Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki Nazir, 1988 :
63. Adapun tahap-tahap yang ditempuh oleh peneliti dalam hal ini adalah :
1. Mengumpulkan data dari Al-Qur’an, kemudian diklasifikasi
2. Membaca dan menelaah data yang diperoleh dari Al-Qur’an dan kemudian
dipelajari dan dianalisis 3.
Menyusun secara sistematis dan membuat dalam bentuk laporan ilmiah yang kemudian disajikan dalam bentuk skripsi.
Dalam penulisan arab latin digunakan pedoman Transliterasi arab latin berdasarkan surat keputusan bersama Mentri Agama dan Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik no 158 tahun 1987 dan no 0543u1987 tertanggal 22 Januari 1988.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian tentang zaraf sebelumnya sudah pernah diteliti oleh Permadi 820811601 yang berjudul ”Studi tentang Zaraf Adverbia dalam Bahasa Arab”.
Pada kajian ini peneliti memfokuskan penelitian tentang zaraf mabni yang merupakan bagian dari pembahasan zaraf. Peneliti menggunakan buku Al-Ghulayaini
sebagai rujukan primer. Karena ia memaparkan secara lebih jelas tentang zaraf mabni, sedangkan buku lain peneliti gunakan sebagai rujukan sekunder seperti
pendapat Nikmah, Al-Farakh, dan lain-lain. Menurut Al-Ghulayaini 2007: 389
Al- maf’ lu f hi wa yusamma zarfan : huwa ismun yantaşibu ‘al taqd rin “
f “ yu karu libay ni zam ni al -fi’li aw mak nihi
Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.
‘Maf’ulfihi disebut juga zaraf adalah ism kata benda yang dibaca nashab akusatif dengan menyimpan makna fi “kata tugas” yang ditutur untuk
menerangkan zaman atau tempat terjadinya suatu perbuatan’
Contoh : s fartu lailan ‘Saya berangkat pada malam hari’.
Lafaz lailan ‘malam’ adalah zaraf zaman ‘keterangan waktu’ yang
dinashabkan dan berbaris fathah. Sedangkan zaraf mabni menurut Nikmah, tanpa tahun : 128
– –
– –
– –
al-a şlu anna jam ’a al-zur fi mu’rabatun. Illa anna hun ka ba’du zur fin
mabniyyatin. Wa h ihi al-zur fu hiya : hai u, amsi, al- na, i , i , `aina,
amma. Sebenarnya, semua zaraf itu adalah mu’rab ’berubah baris akhirnya’. Kecuali
sebagian zaraf-zaraf yang mabni ’berbaris tetap’. Dan zaraf-zaraf ini adalah : hai u ’dengan cara’, amsi ’semalam’, al-
na ’sekarang’, i ’jika’, i ’apabila’, `aina ’di mana’, amma ’niscaya’
Contoh :
innam qawulun li syayi`in i aradn hu an naq la lahu kun fayak nu ‘Sesungguhnya firman Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya,
Kami hanya mengatakan kepadanya, “jadilah” Maka jadilah sesuatu itu’ Al- Nahl : 40.
Lafaz i adalah zaraf zaman mabni ‘keterangan waktu yang baris
akhirnya tetap’ berbaris sukun ‘mati’ pada tempat nashab. Dan biasanya zaraf i masuk kepada jumlah fi’liyyah ‘kalimat verba’.
Menurut Al-Ghulayaini 2007: 393- 397
Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.
Al- zur fu kulluh mu’rabatun mutagoyyiratun al- khiri, ill alf zan
mahş ratan minh m huwa li al-zam ni, wa minh m huwa li al-mak ni, wa minh m yusta’malu lahum . ’Semua zaraf adalah mu’rab, yaitu bisa
berubah baris akhirnya kecuali beberapa lafaz tertentu, di antaranya ada yang berupa zaraf zaman ’keterangan waktu’ dan zaraf makan, ’keterangan
tempat’ dan ada yang berfungsi ganda’
• –
– –
– –
– –
– –
– –
–- –
– –
Fa al-zur fu al- mabniyyatu al mukhtaşşatu bi al-zam ni : i , mat ,
ayy na, i , amsi, al- na, mu , mun u, qa u, ’audu, bain , bainam , rai a, rai am , kaifa, kaifam , wa lamm ’Adapun zaraf mabni yang khusus
menunjukkan zaman adalah : i a ’apabila’, mat ’kapan’, ayy na ’bila’, iz
’pada waktu’, amsi ’kemarin’, al- na ’sekarang’, mu ’sejak’, mun u
’semenjak’, qa u ’cukup’, ’audu ’cukup’, baina ’antara’, bainam ’di
waktu’, rai a ’selama’, rai am ’selama’, kaifa ’bagaimana’, kaifam
’bagaimana’, lamm ’ketika’
Contoh:
m fa’altuhu qau . ’Aku tidak pernah melakukannya seumur hidupku’.
