Yth. Dr.Ir Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Yth. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic selaku Dekan Fakultas Yth Dr. Raeni Dwi Santy, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Yth. Prof. Dr.Umi Narimawati.,

v KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan hikmat-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Rasio Hutang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ” ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan kekurangan dalam berbagai hal dan masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari barbagai pihak, guna kebaikan di masa mendatang. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari tanpa adanya dukungan dan bantuan tersebut maka maksud dari penulisan ini tidak akan terpenuhi. Terimakasih dan penghargaan penulis diberikan kepada:

1. Yth. Dr.Ir Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia.

2. Yth. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Yth Dr. Raeni Dwi Santy, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. vi

4. Yth. Prof. Dr.Umi Narimawati.,SE.,M.,Si., Selaku Dosen Wali Kelas

Manajemen 1 2010, atas bantuan yang telah diberikan selama menjalani masa studi.

5. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati.,SE.,MS.,Ak. selaku Dosen

Pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis. 6. Khusus bagi penulis mengucapkan yang setulusnya kepada orang tua dan kedua kakak yang tak henti-hentinya memberikan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Sdr Edwin Kustiawan atas doa dan dukungan yang terus diberikan pada

penulis hingga skripsi ini selesai. 8. Seluruh Staff dosen Universitas Komputer Indonesia Khususnya Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen yang telah memberikan ilmu yang tak ternilai harganya, masukan, pemikiran dan tenaga selama proses pembelajaran yang dapat menambah wawasan bagi penulis 9. Teman – teman kelas MN-1 angkatan 2010 serta teman-teman terdekat penulis mengucapkan terima kasih atas dukungannya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan Rahmat atas semua yang telah mereka berikan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pengetahuan bagi semua pihak yang memerlukannya. Bandung, Juli 2014 Penulis Yohanna Setiani Susilo 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Sektor industri merupakan sektor andalan utama bagi ekonomi Indonesia. Sektor industri merupakan sektor yang memberikan sumbangan produk domestic bruto dan peluang kerja yang besar bagi penduduk Indonesia. Keterkaitan antarsektor ini menjadi hal yang baik karena berarti kemajuan sektor industri akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya dan pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dapat dikatakan pertumbuhan sektor industri dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal. Manajemen keuangan memiliki tujuan utama untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham nilai perusahaan. Harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan bagi perusahaan terbuka yang menerbitkan saham di pasar modal Fama, 1978. Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat. Maksimalisasi kekayaan pemegang saham dapat tercapai apabila berbagai keputusan keuangan financial decision yang relevan mempunyai pengaruh bagi peningkatan nilai perusahaan Mulyadi, 2006. Nilai perusahaan menurut Suad Husnan 2000 adalah harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan kemudian diindikasikan dengan menggunakan Price Book Value PBV. Price book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan. Price book value PBV digunakan untuk menilai harga suatu saham dengan membandingkan harga pasar saham dengan nilai buku perusahaan book value. Rasio ini menunjukkan bagaimana suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Hubungan antara harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham dapat juga dipakai sebagai pendekatan alternatif untuk menentukan nilai suatu saham. Secara teoretis, nilai pasar suatu perusahaan haruslah mencerminkan nilai bukunya Tandelilin, 2001:194 Syarifah, 2007 Bagi pemegang saham, arus kas yang diterima adalah dalam bentuk dividen. Oleh sebab itu, nilai intrinsik saham menunjukkan nilai sekarang dari seluruh dividen yang akan dibayar perusahaan di masa yang akan datang Ginting, 2005: 3. R. Agus Sartono 2001:281 menyatakan bahwa nilai dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham. Kemudian meningkatnya harga saham berarti meningkatnya nilai perusahaan. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang dibuat oleh perusahaan apakah perusahaan tersebut akan membayar atau tidak, berapa besarnya dividen yang akan dibayarkan. Kebijakan yang telah dibuat oleh suatu perusahaan tidak dapat diaplikasikan pada perusahaan yang lainnya. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan memiliki pendapatn dan kapasitas investasi yang berbeda-beda. Namun, tingkat pendapatan yang diperoleh suatu perusahaan akan mencerminkan seberapa besar suatu perusahaan mampu membayar dividen tersebuat kepada para investor. Tentu saja para investor atau pemegang saham menyukai jumlah dividen yang tinggi. Oleh karena itu perlu adanya perhitungan besarnya dividen yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Perhitungan ini menggunakan Dividen Yield DY untuk mengetahui dividen total yang harus dibayarkan perusahaan pada pemegang saham. Namun demikian, keuntungan yang diharapkan seringkali terhambat oleh berbagai kondisi yang terjadi pada lingkungan baik di dalam maupun di luar perusahaan. Kondisi ekonomi global yang seringkali menjadi penghambat perusahaan memperoleh keuntungan yang tinggi. Salah satunya adalah krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008. Hal ini mengakibatkan naiknya harga bahan baku maupun bahan jadi khususnya untuk perusahaan manufaktur sub sector kimia. Karena naiknya harga tersebut maka akan meningkatkan harga jual pada masyarakat. Tentu saja hal ini akan menurunkan tingkat pembelian oleh masyarakat. Apabila hal ini terus berlangsung, maka akan menurunkan keuntungan bagi perusahaan. Semakin menurunnya tingkat keuntungan perusahaan, maka aktifitas perusahaan akan terhambat. Sebagian besar perusahaan memilih untuk meminjam dana pada pihak luar untuk dapat tetap melakukan aktifitas perusahaannya. Sehingga perusahaan dapat tetap beroperasi dan memperoleh keuntungan. Dana dari hutang yang digunakan untuk mendanai aktiva perusahaan disebut leverage. R. Agus Sartono 2001 menyatakan bahwa Financial Leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Dengan demikian alasan yang kuat untuk menggunakan dana dengan beban tetap adalah untuk meningkatkan pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham. Meningkatnya keuntungan suatu perusahaan yang didasarkan oleh leverage dibutuhkan penempatan dana yang tepat. Hingga akhirnya dana yang berasal dari hutang tersebut dapat kembali digunakan untuk mendanai operasional perusahaan dan akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Wahyudi dan Pawestri 2006 menemukan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sujoko dan Soebiantoro 2007 menemukan bahwa Debt to Equity Ratio DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap Price Book Value PBV. Dari sekian banyak perusahaan sector manufaktur dalam sub sector kimia yang tersebar di Indonesia terdapat 12 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Beberapa perusahaan tersebut adalah PT. Budi Acid Jaya Tbk. BUDI, PT. Barito Pacific Tbk. BRPT, PT. Eterindo Wahanatama Tbk. ETWA, PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. SOBI, dan PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk. TPIA dan PT. Unggul Indah Cahaya Tbk. UNIC. Tabel 1.1 Tingkat Debt Equity Ratio, Deviden Yield Ratio dan Present Book Value Pada Perusahaan Sektor Manufaktur sub setor Kimia yang Terdaftar di BEI periode 2008 sampai dengan 2012 Sumber : Laporan Keuangan periode 2008-2012 Berdasarkan tabel diatas dari 6 perusahaan manufaktur sector kimia yang terdaftar di BEI, pada perusahaan PT. Budi Acid Jaya Tbk. BUDI pada tahun 2011 diketahui bahwa Debt Equity Ratio DER meningkat 1,62 dan Dividen Yield DY meningkat 6,67. Hal ini seharusnya meningkatkan Present Book Periode DER X DY PBV X BPRT 2008 1,22 1,44 2009 1,17 1,39 2010 1,39 0,56 2011 0,96 0,32 2012 1,2 0,32 BUDI 2008 1,7 10,00 1,11 2009 1,1 4,40 1,09 2010 1,53 1,12 2011 1,62 6,67 0,55 2012 1,86 0,56 ETWA 2008 0,68 0,75 2009 1,03 1,74 2010 0,76 1,11 2011 0,65 0,76 2012 1,37 0,76 SOBI 2008 0,72 2,21 2009 0,83 4,40 2010 0,95 5,56 2,70 2011 0,78 3,35 1,07 2012 1,29 2,16 TPIA 2008 0,68 0,90 2009 0,54 9,09 1,22 2010 0,46 1,90 1,10 2011 1,01 1,89 2012 1,31 0,49 UNIC 2008 1,29 1,41 0,75 2009 0,81 2,00 0,58 2010 0,85 0,59 2011 0,96 4,50 0,56 2012 0,81 0,49 Value PBV perusahaan, namun Present Book Value PBV perusahaan menurun 0,55. Kemudian hal yang sama dialami oleh Perusahaan PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. SOBI pada tahun 2010 mengalami kenaikan Debt Equity Ratio DER sebesar 95 dan Dividen Yield DY meningkat 5,56, maka seharusnya nilai buku perusahaan meningkat, namun yang terjadi adalah Present Book Value PBV menurun dari tahun sebelumnya menjadi 2,70. Dan pada perusahaan PT. Unggul Indah Cahaya Tbk. UNIC terjadi hal yang sama, yaitu perusahaan mengalami peningkatan Debt Equity Ratio DER sebesar 96 pada tahun 2011 dan Dividen Yield DY meningkat 4,50. Namun meningkatnya DER dan DY tidak mempengaruh tingkat PBV PT. Unggul Indah Cahaya Tbk. UNIC. Pada tahun 2011 terdapat Present Book Value PBV menurun sebesar 0,56. Sedangkan menurut R. Agus Sartono 2001:281 menyatakan bahwa nilai dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham. Kemudian meningkatnya harga saham berarti meningkatnya nilai perusahaan. Dan leverage keuangan yang menguntungkan akan mempengaruhi laba, mempengaruhi harga saham dan pada akhirnya akan berdampak pula terhadap nilai perusahaan, sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston 2006:24 yang menyatakan bahwa selama tingkat hutang yang lebih tinggi menaikkan laba per lembar saham yang diharapkan, leverage keuangan bekerja meningkatkan harga saham dan menurut Sutrisno 2008:5, harga pasar saham mencerminkan nilai riil perusahaan. Berdasarkan fenomena dan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai permasalahan tersebut kedalam judul yaitu “Pengaruh Rasio Hutang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”

