Tinjauan Empirik Penelitian Terdahulu Mengenai Sektor Industri

untuk tingkat wilayahdaerah, pendapatan masyarakat, kebutuhan tenaga kerja, pajak PAD untuk tingkat daerah, dan sebagainya. 2 Mengetahui komposisi penyediaan dan penggunaan barang atau jasa sehingga mempermudah analisis tentang kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya. 3 Memberi petunjuk mengenai sektor-sektor yang mempunyai pengaruh terkuat serta sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis input-output merupakan analisis yang penting dalam suatu perncanaan pembangunan wilayah, karena dengan analisis input-output maka perencana pembangunan dapat mengetahui sektor-sektor kunci, maupun sektor-sektor yang lemah, sehingga dapat membuat kebijakan atau langkah-langkah untuk merangsang pertumbuhan sektor-sektor yang lemah, maupun meningkatkan kontribusi sektor kunci dalam pembangunan wilayah.

2.2. Tinjauan Empirik Penelitian Terdahulu Mengenai Sektor Industri

Manufaktur di Jawa Timur Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi cukup tinggi jika dibandingkan dengan propinsi lainnya. Pada tahun 1995 dan 1996, tingkat pertumbuhannya sebesar 8,18 persen dan 8,26 persen, sedangkan pada tahun 1997 tingkat pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur mengalami penurunan menjadi sebesar 5,01 persen, dan pada tahun 1998 menurun drastis menjadi sebesar –16,21 persen. Mengecilnya tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut dikarenakan adanya krisis moneter yang berkepanjangan, dan melonjaknya nilai dollar Amerika terhadap rupiah, padahal sebagian input antara sektor-sektor usaha masih harus impor. Mulai tahun 1999 dengan membaiknya kondisi, secara berangsur-angsur pertumbuhan ekonomi Jawa Timur naik menjadi 1,121 persen pada tahun 1999 dan 3,25 persen pada tahun 2000. Pada tahun 2002 pertumbuhan ekonomi Jawa Timur menjadi 3,80 persen, dan pada tahun 2004 menjadi 5,83 persen, dengan sektor industri manufaktur yang mendapat prioritas untuk dikembangkan. Garside 2002 juga menjelaskan bahwa struktur perekonomian Propinsi Jawa Timur didominasi oleh sektor industri manufaktur, akan tetapi akibat krisis moneter, kontribusi sektor industri manufaktur secara keseluruhan terhadap struktur permintaan dan penawaran mengalami penurunan, selain itu berdasarkan orientasi pertumbuhan dan keterkaitan selama periode 1994-2000, perekonomian Jawa Timur masih tetap mengandalkan sektor industri manufaktur manufacture sebagai sektor kunci, terutama untuk sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Sektor-sektor yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan pada tahun 2002 adalah sektor perdagangan; industri tekstil, pakaian dan kulit; pengangkutan, industri rokok; industri makanan dan tanaman bahan makanan, sedangkan sektor-sektor rawan yang tidak berhasil mencapai sasaran yang diinginkan adalah sektor perikanan; industri minuman; kehutanan; industri barang lainnya; sektor penggalian dan pertambangan non migas serta sektor pertambangan migas dan pengilangan minyak. Handoyo 2005 juga menegaskan dalam penelitiannya bahwa tahun 1996-2000 sektor industri di Jawa Timur memiliki kontribusi yang kuat, dan dengan menggunakan analisa Tabel I-O Jawa Timur tahun 2000, dan simulasi permintaan akhir dengan peningkatan 10 persen, menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur memiliki keterkaitan kebelakang backward lingkages dan keterkaitan kedepan forward lingkages terbesar diantara sektor lainnya, yang dikarenakan dukungan kebijakan dari pemerintah daerah untuk merangsang pertumbuhan sektor industri, khususnya industri pupuk, pestisida, semen, kertas, mesin, peralatan elektronik, dan mesinindustri perkapalan. Hal ini diindikasikan bahwa sektor industri manufaktur mampu meningkatkan pertumbuhan PDRB, dan juga dapat diindikasikan bahwa sektor industri manufaktur mampu menyerap tenaga kerja lebih baik dari pada sektor lainnya, sehingga pemerintah daerah Jawa Timur memberi dukungan kepada sektor industri manufaktur. Sektor yang memiliki kontribusi cukup besar dari tahun ke tahun di Jawa Timur adalah sektor industri manufaktur, apalagi setelah krisis ekonomi sektor ini diharapakan mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain, meskipun setelah tahun 1998, yaitu puncak dari krisis ekonomi, sektor industri manufaktur kembali meningkat akan tetapi sektor ini masih belum pulih. Hal ini dibuktikan dari penelitian Direktorat Bina Produktivitas Depnakertrans 2003, bahwa sebelum masa krisis perekonomian sebelum tahun 1998, pertumbuhan Produktifitas Total Faktor sektor industri manufaktur lebih tinggi dibandingkan dengan setelah masa krisis sesudah tahun 1998. Pertumbuhan tertinggi pada masa sebelum krisis sebesar 3,26 persen tahun 1996, dan terendah sebesar 0,45 persen tahun 1997, sedangkan pada masa setelah krisis, pertumbuhan tertinggi dan terendah adalah sebesar 1,00 dan 0,12 persen masing-masing idari 83,40 persen tahun 1993 menjadi 81,43 persen tahun 2002. Dari penelitian Oesman 2006 mengenai kinerja usaha kecil dan menengah di Jawa Timur juga didapatkan bahwa sektor industri memiliki kontribusi besar bagi pembangunan. Sektor perekonomian lainnya yang berkontribusi dalam pembangunan di Jawa Timur adalah sektor perdagangan, dan pertanian dimana memiliki potensi usaha kecil menengah cukup besar antara tahun 2000-2004, dan dari sembilan sektor yang ada jumlah usaha kecil menengah sebanyak 6,63 juta unit usaha kecil menengah. Peranan ini sangat penting untuk diketahui sebagai upaya penyusunan dasar perencanaan pembangunan ekonomi daerah, ditambah jika suatu sektor terus bertambah kontribusinya, hal ini tidak mungkin dicapai tanpa dukungan sektor lainnya. Pada dasarnya pembangunan di Jawa Timur memperlihatkan pertumbuhan yang cukup cepat. Dengan tumbuhnya sektor-sektor kunci diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja, sehingga mampu meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pengentasan kemiskinan. Dalam penelitian Soebeno 2005 tentang analisis pembangunan manusia di Jawa Timur, didapatkan bahwa daerah Gerbangkertosusila sebagai kawasan industri di Jawa Timur memiliki interaksi spasial yang kuat yang mampu menarik daerah penyangganya, akan tetapi meskipun Surabaya memiliki interaksi spasial yang kuat dengan kabupaten Gresik dan Sidoarjo, tetapi belum berhasil menarik Kabupaten Bangkalan untuk berkembang. Hasil penelitian-penelitian tersebut menggambarkan secara umum bahwa pembangunan di Jawa Timur mengalami penurunan pada tahun 1998 dan menunjukkan peningkatan dari tahun 1999-2004. Salah satu sektor kunci dalam pembangunan di Jawa Timur adalah sektor industri manufaktur, baik industri sedang, besar, maupun kecil, sektor lainnya adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang peranannya terhadap PDRB semakin meningkat dari semua sektor. Hal ini berkebalikan dengan sektor industri yang peranannya semakin menurun dari semua sektor, sehingga perlunya kajian mengenai sektor industri manufaktur apakah masih mampu berperan sebagai sektor unggulan bagi perekonomian wilayah, mengingat dampak yang ditimbulkan sektor ini cukup luas, seperti menyerap output dari sektor lain, maupun sebagai pendorong aktivitas sektor lainnya.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Umum Dasar Pemikiran Penelitian Perekonomian suatu wilayah yang relatif maju ditandai oleh semakin besarnya peran sektor industri manufaktur dan jasa dalam menopang perekonomian wilayah. Sektor industri manufaktur telah menggantikan peran sektor tradisional pertanian dalam penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan wilayah. Begitupula pada perekonomian Indonesia yang berkembang cukup pesat sejak memasuki awal periode pembangunan orde baru, khususnya sektor industri manufaktur sebagai sektor utama yang lambat laun menggantikan peran sektor pertanian. Pada awal tahun 1980-an Indonesia adalah salah satu negara industri penting di antara negara-negara sedang berkembang. Proses industrialisasi di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang cukup berarti dengan kontribusi sektor industri manufaktur terhadap PDB yang terus meningkat dari di bawah 10 persen pada awal tahun 1970-an sampai mencapai di atas 18 persen pada tahun 1989. Perkembangan industri manufaktur yang pesat di Indonesia ternyata bias ke pulau Jawa. Pada tahun 1999, pulau Jawa menyumbang 81.07 persen terhadap total penyerapan tenaga kerja dan 81.08 persen terhadap total nilai tambah industri besar dan sedang di Indonesia. Sumbangan sektor manufaktur terhadap PDRB di pulau Jawa sendiri cukup bervariasi antar propinsi, dan provinsi Jawa Timur masih menjadi provinsi yang paling berkembang industrinya di Indonesia sampai tahun 1984, dengan sektor manufaktur menyumbang hampir 15 persen PDRB. Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1999 sumbangan Jawa Timur mengalami peningkatan dengan menyumbangkan 27,37 persen terhadap PDRB, walaupun peningkatannya masih di bawah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Perekonomian di Jawa Timur sendiri secara umum didominasi oleh empat sektor dominan utama, yakni sektor industri manufaktur, sektor perdagangan-hotel-restoran, sektor pertanian, dan sektor jasa-jasa, yang sudah menguasai pangsa 77 persen dari total PDRB Jawa Timur. Dibandingkan sebelum krisis 1993-1996 dan sesudah krisis 1997-2001, keempat sektor dominan itu tidak mengalami perubahan yang berarti. Sektor industri manufaktur pengolahan tetap menjadi leading sector ekonomi Jawa