Lafaz qa u adalah zaraf untuk fi’il madi ’kata kerja masa lampau’
dalam pengertian al-
istighr q ’menghabiskan masa yang lewat secara total’. Asal katanya dari lafaz
qa a tuhu yang mempunyai arti qa a’tuhu ’Aku memotongnya’, jadi makna dari
m fa’altuhu qa u adalah
m fa’altuhu f m in qata’a min
Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.
‘umr ’saya tak melakukannya sama sekali seumur hidupku’. Dan kata qattu
digunakan setelah huruf nafi.
•
Wa minha m rukkiba min zur fi al-zamani, nahwu : zurna şab ha mas ` a, wa la
ila laila, wa nah ra nah ra, wa yauma yauma ’Dan sebahagian ada yang tersusun dari zaraf zaman seperti :
zurna şab ha mas `a ’kami berkunjung pagi dan petang’, wa laila laila ’dan malam-
malam’, wa nah ra nah ra ’dan siang-siang’, wa yauma yauma ’dan hari-
hari’ Lafaz
şab ha mas `a adalah zaraf zaman ’keterangan waktu’ yang mabni ’ala al-fathi ’tetap berbaris fathah’ berkedudukan pada tempat
nashab. Dan maksud dari lafaz ini adalah ”setiap pagi dan setiap sore”
• –
– –
Wa al- zur fu al-mabniyyatu al-mukhtaşşatu bi al-mak ni hiya : hai u, hun ,
amma, wa aina ’Dan zaraf mabni yang khusus menunjukkan tempat yaitu :
hai u ’di mana’, hun ’di sini’,
amma ’niscaya’, aina ’di mana’ Contoh:
Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.
qod makara al- la na min qablihim fa `at All hu buny nahum min al-
qaw ’idi fakharra ‘alaihimu al-saqfu min fauqihim wa `at humu al-‘a bu min hai u l yasy’ur na ’Sungguh, orang-orang yang sebelum mereka telah
mengadakan tipu daya, maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka mulai dari pondasinya, lalu atap rumah itu jatuh menimpa mereka dari atas.
Dan siksa itu datang kepada mereka dari arah yang tidak mereka sadari’ Al- Nahl: 26.
Jika diperhatikan lafaz hai u pada ayat di atas seharusnya berbaris
kasrah ’bawah’, tetapi karena hai u adalah zaraf makan yang mabni ’ala dhammi
’keterangan tempat yang tetap berbaris dhammah’, maka barisnya tetap tidak berubah.
•
Wa al- zur fu al-mabniyyatu al musytarakatu baina al-zam ni wa al-mak ni
hiya : ann , lad , ladun, wa minh qablu wa ba’du fi ba’di al-ahw li ‘Dan zaraf mabni yang terkadang masuk ke zaraf zaman dan zaraf makan
adalah : ann di mana, lad sisi, ladun sisi, dan terkadang di beberapa
keadaan termasuk qablu sebelum, dan ba’du sesudah’ Contoh:
Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.
I aw al-fityatu il al-kahfi faq l rabban tin min ladunka rahmatan wa hayyi` lan min amrin rasyadan
’Ingatlah tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada kami dari
sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini’ Al-kahfi : 10.
Pada contoh di atas lafaz ladun
berlaku sebagai zaraf makan ’keterangan tempat’
mabni ’ala al-sukuni ’tetap berbaris mati’. Hal ini terlihat dari maknanya, yaitu ’sisi’ yang menunjukkan keterangan tempat.