1.2 Identifikasi Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari hasil fenomena yang telah dibahas sebelumnya maka hasil identifikasi maalahnya adalah bahwa pada PT. Budi Acid Jaya Tbk. BUDI dan PT. Unggul Indah Cahaya Tbk. UNIC tahun 2011 mengalami kenaikan DER dan DY namun PBV mengalami penurunan. Tahun 2010 PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. SOBI juga mengalami kenaikan DER dan DY namun PBV mengalami penurunan. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan rasio hutang dan kebijakan dividen yang mempengaruhi nilai perusahaan.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah yang dapat ditentukan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat Rasio Hutang pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia yang terdaftar di BEI 2. Bagaimana tingkat Kebijakan Dividen pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia 3. Bagaimana tingkat Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia 4. Seberapa besar pengaruh Rasio Hutang dan Kebijakan Dividen mempengaruhi Nilai Perusahaan pada Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat Rasio Hutang pada Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia 2. Untuk mengetahui tingkat Kebijakan Dividen pada Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia 3. Untuk mengetahui tingkat Nilai Perusahaan pada Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia 4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Rasio Hutang dan Kebijakan Dividen mempengaruhi Nilai Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Penulis

Penelitian ini berguna bagi perluasan ilmu penulis dalam bidang- bidang tertentu. Dalam penelitian ini penulis mendapatkan pengalaman yang baru. Dengan penelitian ini diharapkan penulis dapat menambah wawasan serta penerapan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan dan di perusahaan.

1.4.2 Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi perusahaan agar dapat memahami pentingnya Rasio Hutang Penulis mengharapkan penelitian ini dapat menjadi pembanding bagi perusahaan dalam penentuan Kebijakan Dividen Dengan penelitian ini, Perusahaan diharapkan dapat lebih baik dalam Nilai Perusahaan

1.4.3 Perkembangan Ilmu

Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti lainnya yang memiliki variabel yang sama. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontrisbusi yang cukup bagi perkembangan ilmu bagi pelajar khususnya mahasiswa yang membutuhkan.

