Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15

(1)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

ANALISIS

/ ZARFUN MABNIYYUN/ DALAM

AL-QURAN JUZ 14 DAN 15

SKRIPSI SARJANA

D I S U S U N OLEH :

U

AQMALIA SANTIKA. M

050704017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN BAHASA ARAB

MEDAN


(2)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Juni 2009 Peneliti,

050704017


(3)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani, sehingga peneliti dapat menyeleseaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang berkat beliaulah manusia dapat mengenal Allah yang Esa.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk melengkapi satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada program studi bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, maka peneliti mengangkat judul :

“ANALISIS / ZARFUN MABNIYYUN/ DALAM AL-QURAN JUZ 14 DAN 15”

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini Peneliti banyak mengalami hambatan dan kesulitan, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan pengalaman Peneliti. Oleh karena itu, dalam skripsi ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, Peneliti memohon saran dan kritikan yang membangun dari semua pihak agar skripsi ini dapat sempurna hendaknya.

Medan, Juni 2009 Peneliti,

UAqmalia Santika Manik


(4)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A.,Ph.D selaku dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan serta pembantu dekan I, II, dan III yang telah membantu dalam segala hal sehingga Peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan.

2. Ibu Dra. Khairawati, M.A.,Ph.D selaku ketua Program Studi bahasa Arab dan bapak Drs. Mahmud Khudri, M.Hum selaku sekretaris jurusan yang telah memberi saran dan masukan kepada Peneliti.

3. Ibu Dra. Khairawati, M.A., Ph.D selaku dosen pembimbig I dan Drs. Murniati selaku pembimbing II yang dengan segala daya upaya membantu dalam memberi bimbingan dan arahan.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Sastra khususnya program studi bahasa Arab yang dengan ikhlas mencurahkan ilmu dan perhatiannya sejak Peneliti memulai perkuliahan hingga menyelesaikannya.

5. Ibu Dra. Rahlina Muskar. M.Hum selaku dosen wali yang telah memberi dukungan dan arahan mulai dari pemilihan judul.

6. Bu Aisyah dan Ustaz Fauzan yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Ayah dan mamak tersayang, yang telah sabar mendidik peneliti, hingga peneliti dapat merasakan indahnya dunia pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi. Dan peneliti yakin semua ini berkat doa ayah dan mamak. Peneliti tau semua ini takkan terbalas, dan peneliti hanya bisa mengucapkan terimakasih. Semoga ilmu yang peneliti raih, dapat berguna bagi negara ini dan tidak mengecewakan ayah dan mamak. uhibbukuma fillah

8. Bang Iwan dan bang Edi, terimakasih atas bantuan biayanya selama peneliti kuliah. Peneliti tidak akan pernah melupakan ini semua. Semoga abang baik selalu.

9. Kakak-kakakku, ka Ida, ka Ita, ka Amah, juga Adik-adikku, Fadli dan Era “terimakasih atas bantuan materi dan dukungannya”


(5)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

10.Sahabat-sahabatku tersayang dan baik hati, Faisal, Fitri, Emak rehan, Sanah, Lira, Mukhlis, Mbak Linda, Amah, Ape, Yunita, Tini, Reje, Elly, Kiki, Ka Syam, Hafiz, Hafni, Aben, Surya, Fitrah, Putri, Putra, Izal dan “syukran pada semua teman-teman stambuk ’05 yang tak dapat peneliti tulis namanya juga adik-adik yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA), terima kasih atas segala bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Buat temen-temen di asrama (Tina, Sari, dan ka Lili) “tetap semangat ya!” 12.Buat temen-temen yang selalu mendengarkan keluh kesah selama proses

penyelesaian skripsi ini (Ivana, Wina, Aisyah, Listi, Via, Faqih, Indah, dan terutama ka Salha)

Peneliti tidak dapat membalas jasa baik yang diberikan, akhirnya kepada Allah SWT peneliti memohon untuk memberi balasan yang berlipat ganda. Amin ya rabbal ‘ lamin

Medan, Juni 2009 Peneliti,

050704017


(6)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab Latin berdasarkan Surat Keputusan Bersama Mentri Agama dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 158 Tahun 1987 dan No 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988

1. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

1 2 3 4

Alif Ba Ta Sa Jim Ha Kha Dal Zal Ra Zai Sin Syin Sad Dad Ta Za ‘ain Gain Fa Qaf Kaf Lam Mim Nun Waw Ha Hamzah Ya Tidak dilambangkan B T J H Kh D R Z S Sy Ş D Z ‘ G F Q K L M N W H ` Y Tidak dilambangkan - -

s dengan titik di atasnya -

h dengan titik di bawahnya -

-

z dengan titik di atasnya -

- - -

s dengan titik di bawahnya d dengan titik di bawahnya t dengan titik di bawahnya z dengan titik di bawahnya koma terbalik - - - - - - - -


(7)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

-

apostrof, tetapi lambang ini tidak dipergunakan untuk hamzah di awal kata

-

2. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap. ditulis Ahmadiyyah

3. Ta Marb tah di akhir kata

Transliterasi untuk ta marbutah ada tiga macam, yaitu :

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.

ditulis jam ’ah

2. Bila dihidupkan ditulis t

ditulis kar matu al-awliy `


(8)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u

5. Vokal Panjang

A panjang ditulis , i panjang ditulis , dan u panjang ditulis , masing-masing dengan tanda hubung (-) di atasnya

6. Vokal Rangkap

Fathah + y tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, dan fathah + w wu mati ditulis au

7. Vokal-vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata

Dipisahkan dengan apostrof (`) ditulis a`antum

ditulis mu`anna

8. Kata sandang Alif + L m

1. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis al- ditulis Al-Qur` n

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf I diganti dengan huruf syamsiyyah yang mengikutinya.

ditulis asy-Sy ’ah

9. Huruf Besar

Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD

10.Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat

1. Ditulis kata per kata, atau

2. ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut. ditulis Syaikh al-Isl m atau Syaikhul-Isl m


(9)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

PEDOMAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Batasan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 7

1.5Metode Penelitian ... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 8

BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

3.1 Sekilas Tentang Juz 14 dan 15 ... 21

3.1.1 Sekilas tentang Surah Al-Hijr ... 21

3.1.2 Sekilas tentang Surah Al-Nahl ... 22

3.1.3 Sekilas tentang Surah Al-Isra` ... 22

3.1.4 Sekilas tentang Surah Al-Kahfi ... 23

3.2 Hukum-Hukum dan Kedudukan Zaraf Mabni dalam Al-Qur`An Juz 14 ... 24

3.3 Hukum-Hukum dan Kedudukan Zaraf Mabni dalam Al-Qur`An Juz 15 ... 34

BAB IV : PENUTUP ... 53

4.1 Kesimpulan ... 53

4.2 Saran ... 56


(10)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

ABSTRAKSI

AQMALIA SANTIKA MANIK. 2009. Analisis / Zarfun Mabniyyun/ dalam Al-Quran Juz 14 dan 15

Semua zaraf adalah mu’rab, yaitu bisa berubah baris akhirnya kecuali beberapa lafaz tertentu, di antaranya ada yang berupa zaraf zaman ’keterangan waktu’ dan zaraf makan, ’keterangan tempat’ dan ada yang berfungsi ganda. Lafaz-lafaz tertentu inilah yang disebut dengan zaraf mabni.

Penelitian ini mengkaji tentang hukum-hukum dan kedudukan zaraf mabni dalam Al-Qur`an pada juz 14 dan 15, yang bertujuan untuk mengetahui hukum-hukum dan kedudukan zaraf mabni dalam Al-Qur`an pada juz 14 dan 15.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dalam Juz 14 terdapat 24 zaraf mabni. 19 Zaraf zaman dan lima zaraf makan, sedangkan pada juz 15 terdapat 46 zaraf mabni. 42 zaraf zaman dan empat zaraf makan. Adapun zaraf mabni yang ditemukan dalam Al-Qur`an juz 14 dan 15 ini adalah :

,

,

dan / qablu, i , i , lamm , ayy na, kaifa , yauma`i in, hai u, `aina, `Ainam , mat , `abadan, ladun/ dan hun lika/.