S fartu ladun ul ’i al- syamsi ’Aku pergi ketika terbitnya matahari’ Pada contoh di atas lafaz
ladun berlaku sebagai zaraf zaman ’keterangan waktu’
mabn ’ala al-sukuni ’tetap berbaris mati’. Hal ini terlihat dari maknanya, yaitu ’ketika terbit’ yang menunjukkan
keterangan waktu. Adapun zaraf zaman yang mabni menurut Al-Farkh, Tanpa tahun : 244
– –-
– –
– –
–- –
– –
– -
Inna zur fa al-zam ni al-mabniyyati alf zun mah ş ratun ma’r fatun wa
hiya : i , i , mat , ayy na, al- na, qa u, lamm , ladun, rai a, rai am ,
mu , mun u, amsi, wa zurufa al-zamani al-murakkabi. Wa hazihi al-alfazu tubna ala hasbi harakati akhiriha
’Bahwasanya zraf-zaraf zaman yang mabni adalah lafaz-lafaz tertentu yang diketahui, yaitu :
i ’apabila’, iz ’pada waktu’, mat ’kapan’, ayy na ’bila’, al-
na ’sekarang’, qa u ’cukup’, lamm ’ketika’, ladun ’sisi’, rai a ’selama’,
rai am ’selama’, mu ’sejak’, mun u ’semenjak’, amsi ’kemarin’, selamanya dan zaraf-zaraf zaman ’keterangan waktu’ yang diulang. Dan
lafaz-lafaz ini tetap mabni pada akhir harakatnya’ •
Lafaz i pemakaiannya mengandung makna syarat, dan jumlah
sesudahnya adalah jumlah fi’liyyah ’kalimat verba’dengan kebanyakan
Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.
menggunakan fi’il madi ’masa lampau’ namun bermakna mustaqbal ’yang akan datang’ dan zaraf
i tetap berbaris sukun ’mati’ Contoh :
i darasta tanjah ‘jika engkau belajar maka engkau akan berhasil’, dan ada pula lafaz
i yang tidak mengandung makna syarat dan hanya menunjukkan keterangan waktu seperti pada ayat
Al-lail : 1 wa al-laili
i yagsy ’demi malam apabila menutupi cahaya siang’
• Lafaz
i adalah keterangan waktu yang kebanyakan digunakan untuk fi’il madi, tetap berbaris sukun ‘mati’ seperti pada contoh :
ji`tu i ala’at al-syamsu ’saya datang ketika matahari terbit’, dan ada juga lafaz
i yang digunakan untuk mustaqbal ’masa yang akan datang’ seperti pada surah Al-Mu`minGafir : 70-71
....
…fasaufa ya’lam na, iz al-agl lu f a’n qihim wa al-sal silu yushab na .... ’kelak mereka akan mengetahui, ketika belenggu dan rantai dipasang di
leher mereka, seraya mereka diseret’
Dan ada pula yang menempati kedudukan mud fun ilaihi yang
dimudafkan setelah isim zaman seperti pada surah Al-‘Imran : 8
...
rabban l tuzig qul ban ba’da i hadaitan … ‘mereka berdoa: Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami
condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami…’
Lafaz i ada juga yang menempati kedudukan sebagai
maf’ lun bihi seperti pada surah Al-A’raf : 86
Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.
…
...
…wa u kur i kuntum qal lan…… ‘dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit...’
atau sebagai badal mihu seperti pada surah Maryam :16
wa u kur f al-kit bi maryama i anba at min ahlih mak nan syarqiyyan ‘dan Ceritakanlah kisah Maryam di dalam Al Quran, Yaitu ketika ia
menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur’
• Lafaz
mat adalah keterangan waktu yang tetap berbaris sukun ‘mati’ dan juga termasuk isim istifham ‘kata tanya’ berfungsi untuk meminta
keterangan tentang kapan terlaksananya suatu perbuatan dan mansub pada tempat zaraf seperti contoh :
mat ji’ta? ‘kapan engkau datang’ Lafaz
mat dapat juga menempati pada tempat majrur seperti contoh :
hatt mat yabq al- d llu ‘sampai kapan orang sesat itu tetap dalam kesesatannya’, dan
adakalanya Lafaz mat berperan sebagai
ismu syartin ‘kata syarat’ seperti pada contoh :
mat tutqin ‘amalaka tublig `amalaka ‘bila engkau meyakini pekerjaanmu niscaya
engkau akan dapatkan cita-citamu. •
Lafaz ayy na keterangan waktu yang mabni atas fathah yang
berkenaan dengan peristiwa yang terjadi pada masa yang akan datang. Maknanya sama dengan
h na, yang berarti kapan atau bila seperti pada surah Al-Qiyamah : 6
Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.