1.5 Lokasi Waktu Penelitian

Lokasi : Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia Data keuangan diperoleh dari BEI Waktu : Januari-April 2014 Table 1.2 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian No Jadwal Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pra Survey 2 Pengambilan Data 3 Analisis Data 4 Penyusunan UP 5 Proses Penyusunan Skripsi: a. Bimbingan Skripsi b. Pendaftaran Sidang c. Sidang Skripsi d. Revisi Skripsi e. Pengumpulan Draft Skripsi 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS

2.1 Kajian pustaka

2.1.1 Rasio Hutang

2.1.1.1 Pengertian Rasio Hutang

Sutrisno 2009,198 menyatakan pengertian Leverage adalah sebagai berikut : “Leverage adalah penggunaan aktiva atau sumber dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menanggung biaya tetap atau membayar beban tetap.“ Sedangkan Weston dan Copeland 1999 berpendapat : Leverage merupakan suatu alat penting dalam pengukuran efektivitas penggunaan utang perusahaan. Dengan menggunakan leverage, perusahaan tidak hanya dapat memperoleh keuntungan namun juga dapat mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian, karena leverage keuangan berarti perusahaan membebankan risiko kepada pemegang saham sehingga mempengaruhi return saham. Mamduh M. Hanafi 2004 menyatakan konsep leverage sebagai berikut: Arti leverage secara harafiah literal adalah pengungkit. Pengungkit biasanya digunakan untuk membantu mengangkat beban yang berat. Dalam keuangan, leverage juga mempunyai maksud yang serupa. Lebih spesifik lagi, leverage bisa digunakan untuk meningkatkan tingkat keuntungan yang diharapkan. Dua jenis leverage akan dibicarakan: 1 Operating leverage, dan 2 Financial leverage. Menurut Sutrisno 2009, 218 Adalah Rasio hutang dengan modal sendiri debt to equity ratio merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Menurut Raharjaputra 2009 menyatakan bahwa : “Rasio leverage mengukur sejauh mana perusahaan mendanai usahanya dengan membandingkan antara dana sendiri shareholder equity yang telah disetorkan dengan jumlah pinjaman dari para kreditur. ” Sutrisno 2009:217 berpendapat bahwa: Rasio leverage menunjukan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang, apablia perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage factornya = 0 artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Horne dan Marchowicz 2005 menyatakan pendapatnya mengenai leverage sebagai berikut: Konsep leverage ini penting bagi investor dalam membuat pertimbangan penilaian saham. Para investor umumnya cenderung menghindari risiko. Risiko yang timbul dalam penggunaan financial leverage disebut dengan financial risk yaitu risiko tambahan yang dibebankan kepada pemegang saham sebagai hasil penggunaan utang oleh perusahaan. Semakin tinggi leverage, semakin besar risiko keuangannya dan sebaliknya. Novaes 2002 berpendapat sebaga berikut : Selain kerugian dari kos yang ditimbulkan tersebut, pada sisi lain, leverage juga menguntungkan. Keuntungan yang ditimbulkan oleh leverage muncul karena leverage bisa memperbaiki insentif managerial dan menekan mereka supaya berinvestasi secara optimal. Riset riset empiris yang telah dilakukan menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara leverage perusahaan dengan aktivitas pasar untuk pengendalian perusahaan

