Keterkaitan Ke Depan Keterkaitan Langsung Ke Depan DFL

6.2.1. Keterkaitan Ke Depan Keterkaitan Langsung Ke Depan DFL

Antara sektor satu dengan yang lain memiliki keterkaitan, salah satunya adalah keterkaitan langsung ke depan, dimana suatu sektor memiliki pengaruh untuk mendorong sektor lain meningkatkan outputnya, dimana sektor lain menggunakan output sektor tersebut sebagai input dalam proses produksinya. Sektor dengan DFL terbesar di Jawa Timur tahun 2000 dan 2004 adalah sektor perdagangan hotel dan restoran dengan nilai 1.08 menjadi 1.74. DFL terbesar kedua adalah sektor industri manufaktur pupuk, kimia, dan barang dari karet dengan nilai yang meningkat dari 1.03 menjadi 3.02. Terbesar ketiga adalah sektor transportasi dengan nilai yang meningkat pula dari 0.93 menjadi 2.84. Dijelaskan pula dalam Gambar 11 bahwa sektor industri manufaktur yang memiliki pengaruh terkuat dalam mendorong aktivitas sektor-sektor lainnya adalah industri pupuk, kimia, dan barang dari karet, akan tetapi pada tahun 2004 menurun menjadi 0.75, atau dapat diartikan setiap peningkatan satu satuan permintaan akhir sektor pupuk, kimia, dan barang dari karet, maka sektor tersebut mampu menciptakan kenaikan output secara langsung sebesar 0.75 satuan terhadap semua pengguna outputnya. 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 IMMT ITEX IB K H IK B C IPKK ISGN L IL DB IA M P IM L Sektor DF L Th. 2000 Th. 2004 Sektor industri manufaktur yang memiliki pengaruh keterkaitan langsung ke depan semakin kuat adalah industri makanan, minuman, dan tembakau, dan industri Gambar 9. Nilai DFL Sektor Industri Manufaktur Tahun 2000 dan 2004 di Jawa Timur kertas dan barang dari cetakan, serta industri semen dan barang galian non logam meskipun kenaikannya tidak terlalu drastis. Sedangkan sektor industri lainnya mengalami penurunan pengaruh langsung ke depan. Jika diteliti lebih lanjut maka DFL yang mengalami peningkatan paling besar adalah industri makanan, minuman, dan tembakau dengan nilai 0.36 pada tahun 2000 menjadi 0.49 pada tahun 2004 yang berarti mengalami peningkatan 1.49 kali dari tahun 2000, hal ini dimungkinkan karena dengan meningkatnya sektor ini bukan hanya mampu menarik sektor-sektor primer sebagai bahan baku tetapi juga mampu medorong sektor-sektor tersebut langsung maupun tidak langsung untuk meningkatkan produksinya, begitupula dengan sektor tersier seperti jasa, maupun komunikasi, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran, yang mengalami peningkatan pangsa output pada tahun 2004, meskipun sektor transportasi sebagai sektor tersier yang penting bagi industri mengalami penurunan. Tabel 24. Nilai, dan Rasio DFL Sektor Industri Manufaktur Tahun 2000 dan 2004 di Jawa Timur DFL Sektor 1 Th. 2000 2 Th. 2004 3 Rasio 32 Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau IMMT 0.36 0.49 1.35 Industri Tekstil, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki ITEX 0.20 0.12 0.57 Industri Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya IBKH 0.17 0.18 1.02 Industri Kertas dan Barang dari Cetakan IKBC 0.43 0.46 1.06 Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet IPKK 1.03 0.75 0.73 Industri Semen dan Barang Galian Non Logam ISGNL 0.30 0.42 1.42 Industri Logam Dasar Besi dan Baja ILDB 0.85 0.67 0.79 Industri Alat Angkutan, Mesin, dan Peralatannya IAMP 0.33 0.07 0.22 