bayam menjadi lambat.

Densitas akar tanaman pada pot dengan LSK 50 berkisar antara 0,003 gr/cm3 dan 0,012 gr/cm3. Pada pot dengan LSK 40 berkisar antara 0,005 gr/cm3 dan 0,025 gr/cm3 dan pada pot dengan LSK 30 berkisar antara 0,007 dan 0,030 gr/cm3. Jadi terlihat jelas bahwa akar pada pot dengan LSK 30 lebih optimal pertumbuhannya jika dibandingkan dengan pot lainnya.


(72)

Berat hasil produksi kering oven bayam rata-rata disajikan pada Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10. Hasil produksi rata-rata bayam yang telah dikeringkan dengan oven

Pot Berat

gr

LSK 50 3,01

LSK 40 6,46

LSK 30 13,53

Pada tabel 9 , jelas hasil produksi kering Bayam yang paling optimum adalah bayam yang di tanam pada pot dengan LSK 30, dengan hasil produksi bahan kering yang diperoleh rata 13,53 gram.

Sedangkan Evapotranspirasi tanaman hasil dari pengamatan disajikan pada Gambar 36.

y = -0,0009x2 + 67,238x - 1E+06

R2 = 0,4401

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

09/05/07 09/15/07 09/25/07 10/05/07 10/15/07 10/25/07 11/04/07

Tanggal

Evapotranspirasi (mm/hari)

ETc Poly. (ETc)

Gambar 36. Evapotranspirasi tanaman referensi (ETo) yang diperoleh selama masa pengamatan dengan iklim yang terukur pada saat pengujian

Pada Gambar 36 menunjukkan bahwa selama masa pengujian, evapotranspirasi tanaman referensi ETc menunjukkan pada awal pertumbuhan menunjukkan kenaikan. Sedangkan setelah mencapai keadaan yang optimal


(73)

evapotranspirasi tanaman akan menurun, yang menunjukkan bahwa fotosintesis menurun. Jadi pertumbuhan tanaman yang optimal yaitu pada saat tanaman awal pertumbuhan, mencapai evapotranspirasi yang optimum, biasanya pada tahap perkembangan ke dua, evapotranspirasi tanaman akan menurun. Pada Gambar 35, menunjukkan bahwa evapotranspirasi tanaman menurun mulai umur tanaman lebih dari 40 hari, sedangkan evapotranspirasi optimal dicapai pada saat umur tanaman Bayam yaitu 30 hari. Jadi sebaiknya tanaman Bayam dipanen sekitar umur 30 sampai dengan 40 hari.

Evapotranspirasi yang dihitung dengan menggunakan keseimbangan massa (persamaan 11) pada pot dengan LSK 50, diperoleh seperti pada Gambar 37.

y = -0,0009x2 + 67,238x - 1E+06

R2 = 0,4401

y = 0,0002x2 - 13,093x + 257488 R2 = 0,0612

-0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

09/05/07 09/15/07 09/25/07 10/05/07 10/15/07 10/25/07 11/04/07

Tanggal

Evapotranspirasi (mm/hari)

ETc LSK 50 Poly. (ETc) Poly. (LSK 50)

Gambar 37. Evapotranspirasi hasil pengukuran selama masa pengamatan pada pot dengan LSK 50

Jelas terlihat bahwa evapotranspirasi pada perhitungan nilai yang semakin lama semakin naik yang jauh dari evapotranspirasi referensi, ini menunjukkan bahwa tanaman masih dalam tahap adaptasi dengan kondisi tanah yang terlalu jenuh. Nilai R2 yang diperoleh dari sebaran pengamatan sebesar 0,0612 sangat kecil jika dibandingkan dengan R2 dari evapotranspirasi referensi yang diperoleh. Jadi disimpulkan bahwa evapotranspirasi pada LSK 50 masih kurang optimal.

Evapotranspirasi pada tanaman pot dengan LSK 40 disajikan pada Gambar 38.


(74)

y = -0,0009x2 + 67,238x - 1E+06 R2 = 0,4401

y = 0,0009x2 - 74,128x + 1E+06

R2 = 0,1146

-0,2 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6

09/05/07 09/15/07 09/25/07 10/05/07 10/15/07 10/25/07 11/04/07

Tanggal

Evapotranspirasi (mm/hari)

ETc LSK 40 Poly. (ETc) Poly. (LSK 40)

Gambar 38. Evapotranspirasi hasil pengukuran selama masa pengamatan pada pot dengan LSK 40

Seperti pada Gambar 37, Gambar 38 menunjukkan nilai R2 sebesar 0,1146 yang lebih besar daripada R2 yang diperoleh dari pot dengan LSK 50. Jadi untuk evapotranspirasi tanaman, pot dengan LSK 40 lebih baik jika dibandingkan dengna pot dengan LSK 50.