2.1.1.2 Jenis-Jenis Rasio Hutang

Jenis-jenis rasio hutang dalam Sutrisno 2009:217-219 adalah sebagai berikut : 1. Total Debt to Total Asset Ratio Rasio total hutang dengan total aktiva yang biasa disebut rasio hutan debt ratio, mengukur prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Yang dimaksud dengan hutang adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik. Untuk mengukur besarnya debt ratio bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut: 2. Debt to Equity Ratio Rasio hutang dengan modal sendiri debt to equity ratio merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit disbanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan, sebaiknya besarnya hutang tidak boleh melebihi hutang sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Untuk menghitung debt to equity ratio bisa menggunakan rumus sebagai berikut : 3. Time Interest Earned Ratio Time interest earned ratio yang sering disebut dengan coverage ratio merupakan rasio antara laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga dengan laba yang diperolehnya, atau mengukur berapa kali besarnya laba bisa menutup beban bunganya. 4. Fixed Charge Coverage Ratio Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran pinjaman dan sewa. Karena mungkin saja perusahaan menggunakan aktiva tetap dengan cara leasing , sehingga harus membayar angsuran tertentu. Untuk menghitung rasio ini bisa menggunakan rumus: 5. Debt Service Ratio Debt service ratio merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

2.1.2 Kebijakan Dividen

2.1.2.1 Pengertian Kebijakan Dividen

Menurut Siegel dan Shim 1994:152 dalam Kamus Istilah Akuntansi menyatakan dividen adalah: “Pembagian penghasilan yang dibayarkan kepada pemegang saham berdasarkan pada banyaknya saham yang dimiliki. ” Definisi dividen menurut Menurut Hanafi 2004:361 adalah sebagai berikut : Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan.Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan. Menurut Suad Husnan 2006:297 kebijakan dividen adalah : “Kebijakan dividen menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham dan laba tersebut bisa dibagikan sebagai dividen atau laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali. ” Keown 2005 menjelaskan bahwa : Di dalam memformulasikan kebijakan dividen, manajer menghadapi trade-off. Ketika manajemen sudah menetapkan seberapa banyak harus berinvestasi dan telah memilih kombinasi utang- modal, keputusn untuk memberikan dividen yang besar secara relative menahan lebih sedikit laba; padahal laba di tahan merupakan cara pendanaan internal. Dengan pembagian dividen yang besar, berarti perusahaan menjadi semakin bergantung terhadap pendanaan eksternal. Sebaliknya, penbagian dividen yang rendah berarti menahan laba lebih banyak, sehingga meningkatkan sumber pendanaan internal. Damodaran 2001 menyatakan pendapatnya sebagai berikut : “Biasanya kebijakan dividen diukur dengan dua ukuran, yaitu dividend yield dan dividend payout ratio .” Sedangkan menurut Menurut Budi Rahardjo 2009:151 menyatakan bahwa : Rasio pembayaran deviden deviden payout ratio mengukur porsi penghasilan yang dibayarkan dalam deviden. Investor yang mencari pertumbuhan dalam harga pasar akan mengharapkan rasio ini kecil, sebaliknya investor yang mencari deviden akan mengharapkan yang besar. Warsono 2003:275 menyatakan definisi Dividend Yield sebagai berikut : “Dividend yield adalah suatu ratio yang menghubungkan suatu dividen yang d ibayar dengan harga saham biasa.” Dalam Wikipedia, Dividen Yield adalah : “ Dividend yield is used to calculate the earning on investment shares considering only the returns in the form of total dividends declared by the company during the year.” Menurut Hirt 2006 dividen yield adalah sebagai berikut : Dividen yield merupakan hasil persentase dari keuntungan per lembar saham di bagi dengan harga pasar per lembar saham yang di terima perusahaan. Tingginya suatu dividen yield menunjukkan bahwa suatu pasar modal dalam keadaan undervalued, yaitu jika harga pasar saham lebih kecil dari nilai wajarnya, maka saham tersebut harus di beli dan di tahan sementara buy and hold dengan tujuan untuk memperoleh capital gain jika kemudian harganya kembali naik. Sedangkan menurut Guler dan Yimaz 2008: Kekuatan yang dapat diprediksi dividen yield berasal dari peranan kebijakan dividen dalam membagikan hasil return yang telah di peroleh perusahaan kepada para pemegang saham. Serta dividen yield juga menjelaskan returns atas nilai indeks tertimbang pada setiap masing- masing perusahaan

2.1.2.2 Teori Kebijakan Dividen

Dalam bukunya Brigham dan Houston 2001:66-67 menyatakan bahwa teori kebijakan dividen adalah : 1. Teori Ketidakrelevanan Dividen Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen dividen irrelevance theory ini adalah Merton Miller dan Fanco Modigliani MM. Mereka berpendapat yang dihasilkan leh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi di antara dividend dan laba yang ditahan. Teori ini menyatakan bahwa dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh nilai perusahaan maupun biaya modalnya. 2. Teori Bird-In-The-Hand Kesimpulan utama dari teori katidakrelevanan dividen MM adalah bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat pengembalian yang disyaratkan atas ekuitas, k s . Gordon dan Lintner berkata bahwa sesungguhnya investor lebih jauh menghargai pendapatan yang diharapkan dar dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal. MM tidak setuju. Mereka menamakan pendapat Gordon-Lintner sebagai kekeliruan bird-in-the-hand karena, menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya. 3. Teori Preferensi Pajak Ada tiga alasan yang berkatan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi: 1 Keuntungan modal dikenakan pajak dengan tarif 28 persen, sedangkan pendapatan dividen dikenakan pajak dengan tarif efektif mencapai 39,6 persen. Oleh karena itu, investor yang kaya mungkn lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba kedalam perusahaan. 2 Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual. 3 Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang hingga ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak kentungan modal yang terutang- ahli waris yang mendapat saham itu dapat menggunakan nilai saham pada hatri kematian sebagai dasar biaya mereka, dngan demikian mereka terhindar dari pajak keuntungan modal.

2.1.2.3 Jenis Dividen

Weygandt dan Kimmel 2002:602 menyatakan tipe dividen yang didistribusikan kepada para pemegangang saham yaitu: 1. Cash Dividend Dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Jenis dividen ini merupakanyang paling umum dan diminati oleh investor. Menurut Gitman 2003 dividen kas yangdibayarkan merupakan penilaian investor atas suatu saham. Dividen kas mencerminkanarus kas kepada pemegang saham dan menginformasikan kinerja perusahaan saat inidan yang akan datang. Karena retained earnings saldo laba adalah salah satu bentukpendanaan internal, maka keputusan mengenai dividen dapat mempengaruhi kebutuhan pendanaan eksternal perusahaan. Dengan demikian, semakin besar dividenkas yang dibayarkan oleh perusahaan, maka semakin besar pula jumlah pendanaaneksternal yang dibutuhkan melalui pinjaman hutang atau penjualan saham. 2. Property Dividend Dividen yang dibagikan dalam bentuk aset perusahaan seperti merchandise, realestate, investment, dan lain-lain. Jenis dividen ini umumnya dibagikan oleh perusahaaan tambang yang selalu berpindah- pindah lokasi penambangannya. 3. Liquidating Dividend Dividen yang dibagikan dalam rangka mengembalikan sebagian investasi kepadapemegang saham. Jenis dividen ini merupakan satu-satunya jenis dividen yangmembagikan dividen dengan mengurangi agio saham paid in capital perusahaan. 4. Stock Dividend Dividen yang dibagikan dalam bentuk saham di perusahaan tersebut. Jenis dividen ini biasanya akan dipakai oleh perusahaan yang tidak mempunyai uang tunai yang cukup untuk membagikan dividen tetapi perusahaan tetap ingin membagikan dividen. 5. Scrip Dividend Dividen yang dibagikan dalam bentuk notes payable surat hutang. Jenis dividen ini sudah jarang dipakai saat ini. 6. Posisi Likuiditas Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aset yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha, sehingga laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk kas. Jadimeskipun suatu perusahaan mempunyai catatan mengenai laba, perusahaan mungkin dapat tidak dapat membayar tunai dividen karena posisi likuiditasnya. Perusahaan yang sedang berkembang walaupun punya keuntungan besar, biasanya mempunyai kebutuhan dana yang sangat mendesak. Dalam keadaan seperti ini perusahaan dapat memutuskan untuk tidak membayar dividen. 7. Kebutuhan Pelunasan Hutang Ketika hutang perusahaan jatuh tempo, perusahaan dapat membayar hutang tersebut dengan membayar tunai atau dengan memberikan surat berharga lain. Jika keputusannya adalah membayar hutang tersebut, maka ini biasanya perlu penahanan laba. 8. Pembatasan Dalam Perjanjian Hutang Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Larangan yang dibuat untuk melindungi kedudukan pemberi pinjaman, biasanya menyatakan bahwa : 1 dividen pada masa yang akan datang hanya dapat dibayar dari laba yang diperoleh sesudah penandatanganan perjanjian hutang dan 2 dividen tidak dapat dibayarkan apabila modal kerja bersih telah ditentukan. Demikian pula, perjanjian saham preferen biasanya mengatakan bahwa dividen tunai saham biasa tidak dapat dibayarkan kecuali semua dividen saham preferen sudah dibayar.

2.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen

Dalam bukunyaPrinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Van Horne 1997:501-504 menyatakan pendapatnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividen adalah sebagai berikut : 1. Peraturan-peraturan Hukum Pembahasan peraturan hukum penting dilakukan untuk menetapkan batasan-batasan hukum dimana kebijakan dividen perusahaan dapat digunakan. Peraturan-peraturan hukum ini berhubungan dengan penurunan modal, ketidaksolvabilitasan dan laba ditahan yang tidak semestinya. a. Peraturan Penurunan Modal b. Peraturan Ketidaksolvabilitasan c. Peraturan Laba Ditahan yang Tidak Semestinya 2. Kebutuhan Pendanaan Perusahaan Sehubungan dengan pembahasan sebelumnya mengenai aspek teoritis kebijakan dividen, perusahaan perlu mengetahui apakah masih adadana yang tersisa setelah penggunaan dana untuk kebutuhan perusahaan, termasuk pendanaan proyek investasi yang diterima. 3. Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam keputusan dividen. Karena dividen merupakan asrus keluar kas, semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan, semaki besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Manajemen perusahaan biasanya ingin mempertahankan tingkat likuiditas tertentu untuk memberikan perlindungan dan fleksibilitas keuangan terhadap ketidakpastian. Untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen perusahaan mungkin melakukan penolakan untuk membayar dividen dalam jumlah besar. 4. Kemampuan untuk Meminjam Posisi likuid bukan merupakan satu-satunya cara untuk memberikan perlindungan dan fleksibilitas keuangan terhadap ketidakpastian. Jika memiliki kemampuan untuk memperoleh pinjaman dalam waktu singkat, perusahaan dapat dikatakan fleksibilitas keuangan yang relatif baik. Jika perusahaan dapat melakukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu terlalu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan. 5. Batasan-Batasan dalam Perjanjian Hutang Perjanjian perlindungan dalam perjanjian obligasi atau pinjaman seringkali berisikan batasan-batasan pembayaran dividen. Batasan ini digunakan oleh pemberi pinjaman untuk menjaga kemampuan perusahaan untuk membayar hutang. Biasanya batasan ini dinyatakan sebagai persentase maksimum laba ditahan kumulatif perusahaan. Jika batasan ini harus diterapkan, maka akan mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan. 6. Pengendalian Jika perusahaan membayar dividen dalam jumlah besar, perusahaan kemudian perlu mencari modal melalui penjualan saham untuk mendanai peluang investasi yang memungkinkan. Dalam situasi tersebut kepentingan pengendalian perusahaan mungkin menipis jika pemegang saham yang memiliki kendali tidak mau atau tidak dapat memesan tambahan saham. 7. Beberapa Pengamatan Terakhir Jika perusahaan membayar dividen dari kelebihan dana residualnya, ini berrati manajemen dan dewan direksi yakin bahwa pembayaran memiliki pengaruh positif bagi kekayaan pemegang saham. Sangat disayangkan sangat sedikit bukti empiris yang tersedia untuk membuat generalisasi yang jelas. Kurangnya landasan perusahaan untuk memperkirakan pengaruh jangka panjang kebijakan dividen tertentu terhadap penilaian menyebabkan kebijakan dividen merupakan keputusan kebijakan yang paling sulit.

2.1.3 Teori Nilai Perusahaan

Fama 1978 dalam penelitiannya menggunakan pendekatan konsep nilai pasar untuk mengukur nilai perusahaan. Nilai pasar berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan harga yang dicatat pada nilai saham perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa tertentu oleh permintaan dan penawaran saham tersebut oleh pelaku pasar. Nilai perusahaan merupakan nilai yang diberikan pasar bursa kepada manajemen perusahaan. Menurut Andri dan Hanung 2007 dalam Nica Febrina 2010: 5 nilai perusahaan adalah: “Nilai jual perusahaan atau nilai tumbuh bagi pemegang saham, nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya .” Sudana 2009:7 menyatakan pendapatnya mengenai pengertian nilai perusahaan sebagai berikut : “Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli investor apabila perusahaan tersebut dijual. Tujuan normatif perusahaan adalah memaksimumkan kekayaan pemegang saham. ” Taswan dan Soliha 2002 menyatakan bahwa : “Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan pemilik perusahaan, sebab dengan nilai perusahaan yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. ” Sedangkan Bringham Gapensi 1996 berpendapat bahwa: Nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan, nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi . Definisi Nilai Perusahaan menurut Andinata 2010 adalah : “Nilai perusahaan adalah nilai yang mencerminkan berapa harga yang bersedia dibayar oleh investor untuk suatu perusahaan, yang biasanya diukur dengan price to book value ratio PBV. ” Menurut Prayitno dalam Wulandari 2009 menyatakan bahwa: “Price to Book Value PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut .” Dalam jurnalnya Anggun Amelia Bahar Putri 2012;24-25 menyatakan bahwa: Price to Book Value adalah angka rasio yang menjelaskan seberapa kali seorang investor bersedia membayar sebuah saham untuk setiap nilai buku per sahamnya. Perusahaan yang aktifitasnya berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio PVB mencapai di atas satu 1, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal investor relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan. Wulandari 2009 berpendapat bahwa : Semakin tinggi rasio PBV, semakin tinggi kinerja perusahaan dinilai oleh pemodal dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan semakin tinggi PBV semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan, maka akan menjadi daya tarik bagi investor untuk membeli saham tersebut, sehingga permintaan akan naik, kemudian mendorong harga saham naik. PBV Price Book Value dapat dihitung denagn membagi harga penutupan saham dengan nilai buku terkini per saham, sebagai berikut :

2.1.4 Hasil Penelitian Lainnya

1. Ni Gst. A. Pt. Silka Pratiska

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ni Gst. A. Pt. Silka Pratiska dapat disimpulkan bahwa Investment Opportunity Set IOS berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, Leverage berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, Dividend yield berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Investment Opportunity Set IOS berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap profitabilitas, Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas perusahaan, dan Devidend Yield berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap profitabilitas.

2. Bhekti Fitri Prasetyorini 2013

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, price earning ratio, dan profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Variabel leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 3. Natalia Ogolmagai 2013 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Natalia Ogolmagai dapat ditarik kesimpulan bahwa, secara bersama-sama DER dan DAR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, DER tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan DAR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 4. Ni Kadek Ari Lina Wati Ni Putu Ayu Darmayanti Pada penelitian sebelumnya, Ni Kadek Ari Lina Wati Ni Putu Ayu Darmayanti dapat disimpulkan bahwa Variabel debt to equity ratio mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan- perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Variabel kebijakan dividen mempunyai pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan-perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

5. Eny Cahyaningsih 2010

Dokumen yang terkait

Analisis Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013

1 41 6

Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial Dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2014

0 9 1

Pengaruh Rasio Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Otomotif dan Komponen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2014)

6 57 46

Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Sektor Manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-2012

6 31 129

Pengaruh rasio hutang dan kepemilikan managerial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 11 125

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

2 6 18

Pengaruh Likuiditas Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Sub Sektor Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 64

Pengaruh Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 26

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, HUTANG DAN LIKUIDITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN SEKTOR TAMBANG YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2007-2010.

0 1 106

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 25