yas`alu ayy na yaumu al-qiy mati ‘ia berkata: Bilakah hari kiamat itu? Selain daripada itu lafaz
` ayy na juga dapat mengandung makna
bersyarat seperti pada contoh : `
ayy na tajtahid tajid naj han ‘bila engkau bersungguh-sungguh niscaya engkau memperoleh
keberhasilan’ •
Lafaz al-
na adalah keterangan waktu yang tetap berbaris fathah ’atas’, menjelaskan tentang peristiwa masa sekarang, dan lafaz ini boleh
didahului oleh huruf jarr seperti min, il , hatt ,
mu , mun u seperti pada contoh : wa lam `arsil ris lata il w lid hatt al` na ‘sampai sekarang saya
belum mengirim surat kepada orangtua saya’ •
Lafaz qa u adalah keterangan waktu untuk fi’il madi ’kata kerja masa
lampau’ dalam pengertian al-
istighr q ’menghabiskan masa yang lewat secara total’. Asal katanya dari lafaz
qa a tuhu yang mempunyai arti
qa a’tuhu ’Aku memotongnya’, jadi makna dari m fa’altuhu qa u adalah
m fa’altuhu f m in qata’a min ‘umr ’saya tak melakukannya sama sekali seumur hidupku’. Dan kata
qattu digunakan setelah huruf nafi. •
Lafaz lamm adalah keterangan waktu yang berarti
h na sebab itu sering disebut dengan
lamm al-h niyyah dan setelah lafaz ini harus ada dua kalimat dan kebanyakan menggunakan fi’il madi. Dan lafaz
lamm tetap berbaris sukun ’mati’ seperti pada surah Al-Isra` :67
fa lamm najj kum `il al-barri `a’radtum ‘Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling’
Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.
• Lafaz
rai a adalah keterangan waktu yang tetap berbaris fathah, dan lafaz ini berarti
al-muddatu aw al-miqd ru‘sebentar’, lafaz
rai a diambil dari ma
şdar fi’il
–
r a – yari u seperti pada contoh :
intazartu rai a şalla
’saya menunggunya selama dia salat’. Dan lafaz ini dapat disambung dengan huruf
mim tambahan menjadi rai am
• Lafaz
mu dan mun u adalah keterangan waktu dan lafaz
berasal dari lafaz huruf
nya dihilangkan untuk meringankan pengucapan. Dan lafaz
m un u berasal dari huruf
min dan i
lafaz mun u tetap berbaris dammah, sedangkan lafaz
mu tetap berbaris sukun ’mati’ seperti contoh :
m ra`aituka mu yaumin aw mun u yaumaini ’saya tidak melihatmu sejak satu
atau dua hari ini’
•
Lafaz amsi adalah keterangan waktu untuk masa lampau, dan
pemakaiannya terdapat dalam dua hal, yang pertama tetap berbaris kasrah ’bawah’ dan lafaz ini juga boleh di dahului oleh huruf-huruf seperti :
, min,
mu , munzu seperti pada contoh : zurtu
akh mun u amsi ’saya mengunjungi abang saya sejak kemarin’ adapun yang kedua yaitu lafaz
amsi menjadi ma’rifah yaitu memakai seperti pada contoh :
bi al-amsi kunn a f lan
•
Lafaz `abadan adalah keterangan waktu untuk masa yang akan datang
dalam pengertian al-
istighr q ’menghabiskan masa yang lewat secara total’ dan tetap berbaris fathah. Seperti pada contoh :
lan af’ala lika `abadan ‘saya tidak akan melakukan itu selamanya’ Dan zaraf makan yang mabni menurut Al-Farkh tanpa tahun : 252 adalah :
Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.