(75)

Evapotranspirasi tanaman pada pot dengan LSK 30 disajikan pada Gambar 39.

y = -0,0009x2 + 67,238x - 1E+06 R2 = 0,4401

y = 0,0021x2 - 166,01x + 3E+06 R2 = 0,2542

-0,5 0 0,5 1 1,5 2 2,5

09/05/07 09/15/07 09/25/07 10/05/07 10/15/07 10/25/07 11/04/07

Tanggal

Evapotranspirasi (mm/hari)

ETc LSK 30 Poly. (ETc) Poly. (LSK 30)

Gambar 39. Evapotranspirasi hasil pengukuran selama masa pengamatan pada pot dengan LSK 30

Nilai R2 sebaran pengamatan evapotranspirasi tanaman pada pot dengan LSK 30 lebih tinggi jika dibandingkan dengan pot yang lain. Ini menunjukkan bahwa evapotranspirasi tanaman pada pot dengan LSK 30 yang paling optimal.


(76)

0,0000 0,2000 0,4000 0,6000 0,8000 1,0000 1,2000 1,4000 1,6000 1,8000 2,0000

09/05/07 09/15/07 09/25/07 10/05/07 10/15/07 10/25/07 11/04/07

Tanggal

kc

LSK 50 LSK 40 LSK 30 kc FAO Poly. (kc FAO) Poly. (LSK 50) Poly. (LSK 30) Poly. (LSK 40)

Gambar 40. Nilai kc dari FAO dan dari hasil pengamatan

Nilai kc tanaman pada pot dengan LSK 30 paling optimal jika dibandingkan dengan pot lainnya, dengan nilai berkisar antara 0,1 sampai dengan 1,7.


(77)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

• Pertumbuhan tanaman Bayam cukup baik bila ditanam dalam pot tanaman yang mempunyai lapisan semi kedap dengan campuran pasir 30 %. Kadar air yang tersedia berkisar antara 26 sampai dengan 35 % basis volume. • Dalam kondisi tersebut, nilai kc tanaman berkisar antara 0,01 sampai

dengan 0,98dengan konduktifitas hidrolik yaitu 1,41 e -07.

• Nilai evapotranspirasi potensial maksimum adalah 0,61 mm/hari dan minimum adalah 0,75 mm/hari. Sedangkan evapotranspirasi tanaman maksimum pada kondisi ini adalah 0,71 dan minimum 0,58 mm/hari. • Nilai kc berkisar antara 0,1 sampai dengan 1,7.

5.2. Saran

• Untuk menentukan kadar air tanah jika konduktivitas hidrolika lapisan semi kedap yang berbeda dapat menggunakan sistem intrapolasi.

• Pengujian untuk tanaman yang berbeda dapat menggunakan nilai kc referensi dari FAO.

• Pot tanaman dengan lapisan semi kedap dapat digunakan dalam sistem pertanian terapung.

• Dalam desain selanjutnya, dalam aplikasi diperlukan materi bahan yang lebih ringan agar dapat diaplikasikan di sistem pertanian terapung.

• Untuk tahap pertumbuhan tanaman yang memerlukan jumlah air konsumtif yang berbeda-beda, maka tinggi muka air reservoir disesuaikan.


(1)

(2)

Lampiran 2. Kadar Air Hasil Simulasi

kedalaman Kadar Air (cm)

Model VG 0,5 0,489996

1 0,489983 1,5 0,489963 2 0,489935

2,5 0,4899

3 0,489858 3,5 0,489809 4 0,489753 4,5 0,48969

5 0,48962

5,5 0,489544 6 0,489461 6,5 0,489372 7 0,489276 7,5 0,489174 8 0,489065 8,5 0,488951

9 0,48883

9,5 0,488703


(3)