Hukum zaraf mabni, dalam konteks kalimat /mabn f mahalli naşbin/, dan kedudukannya pada dasarnya berkedudukan sebagai zaraf, namun di samping itu ada juga lafaz zaraf mabni yang berpengertian makna zaraf namun berkedudukan sebagai /maf’ lun bihi/ ‘objek’, /h l/ ‘keadaan’ dan sebagai /şifat/ ’sifat’, lazimnya zaraf mabni ini juga berkedudukan sebagai /mud f/, dan yang lebih uniknya lagi dalam zaraf mabni terdapat /mud fun ilaihi/ yang terletak pada surah lain.


(11)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.


(12)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang

Bahasa adalah satu sistem komunikasi dengan bunyi, yaitu lewat alat ujaran dan pendengaran, antara orang-orang dari kelompok atau masyarakat tertentu dengan mempergunakan simbol-simbol vokal yang mempunyai arti arbitrer dan konvensional. (Alwasilah. 1993 : 2)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arbitrer berarti sewenang-wenang dan mana suka. Sedangkan konvensional berarti kesepakatan seperti adat, kebiasaan, kelaziman dan tradisional. Maksud dari arbitrer di sini adalah mana suka yaitu terbukti antara rangkaian bunyi-bunyi dengan makna yang dikandungnya. Seperti kata binatang tertentu di indonesia disebut kucing, di Arab qi un. Mengapa demikian? Karena sudah begitulah maunya, itulah manasuka.

Begitulah setiap bunyi-bunyi itu manasuka, tapi karena bahasa itu kejayaan sosial maka yang manasuka tadi disetujui pemakaiannya oleh masyarakat penutur bahasa. Yang manasuka tadi lalu berurat, berakar, mempribadi dan membatin pada setiap penutur. bila sudah menjadi kebiasaan (conventional) maka yang manasuka tadi menjadi peraturan yang tetap, menjadi suatu sistem (Al-Wasilah, 1993 : 85).

Bahasa juga merupakan salah satu unsur kebudayaan, kebudayaan itu datangnya dari manusia dan manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain. Dan menurut Tarigan, (1987 : 4-5): ”Bahasa mempunyai pengaruh yang luar biasa, karena sebagai salah satu ciri pembeda utama umat manusia dengan makhluk lainnya yang ada di dunia ini.”

Bahasa dan sastra Arab sangat perlu dipelajari, sebab tidaklah mungkin orang dapat mengerti maksud ayat-ayat Al-Qur`an dan Hadis-hadis Nabi, jika ia tidak mengetahui seluk beluk bahasa ini. Lagi pula bahasa Arab itu merupakan bahasa perantara umat Islam sedunia dan bahasa resmi di Perserikatan Bangsa-Bangsa. (Said, 1984 : 4)


(13)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

Menurut Al-Ghulayaini (2007 : 7)

/Al-lugatu al-‘arabiyyatu hiya al-kalim tu allat yu’abbiru bih al-‘arabu ‘an aghr dihim. Wa qad waşalat ilain min ar qi al-naqli. Wa hafizah lan Al -qur` nu al-kar mu wa al-ah d u al-syar fatu, wa m raw hu al- iq tu min man ri al-‘arabi wa manz mihim/

‘Bahasa Arab adalah kata-kata yang digunakan oleh bangsa Arab untuk mengungkapkan maksud mereka yang sampai kepada kita melalui transfer yang dijaga oleh Al-Quranul karim dan Hadis-hadis Nabawi serta prosa-prosa dan syair-syair yang diriwayatkan oleh manusia-manusia yang terpercaya’ Semua bahasa memiliki aturan atau yang lebih akrab disebut dengan tatabahasa. Tatabahasa itu menyangkut kata, struktur ”internal” di dalamnya (morfologi), dan struktur antar – kata (sintaksis); dan keduanya dibedakan dengan ”leksikon” atau perbendaharaan kata. ( Verhaar, 1996 : 9). Adapun penelitian ini termasuk dalam bidang sintaksis. Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata dalam kalimat. (Verhaar, 1996 : 11)

Mempelajari bahasa Arab tidak terlepas dari mempelajari tata bahasanya sendiri. Seperti bahasa asing lainnya, bahasa Arab juga mempunyai tata bahasa untuk mempermudah dalam memahami unsur-unsur kata agar menjadi kalimat yang sempurna.

Dalam tata bahasa Arab kata disebut / Al-kalimatu/. Kata dalam bahasa Arab dibagi tiga bahagian, sebagaimana dikemukakan oleh Nikmah (tanpa tahun : 17)


(14)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

/Tanqasimu al-kalimatu al-‘arabiyatu al ata aqs min : ismun – fi’lun – harfun/

’Kata dalam bahasa Arab terbagi tiga : ismun ’nomina’, fi’lun ’verba’, dan harfun ’kata tugas’

Di dalam susunan kalimat bahasa Arab ism ’nomina’ mempunyai kedudukan yang beragam, adakalanya berfugsi sebagai fa’il ’pelaku’, maf’ul ’objek’, maupun sebagai hal ’keterangan’.

Ism ’kata benda’ tersebut dapat juga berperan sebagai keterangan yang menunjukkan keadaan, sebab, tempat dan waktu suatu pekerjaan dilakukan, seperti maf’ul mutlak ’kata keterangan penegas’, maf’ul lahu ’kata keterangan alasan’, dan maf’ul f hi ’kata keterangan waktu dan tempat’.

Maf’ulf hi (kata keterangan waktu dan tempat), disebut juga dengan zaraf. Menurut Ibnu Malik dalam ’Aqil (2000:394)

/Al-maf’ul f hi wa yu amma zarfan/ Maf’ulf hi disebut juga dengan zaraf’

/wa al-zarfu waqtun aw mak nun dummin ”f” bi ir din kahun umku azmun /.

’dan Zaraf adalah waktu atau tempat yang mengandung makna fi ”kata tugas” menurut kaidah yang berlaku, seperti lafaz /huna umku azmun / ’tinggallah kamu di sini selama beberapa waktu’

Dan menurut Dr. George M. Abdillah Masih (1981 : 193) menyatakan :

/al-maf’ lu f hi aw al-zarfu huwa ismun yadullu ‘al zam nin aw mak nin wuq ’a al-fi’li wa yatadammanu ma’na “f ”/

‘maf’ulfih atau zaraf adalah isim yang menunjukkan pengertian waktu dan tempat terjadinya perbuatan dan mengandung makna “fi” ‘pada atau di’

Dari pengertian –pengertian yang dinyatakan oleh para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan zaraf adalah isim ‘nomina’ yang pada


(15)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

dasarnya mansub ‘berkasus akusatif’, akan tetapi bukan berarti bahwa semua zaraf harus mabni ‘tetap’ berbaris fathah pada akhirnya. Kemudian, para ahli sependapat menyatakan bahwa zaraf itu sama pengertiannya dengan / al-maf’ lu f hi/, hal ini dapat dikatakan sama sebab / al-maf’ lu f hi/, juga merupakan isim yang mansub ‘berkasus akusatif’ yang menerangkan masa terjadinya perbuatan atau tempat berlangsungnya perbuatan.

Zaraf dibagi menjadi dua macam, yaitu :

1. Zaraf Zaman yaitu ism yang menunjukkan keterangan waktu di mana suatu perbuatan terjadi di dalamnya. Contoh : / ahabtu şab han/ ‘saya pergi pada pagi hari’

Lafaz /şab han/ ’pagi’ adalah zaraf zaman ‘keterangan waktu’ yang mansub berbaris fathah

2. Zaraf Makan yaitu ism yang menunjukkan keterangan tempat di mana suatu perbuatan terjadi di dalamnya. Contoh: / waqaftu tahta asy-syajarati/ ‘Aku berhenti di bawah pohon’

Lafaz / tahta / ‘di bawah’ adalah zaraf makan ‘keterangan tempat’ yang mansub berbaris fathah.

Menurut Ghulayaini, 2007 : 393

/Al-zur fu kulluh mu’rabatun mutagayyiratun al- khiri, ill alf zan mahş ratan/ ’zaraf itu semuanya mu’rob ’berubah baris akhirnya’ kecuali lafaz-lafaz tertentu’

Berdasarkan pendapat Ghulayaini di atas, dan dengan dibantu buku-buku berbahasa Arab yang berhubungan dengan zaraf maka peneliti menyimpulkan bahwa zaraf mu’rob itu adalah zaraf yang berubah baris akhirnya. Tetapi pada lafaz – lafaz tertentu baris akhirnya tidak berubah, dan disebut sebagai zaraf mabni (baris tetap), dapat dilihat sebagai contoh berikut:


(16)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

























/Wa ‘al al-la na h d harramn m qaşaşn ‘alaika min qablu wa m zalamn hum wal kin k n anfusahum yazlim na/ ’Dan terhadap orang-orang Yahudi, Kami haramkan apa yang telah Kami ceritakan dahulu kepadamu dan Kami tiada menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri’ (Al-Nahl : 118).

Contoh lainnya :















/fa`in allaqah fal tahillu lahu min ba’du hatt tankiha zaujan gairahu/ ’Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain’(Al-Baqarah : 230).

Jika diperhatikan secara seksama dari kedua contoh di atas,dapat dilihat bahwa ( / min qablu/ ’sebelum’ dan /min ba’du/ ’setelah’ tidak majrur ’berbaris kasrah’ seperti tugas harf jarr (kata tugas) yaitu membarisbawahi akhir kata. Seperti pada ayat:






(17)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

‘dan Sesungguhnya Kami telah mengutus (Beberapa Rasul) sebelum kamu kepada umat-umat yang terdahulu’ (Al-hijr : 10).































/wa allaz na h jar f all hi min ba’di m zulim lanubawwiannahum f al-duny hasanatan wa la ajru al-akhirati akbaru lau k n ya’lam na/ ‘dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. dan Sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui’ (Al-Nahlu : 41).

dan setelah diadakan penelitian, peneliti menemukan bahwa kata / min qablu/ ’sebelum’ dan /min ba’du/ ’setelah’ adalah suatu bentuk pengecualian, yang masuk ke dalam pembahasan zaraf mabni. Di sinilah letak keunikan zaraf mabni. Dan berdasarkan uraian di atas pula peneliti merasa tertarik untuk mengkaji dari Al-Qur’an yang pembahasannya dibatasi pada juz 14 dan 15 saja.

Pada juz 14 dan 15 terdapat empat surat yaitu surat Al-Hijr, Al-Nahlu, al-Isra’ dan sebagian surat Al-Kahfi. Dalam surat Al-Hijr terdiri dari 99 ayat, , Al-Nahlu terdiri dari 128 ayat, Al-isra’ terdiri dari 111 ayat dan surat Al-Kahfi terdiri dari 110 ayat, namun dalam surat Al-kahfi yang diteliti hanya sebagian surat saja yaitu 74 ayat.

Berdasarkan hipotesa sementara peneliti menemukan 27 zaraf mabni dari juz 14, dan 28 zaraf mabni dari juz 15, dan menurut pengamatan peneliti jumlah ini merupakan yang terbanyak dibandingkan juz-juz lain yang ada dalam Al-Qur’an, sehingga peneliti menjadikannya bagian dari objek bahasan ini.


(18)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari judul, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hukum-hukum zaraf mabni dalam ayat-ayat Al-Qur’an pada juz 14 dan 15?

2. Bagaimana kedudukan zaraf mabni dalam ayat-ayat Al-Qur’an pada juz 14 dan 15?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan hukum-hukum zaraf mabni dalam ayat-ayat Al-Qur’an pada juz 14 dan 15.

2. Untuk mendeskripsikan kedudukan zaraf mabni dalam ayat-ayat Al-Qur’an pada juz 14 dan 15.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah wawasan peneliti dan pembaca mengenai zaraf mabni 2. untuk memberikan kemudahan bagi para pembaca dalam mempelajari zaraf

mabni.

3. Untuk menambah referensi bahasa Arab pada Program Studi Bahasa Arab.

1.5.Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menelaah buku-buku rujukan di perpustakaan, yaitu buku Jami’ul al-durusi karangan Al-Ghulayaini dan juga dengan membaca buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat


(19)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir, 1988 : 63).

Adapun tahap-tahap yang ditempuh oleh peneliti dalam hal ini adalah : 1. Mengumpulkan data dari Al-Qur’an, kemudian diklasifikasi

2. Membaca dan menelaah data yang diperoleh dari Al-Qur’an dan kemudian dipelajari dan dianalisis

3. Menyusun secara sistematis dan membuat dalam bentuk laporan ilmiah yang kemudian disajikan dalam bentuk skripsi.

Dalam penulisan arab latin digunakan pedoman Transliterasi arab latin berdasarkan surat keputusan bersama Mentri Agama dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik no 158 tahun 1987 dan no 0543/u/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian tentang zaraf sebelumnya sudah pernah diteliti oleh Permadi (820811601) yang berjudul ”Studi tentang Zaraf (Adverbia) dalam Bahasa Arab”.

Pada kajian ini peneliti memfokuskan penelitian tentang zaraf mabni yang merupakan bagian dari pembahasan zaraf. Peneliti menggunakan buku Al-Ghulayaini sebagai rujukan primer. Karena ia memaparkan secara lebih jelas tentang zaraf mabni, sedangkan buku lain peneliti gunakan sebagai rujukan sekunder seperti pendapat Nikmah, Al-Farakh, dan lain-lain.

Menurut Al-Ghulayaini ( 2007: 389 )

/Al-maf’ lu f hi ( wa yusamma zarfan) : huwa ismun yantaşibu ‘al taqd rin “ f “ yu karu libay ni zam ni al -fi’li aw mak nihi/


(20)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

‘Maf’ulfihi disebut juga zaraf adalah ism (kata benda) yang dibaca nashab (akusatif) dengan menyimpan makna fi “kata tugas” yang ditutur untuk menerangkan zaman atau tempat terjadinya suatu perbuatan’

Contoh :

s fartu lailan/ ‘Saya berangkat pada malam hari’.

Lafaz / lailan / ‘malam’ adalah zaraf zaman ‘keterangan waktu’ yang dinashabkan dan berbaris fathah.

Sedangkan zaraf mabni menurut Nikmah, ( tanpa tahun : 128)

/al-aşlu anna jam ’a al-zur fi mu’rabatun. Illa anna hun ka ba’du zur fin mabniyyatin. Wa h ihi al-zur fu hiya : hai u, amsi, al- na, i , i , `aina,

amma.

Sebenarnya, semua zaraf itu adalah mu’rab ’berubah baris akhirnya’. Kecuali sebagian zaraf-zaraf yang mabni ’berbaris tetap’. Dan zaraf-zaraf ini adalah : hai u ’dengan cara’, amsi ’semalam’, al- na ’sekarang’, i ’jika’, i ’apabila’, `aina ’di mana’, amma ’niscaya’

Contoh :













/innam qawulun li syayi`in i aradn hu an naq la lahu kun fayak nu/ ‘Sesungguhnya firman Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya, “jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu’ (Al-Nahl : 40).

Lafaz /i / adalah zaraf zaman mabni ‘keterangan waktu yang baris akhirnya tetap’ berbaris sukun ‘mati’ pada tempat nashab. Dan biasanya zaraf /i / masuk kepada jumlah fi’liyyah ‘kalimat verba’.


(21)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

/Al-zur fu kulluh mu’rabatun mutagoyyiratun al- khiri, ill alf zan mahş ratan minh m huwa li al-zam ni, wa minh m huwa li al-mak ni, wa minh m yusta’malu lahum . ’Semua zaraf adalah mu’rab, yaitu bisa berubah baris akhirnya kecuali beberapa lafaz tertentu, di antaranya ada yang berupa zaraf zaman ’keterangan waktu’ dan zaraf makan, ’keterangan tempat’ dan ada yang berfungsi ganda’

–-–

/Fa al-zur fu al-mabniyyatu al mukhtaşşatu bi al-zam ni : i , mat , ayy na, i , amsi, al- na, mu , mun u, qa u, ’audu, bain , bainam , rai a, rai am , kaifa, kaifam , wa lamm / ’Adapun zaraf mabni yang khusus menunjukkan zaman adalah : i a ’apabila’, mat ’kapan’, ayy na ’bila’, iz ’pada waktu’, amsi ’kemarin’, al- na ’sekarang’, mu ’sejak’, mun u ’semenjak’, qa u ’cukup’, ’audu ’cukup’, baina ’antara’, bainam ’di waktu’, rai a ’selama’, rai am ’selama’, kaifa ’bagaimana’, kaifam ’bagaimana’, lamm ’ketika’

Contoh:

/m fa’altuhu qau /. ’Aku tidak pernah melakukannya seumur hidupku’.