Industri Manufaktur Lainnya IML 0.83 0.24 0.29 Sumber : Tabel Input-Output Jawa Timur Th.2004 – Diolah Sedangkan industri pupuk, kimia, dan barang dari karet meskipun memiliki nilai DFL terbesar akan tetapi nilainya menurun, yang ditunjukkan pada Tabel 22, rasio penurunannya sebesar 0.73. Hal ini dimungkinkan karena sektor ini hanya memiliki keterkaitan langsung kedepan yang terbatas, yaitu pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, serta perikanan sebagai pemakai pupuk, serta sektor alat angkutan, mesin, dan peralatannya yang menggunakan barang dari karet untuk ban mobil, dan peralatannya, penyebab lainnya sektor-sektor pengguna output dari industri pupuk, 71 kimia, dan barang dari karet mengalami kelesuan menurunnya pangsa output dan nilai tambah sektor pertanian, dan industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya. Sektor dengan penurunan nilai DFL paling rendah adalah industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya dengan rasio 0.22, yang berarti pengaruh kedepan secara langsung sektor ini menurun 0.22 kali dari tahun 2000 ke 2004. Telah dibahas sebelumnya, hal ini dimungkinkan karena industri ini mengalami penurunan baik nilai ouput, maupun NTB, sehingga dengan produksi yang menurun berakibat output yang digunakan oleh sektor lainnya pun berkurang. Industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki yang juga mengalami penurunan nilai output, dan NTB, juga mengalami penurunan pengaruh kedepan secara langsung pada tahun 2004. Sektor industri manufaktur yang mengalami penurunan nilai lainnya adalah industri manufaktur lainnya dengan nilai DFL pada tahun 2000 sebesar 0.83 dan pada tahun 2004 sebesar 0.24, yang berarti mengalami penurunan 0.29 dari tahun 2000. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Depan DIFL Dibandingkan nilai DFL maka nilai DIFL umumnya lebih besar dari nilai DFL hal ini dikarenakan pada DFL, nilai yang ada hanya menunjukkan keterkaitan langsung saja, sedangkan pada DIFL menunjukkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung, dimana keterkaitan langsung dan tidak langsung telah memperhitungkan tahap kedua, baik output dari suatu sektor digunakan langsung sebagai input untuk diolah kembali maupun langsung dipergunakan. Sehingga keterkaitan langsung dan tidak langsung nilainya lebih besar dari keterkaitan langsung. Sektor dengan nilai DIFL terbesar adalah perdagangan, hotel, dan restoran dengan nilai yang meningkat dari 3.02 menjadi 3.08, terbesar kedua adalah sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet dengan nilai yang semakin menurun dari 3.01 menjadi 2.25 pada tahun 2004, dan terbesar ketiga adalah sektor transportasi dengan nilai yang menurun pula dari 2.84 menjadi 1.83 pada tahun 2004. Pada Gambar 10 diketahui bahwa sektor industri manufaktur yang memiliki pengaruh terkuat langsung dan tidak langsung kedepan adalah industri pupuk, kimia, dan barang dari karet meskipun pengaruhnya melemah pada tahun 2004, yaitu 2.25, yang dapat diartikan bahwa setiap peningkatan satu satuan permintaan akhir sektor pupuk, kimia, dan barang dari karet, maka sektor tersebut mampu menciptakan 72 kenaikan output secara langsung maupun tak langsung sebesar 2.25 satuan terhadap semua pengguna outputnya. Tabel 24. Nilai DFL dan DIFL di Jawa Timur Tahun 2000 dan 2004 2000 2004 No Sektor DFL DIFL DFL DIFL 1 Pertanian 0.17 1.31 0.25 1.52 2 Perkebunan 0.17 1.36 0.12 1.23 3 Peternakan 0.44 1.72 0.35 1.53 4 Kehutanan 0.56 1.75 0.47 1.63 5 Perikanan 0.05 1.10 0.08 1.15 6 Pertambangan migas 0.14 1.28 0.02 1.03 7 Pertambangan non migas 0.28 1.40 0.28 1.42 8 Makanan, minuman, tembakau 0.36 1.59 0.49 1.79 9 Textil, barang dari kulit, alas kaki 0.20 1.35 0.12 1.16 10 Barang dari kayu dan hasil hutan lainnya 0.17 1.31 0.18 1.23 11 Kertas, barang dari cetakan 0.43 1.86 0.46 1.91 12 Pupuk, kimia, barang dari karet 1.03 3.01 0.75 2.25 13 Semenbarang galian bukan logam 0.30 1.39 0.42 1.54 14 Logam dasar besi dan baja 0.85 2.80 0.67 2.01 15 Alat angkutan, mesin, dan peralatannya 0.33 1.56 0.07 1.09 16 Industri manufaktur lainnya 0.83 2.78 0.24 1.37 17 Listrik, gas, air bersih 0.33 1.61 0.36 1.62 18 Konstruksi 0.01 1.01 0.01 1.01 19 Perdagangan, hotel, restoran 1.08 3.02 1.74 3.80 20 Transportasi 0.93 2.84 0.55 1.93 21 Komunikasi 0.13 1.21 0.17 1.26 22 Lembaga keuangan 0.27 1.49 0.34 1.55 23 Jasa-jasa 0.16 1.29 0.41 1.66 Sumber: Tabel Input-Output Jawa Timur Th.2004 – Diolah Sektor industri manufaktur lainnya yang mengalami penurunan nilai DIFL adalah industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki, industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, industri pupuk, kimia, dan barang dari karet, industri logam dasar besi dan baja, industri alat, angkutan, mesin, dan peralatannya, serta industri manufaktur lainnya, sedangkan yang mengalami peningkatan DIFL adalah industri makanan, minuman, dan tembakau, industri kertas dan barang dari cetakan, dan industri semen dan barang galian non logam. 73 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 IMMT ITE X IB K H IK B C IP K K IS GNL IL D B IA M P IM L Sektor DI F L Th. 2000 Th. 2004 Jika dikaji lebih lanjut, kenaikan nilai DIFL terbesar adalah industri makanan, minuman, dan tembakau dengan rasio 1.13, hal ini wajar karena output sektor ini juga paling besar diantara sektor industri manufaktur lainnya. Sedangkan yang mengalami penurunan paling drastis adalah industri manufaktur lainnya dengan rasio 0.49. sedangkan industri yang memiliki nilai DIFL terendah pada tahun 2004 adalah industri alat angkutan, mesin dan peralatannya dengan nilai 1.09, dan rasio peningkatan juga menunjukkan pengaruh langsung dan tak langsung kedepannya semakin melemah, dengan rasio terkecil kedua. Tabel 26. Nilai, dan Rasio DIFL Sektor Industri Manufaktur Tahun 2000 dan 2004 di Jawa Timur DFL Sektor 1 Th. 2000 2 Th. 2004 3 Rasio 32 Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau IMMT 1.59 1.79 1.13 Industri Tekstil, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki ITEX 1.35 1.16 0.86 Industri Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya IBKH 1.31 1.23 0.94 Industri Kertas dan Barang dari Cetakan IKBC 1.86 1.91 1.03 Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet IPKK 3.02 2.25 0.75 Industri Semen dan Barang Galian Non Logam ISGNL 1.39 1.54 1.11 Industri Logam Dasar Besi dan Baja ILDB 2.80 2.01 0.72 Industri Alat Angkutan, Mesin, dan Peralatannya IAMP 1.56 1.09 0.70 Industri Manufaktur Lainnya IML 2.78 1.37 0.49 Sumber : Tabel Input-Output Jawa Timur Th.2004 – Diolah Gambar 10. Nilai DIFL Sektor Industri Manufaktur Tahun 2000 dan 2004 di Jawa Timur

6.2.2. Keterkaitan Ke Belakang Keterkaitan Langsung Ke Belakang DBL