Lampiran 3. Nilai Evapotranspirasi potensial harian dan Evapotranspirasi

tanaman

Tanggal ETo ETc

9/8/2007 0,754 0,527486

9/9/2007 0,619 0,433592

9/10/2007 0,599 0,419479

9/11/2007 0,530 0,370903

9/12/2007 0,942 0,659115

9/13/2007 0,809 0,809068

9/14/2007 0,727 0,726803

9/15/2007 0,789 0,788698

9/16/2007 0,665 0,664702

9/17/2007 0,687 0,686787

9/19/2007 0,709 0,709312

9/22/2007 0,872 0,872136

9/23/2007 0,660 0,65995

9/24/2007 0,862 0,861936

9/25/2007 0,942 0,941687

9/26/2007 0,925 0,9252

9/27/2007 0,618 0,617517

9/28/2007 0,774 0,773677

9/29/2007 1,020 1,019869

9/30/2007 0,848 0,848477

10/1/2007 0,971 0,971127

10/2/2007 0,970 0,969883

10/3/2007 1,023 1,02271

10/4/2007 0,969 0,969381

10/5/2007 0,645 0,644718

10/7/2007 0,817 0,816631

10/8/2007 0,796 0,795694

10/10/2007 0,901 0,901495

10/11/2007 0,725 0,724711

10/12/2007 0,729 0,728956

10/14/2007 0,813 0,813327

10/15/2007 0,315 0,31539

10/16/2007 0,867 0,866965

10/17/2007 0,657 0,657051

10/18/2007 0,631 0,631497

10/20/2007 0,513 0,487532

10/21/2007 0,833 0,791065

10/22/2007 0,735 0,698073

Min 0,749 0,711726


(4)

74


(5)

75

Lampiran 5. Data Iklim (Temperatur, Radiasi, Kelembaban)

Tanggal

Suhu udara (oC)

Humadity

(udara) Jumlah (Rs) Etp mm

30/08/2007 26,50 59,85 2,34 0,58

31/08/2007 26,35 58,87 2,25 0,55

01/09/2007 26,79 56,36 2,21 0,55

02/09/2007 27,05 58,06 2,17 0,54

03/09/2007 27,05 62,29 2,19 0,55

04/09/2007 26,82 62,03 2,28 0,57

05/09/2007 27,18 57,67 2,61 0,65

06/09/2007 27,51 58,83 2,74 0,69

07/09/2007 26,30 65,80 2,18 0,53

08/09/2007 26,25 62,48 3,06 0,75

09/09/2007 26,24 63,14 2,66 0,65

10/09/2007 26,50 58,69 2,46 0,60

11/09/2007 26,02 62,38 2,28 0,55

12/09/2007 26,10 54,76 3,77 0,92

13/09/2007 26,32 56,66 3,35 0,82

14/09/2007 25,99 60,57 2,95 0,72

15/09/2007 27,09 56,79 3,12 0,78

16/09/2007 26,80 63,18 2,59 0,64

17/09/2007 27,38 61,35 2,78 0,70

18/09/2007 26,08 66,30 2,94 0,71

19/09/2007 27,53 60,58 3,44 0,87

20/09/2007 26,77 60,01 2,73 0,68

20/09/2007 26,57 56,63 3,50 0,86

22/09/2007 26,74 55,39 3,72 0,92

23/09/2007 27,46 55,13 3,65 0,92

24/09/2007 26,75 61,30 2,57 0,64

25/09/2007 25,99 64,86 3,20 0,78

26/09/2007 27,03 56,50 4,09 1,02

27/09/2007 27,01 57,43 3,37 0,84

28/09/2007 27,33 55,13 3,92 0,98

29/09/2007 26,99 56,40 3,89 0,97

30/09/2007 27,60 53,74 4,06 1,02

01/10/2007 27,67 53,98 3,81 0,96

02/10/2007 25,69 57,66 2,64 0,64

03/10/2007 26,38 52,36 3,25 0,80

04/10/2007 27,03 49,99 3,21 0,80

05/10/2007 30,36 53,36 3,42 0,92

06/10/2007 30,14 54,62 2,71 0,72

07/10/2007 29,60 53,20 2,76 0,73

08/10/2007 30,05 53,77 2,99 0,80

09/10/2007 25,50 82,04 1,38 0,33

10/10/2007 28,26 64,38 3,36 0,86

11/10/2007 27,52 64,98 2,68 0,67

12/10/2007 25,67 75,85 2,59 0,62

13/10/2007 25,57 80,22 2,19 0,53


(6)

76

Lampiran 6. Lanjutan...

15/10/2007 27,46 77,29 3,06 0,77

16/10/2007 24,99 85,45 1,99 0,47

17/10/2007 25,67 77,04 2,51 0,60

18/10/2007 24,68 86,70 2,21 0,52

19/10/2007 25,38 76,85 3,22 0,77

20/10/2007 24,68 86,70 2,21 0,52