– –
– –
Inna al- zur fa al-mak ni al-mabniyyati alf zun mahd datun wahiya : hai u,
hun , amma, ann , aina ’Dan zaraf-zaraf mabni yang khusus menunjukkan tempat yaitu :
hai u ’di mana’,
hun ’di sini’, amma ’niscaya’, `aina ’di mana’ •
Lafaz hai u adalah keterangan tempat yang tetap berbaris dammah,
dan biasanya zaraf ini menjadi idafah jika masuk dalam kalimat, dan kebanyakan jumlah ‘kalimat’ sesudahnya berbentuk jumlah fi’liyyah. Seperti
pada contoh : ijlis hai u yajlisu al-asati u
‘duduklah di mana duduk para guru’, terkadang lafaz h
ai u dapat ditambah dengan
m yaitu ma tambahan menjadi hai um dan
berparan sebagai ismu syartin seperti pada contoh :
hai um ta hab a hab ‘ke mana engkau pergi saya juga akan pergi’ •
Lafaz hun adalah keterangan tempat yang tetap berbaris sukun ‘mati’
dan menunjukkan tempat yang dekat. Seperti pada contoh : qif
hun ‘berhentilah di sini’ •
Lafaz ann adalah keterangan tempat yang tetap berbaris sukun
‘mati’dapat berperan sebagai : a.
keterangan waktu yang sama dengan `aina ‘di mana’ juga
sebagai ismu syar in, contoh :
`ann tajlisu `ajlisu ‘di mana engkau duduk maka saya juga akan duduk’
b. berperan sebagai
ismu istifh mi ‘kata tanya’ yang mengandung makna
min `aina ‘dari mana’ contoh : y Maryamu `ann laki h
? ‘ya Maryam, dari mana engkau peroleh ini?’
Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.
c. mengandung makna
kaifa ‘bagaimana’ seperti contoh : kaifa yuhy all hu h zihi ba’da mautih
‘bagaimana Allah menghidupkan ini sesudah mati’ •
Lafaz `aina
adalah keterangan tempat yang tetap berbaris fathah dan juga berperan sebagai isim istifham ‘kata tanya’, contoh :
`aina kh lidun? ‘di mana Khalid?’ dapat juga sebagai isim syarat. Contoh :
`aina tajlisu `ajlisu ‘di mana engkau duduk saya juga duduk’ Lafaz
`aina dapat juga disambung dengan huruf mim tambahan
menjadi `ainam untuk menegaskan suatu kalimat. Seperti pada surah
An-Nisa` : 78
`ainam tak nu yudrikum al-mautu ‘di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu’.
Dan adapun zaraf mabni yang berfungsi ganda menurut Al-Farakh : 255
hun ka zur fu al-mabniyyati tasytariku baina al-zam ni wa al-mak ni fahiya
t ratan taqa’u zarfa zam ni, wa marratan ukhr ta`t zarfa mak ni, wa h ihi
al-zur fu tak nu mabniyyatun f mahalli naşbin wa hiya : ladun, bain ,wa
bainam , wa minh qablu wa ba’du fi ba’di al-ahw li
‘Dan ada juga zaraf mabni yang terkadang masuk ke zaraf zaman dan zaraf makan terkadang terletak sebagai zaraf zaman, dan sesekali sebagai zaraf
makan, dan zaraf-zaraf ini tetap barisnya pada tempat nasab, mereka adalah : ladun ‘sisi’, bain dan bainam ‘di antara’, dan terkadang di beberapa
keadaan termasuk qablu ‘sebelum’, dan ba’du ‘sesudah’
Lafaz ladun mengandung makna
’inda dan tetap berbaris sukun ‘mati, dapat menjadi zaraf zaman seperti contoh :
Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.