Lafaz /qa u/ adalah zaraf untuk fi’il madi ’kata kerja masa lampau’ dalam pengertian /al-istighr q/ ’menghabiskan masa yang lewat secara total’. Asal katanya dari lafaz /qa a tuhu/ yang mempunyai arti

/qaa’tuhu/ ’Aku memotongnya’, jadi makna dari / m fa’altuhu qa u/ adalah /m fa’altuhu f m in qata’a min


(22)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

‘umr/ ’saya tak melakukannya sama sekali seumur hidupku’. Dan kata /qattu/ digunakan setelah huruf nafi.

/Wa minha m rukkiba min zur fi al-zamani, nahwu : zurna şab ha mas `a, wa laila laila, wa nah ra nah ra, wa yauma yauma/

’Dan sebahagian ada yang tersusun dari zaraf zaman seperti : zurna şab ha mas `a ’kami berkunjung pagi dan petang’, wa laila laila ’dan malam-malam’, wa nah ra nah ra ’dan siang-siang’, wa yauma yauma ’dan hari-hari’

Lafaz /şab ha mas `a/ adalah zaraf zaman ’keterangan waktu’ yang mabni ’ala al-fathi ’tetap berbaris fathah’ berkedudukan pada tempat nashab. Dan maksud dari lafaz ini adalah ”setiap pagi dan setiap sore”

/Wa al-zur fu al-mabniyyatu al-mukhtaşşatu bi al-mak ni hiya : hai u, hun , amma, wa aina/

’Dan zaraf mabni yang khusus menunjukkan tempat yaitu : hai u ’di mana’, hun ’di sini’, amma ’niscaya’, aina ’di mana’

Contoh:


































(23)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.



/qod makara al-la na min qablihim fa `at All hu buny nahum min al -qaw ’idi fakharra ‘alaihimu al-saqfu min fauqihim wa `at humu al-‘a bu min hai u l yasy’ur na/ ’Sungguh, orang-orang yang sebelum mereka telah mengadakan tipu daya, maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka mulai dari pondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka dari atas. Dan siksa itu datang kepada mereka dari arah yang tidak mereka sadari’ (Al-Nahl: 26).

Jika diperhatikan lafaz / hai u / pada ayat di atas seharusnya berbaris kasrah ’bawah’, tetapi karena hai u adalah zaraf makan yang mabni ’ala dhammi ’keterangan tempat yang tetap berbaris dhammah’, maka barisnya tetap (tidak berubah).

/Wa al-zur fu al-mabniyyatu al musytarakatu baina al-zam ni wa al-mak ni hiya : ann , lad , ladun, wa minh qablu wa ba’du fi ba’di al-ahw li/

‘Dan zaraf mabni yang terkadang masuk ke zaraf zaman dan zaraf makan adalah : ann (di mana), lad (sisi), ladun (sisi), dan terkadang di beberapa keadaan termasuk qablu (sebelum), dan ba’du (sesudah)’

Contoh:




















(24)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

/I aw al-fityatu il al-kahfi faq l rabban tin min ladunka rahmatan wa hayyi` lan min amrin rasyadan/

’(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)’ (Al-kahfi : 10).

Pada contoh di atas lafaz /ladun/ berlaku sebagai zaraf makan ’keterangan tempat’ /mabni ’ala al-sukuni/ ’tetap berbaris mati’. Hal ini terlihat dari maknanya, yaitu ’sisi’ yang menunjukkan keterangan tempat.

/S fartu ladun ul ’i al- syamsi/ ’Aku pergi ketika terbitnya matahari’

Pada contoh di atas lafaz /ladun/ berlaku sebagai zaraf zaman ’keterangan waktu’ /mabn ’ala al-sukuni/ ’tetap berbaris mati’. Hal ini terlihat dari maknanya, yaitu ’ketika terbit’ yang menunjukkan keterangan waktu.

Adapun zaraf zaman yang mabni menurut Al-Farkh, ( Tanpa tahun : 244)

–-–

–-–

-Inna zur fa al-zam ni al-mabniyyati alf zun mahş ratun ma’r fatun wa hiya : i , i , mat , ayy na, al- na, qa u, lamm , ladun, rai a, rai am , mu , mun u, amsi, wa zurufa al-zamani al-murakkabi. Wa hazihi al-alfazu tubna ala hasbi harakati akhiriha/

’Bahwasanya zraf-zaraf zaman yang mabni adalah lafaz-lafaz tertentu yang diketahui, yaitu : i ’apabila’, iz ’pada waktu’, mat ’kapan’, ayy na ’bila’, al- na ’sekarang’, qa u ’cukup’, lamm ’ketika’, ladun ’sisi’, rai a ’selama’, rai am ’selama’, mu ’sejak’, mun u ’semenjak’, amsi ’kemarin’, selamanya dan zaraf-zaraf zaman ’keterangan waktu’ yang diulang. Dan lafaz-lafaz ini tetap (mabni) pada akhir harakatnya’

• Lafaz /i / pemakaiannya mengandung makna syarat, dan jumlah sesudahnya adalah jumlah fi’liyyah ’kalimat verba’dengan kebanyakan


(25)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

menggunakan fi’il madi ’masa lampau’ namun bermakna mustaqbal ’yang akan datang’ dan zaraf /i / tetap berbaris sukun ’mati’

Contoh : / i darasta tanjah/ ‘jika engkau belajar maka engkau akan berhasil’, dan ada pula lafaz /i / yang tidak mengandung makna syarat dan hanya menunjukkan keterangan waktu seperti pada ayat (Al-lail : 1) /wa al-laili i yagsy / ’demi malam apabila menutupi cahaya siang’

• Lafaz /i / adalah keterangan waktu yang kebanyakan digunakan untuk fi’il madi, tetap berbaris sukun ‘mati’ seperti pada contoh :

/ji`tu i ala’at al-syamsu/ ’saya datang ketika matahari terbit’, dan ada juga lafaz /i / yang digunakan untuk mustaqbal ’masa yang akan datang’ seperti pada surah (Al-Mu`min/Gafir : 70-71)

....















/…fasaufa ya’lam na, iz al-agl lu f a’n qihim wa al-sal silu yushab na/ .... ’kelak mereka akan mengetahui, ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret’

Dan ada pula yang menempati kedudukan /mud fun ilaihi/ yang dimudafkan setelah isim zaman seperti pada surah (Al-‘Imran : 8)









...

/rabban l tuzig qul ban ba’da i hadaitan …/

‘(mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami…’ Lafaz /i / ada juga yang menempati kedudukan sebagai


(26)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.



...





/…wa u kur i kuntum qal lan…/…

‘dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit...’

atau sebagai /badal mihu/ seperti pada surah (Maryam :16)















/ wa u kur f al-kit bi maryama i anba at min ahlih mak nan syarqiyyan/ ‘dan Ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, Yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur’

• Lafaz /mat / adalah keterangan waktu yang tetap berbaris sukun ‘mati’ dan juga termasuk isim istifham ‘kata tanya’ berfungsi untuk meminta keterangan tentang kapan terlaksananya suatu perbuatan dan mansub pada tempat zaraf seperti contoh : / mat ji’ta?/ ‘kapan engkau datang/’ Lafaz /mat / dapat juga menempati pada tempat

/majrur/ seperti contoh : /hatt mat yabq al-d llu/ ‘sampai kapan orang sesat itu tetap al-dalam kesesatannya’, al-dan adakalanya Lafaz /mat / berperan sebagai /ismu syartin/ ‘kata syarat’ seperti pada contoh : /mat tutqin ‘amalaka tublig `amalaka/ ‘bila engkau meyakini pekerjaanmu niscaya engkau akan dapatkan cita-citamu.

• Lafaz /ayy na/ keterangan waktu yang mabni atas fathah yang berkenaan dengan peristiwa yang terjadi pada masa yang akan datang. Maknanya sama dengan /h na/, yang berarti kapan atau bila seperti pada surah (Al-Qiyamah : 6)












(27)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

/yas`alu ayy na yaumu al-qiy mati/ ‘ia berkata: "Bilakah hari kiamat itu?" Selain daripada itu lafaz /`ayy na/ juga dapat mengandung makna bersyarat seperti pada contoh : / `ayy na tajtahid tajid naj han/ ‘bila engkau bersungguh-sungguh niscaya engkau memperoleh keberhasilan’

• Lafaz /al- na/ adalah keterangan waktu yang tetap berbaris fathah ’atas’, menjelaskan tentang peristiwa masa sekarang, dan lafaz ini boleh didahului oleh huruf jarr seperti /min, il , hatt , mu , mun u / seperti pada contoh :

/wa lam `arsil ris lata il w lid hatt al` na/ ‘sampai sekarang saya belum mengirim surat kepada orangtua saya’

• Lafaz /qa u/ adalah keterangan waktu untuk fi’il madi ’kata kerja masa lampau’ dalam pengertian /al-istighr q/ ’menghabiskan masa yang lewat secara total’. Asal katanya dari lafaz /qa a tuhu/ yang mempunyai arti /qa a’tuhu/ ’Aku memotongnya’, jadi makna dari

/ m fa’altuhu qa u/ adalah

/m fa’altuhu f m in qata’a min ‘umr / ’saya tak melakukannya sama sekali seumur hidupku’. Dan kata /qattu/ digunakan setelah huruf nafi.

• Lafaz /lamm / adalah keterangan waktu yang berarti /h na/ sebab itu sering disebut dengan / lamm al-h niyyah/ dan setelah lafaz ini harus ada dua kalimat dan kebanyakan menggunakan fi’il madi. Dan lafaz /lamm / tetap berbaris sukun ’mati’ seperti pada surah (Al-Isra` :67)













/ fa lamm najj kum `il al-barri `a’radtum/


(28)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

• Lafaz /rai a/ adalah keterangan waktu yang tetap berbaris fathah, dan lafaz ini berarti /al-muddatu aw al-miqd ru/‘sebentar’, lafaz /rai a/ diambil dari /maşdar/ fi’il

/r a – yari u/ seperti pada contoh : /intazartu rai a şalla/ ’saya menunggunya selama dia salat’. Dan lafaz ini dapat disambung dengan huruf /mim/ tambahan menjadi /rai am /

• Lafaz /mu / dan /mun u/ adalah keterangan waktu dan lafaz berasal dari lafaz huruf nya dihilangkan untuk meringankan pengucapan. Dan lafaz /mun u/ berasal dari huruf /min/ dan /i / lafaz /mun u/ tetap berbaris dammah, sedangkan lafaz /mu / tetap berbaris sukun ’mati’ seperti contoh : /m ra`aituka mu yaumin aw mun u yaumaini/ ’saya tidak melihatmu sejak satu atau dua hari ini’

Lafaz /amsi/ adalah keterangan waktu untuk masa lampau, dan pemakaiannya terdapat dalam dua hal, yang pertama tetap berbaris kasrah ’bawah’ dan lafaz ini juga boleh di dahului oleh huruf-huruf seperti :

, /min, mu , munzu/ seperti pada contoh : /zurtu akh mun u amsi/ ’saya mengunjungi abang saya sejak kemarin’ adapun yang kedua yaitu lafaz /amsi/ menjadi ma’rifah yaitu memakai

seperti pada contoh : /bi al-amsi kunn a f lan/

Lafaz /`abadan/ adalah keterangan waktu untuk masa yang akan datang dalam pengertian /al-istighr q/ ’menghabiskan masa yang lewat secara total’ dan tetap berbaris fathah. Seperti pada contoh :

/lan af’ala lika `abadan/ ‘saya tidak akan melakukan itu selamanya’ Dan zaraf makan yang mabni menurut Al-Farkh (tanpa tahun : 252) adalah :


(29)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

Inna al-zur fa al-mak ni al-mabniyyati alf zun mahd datun wahiya : hai u, hun , amma, ann , aina/

’Dan zaraf-zaraf mabni yang khusus menunjukkan tempat yaitu : hai u ’di mana’, hun ’di sini’, amma ’niscaya’, `aina ’di mana’

• Lafaz /hai u/ adalah keterangan tempat yang tetap berbaris dammah, dan biasanya zaraf ini menjadi idafah jika masuk dalam kalimat, dan kebanyakan jumlah ‘kalimat’ sesudahnya berbentuk jumlah fi’liyyah. Seperti pada contoh : /ijlis hai u yajlisu al-asati u/ ‘duduklah di mana duduk para guru’, terkadang lafaz /hai u/ dapat ditambah dengan /m / yaitu ma tambahan menjadi /hai um / dan berparan sebagai /ismu syartin/ seperti pada contoh :

/ hai um ta hab a hab/ ‘ke mana engkau pergi saya juga akan pergi’

• Lafaz /hun / adalah keterangan tempat yang tetap berbaris sukun ‘mati’ dan menunjukkan tempat yang dekat. Seperti pada contoh : /qif hun / ‘berhentilah di sini’

• Lafaz /ann / adalah keterangan tempat yang tetap berbaris sukun ‘mati’dapat berperan sebagai :

a. keterangan waktu yang sama dengan /`aina/ ‘di mana’ juga sebagai /ismu syar in/, contoh : /`ann tajlisu `ajlisu/ ‘di mana engkau duduk maka saya juga akan duduk’ b. berperan sebagai /ismu istifh mi/ ‘kata tanya’ yang

mengandung makna /min `aina/ ‘dari mana’ contoh :

/y Maryamu `ann laki h ?/ ‘ya Maryam, dari mana engkau peroleh ini?’


(30)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

c. mengandung makna /kaifa/ ‘bagaimana’ seperti contoh :

/kaifa yuhy all hu h zihi ba’da mautih / ‘bagaimana Allah menghidupkan ini sesudah mati’

• Lafaz

/`aina/ adalah keterangan tempat yang tetap berbaris fathah dan juga berperan sebagai isim istifham ‘kata tanya’, contoh : /`aina kh lidun?/ ‘di mana Khalid?’ dapat juga sebagai isim syarat. Contoh :

/`aina tajlisu `ajlisu/ ‘di mana engkau duduk saya juga duduk’ /Lafaz /`aina/ dapat juga disambung dengan huruf /mim/ tambahan menjadi /`ainam / untuk menegaskan suatu kalimat. Seperti pada surah (An-Nisa` : 78)











/`ainam tak nu yudrikum al-mautu/ ‘di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu’.

Dan adapun zaraf mabni yang berfungsi ganda menurut Al-Farakh : 255)

/hun ka zur fu al-mabniyyati tasytariku baina al-zam ni wa al-mak ni fahiya t ratan taqa’u zarfa zam ni, wa marratan ukhr ta`t zarfa mak ni, wa h ihi al-zur fu tak nu mabniyyatun f mahalli naşbin wa hiya : ladun, bain ,wa bainam , wa minh qablu wa ba’du fi ba’di al-ahw li/

‘Dan ada juga zaraf mabni yang terkadang masuk ke zaraf zaman dan zaraf makan terkadang terletak sebagai zaraf zaman, dan sesekali sebagai zaraf makan, dan zaraf-zaraf ini tetap barisnya pada tempat nasab, mereka adalah : ladun ‘sisi’, bain dan bainam ‘di antara’, dan terkadang di beberapa keadaan termasuk qablu ‘sebelum’, dan ba’du ‘sesudah’

Lafaz /ladun/ mengandung makna /’inda/ dan tetap berbaris sukun ‘mati, dapat menjadi zaraf zaman seperti contoh :


(31)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

/S fartu ladun ul ’i al - syamsi/ ’Aku pergi ketika terbitnya matahari’, dan dapat menjadi zaraf makan seperti pada contoh :

/jalastu ladunka/ ‘aku duduk di sisimu’

• Lafaz /bain / dan /bainam / tetap berbaris sukun ‘mati’, asal katanya adalah /baina/ dan /alif/ adalah huruf tambahan. Setelah Lafaz

/bain / dan /bainam / jumlah sesudahnya menjadi /mud fun ilaih/ seperti pada contoh :

/bainam / bain `adrusu j `a al-ust u/ ‘ketika aku sedang belajar datang seorang guru’.

• Lafaz /qablu/ ‘sebelum’dan /ba’du/ ‘sesudah’ tetap berbaris dammah apabila terputus darinya /id fah lafzan l ma’nan/ maksudnya yaitu /mud fun ilaih/ nya dihilangkan. Dari pengertian-pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembahasan tentang zaraf mabni adalah penelitian tentang kata-kata yang termasuk dalam kelompok zaraf yang tetap bentuknya dalam kalimat, atau dapat juga menempati posisi yang tertentu dalam kalimat.

Untuk mengetahui kedudukan zaraf mabni dalam bahasa Arab tidak terlepas dari i’rab. Menurut Al-Gulayaini, (2007 : 14)

/a arun yuhdi uhu al-‘ milu f akhiri al-kalimati, fayak nu `akhiruh marf ’an aw manşuban aw majr ran aw majz man, hasiba m yaqtad hi

lika al-‘ mili/

’i’rab adalah perubahan akhir kata karena pengaruh ‘amil-‘amil yang masuk, sehingga akhirnya menjadi marfu’, manşub, majrur, atau majzum sesuai dengan ‘amil tersebut’


(32)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

Dalam mengi’rab zaraf, tidak terlepas dari muta’allaqnya, karena zaraf tidak bisa berdiri sendiri ia selalu membutuhkan muta’aalaq atau yang disebut dengan ‘ mil. Dan muta’allaqnya itu ada yang berupa fi’il atau semacamnya. Muta’allaqnya ada yang disebutkan seperti /jalastu tahta al-syajarati/ ‘aku duduk di bawah pohon’ muta’allaq dalam kalimat ini adalah /jalastu/ dan ada pula muta’allaqnya yang boleh dibuang seperti /’inda al-‘ulam `i/ di sisi Ulama’ sebagai jawaban dari pertanyaan /`aina tajlisu?/ ‘di mana engkau duduk?’ mut’allaqnya adalah /tajlisu/, dan ada pula yang muta’allaqnya harus dibuang, dalam hal ini terdapat 3 macam masalah:

1. Keberadaannya itu berbentuk umum, dan muta’allaqnya dibuang karena untuk memperbaiki perkataan dalam kalimat, seperti menghilangkan kata “

”/mauj dun/ ‘ada’, “ ”/k inun/ ‘ada’, “ ”/h şilun/ ‘ada’ dan bentuk muta’allaqnya itu ada yang berkedudukan sebagai /khabar/ seperti /al-jannatu tahta aqd mi al-ummah ti/ ‘surga itu di bawah telapak kaki ibu’ dan dalam kata ini ada kata

”/mauj dun/ ‘ada’ yang dibuang yang letaknya berkedudukan sebagai khabar, dan jika khabarnya diletakkan maka kalimatnya menjadi

/al-jannatu mauj dun tahta aqd mi al-ummah ti/ ‘surga itu ada di bawah telapak kaki ibu’, dan ada juga muta’allaq yang dibuang berkedudukan sebagai /şifat/ seperti

/marartu birajulin ‘inda al-madrasati/ ‘aku melewati seorang pemuda yang berada di sekolah’, dan ada juga muta’allaq yang dibuang berkedudukan sebagai /h lan/ seperti /ra`aitu al-hil la baina a-sah bi/ ‘aku melihat hilal di antara awan’, dan ada juga muta’allaq yang dibuang yang berkedudukan sebagai /şilatu/ dan dalam hal ini muta’allaq yang dibuang itu selalu berbentuk fi’il, seperti


(33)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

seperti pada contoh : /hadara man ‘indahu al-khabaru al-yaq nu/ ‘telah hadir seseorang yang mempunyai kabar yang benar’.

2. zaraf mansub karena /isytig /l, yaitu karena adanya ’ mil yang menyibukkan dalam pekerjaan damir seperti

/yaumu al-kam su şumtu f hi/ aku berpuasa pada hari kamis’

3. Muta’allaq yang sudah biasa didengar terhapus, dan tidak boleh disebutkan, seperti /h nai in al-` na/ yang berarti ketika itu seperti itu, dan sekarang adalah sekarang.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Sekilas tentang juz 14 dan 15

Al-Qur`an adalah mu’jizat Nabi Muhammad yang terbesar diwahyukan Allah kepadanya. Membaca al-Qur`an itu sendiri bagi ummat islam merupakan ibadah. Al-Qur`an diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari dan tempat turunnya ada di Mekkah dan ada yang di Madinah. Ayat yang diturunkan di Makkah dinamakan dengan Makkiyah dan ayat yang diturunkan di Madinah dinamakan dengan Madaniyyah.

Al-Qur`an terdiri dari 114 surah dan dibagi menjadi 30 juz. Adapun juz 14 dan 15 seperti yang telah dijelaskan dalam latar belakang terdapat empat surah, yaitu surah Al-Hijr, Al-Nahl, Al-Isra` dan Al-Kahfi. Yang termasuk pada juz 14 adalah


(34)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

surah Al-Hijr dan Al-Nahl, pada juz 15 adalah surah Al-Isra` dan sebagian dari surah Al-Kahfi.

3.1.1. Sekilas tentang surah Al-Hijr

Surat Al-Hijr adalah surah ke 15, terdiri dari 99 ayat, surah ini termasuk dalam kelompok surah Makkiyah, namun pada ayat 87 termasuk surah Madaniyah. Surat ini dinamakan ”Al-Hijr” yaitu nama sebuah kota. Nama surah ini terdapat dalam ayat 80 yang berbunyi :













/Walaqad ka aba `aşh bu al-hijri al-mursal na/

‘dan Sesungguhnya penduduk-penduduk kota Al Hijr telah mendustakan rasul-rasul’ (Al-Hijr : 80)

Ayat di atas membicarakan tentang kota Al-Hijr yang terletak di Wadi Qura antara Madinah dan Syiria. Yang mana Penduduk kota ini adalah kaum Tsamud yang telah mendustakan Nabi Sholeh.

3.1.2. Sekilas tentang surah Al-Nahl

Surah Al-Nahl adalah surah ke 16, terdiri dari 128 ayat, surah ini termasuk kelompok surah makkiyah, namun pada 3 ayat terakhir yaitu ayat 126, 127, dan 128 termasuk surah Madaniyah. Surah ini dinamakan “Al-Nahl” yang berarti ‘lebah’. Nama lebah diambil dari ayat 68 yang berbunyi :


















(35)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.











/Wa `awh rabbuka `il al-nnahli `an ittakhi min al-jib li buy tan wa min al-sysyajari wa mimm ya’risy na/

‘dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia", (Al-Nahlu : 68)

Ayat di atas membicarakan bahwa Allah telah memberikan ilham atau naluri pada lebah, agar dia membuat sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu ataupun di bubungan rumah lalu menghirup buah atau kembang untuk menghasilkan madu. Dengan mengamati kehidupan lebah itu, manusia diperkenalkan akan kekuasaan Allah atas alam, keajaiban yang terkandung di dalamnya. Di samping itu madu lebah adalah salah satu obat yang mujarab untuk berbagai macam penyakit.

Sebagaimana halnya dengan surah-surah yang turun di Mekkah, surah ini juga menghimpun pokok akidah yang besar tentang ketuhanan, tentang wahyu dan tentang hari kebangkitan kelak.

Surah ini dinamakan juga dengan Al-Ni’am yang berarti nikmat-nikmat, karena di dalamnya Allah SWT menyebutkan beberapa nikmat untuk hamba-hambaNya.

3.1.3. Sekilas tentang Surah Al-Isra`

Surah Al-Isra` adalah surah ke 17, terdiri dari 111 ayat, surah ini juga termasuk dalam golongan surah-surah Makkiyah, namun pada ayat 26, 32, 57, dan 73-80 termasuk surah Madaniyyah. Surat ini dinamakan dengan Al-Isra` ‘memperjalankan di malam hari’ yang berhubungan dengan peristiwa isra` Nabi Muhammad SAW dari masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Baitul maqdis. Kata Al-Isra` dicantumkan pada ayat pertama dalam surah ini yang berbunyi :


(36)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.













































/Subh na alla `asr bi’abdih lailan mmin masjidi har mi `il al-masjidi al-`aqs alla b rakn haulahu linuriyahu min ` y tin . `innahu huwa al-ssam ’u al-başru/

‘Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui’ (Al-Isra` : 1)

Pada ayat ini, mengandung isyarat bahwa Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya akan mendapat berkah dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.

Surah Al-Isra` ini dinamakan pula dengan Bani Isra`il yang berarti ‘keturunan isra`il. Hal ini berhubungan dengan ayat 101, di mana Allah menyebutkan tentang Bani Isra`il setelah menjadi bangsa yang kuat lagi besar, lalu menjadi bangsa yang terhina karena menyimpang dari ajaran Allah SWT.

3.1.4. Sekilas tentang Surah Al-Kahfi

Surah Al-Kahfi merupakan surah yang ke 18, terdiri dari 110 ayat dan termasuk dalam golongan surah Makkiyah namun pada ayat 28, dan 82-101 termasuk surah Madaniyyah. Surah Al-Kahfi ini diturunkan setelah surah Al-Ghasyiyah.


(37)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

Dinamakan surah Al-Kahfi ‘gua’ karena isinya menceritakan beberapa anak muda yang beriman kepada Allah ta’ala, dan melarikan diri dari kaumnya untuk menyelamatkan agamanya. Mereka melarikan diri, lalu berlindung di gua dan bersembunyi di sana agar tidak diketahui kaumnya. Tatkala masuk mereka berdoa, “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu,” yakni anugerahkanlah kepada kami rahmat yang dapat menyembunyikan kami dari kaum kami, “Dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami”. Mereka kemudian bersembunyi di gua tersebut dengan seekor anjingnya selama 309 tahun. Hal ini tertulis pada ayat :



















/Wa labi f kahfihim al a mi`atin sin na wa izd d tis’an/

‘dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)’ (Al-Kahfi : 25)

3.2. Hukum-hukum dan kedudukan zaraf mabni dalam Al-Qur`an juz 14



/ Wa al-j nna kholaqn hu min qablu min n ri al-sam mi/

’Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.’ (Al-Hijr : 27

Pada contoh di atas kata /qablu/ yang pada awalnya adalah mu’rab menjadi mabni, dikarenakan terputusnya kata /qablu/ dari idafah yang lazim ada sesudahnya baik secara lafaz maupun makna. Namun pada ayat ini mudaf ilaih dari


(38)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

/min qabli/ menjadi /min qablu/. Dapat dilihat dari penjelasan tafsir Ibnu Katsir dari ayat 26-27 “Allah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat yang kering yang berasal dari lumpur yang hitam, berbentuk dan licin, Allah berfirman, bahwa Dia sebelum menciptakan Adam, telah menciptakan lebih dahulu jin dari api yang sangat panas. Adapun kedudukan Lafaz /qablu/ pada ayat ini menunjukkan zaraf zaman ‘keterangan waktu’ yang mabni ‘tetap’ berbaris dammah, yang muta’allaqnya dibuang pada tempat hal, dan /qablu/ pada ayat ini juga berkedudukan sebagai /mud f/.





















/ wa i q la rabbuka li al-mal `ikati inn kh liqun basyaran min şalş lin min hama`in masn nin/

’Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk’ (Al-Hijr : 28) Lafaz /i / pada ayat di atas mabni ‘tetap’ berbaris sukun, memberikan keterangan tentang peristiwa masa lampau dan jumlah sesudahnya adalah jumlah fi’liyyah. Lafaz

/i / pada ayat di atas muta’allaqnya dibuang yaitu /u kur/ dan /i / di sini juga berkedudukan sebagai /mud f/.
















(39)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

’Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud’ (Al-Hijr : 29)

Lafaz /i / pada ayat di atas tetap berbaris sukun ‘mati’, memberikan keterangan waktu untuk masa yang akan datang yang mengandung makna syarat, dan masuk pada jumlah fi’liyyah, dan fi’il yang digunakan setelah lafaz /i a/ pada ayat di atas adalah fi’il madi, tetapi bermakna istiqbal (akan datang). lafaz /i / pada ayat di atas juga berkedudukan sebagai /mud f/.















/ i dakhal ’alaihi fa q l sal man q la inn minkum wajil na/

’Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan: "Salaam". berkata Ibrahim: "Sesungguhnya Kami merasa takut kepadamu’ (Al-Hijr : 52)

Lafaz /i /pada ayat di atas mabni ‘tetap’ berbaris sukun ‘mati’, memberikan keterangan untuk masa lampau dan jumlah sesudahnya adalah jumlah fi’liyyah, Lafaz

/i / pada ayat di atas muta’allaqnya dibuang yaitu /u kur/ dan /i / pada ayat di atas juga berkedudukan sebagai /mud f/.





/fa lamm j `a ` la l in al-mursal na/

’Maka tatkala Para utusan itu datang kepada kaum Luth, beserta pengikut pengikutnya’ (Al-Hijr : 61)

Lafaz /lamm / pada ayat di atas mabni ‘tetap’ berbaris sukun ‘mati’, memberikan keterangan untuk masa lampau, yang bermakna /h na/ ataupun /i /, dan kata /lamm / bermakna demikian apabila terletak sebelum fiil madi ‘kata kerja masa lampau’ Pada kondisi tersebut kata /lamm / bukanlah untuk penafi yang jazm.


(40)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

Lafaz /lamm / di atas tetap pada tempat nasab yang muta’allaqnya pada jawab fi’ilnya yaitu /q la/

























/ fa `asri bi `ahlika bi qi ’in min al-laili wa ittabi’ `adb rahum wa l yaltafit minkum `ahadun wa umdu hai u tu`mar na/

’Maka Pergilah kamu di akhir malam dengan membawa keluargamu, dan ikutlah mereka dari belakang dan janganlah seorangpun di antara kamu menoleh kebelakang dan teruskanlah perjalanan ke tempat yang di perintahkan kepadamu’ (Al-Hijr : 65)

Lafaz /hai u/ pada ayat di atas mabni ‘tetap’ berbaris dammah, memberikan keterangan tempat. Dan pada ayat ini sesudah lafaz /hai u/ adalah jumlah fi’liyyah yaitu lafaz



/tu`mar na/’yang diperintahkan kepadamu’ dan pada ayat ini lafaz /hai u/ menempati pada tempat naşab yang berkedudukan sebagai /maf’ l/ dari /umd / ‘teruskanlah perjalanan’

















/`amw tun gairu `ahy in wa m yasy’ur na `ayy na yub’a n/

’(Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan’ (Al-Nahl : 21)

Lafaz /Ayy na/ pada ayat di atas tetap berbaris fathah, memberikan keterangan untuk masa yang akan datang, dan berbentuk /ismu istifh min/ ’kata


(41)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

tanya’. dan muta’allaq dari /Ayy na/ adalah /yab’a na/ ’akan dibangkitkan’













/Wa i q la lahum m `anzala rabbukum q l `as ru al-`awwal na/ ’dan apabila dikatakan kepada mereka "Apakah yang telah diturunkan Tuhanmu?" mereka menjawab: "Dongeng-dongengan orang-orang dahulu", (Al-Nahl : 24)

Lafaz /i / pada ayat di atas tetap berbaris sukun ‘mati’, memberikan keterangan waktu untuk masa yang akan datang yang mengandung makna syarat, dan masuk pada jumlah fi’liyyah, dan fi’il yang digunakan setelah lafaz i pada ayat di atas adalah fi’il madi, tetapi bermakna istiqbal (akan datang). Dan lafaz /i / pada ayat di atas juga berkedudukan sebagai /mud f/.





































/qod makara al-la na min qablihim fa `at All hu buny nahum min al -qaw ’idi fakharra ‘alaihimu al-saqfu min fauqihim wa `at humu al-‘a bu min hai u l yasy’ur na/

’Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah Mengadakan makar, Maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka dari fondasinya,


(42)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka dari atas, dan datanglah azab itu kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari’ (Al-Nahl : 26)

Lafaz /hai u/ pada ayat di atas tetap berbaris dammah meskipun sebelumnya terdapat huruf jarr yang berfungsi untuk menkasrahkan. /hai u/, kata sesudahnya adalah jumlah fi’liyyah yaitu



/ l yasy’ur na/ ’ yang tidak mereka sadari’. Dan lafaz /hai u/ selain berkedudukan sebagai zaraf makan ’keterangan tempat yang muta’qllaqnya adalah kata /`at hum/ juga berkedudukan sebagai /mud f/.



















/ umma yauma al-qiy mati yukhz him wa yaq lu `aina syurak `iya alla na kuntum tusy qq na f him, /

’Kemudian Allah menghinakan mereka di hari kiamat, dan berfirman: "Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu (yang karena membelanya) kamu selalu memusuhi mereka (nabi-nabi dan orang-orang mukmin)?’ (Al-Nahl : 27) Lafaz /`aina/ pada ayat di atas tetap berbaris fathah, berperan sebagai

/ismu istifh min/ ’kata tanya’ dan lafaz /`aina/ pada ayat di atas merupakan keterangan tempat pada tempat nasab yang muta’allaqnya khabar muqaddam yang dibuang.












(43)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

/.... fa s r f al-`ardi fa unzur kaifa k na ’ qibatu al-muka ib na/

’Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)’ (Al-Nahl : 36) Lafaz /kaifa/ pada ayat di atas tetap berbaris fathah yang mengandung makna

/h l/ ‘keadaan’ dan berperan sebagai /ismu istifh min/ ’kata tanya’, dan lafaz /kaifa/ pada ayat di atas berkedudukan sebagai zaraf zaman ‘keterangan waktu’ pada tempat naşab /khabaru k na/ yang didahulukan.















/`innam qaulun li syai`in `i `aradn hu `an naq la lahu kun fa yak nu/ ‘Sesungguhnya Perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", Maka jadilah ia’ (Al-Nahl : 40)

Lafaz /i / pada ayat di atas tetap berbaris sukun ‘mati’, mengandung makna syarat, dan masuk pada jumlah fi’liyyah, dan fi’il yang digunakan setelah lafaz /i / itu adalah fi’il madi, tetapi bermakna istiqbal (akan datang). Adapun kedudukannya selain sebagai zaraf zaman ‘keterangan waktu’ juga berkedudukan sebagai /mud f/.



























/`afa `amina alla na makar ssayyi` ti `an yakhsifa all hu bihimu al-`arda `aw ya`tiyahumu al-’a bu min hai u l yasy’ur na/


(1)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

Dan lafaz-lafaz zaraf mabni yang berfungsi ganda adalah :

(ladun ‘sisi’, bain dan bainam ‘di antara’, dan terkadang di beberapa keadaan termasuk qablu ‘sebelum’, dan ba’du ‘sesudah’)

Dari hasil pembahasan tentang Analisis / Zarfun Mabniyyun/

dalam Al-Quran pada Juz 14 dan 15, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan yaitu :

Pada Juz 14 terdapat 24 zaraf mabni. yaitu zaraf zaman dan zaraf makan,

zaraf zaman yaitu : /qablu, i , i , lamm ,

ayy na, kaifa , yauma`i in/

/qablu/ terdapat dalam dua ayat, / i / terdapat dalam dua ayat, / i / terdapat dalam 11 ayat, / lamm / terdapat dalam satu ayat, / ayy na / terdapat dalam satu ayat, /kaifa/ terdapat dalam satu ayat, / yauma`i in / terdapat dalam satu ayat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa zaraf / i / lah zaraf

zaman yang terbanyak dalam Al-Qur`an juz 14.

zaraf makan yaitu : /hai u, `aina, `Ainam /. /hai u/ terdapat dalam tiga ayat, /`aina/ terdapat dalam satu ayat, dan `Ainam /

terdapat dalam satu ayat, dan dapat disimpulkan /hai u/ lah zaraf makan yang terbanyak dalam Al-Qur`an juz 14.

Adapun pada juz 15 terdapat 46 zaraf mabni. Yaitu Zaraf zaman dan zaraf

makan, zaraf zaman yaitu : / i , i , lamm , kaifa,

`Ainam , mat , `abadan/

/ i / terdapat dalam 14 ayat, / i / terdapat dalam 17 ayat, /

lamm / terdapat dalam empat ayat, / kaifa/ terdapat dalam dua ayat, /

mat / terdapat dalam satu ayat, /abadan/ terdapat dalam empat ayat, Sehingga dapat disimpulkan bahwa zaraf zaman / i / lah yang terbanyak dalam Al-Qur`an juz 15.


(2)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

zaraf makan yaitu : /ladun/ dan /hun lika/. /ladun/ terdapat

dalam tiga ayat, dan / hun lika / terdapat dalam satu ayat. Dan dapat

disimpulkan zaraf makan /ladun/ lah yang terbanyak dalam Al-Qur`an juz 15. Dalam penelitian ini, peneliti juga menemukan bahwa hukum zaraf mabni

/mabn f mahalli naşbin/ ‘tetap pada tempat naşab’ dan pada dasarnya berkedudukan sebagai zaraf, namun di samping itu zaraf mabni juga dapat

berkedudukan sebagai /mud f/, /maf’ lun bihi/ ‘objek’,

/h l/ ‘keadaan’ dan sebagai /şifat/ ’sifat’, dan yang lebih uniknya lagi dalam zaraf mabni terdapat /mud fun ilaihi/ yang terletak pada surah lain seperti pada ayat :

























/Wa ‘al alla ina h d harramn m qaşaşn ‘alaika min qablu wa m zalamn hum wa l kin kan `anfusahum yazlim na/

‘Dan terhadap orang-orang Yahudi, Kami haramkan apa yang telah Kami ceritakan dahulu kepadamu; dan Kami tiada Menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri’ (Al-Nahl : 118)

Dalam ayat ini /mud fun ilaihi/ dari /qablu/ dihilangkan,

yaitu /kullu zufurin/’ yang terdapat dalam surah Al-An’am ayat

146. di mana sebelumnya Allah telah melarang mereka memakan segala binatang yang berkuku.


(3)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

Dalam mengi’rab zaraf, tidak terlepas dari muta’allaqnya, karena zaraf tidak bisa berdiri sendiri ia selalu membutuhkan muta’allaq atau yang disebut dengan

‘ mil. Dan muta’allaqnya itu berupa fi’il atau semacamnya. Muta’allaqnya ada yang disebutkan, ada yang boleh dibuang dan ada juga yang harus dibuang.

4.2. Saran

Untuk mengembangkan pengetahuan Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab, peneliti menyarankan beberapa hal :

1. Bagi mahasiswa program studi bahasa Arab, peneliti menyarankan agar dapat melakukan penelitian tentang zaraf mabni pada objek yang lain.

2. Peneliti menyarankan agar mahasiswa program studi bahasa Arab dapat lebih memahami bagaimana bentuk penelitian yang berhubungan dengan zaraf

mabni.

3. Peneliti berharap, semoga tulisan ini dapat membantu memberikan masukan terhadap pemahaman tentang analisis zaraf mabni.


(4)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Bahauddin Ibnu ‘Aqil. 2000. Terjemahan Al-fiyyah. Juz 1. Syarah Ibnu

‘Aqil. Bandung : Sinar Baru Al-Gesindo.

Addarwisyi, Muhyiyiddin. 1994. i’r bu al-qur` ni al-kar mi wa bay nuhu. Juz 6. Sy riya : D ru al-irsy di li al-syu` ni al-j mi’iyyati.

Ahmad, Muhammad Ibnu. tt . Al-kaw kibu Al-durriyatu. Juz 2. Jedah: Haramain.

Al-Ghulayaini, Syaikh Musthafa. 2007. J mi’u Al-dur si Al-‘arabiyyati. Beirut,

Lubnan: D ru Al-Fikri.

---1991. Terjemah J mi’u Al-durusi Al-‘arabiyah. Juz 3.Semarang: CV. As-Syifa.


(5)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

Al-Khuli, Muhammad Ali. 1982. A Dictionary Of Theoritical Linguistic (English

Arabic). Libanon : Library Du Liban

Ali, Atabik. 2003. Al-‘asri ’Arabi-Indonesia. Yogyakarta : Multi karya Grafika.

Al-Munawwir, A.W. 2002. Kamus Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya : Pustaka Progressif.

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 2006. Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu

Katsir. Jilid 2. Yakarta : Gema Insani.

--- 2006. Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu

Katsir. Jilid 3. Yakarta : Gema Insani.

Al-Wasilah, A.Chaedar.1992. Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung : Penerbit Angkasa.

Asy-Syafi’i, Syaikh Muhammad Ibnu Ali Shabban.1997. H syiatu Al-şabbani. Juz 2. Beirut, Lubnan: D ru Al-Kutubi Al-‘Ilmiyah.

Departemen Agama RI. 2004. Al-qur’an dan Terjemahannya. Jakarta : Syamil Cipta Media.

Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nikmah, Fu’ad. tt. Mulakhkhaşu Qawa’idi Al-lugati Al-‘arabiyati. Dimasq: Daarul Hikmah


(6)

Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun/ Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.

Umam, Chatibul. 1988. Kaidah Tata Bahasa Arab. Jakarta : Daarul ‘Ulum Press.

Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gajah Mada: University Press.

Yunus, Mahmud. 1990. Tafsir Qur`an Karim. Jakarta : P.T. Hidakarya Agung.

Wiratha, I Made.2006. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan

Tesis.Yogyakarta : Penerbit Andi.