S fartu ladun ul ’i al - syamsi ’Aku pergi ketika terbitnya matahari’, dan dapat menjadi zaraf makan seperti pada contoh :
jalastu ladunka ‘aku duduk di sisimu’ •
Lafaz bain dan
bainam tetap berbaris sukun ‘mati’, asal katanya adalah
baina dan alif adalah huruf tambahan. Setelah Lafaz
bain dan bainam jumlah sesudahnya menjadi
mud fun ilaih seperti pada contoh : bainam bain `adrusu j `a al-ust u ‘ketika aku sedang belajar datang
seorang guru’. •
Lafaz qablu ‘sebelum’dan
ba’du ‘sesudah’ tetap berbaris dammah apabila terputus darinya
id fah lafzan l ma’nan maksudnya yaitu
mud fun ilaih nya dihilangkan. Dari pengertian-pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pembahasan tentang zaraf mabni adalah penelitian tentang kata-kata yang termasuk dalam kelompok zaraf yang tetap bentuknya dalam kalimat, atau dapat juga
menempati posisi yang tertentu dalam kalimat. Untuk mengetahui kedudukan zaraf mabni dalam bahasa Arab tidak terlepas
dari i’rab. Menurut Al-Gulayaini, 2007 : 14
a arun yuhdi uhu al-‘ milu f akhiri al-kalimati, fayak nu `akhiruh marf ’an aw man
şuban aw majr ran aw majz man, hasiba m yaqtad hi lika al-‘ mili
’i’rab adalah perubahan akhir kata karena pengaruh ‘amil-‘amil yang masuk, sehingga akhirnya menjadi marfu’,
manşub, majrur, atau majzum sesuai dengan ‘amil tersebut’
Muta’allaqu Al-Zarfi
Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.
Dalam mengi’rab zaraf, tidak terlepas dari muta’allaqnya, karena zaraf tidak bisa berdiri sendiri ia selalu membutuhkan muta’aalaq atau yang disebut dengan
‘ mil. Dan muta’allaqnya itu ada yang berupa fi’il atau semacamnya. Muta’allaqnya ada yang disebutkan seperti
jalastu tahta al-syajarati ‘aku duduk di bawah pohon’ muta’allaq dalam kalimat ini adalah
jalastu dan ada pula muta’allaqnya yang boleh dibuang seperti
’inda al-‘ulam `i di sisi Ulama’ sebagai jawaban dari pertanyaan
`aina tajlisu? ‘di mana engkau duduk?’ mut’allaqnya adalah
tajlisu, dan ada pula yang muta’allaqnya harus dibuang, dalam hal ini terdapat 3 macam masalah:
1. Keberadaannya itu berbentuk umum, dan muta’allaqnya dibuang karena
untuk memperbaiki perkataan dalam kalimat, seperti menghilangkan kata “ ”mauj dun ‘ada’, “
”k inun ‘ada’, “ ”h
şilun ‘ada’ dan bentuk muta’allaqnya itu ada yang berkedudukan sebagai
khabar seperti
al-jannatu tahta aqd mi al-ummah ti ‘surga itu di bawah telapak kaki ibu’ dan dalam kata ini ada kata
”mauj dun ‘ada’ yang dibuang yang letaknya berkedudukan sebagai khabar, dan jika khabarnya diletakkan maka kalimatnya menjadi
al-jannatu mauj dun tahta aqd mi al-ummah ti ‘surga itu ada di bawah telapak kaki ibu’, dan ada juga muta’allaq yang dibuang
berkedudukan sebagai şifat seperti
marartu birajulin ‘inda al-madrasati ‘aku melewati seorang pemuda yang berada di sekolah’, dan ada juga muta’allaq yang dibuang berkedudukan
sebagai h lan seperti
ra`aitu al-hil la baina a-sah bi ‘aku melihat hilal di antara awan’, dan ada juga muta’allaq
yang dibuang yang berkedudukan sebagai şilatu dan dalam hal ini
muta’allaq yang dibuang itu selalu berbentuk fi’il, seperti
– –
–
ha şala-yahşulu, k na-yak nu, wajada-y jadu
Aqmalia Santika M. : Analisis Zarfun Mabniyyun Dalam Al-Quran Juz 14 Dan 15, 2009.
seperti pada contoh : hadara man ‘indahu
al-khabaru al-yaq nu ‘telah hadir seseorang yang mempunyai kabar yang benar’.
2. zaraf mansub karena
isytig l, yaitu karena adanya ’ mil yang menyibukkan dalam pekerjaan damir seperti
yaumu al-kam su şumtu f hi aku berpuasa pada hari kamis’
3. Muta’allaq yang sudah biasa didengar terhapus, dan tidak boleh disebutkan,
seperti h nai in al-` na yang berarti ketika itu seperti itu, dan
sekarang adalah sekarang.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN