Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Sektor Manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-2012
DAN PERLENGKAPAN RUMAH TANGGA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2003– 2012
The Influence Of Ownership Structure And Dividend Policy On Firm Value In The Manufacturing Sector Of Cosmetic And Household Sub-Sectors Listed In Indonesia Stock
Exchange 2003-2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi
Jenjang Studi Strata I Program Studi Manajemen
Di susun Oleh : Ivan Kelana
21210131
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(2)
LEMBAR PENGESAHAN ... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
ABSTRAK... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 8
1.2.1. Identifikasi Masalah ... 8
1.2.2. Rumusan Masalah ... 9
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10
1.3.1. Maksud Penelitian ... 10
1.3.2. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Kegunaan Penelitian ... 11
1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 11
(3)
1.5.2. Waktu Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka ... 14
2.1.1. Struktur Kepemilikan ... 14
2.1.2. Kebijakan Dividen ... 19
2.1.2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen ... 26
2.1.2.2. Jenis-jenis Kebijakan Dividen ... 26
2.1.2.3. Mekanisme Pembagian Dividen ... 27
2.1.3. Nilai Perusahaan ... 29
2.1.4. Penelitian Terdahulu ... 31
2.2. Kerangka Pemikiran ... 35
2.2.1. Hubungan Struktur Kepemilikan dengan Nilai Perusahaan ... 36
2.2.2. Hubungan Kebijakan Dividen dengan Nilai Perusahaan ... 37
2.2.3. Hubungan Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Dividen dengan Nilai Perusahaan ... 38
2.3. Hipotesis ... ... ... 39
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian ... 40
3.2. Metode Penelitian ... 41
3.2.1. Metode Penelitian Yang Digunakan ... 41
3.2.2. Desain Penelitian ... 43
(4)
3.2.4.1. Sumber Data ... 49
3.2.4.2. Teknik Penentuan Data ... 50
3.2.5. Teknik Pengumpulan Data ... 53
3.2.6. Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 54
3.2.6.1. Rancangan Analisis ... 54
3.2.6.2. Pengujian Hipotesis ... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 72
4.1.1. Sejarah Perusahaan Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga ... 72
4.2. Analisis Deskriptif ... 76
4.2.1. Perkembangan Struktur Kepemilikan Institusional ... 76
4.2.2. Perkembangan Kebijakan Dividen (DPR) ... 81
4.2.3. Perkembangan Nilai Perusahaan (Price Book Value = PBV) ... 86
4.3. Analisis Verifikatif ... 92
4.3.1. Analisis Regresi Linear Berganda ... 92
4.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 94
4.3.3. Uji Koefisien Korelasi Pearson ... 100
4.3.4. Uji Determinasi ... 103
4.4. Uji Hipotesis ... 105
4.4.1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji – F) ... 105
(5)
4.4.2.1. Pengujian Hipotesis Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan ... 107 4.4.2.2. Pengujian Hipotesis Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan ... 110
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 112 5.2. Saran ... ... 114
DAFTAR PUSTAKA ... 116 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(6)
Arum Ardianingsih. (2010). Analisis pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan. Jurnal Pena, Vol. 19 No. 2.
Brigham, Eugene F, Dan Joel F. Houston. (2001). Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Buku Dua. Jakarta: Erlangga.
Brigham, F. E, dan Houston, F. J. (2006). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku 1. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Brigham, F. E dan Houston, F. J. (2011). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku 2. Edisi II. Jakarta: Salemba Empat.
Dede Ridwan. (2011). Pengaruh Kebijakan Hutang dan Struktur kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Deviden pada PT. Indosat, Tbk. Skripsi. Bandung. Hal 23-24.
Diyah Pujiati. (2009). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ekonomi Bisnis & Akuntansi Ventura, Vol 12, No. 1 April, hal 71 – 86.
Dwi Sukirni. (2012). Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen dan Kebijakan Hutang Analisis Terhadap Nilai Perusahaan. Accounting Analysis Journal. 1 (2).
Elva Nuraina. (2012). Pengaruh Kepemilkan Institusional Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijkan Hutang Dan Nilai Perusahan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI). Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), September Hal. 110 – 125, Vol. 19, No. 2.
Husein Umar. (2005). “Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Imam Ghozali, (2006). Aplikai Analisis Multivarite dengan SPSS, Cetakan Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Imam Ghozali, (2009). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS , Edisi Keempat, Penerbit Universitas Diponegoro.
Keown, J. Arthur and Scott, F. David. Abdul. (2004). Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Salemba Empat , Jakarta.
Lukas Setia Atmaja,Ph.d, (2008). Teori & Praktek Manajemen Keuangan. Edisi 1. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.
(7)
Luh Gede Sri Artini. (2011). Struktur Kepemilikan dan Struktur Modal terhadap Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan, Jurnal Keuangan dan Perbankan. vol.15,hlm 66-75.
Maria Terezinha F. De lima. (2012). Pengaruh Kepemilikan Manajerian dan Keputusan Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Sub Sektor Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2001 – 2010. Skripsi. Bandung. Hal 15-16.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, (2002). Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE UGM
Nurmala Dewi. (2010). Penentuan Kebijakan Dividen (Dividend Policy) Dalam Praktik Perusahaan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 7, No.1.
Murthada Sinuraya. (1999). Buku Seri Manajemen Keuangan Teori Manajemen Keuangan. Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Septy Kurnia Fidhayatin. (2012). Analisis Nilai Perusahaan, Kinerja Perusahaan
Dan Kesempatan Bertumbuh Perusahaan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di BEI. The Indonesian Accounting Review. Volume 2, No. 2, July 2012, pages 203 – 214
Slamet Haryono. (2005). “Struktur Kepemilikan dalam Bingkai Teori Keagenan”. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol. 5, No. 1, 63-71.
Suad Husnan. (2000). Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang). Edisi keempat, Buku 1, BPFE, Yogyakarta.
Sugiyono.(2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV.Alfabeta. Sugiyono.(2009). Metode penelitian administrasi dilengkapi metode R&D.
Bandung : CV Alfabeta
Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono.(2011). Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV. Alphabeta.
Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Sumadi Suryabrata, (2000). Metodologi Penelitian-Ed 1 Cet 13: PT RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Taswan. (2003). Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang, dan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis Ekonomi, Volume 10, No.2.
(8)
Umi Narimawati. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori, dan Aplikasi, Bandung : Agung Media.
Umi Narimawati. (2010). Metodologi Penelitian: Dasar Penyusunan Penelitian Ekonomi, Jakarta : Genesis.
Usunariyah. (2003). Pengantar Pasar Modal. Yogyakarta: UPP MPP YKPN. Wahyudi dan Perwestri, Hartini.P. (2006). Implikasi struktur Kepemilikan
Terhadap Nilai Perusahaan dengan keputusan keuangan sebagai variabel intervening. SNA IX : Ikantan Akuntan Indonesia.
(9)
Nama : Ivan Kelana
Jenis Kelamin : Laki – laki
Tempat,Tanggal Lahir : Cirebon, 10 November 1992
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Komp. Istana Kawaluyaan Jl. Kawaluyaan Indah XII No. 11 Bandung
Telepon : 0852 2064 2212
E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal
1996 – 1998 : TK ASSALAAM Bandung
1998 – 2004 : SD ASSALAAM 1 Bandung
2004 – 2007 : SMPN 43 Bandung
2007 – 2010 : SMA BPI 1 Bandung
2010 – sekarang : Universitas Komputer Indonesia
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen 2010
Demikianlah keterangan ini saya buat dengan sebenarnya.
Bandung, 10 Juli 2014
(10)
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi rabbil’alamin, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas izin, rahmat serta serta hidayahNya, atas selesainya penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Sektor Manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003 – 2012”.
Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan guna Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Program Sarjana Strata Satu.
Dalam penyajian skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan belum mendekati kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan koreksi dan saran yang sifatnya membangun sebagai bahan masukan yang bermanfaat dan berguna demi perbaikan dan peningkatan diri dalam bidang ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari berhasilnya studi dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan semangat dan do’a kepada penulis dalam menghadapi setiap tantangan sehingga sepatutnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
(11)
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, MS., AK, selaku Wakil Rektor II bidang Keuangan dan Administrasi dan selaku dosen pembimbing skripsi di Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Ibu Dr. Raeni Dwi Santy, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
5. Ibu Linna Ismawati, SE., M.Si, selaku Dosen Penguji.
6. Bapak Darmazakti Natajaya Tirtamahya, SE., MT, selaku Dosen Penguji. 7. Ibu Trustorini Handayani, SE., M.Si, selaku Koordinator Skripsi Program
Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. 8. Kedua Orang Tua tercinta yang telah mendidik, memberikan dukungan
dan do’a kepada penulis.
9. Teman-teman mahasiswa angkatan 2010 yang telah berjuang bersama. Akhir kata semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan dan memberikan sumbangsih pemikiran untuk perkembangan pengetahuan bagi penulis maupun bagi pihak yang berkepentingan.
(12)
Ivan Kelana 21210131
(13)
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
Pendirian sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Terdapat beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan tujuan perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, (Harjito dalam Dwi Sukirni, 2010).
Perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian ekuitas yang relatif tinggi akan memberikan harga saham yang lebih besar dari nilai buku apabila dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian yang rendah. Memaksimalkan perusahaan juga sangat dipengaruhi oleh keputusan keuangan yang diambil yaitu kebijakan dividen, keputusan pendanaan dan keputusan investasi. (Luh Gede Sri Artini, 2011).
Peningkatan nilai perusahaan dapat tercapai apabila ada kerja sama antara manajemen perusahaan dengan pihak lain yang meliputi shareholder maupun
(14)
stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan keuangan dengan tujuan memaksimumkan modal kerja yang dimiliki. Apabila tindakan antara manajer dengan pihak lain tersebut berjalan sesuai, maka masalah diantara kedua pihak tersebut tidak akan terjadi. Kenyataannya penyatuan kepentingan kedua pihak tersebut sering kali menimbulkan masalah. Adanya masalah diantara manajer dan pemegang saham disebut masalah agensi (agency problem). Adanya agency problem tersebut akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan keuangan perusahaan, yaitu meningkatkan nilai perusahaan dengan cara memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Hal ini membutuhkan sebuah kontrol dari pihak luar dimana peran monitoring dan pengawasan yang baik akan mengarahkan tujuan sebagaimana mestinya (Dwi Sukirni, 2012).
Wahyudi dan Parwestri (2006) menyatakan bahwa dalam jangka panjang tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya. Nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Salah satu hal yang menentukan nilai perusahaan adalah struktur kepemilikan perusahaan. Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki. Pasar modal diharapkan akan bereaksi positif ketika perusahaan dikelola oleh manajemen yang kompeten dan berkualitas atau perusahaan dimiliki oleh pemegang saham yang memiliki citra dan kredibilitas yang baik. Aspek kontrol yang dimiliki oleh pemilik perusahaan diharapkan akan
(15)
dapat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan sehingga dapat mengoptimalkan nilai perusahaan.
Pemilik perusahaan tidak dapat bekerja sendiri untuk memaksimalkan nilai perusahaan tetapi akan melibatkan pihak lain yaitu manajemen dan pemberi kredit. Pemilik perusahaan dan manajer seringkali mempunyai tujuan yang berbeda sehingga menimbulkan konflik yang disebut dengan konflik kepentingan. Agency theory menyebutkan bahwa konflik yang terjadi antara manajer dan pemilik akan sangat mempengaruhi kinerja perusahaan. Konflik kepentingan antara pemilik dan manajer dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional (Luh Gede Sri Artini, 2011).
Struktur kepemilikan perusahaan termasuk didalamnya adalah (1) kepemilikan manajerial dan (2) kepemilikan institutional. Menurut teory keagenan struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk menguransi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham (Faisal, 2005).
Dalam konteks teori agensi, para manajer merupakan agen yang mengelola kegiataan bisnis organisasi atas nama pemilik perusahaan. Dari perspektif ilmu ekonomi (economics) yang rasional, para pemilik menginginkan para agen (manajemen perusahaan) selalu mengikuti dan mencapai sasaran (goal) dengan strategi yang tepat yang semua ini akan konsisten dengan kepentingan para pemilik (Jensen dan Meckling, 1976, dalam Arum Ardianingsih dan Komala Ardiyani, 2010).
(16)
Adanya pemegang saham seperti institusional ownership memiliki arti penting dalam memonitor manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi-institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. Signifikasi institusional ownership sebagai agen pengawas ditekankan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Apabila institusional merasa tidak puas atas kinerja manajerial, maka mereka akan menjual sahamnya ke pasar. Perubahan perilaku institusional ownership dari pasif menjadi aktif dapat meningkatkan akuntabilitas manajerial sehingga manajer akan bertindak lebih hatihati dalam menjalankan aktifitas perusahaan. Meningkatnya aktivitas institusional ownership dalam melakukan monitoring disebabkan oleh kenyataan bahwa adanya kepemilikan saham yang signifikan oleh institusional ownership telah meningkatkan kemampuan mereka untuk bertindak secara kolektif. Semakin besar prosentase saham yang dimiliki oleh institusional ownership akan menyebabkan pengawasan yang dilakukan menjadi lebih efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik manajer. Dengan demikian kepemilikan instutional akan mendorong manajer untuk selalu menunjukkan kinerja yang baik dihadapan para pemegang saham, (Arum Ardianingsih dan Komala Ardiyani, 2010).
Kebijakan dividen (dividen policy) menentukan berapa banyak laba yang harus dibayarkan kepada pemegang saham dan berapa banyak yang harus ditanam kembali di dalam perusahaan (laba ditahan), (Murthada Sinuraya, 1999:69).
(17)
Kebijakan dividen merupakan bagian integral dari keputusan pembelanjaan perusahaan. Dividen payout ratio (DPR) menentukan jumlah laba yang ditahan perusahaan sebagai sumber pembelanjaan. DPR adalah dividen kas tahunan perlembar saham (Earning Per Share). Rasio ini menunjukan presentase perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Apabila laba saat ini perusahaan ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Laba ditahan merupakan aspek salah satu sumber dana yang terpenting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan.
Kebijakan dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas. Dengan perkataan lain, kebijakan dividen menyediakan informasi mengenai performa (performance) perusahaan. Oleh karena itu, masing-masing perusahaan menetapkan kebijakan dividend yang berbeda-beda, karena kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan dalam membayar dividen kepada para pemegang sahamnya, maka perusahaan mungkin tidak dapat mempertahankan dana yang cukup untuk membiayai pertumbuhannya di masa mendatang. Sebaliknya, maka saham perusahaan menjadi tidak menarik bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mempertimbangkan antara besarnya laba yang akan ditahan untuk mengembangkan perusahaan (Nurmila Dewi, 2010).
Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham
(18)
perusahaan mencerminkan penelaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki, (Diyah Pujiati, 2009). Nilai perusahaan dicerminkan pada kekuatan tawar menawar saham. Apabila perusahaan diperkirakan sebagai perusahaan yang mempunyai prospek yang baik pada masa yang akan datang, maka nilai sahamnya akan menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan di nilai kurang memiliki prospek maka harga sahamnya akan menjadi rendah, (Usunariyah 2003:54).
Memaksimalkan nilai perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan (Luh Gede Sri Artini, 2011).
Manajemen keuangan dituntut dapat mengelola bidang keuangan perusahaan dengan baik yang menyangkut tiga keputusan yaitu keputusan pendanaan, keputusan investasi, dan keputusan mengenai kebijakan deviden agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan, (Luh Gede Sri Artini, 2011). Sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan kekayaan pemegang saham atau memaksimumkan nilai perusahaan, perlu diambil beberapa keputusan relevan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang akhirnya memaksimumkan kemakmuran pemegang saham.
Berikut ini merupakan data laporan keuangan tahunan yang telah diolah kembali mengenai Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan pada PT. Mandom Indonesia Tbk, PT. Mustika Ratu Tbk dan PT. Unilever Tbk yang merupakan perusahaan sektor manufaktur Sub Sektor
(19)
Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2012.
Tabel 1.1
Data Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan
Sumber: Laporan keuangan tahun 2003 – 2012 (Diolah kembali) Nama
Perusahaan Tahun
Kepemilikan Institusional (INST) % Kebijakan Dividen (DPR) RP Nilai Perusahaan (PBV) RP PT Mandom Tbk
2003 38.068 1.25 0.23
2004 38.075 0.95 0.19
2005 38.071 0.95 0.17
2006 38.467 0.88 0.16
2007 38.467 0.81 0.14
2008 38.975 0.84 0.13
2009 38.981 0.81 0.12
2010 33.99 0.77 0.11
2011 33.981 0.71 0.10
2012 33.981 0.66 0.10
PT Mustika Ratu Tbk
2003 28.74 5 0.22
2004 28.74 4.04 0.21
2005 28.74 6.25 0.20
2006 28.74 5.95 0.20
2007 28.74 4.80 0.19
2008 28.74 2.40 0.18
2009 28.74 2.56 0.17
2010 28.74 2.19 0.15
2011 28.74 1.92 0.15
2012 28.74 1.67 0.14
PT Unilever Tbk
2003 15 5.88 36.40
2004 15 5.21 33.23
2005 15 5.29 35.11
2006 15 4.43 32.21
2007 15 3.90 28.35
2008 15 3.18 24.61
2009 15 2.51 20.61
2010 15 2.26 18.85
2011 15 1.83 20.72
(20)
Berdasarkan tabel 1.1 diatas bisa dilihat bahwa nilai struktur kepemilikan dari ketiga perusahaan cenderung stabil setiap tahunnya. Hanya saja pada tahun 2008 di PT Mandom Indonesia Tbk mengalami kenaikan diimbangi juga dengan kenaikan dividennya tetapi tidak diikuti oleh nilai perusahaan yang justru malah menurun. Pada PT Mustika Ratu di tahun 2009, presentase nilai dividennya mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya tapi kejadian tersebut tidak di ikuti oleh nilai perusahaan yang justru mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Beda halnya dengan PT Unilever Tbk pada tahun 2011. Perusahaan tersebut mengalami penurunan deviden tetapi nilai perusahaannya cenderung mengalami peningkatan.
Berdasarkan latar belakang yang dibahas diatas yang berkaitan dengan struktur kepemilikan, kebijakan dividen dan nilai perusahaan maka penulis melakukan penelitian yang bejudul “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Pada Sektor Manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003 – 2012.”
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belang masalah maka identifikasi dari struktur kepemilikan dan kebijakan dividen terhada nilai perusahaan sebagai berikut :
(21)
1. Adanya peningkatan struktur kepemilikan dan dividen yang dibagikan kepada para pemilik perusahaan tidak diimbangi oleh nilai perusahaan. Hal itu tidak sejalan dengan teori yang ada, yang menyatakan bahwa nilai perusahaan yang tinggi mencerminkan kesejahteraan pemilik perusahaan tersebut.
2. Penurunan dividen dan nilai perusahaan dikarenakan laba yang didapatkan oleh perusahaan berkurang atau diputar kembali oleh manajemen perusahaan sebagai modal tambahan.
1.2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi struktur kepemilikan pada perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 -2012.
2. Bagaimana kondisi kebijakan dividen pada perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 - 2012.
3. Bagaimana kondisi nilai perusahaan pada perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 - 2012.
4. Seberapa besar pengaruh struktur kepemilikan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 - 2012.
(22)
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa pengaruhnya variabel-variabel tersebut terhadap perusahaan yang diteliti serta ingin mendapatkan informasi tentang data yang relevan berkenaan dengan penelitian tersebut.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kondisi struktur kepemilikan pada perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 - 2012.
2. Untuk mengetahui kondisi kebijakan dividen pada perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 - 2012.
3. Untuk mengetahui kondisi nilai perusahaan pada perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 - 2012.
4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh struktur kepemilikan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 - 2012.
(23)
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini semoga dapat bermanfaat secara akademisi kepada pihak-pihak sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Hasil penelitian diharapakan dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan serta pemahaman tentang struktur kepemilikan, kebijakan dividen dan nilai perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian diharapkan bisa menjadi acuan atau informasi yang berguna bagi perusahaan dalam menetapkan struktur kepemilikan serta kebijakan dividen untuk meningkatkan nilai perusahaan.
3. Bagi Pengembangan Ilmu
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta informasi yang terbaru bagi perkembangan ilmu manajemen khususnya mengenai pengaruh struktur kepemilikan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga. Untuk memperoleh data sekunder dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan penelitian ini, penulis melakukan penelitian yang terkait
(24)
dengan data laporan keuangan perusahaan yang didapatkan dari kantor Bursa Efek Indonesia Cabang Bandung Jl. Veteran no. 10.
1.5.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini di mulai dari tahap awal pada bulan Maret 2014 hingga dijadwalkan sampai penelitian ini selesai.
Tabel 1.2 Jadwal Kegiatan
No Kegiatan
Mar 2014 Apr 2014 Mei 2014 Jun 2014 Jul 2014 Ags 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Pra Survei : a. Persiapan Judul
b. Persiapan teori
c. Pengajuan Judul
d. Mencari Perusahaan 2 Usulan Penelitian: a. Penulisan UP
b. Bimbingan UP
c. Seminar UP
d. Revisi UP
3 Pengumpulan Data
4 Pengolahan Data
(25)
Skripsi: a. Bimbingan
Skripsi
b. Sidang Skripsi
c. Revisi Skripsi
d. Pengumpulan draf skripsi
(26)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Struktur Kepemilikan
Kepemilikan adalah kekuasaan yang didukung secara sosial untuk memegang kontrol terhadap sesuatu yang dimiliki secara eksklusif dan menggunakan tujuan pribadi. Definisi ini mirip dengan definisi kekayaan, baik pribadi atau publik. Sebagai contoh, perusahaan perseroan adalah perusahaan yang memiliki struktur kepemilikannya ditentukan oleh jumlah saham yang dimiliki dalam perusahaan tersebut. Saham-saham tersebut diperjualbelikan di pasar modal sehingga apabila perusahaan memerlukan peningkatan pendanaan, perusahaan dapat menjual sahamnya kepada publik baik perseorangan atau pada institusi lain.
Menurut Slamet Haryono (2005), Struktur Kepemilikan adalah :
“Komposisi modal antara hutang dan ekuitas termasuk juga proporsi antara kepemilikan saham insider shareholders dan outsite shareholders.”
Insiders’ Ownership merupakan porsi atau persentase dari saham perusahaan yang dimiliki oleh orang dalam perusahaan atau manajemen terhadap total saham yang dikeluarkan oleh perusahaan (Rozeff, 1992 dan Mollah, et al., 2000).
Struktur kepemilikan perusahaan termasuk didalamnya adalah (1) kepemilikan manajerial dan (2) kepemilikan institutional. Menurut teory
(27)
keagenan struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk menguransi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham (Faisal,2005).
Menurut Diyah Pujiati (2009), Kepemilikan Manajerial adalah :
“Proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direksi dan komisaris).”
Sedangkan Kepemilikan Institusional adalah :
“Presentase saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, dana pensiun, atau perusahaan lain). Variabel kepemilikan institusional diukur dengan prosentase jumlah saham yang dimiliki institusi lain di luar perusahaan minimal 10% terhadap total saham perusahaan.”
Kepemilikan institusional dirumuskan sebagai berikut :
Menurut Maria Terezinha F. De lima dalam skripsinya (2012:15-16), Kepemilikan Manajerial (managerial ownership) adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan, misalnya direktur dan komisaris (Wahidahwati, 2002 dalam Diyah Pujiati 2009). Kepemilikan manajerial ini dirumuskan sebagai berikut :
Manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya yang juga merupakan keinginan dari para pemegang saham, maka meningkatnya kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi masalah keagenan. Menurut Ross et. al (2004) dalam Putri (2006) menyatakan bahwa
(28)
semakin besar proporsi kepemilikan saham pada perusahaan maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Kepemilikan saham manajerial akan membantu penyatuan kepentingan antara manajer dan pemegang saham, sehingga manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.
Menurut Dede Ridwan dalam skripsinya (2011:23-24), Kepemilikan suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan institusional maupun kepemilikan individual. Atau campuran keduanya dengan proporsi tertentu. Investor institusional memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan investor individual, diantaranya yaitu:
1. Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada investor individual untuk mendapatkan informasi.
2. Investor institusional memiliki profesionalisme dalam menganalisa informasi, sehingga dapat menguji tingkat keandalan informasi.
3. Investor institusional secara umum memiliki relasi bisnis yang lebih kuat dengan manajemen.
4. Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan. 5. Investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli saham sehingga
dapat meningkatkan jumlah informasi secara cepat yang tercermin di tingkat harga.
(29)
Adanya pemegang saham seperti institusional ownership memiliki arti penting dalam memonitor manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan-perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi-institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. Signifikasi institusional ownership sebagai agen pengawas ditekankan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Apabila institusional merasa tidak puas atas kinerja manajerial, maka mereka akan menjual sahamnya ke pasar. Perubahan perilaku institusional ownership dari pasif menjadi aktif dapat meningkatkan akuntabilitas manajerial sehingga manajer akan bertindak lebih hati-hati dalam pengambilan keputusan. Meningkatnya aktivitas institusional ownership dalam melakukan monitoring disebabkan oleh kenyataan bahwa adanya kepemilikan saham yang signifikan oleh institusional ownership telah meningkatkan kemampuan mereka untuk bertindak secara kolektif. Kondisi ini akan memotivasi institusional ownership untuk lebih serius dalam mengawasi maupun mengoreksi semua perilaku manajer dan memperpanjang jangka waktu investasi. Mekanisme pengawasan dapat dilakukan dengan menempatkan dewan ahli yang tidak dibiayai perusahaan sehingga posisinya tidak berada dibawah pengawasan manajer. Dengan demikian, dewan ahli dapat menjalankan fungsinya secara efektif untuk mengontrol semua tindakan manajer. Pengawasan lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan masukanmasukan sebagai bahan pertimbangan bagi manajer dalam menjalankan usaha dan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Semakin
(30)
besar presentase saham yang dimiliki oleh institusional ownership akan menyebabkan pengawasan yang dilakukan menjadi lebih efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik manajer dan mengurangi agency cost.
Perusahaan perseroan seperti yang diungkapkan oleh Tandelilin dan Wilberforce (2002) adalah perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan yang sangat tersebar secara efektif memisahkan fungsi kepemilikan dan fungsi pengambilan keputusan. Organisasi perusahaan perseroan yang paling sederhana terdiri dari satu pemilik (sebagai prinsipal) dan satu manajer (sebagai agen). Pemilik adalah orang atau organisasi lain yang memiliki saham dalam perusahaan (pemegang saham).
Pemilik perusahaan publik mengalami kesulitan dalam mengendalikan perusahaan secara langsung dikarenakan,
1. Ukuran perusahaan yang semakin besar sehingga sulit untuk mengelolanya sendiri.
2. Memerlukan keahlian khusus yang semakin kompleks dalam mengelola organisasi yang besar dimana umumnya pemilik memiliki keterbatasan dalam hal ini.
3. Karena kepemilikan ditentukan oleh jumlah saham yang dimiliki, yang berarti pemilik bisa lebih dari satu orang atau organisasi sehingga tidak memungkinkan apabila seluruh pemilik perusahaan menjalankan operasi perusahaan.
(31)
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, maka pemilik (pemegang saham) sebagai prinsipal menyewa agen (manajer) untuk menjalankan perusahaan.
Agen (manajer) melakukan pengelolaan perusahaan dimana manajer bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan strategis dalam operasional sehari-hari perusahaan. kinerja ini nantinya akan di pertanggungjawabkan pada pemegang saham (pemilik). Pemisahan fungsi kepemilikan dan pengambilan keputusan diimana prinsipal menyewa agen untuk bekerja demi kepentingan prinsipal ini menimbulkan hubungan agensi (Jensen and Meckling, 1976).
2.1.2 Kebijakan Dividen
Dividen merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen , semua pemegang saham biasa mendapatkan haknya yang sama. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayar dividen untuk saham preferen (Jogiyanto, 1998: p.58). Hanafi (2004 :p.361) menyatakan bahwa deviden merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, di samping capital gain. Deviden ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pemimpin, (Nurmila Dewi, 2010).
(32)
Kebijakan Dividen perusahaan meliputi 2 komponen dasar yang pertama rasio pembayaran dan stabilitas dividen. Rasio pembayaran dividen menunjukan jumlah dividen yang dibayarkan relatif terhadap pendapatan perusahaan. Dalam merumuskan kebijakan dividen, manajer keuangan menghadapi trade off. Dengan mengasumsikan manajemen sudah memutuskan berapa banyak di investasi dan memilih paduan utang-modalnya untuk mendanai investasi. Keputusan membayar dividen yang besar berarti secara simultan memutuskan untuk menahan sedikit lama, jikalau ada ini nantinya menghasilkan ketergantungan yang lebih besar pada pendanaan modal eksternal. Sebaliknya dengan investasi dan keputusan pendanaan perusahaan, pembayaran dividen yang kecil akan berarti penahanan laba yang tinggi dengan lebih sedikit kebutuhan dana modal yang dihasilkan dari luar, (Arthur J.Keown, David F.Scott, Jhon D.Martin, Jay W.Petty, 2000:606).
Menurut Brigham dan Houston (2001:66) :
Kebijakan Dividen yang optimal (optimal dividend policy) adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang yang memaksimumkan harga saham perusahaan.
Menurut Lukas Setia Atmaja (2008:285) :
Kebijakan dividen berkaitan dengan keputusan manajemen dalam memilih alternatif perlakuan terhadap pengahasilan bersih sesudah pajak : 1) dibagikan kepada pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen, dan 2) diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan.
(33)
Menurut Husnan (2000:381) :
Kebijakan dividen menyangkut kuputusan untuk membagikan laba yang menjadi hak para pemegang saham atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan. Dengan demikian pertanyaan seharusnya adalah kapan (artinya, dalam keadaaan seperti apa) laba akan dibagikan dan kapan akan ditahan, dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut pendapat para ahli diatas maka penulis menyimpulkan bahwa kebijakan dividen adalah keputusan untuk membagikan laba kepada para pemegam saham perusahaan atau menahannya untuk diinvestasikan kembali kepada perusahaan.
Manajemen mempunyai 2 alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih sesudah pajak perusahaan (earning after taxt). Yang pertama dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen dan yang kedua diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning). Pada umumnya sebagai EAT (Earning After Taxt) di bagi dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali. Artinya manajemen harus membuat keputusan tentang EAT yang dibagikan sebagai dividen.
Persentase dividen yang dibagi dari EAT disebut “Dividend Payout Ratio”
DPR=
(34)
Berbagai pendapat atau teori tentang Kebijakan Dividen : a) Teori “Dividen Tidak Relevan” Dari MM
Modigliani dan Miller (MM) berpendapat, nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM, dividen adalah tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Menurut MM kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning power dari asset perusahaan.
Pernyataan MM ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang “lemah” seperti :
a. Pasar modal sempurna dimana para investor rasional.
b. Tida ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru.
c. Tidak ada pajak baik perorangan maupun pajak penghasilan perusahaan.
d. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah.
Pada praktiknya, pasar modal yang sempurna sulit ditemui, biaya emisi baru pasti ada, pajak pasti ada, kebijakan investasi perusahaan tidak mesti tidak berubah. Beberapa ahli menentang pendapatan MM tentang dividen tidak relevan dengan menunjukkan adanya biaya emisi saham baru yang akan mempengaruhi nilai perusahaan. Modal sendiri dapat berasal dari laba ditahan dan menerbitkan
(35)
saham biasa baru. Jika modal sendiri berasal dari laba ditahan, biaya modal sendiri sebesar Ks (Biaya modal sendiri dari laba ditahan). Tapi bila berasal dari saham biasa baru, biaya modal sendiri adalah Ke (biaya modal sendiri dari saham biasa baru).
K
S=
K
e=
Dimana :
Ks = Biaya modal sendiri dari laba ditahan Ke = Biaya modal sendiri dari saham biasa baru D1 = Dividen setahun mendatang
Po = Harga saham saat ini
g = pertumbuhan dividen / keuntungan F = Floatation Cost atau biaya emisi saham
b)Teori “The Bird in the Hand”
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika Dividend Payout rendah karena investor lebih suka menerima dividen dari pada capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend yield lebih pasti dari pada capital gains yield. Perlu diingat bahwa dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan (Ks) adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham. Ks adalah keuntungan dari dividen (dividend yield) ditambah keuntungan dari capital gains (capital gains yield).
(36)
K
S=
= dividen yield + Capital gains yield
Modliliani dan Miller menganggap bahwa argument Gordon Lintner ini merupakan suatu kesalahan (MM menggunakan istilah “The Bird in the hand
Fallacy”. Menurut MM, pada akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama.
c) Teori Perbedaan Pajak
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa.
d)Teori “Signaling Hypothesis”
Terdapat bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya pernurunan deviden pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari pada capital gains. Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya merupakan suatu
(37)
“sinyal” kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik diveden masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau keanikan dividen yang dibawah keanaikan normal (biasanya) diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diveden waktu mendatang.
Seperti teori dividen yang lain, teori Signaling Hypotesis ini juga sulit dibuktikan secara empiris adalah nyata bahwa perubahan dividen mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan efek sinyal dan preferensi terhadap dividen.
e) Teori “Clientele Effect”
Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu Dividend payout Ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.
Jika ada perbedaan pajak bagi individu (misalnya orang lanjut usia dikenai pajak lebih ringan) maka pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebalinya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang besar.
(38)
Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari Clientele ini ada. Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen kecil, demikian sebaliknya. Efek Clientele ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan mereka. (Lukas Setia Atmaja,Ph.d:2008)
2.1.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen : 1. Kendala atas pembagian Dividen.
Kendala-kendalanya yaitu kontrak hutang, perubahan pembatasan saham preferen, ketidakcukupan laba, ketersediaan kas, denda pajak atas penahanan laba yang tidak wajar.
2. Peluang Investasi.
3. Ketersediaan dan biaya dari sumber modal alternatif.
Biaya penjualan saham baru, kemampuan untuk mensubtitusi ekuitas dengan hutang pengendalian.
4. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Ks.
2.1.2.2 Jenis-jenis Dividen
Menurut Zaki Baridwan (1993) dalam Nurmala Dewi (2010), dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan dapat terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Dividen tunai (cash dividen), yaitu dividen yang dibagikan kepada pemegang saham
(39)
dalam bentuk uang tunai dan dikenai pajak pada tahun pengeluarannya. Dividen ini yang paling umum dan banyak digunakan dalam pembagian saham.
2. Dividen saham (stock dividen), yaitu dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan menjadi bertambah. Jadi, pemberian stock dividen ini dilakukan dengan cara mengubah sebagian laba ditahan (retained earnings) menjadi modal saham yang pada dasarnya tidak mengubah jumlah modal sendiri.
Namun demikian cash flow perusahaan tidak terganggu karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan uang tunai. Peristiwa ini dilakukan jika posisi kas perusahaan atau likuiditas diperlukan oleh perusahaan. Investor dalam hal ini akan memiliki lebih banyak saham tetapi laba per lembar saham lebih rendah. Proporsi pemilikan investor tidak mengalami perubahan. Stock dividen tidak mempengaruhi total ekuitas, hanya mempengaruhi struktur modal.
2.1.2.3Mekanisme Pembagian Dividen
Menurut Nurmala Dewi (2010), Secara umum mekanisme pembagian dividen terbagi dua yaitu jadwal dan tata cara pembagian dividen. Mekanisme ini tergantung pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang umumnya diadakan per tahun. Berikut mekanisme pembagian dividen:
Jadwal Pembagian Dividen 1. Dividen Interim
(40)
a. Dividen yang dibayarkan antara satu tahun buku dengan tahun buku berikutnya.
b. Dapat dibayarkan beberapa kali dalam setahun. c. Tujuan: memacu kinerja saham di bursa. 2. Dividen Final
Dividen hasil pertimbangan setelah penutupan buku perseroan pada tahun sebelumnya yang dibayarkan pada tahun buku berikutnya.
Harga saham akan bergerak seiring dengan pengumuman pembagian dividen yang akan dilakukan oleh perusahaan. Secara umum harga saham akan bergerak naik sesuai dengan besarnya dividen yang akan dibagikan perusahan sampai dengan cum dividend date. Kemudian harga saham akan turun kembali pada tingkat wajarnya pada ex-dividend date. Berikut jadwal pembayaran dividen yang harus diperhatikan pemegang saham, yaitu:
1. Declaration Date, yaitu tanggal pengumuman resmi dari emiten/perusahaan untuk melakukan pembagian dividen.
2. Cum-Dividend Date, yaitu tanggal terakhir transaksi/perdagangan saham dimana pembeli saham memperoleh hak atas dividen yang dibagikan perusahaan.
3. Ex-Dividend Date, yaitu tanggal dimana investor sudah memiliki hak untuk memperoleh dividen dan sudah boleh untuk menjual saham yang dimilikinya.
4. Date of Record/ Recording Date, yaitu tanggal dimana investor harus terdaftar atau menentukan daftar nama dalam Daftar Pemegang Saham
(41)
Perseroan sehingga ia mempunyai hak yang diperuntukan bagi pemegang saham.
5. Payment Date / Distribution Date, yaitu tanggal dimana perusahaan membagikan dividen kepada pemegang saham.
2.1.3 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm) (Salvatore, 2005). Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan.
Menurut Husnan (2000), nilai perusahaan adalah
“Harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.”
Menurut Keown (2004), nilai perusahaan adalah
“Nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar.”
Menurut Septy Kurnia Fidhayatin (2012), nilai perusahaan adalah “Nilai jual suatu perusahaan dalam pasar modal.”
(42)
Menurut pendapat para ahli diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa nilai perusahaan adalah nilai pasar yang bersedia dibayar oleh para calon pembeli perusahaan dan nilai jual atas suatu perusahaan.
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.
Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan, di antaranya adalah : a) pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning ratio, metode kapitalisasi proyeksi laba; b) pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas; c) pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen; d) pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva; e) pendekatan harga saham; f) pendekatan economic value added (Suharli, 2002). Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Akan tetapi di balik tujuan tersebut masih terdapat konflik antara pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat, sedangkan nilai hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa merupakan index yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan.
(43)
Menurut Maria Terezinha F. De lima dalam skripsinya (2012:21-22), Faktor – faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan yaitu :
1. PER (Price Earning Ratio)
PER merupakan rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pemegang saham, (Mohammad Usman, 2001 dalam Malla Bahagia 2008). PER adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
2. PBV (Price Book Value)
Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham, 1999: 92).
2.1.4 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti dan
Tahun
Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1 Dwi Sukirni
(2012) Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Deviden Dan Kebijakan Hutang Analisis Terhadap Nilai Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif secara signifikan terhadap nilai perusahaan, kepemilikan institusional berpengaruh positif secara signifikan Sama-sama meneliti struktur kepemilikan, kebijakan dividen dan nilai perusahaan. Penulis tidak melakuakan penelitian tentang variabel Kebijakan hutang.
(44)
perusahaan, kebijakan deviden berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan hutang berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan deviden dan kebijakan hutang berpengaruh secara bersama- sama terhadap nilai
perusahaan. 2 Elva Nuraina
(2012) Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Dan
Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
juga menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi Sama-sama meneliti kepemilikan institusional dan nilai perusahaan. Penulis tidak melakukan penelitian tentang variabel ukuran perusahaan dan kebijakan hutang.
(45)
literatur dalam mengembangkan
penelitian selanjutnya.
3 Arum
Ardianingsi h dan Komala Ardiyani (2010) Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Secara parsial Variabel yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan hanya variabel struktur kepemilikan manajerial dan variabel Return
on asset (ROA) yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Secara simultan menunjukkan bahwa semua variabel tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan. Sama-sama meneliti struktur kepemilikan. Penulis tidak melakukan peneliti tentang variabel kinerja perusahaan.
4 Diyah Pujiati (2009) Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, keputusan keuangan baik investasi, pendanaan maupun kebijakan dividen Sama-sama meneliti struktur kepemilikan dan nilai perusahaan. Penulis tidak melakukan penelitian tentang keputusan keuangan sebagai variabel intervening. Lanjutan dari halaman 32
(46)
berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan. 5 Yulius Ardy
Wiranata dan Yeterina Widi Nugrahanti (2013) Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur di Indonesia Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sama-sama meneliti struktur kepemilikan. Penulis tidak melakukan penelitian tentang variabel profitabilitas
6 Taswan (2003) Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang Dan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaru hinya Kebijakan dividen yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Faktor Insider Ownership yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, yang berarti hipotesis yang
menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan oleh insider akan menaikan nilai perusahaan adalah terbukti. Sama-sama meneliti struktur kepemilikan, kebijakan dividen dan nilai perusahaan. Penulis tidak melakukan penelitian tentang kebijakan hutang.
7 Dwita Ayu Rizqia (2013) Effect of Managerial Ownership, Financial Leverage, Profitability, Firm Size, and Investment Opportunity on Dividend Policy and Kepemilikan manajerial, leverage keuangan, profitabilitas, ukuran perusahaan, kesempatan investasi, dan kebijakan dividen memiliki efek positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini Sama-sama meneliti struktur kepemilikan, kebijakan dividen dan nilai perusahaan. Peneliti tidak melakukan penelitian tentang laverage keuangan, profitabilitas , ukuran perusahaan dan kesempatan
(47)
Firm Value menunjukkan bahwa kenaikan
atau penurunan nilai kepemilikan
manajerial, financial leverage,
profitabilitas, ukuran perusahaan,
kesempatan investasi, dan kebijakan dividen
dapat mengubah nilai perusahaan
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
investasi.
2.2 Kerangka Pemikiran
Tujuan manajemen keuangan dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau memaksimalisasikan harga saham. Tujuan memaksimumkan harga saham tidak berarti bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan mengorbankan para pemegang obligasi. Nilai perusahaan dapat juga dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya.
Struktur Kepemilikan adalah Komposisi modal antara hutang dan ekuitas termasuk juga proporsi antara kepemilikan saham insider shareholders dan outsite shareholders (Slamet Haryono, 2005). Kepemilikan adalah kekuasaan yang didukung secara sosial untuk memegang kontrol terhadap sesuatu yang dimiliki secara eksklusif dan menggunakan tujuan pribadi. Definisi ini mirip dengan definisi kekayaan, baik pribadi atau publik.
(48)
Struktur kepemilikan perusahaan termasuk didalamnya adalah (1) kepemilikan manajerial dan (2) kepemilikan institutional. Menurut teory keagenan struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk menguransi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham (Faisal,2005).
Kebijakan dividen berkaitan dengan keputusan manajemen dalam memilih alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih sesudah pajak : 1) dibagikan kepada pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen dan 2) diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan, Lukas Setia Atmaja (2008:285).
Harga saham merupakan indikator dari nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual (Husnan, 2000). Nilai perusahaan merupakan persepsi para investor kepada perusahaan yang dilihat dari harga saham perusahaan tersebut. Harga saham yang tinggi akan membuat nilai perusahaan tersebut juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan.
2.2.1 Hubungan Struktur Kepemilikan dengan Nilai Perusahaan
Struktur kepemilikan ini merupakan proporsi kepemilikan saham baik oleh manajerial perusahaan maupun institusional di luar perusahaan. Taswan (2003)
(49)
menyatakan bahwa faktor insider ownership berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sehingga semakin besar insider ownership maka nilai perusahaan akan meningkat. Kepemilikan manajerial akan mendorong manajemen untuk meningkatkan nilai perusahaan. Kepentingan manajerial akan menyejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta menanggung kerugian dari pengambilan keputusan yang salah. Sedangkan dari segi kepemilikan institusional akan menambah proporsi pengawasan dan pengendalian oleh pihak luar terhadap perusahaan. Diharapkan dengan adanya kepemilikan institusional ini akan mendorong dan mengawasi kinerja manajer agar menjalankan perusahaan dengan lebih baik.
2.2.2 Hubungan Kebijakan Dividen dengan Nilai Perusahaan
Laba bersih perusahaan dapat dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk membiayai investasi perusahaan. Kebijakan dividen menyangkut keputusan mengenai penggunaan laba yang merupakan hak para pemegang saham. Dividend Payout Ratio pada hakikatnya menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagai laba ditahan.
Brigham dan Houston (2006) menyatakan bahwa manajer percaya bahwa para investor lebih menyukai perusahaan yang memiliki dividend payout ratio yang stabil. Pembagian dividen akan mengindikasikan perusahaan memperoleh laba yang cukup besar sehingga mampu mendistribusikannya kepada pemegang
(50)
2.2.3 Hubungan Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Dividen dengan Nilai Perusahaan
Kepemilikan manajerial yang tinggi menyebabkan dividen yang dibayarkan pada pemegang saham rendah. Penetapan dividen rendah disebabkan manajer memiliki harapan investasi di masa yang akan datang yang dibiayai dari sumber internal. Perubahan dividen memberikan isyarat tentang keyakinan manajer dan juga prospek perusahaan di masa depan. Pengurangan dividen atau penghilangan dividen umumnya mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap harga saham perusahaan yang akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, (Luh Gede Sri Artini, 2010).
(Taswan, 2003)
(Luh Gede Sri Artini, 2010)
(Brigham dan Houston, 2006)
Struktur Kepemilikan (X1)
Jumlah saham yang dimiliki institusional
Total Keseluruhan saham
(Slamet Haryono, 2005)
Kebijakan Dividen (X2)
Harga perlembar saham Laba perlembar saham
(Lukas Setia Atmaja, 2008:285)
Nilai Perusahaan (Y)
Harga pasar perlembar saham
Nilai buku perlembar saham
(Husnan, 2000)
Gambar 2.1
(51)
2.3 Hipotesis
Menurut Sugioyono, 2010:96, Pengertian Hipotesis adalah :
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.”
Berdasarkan kerangka penelitian dan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka terdapat hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan yaitu Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan berpengaruh secara parsial maupun simultan pada perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 – 2012.
(52)
3.1 Objek Penelitian
Pengertian Objek Penelitian menurut Sugiyono (2011:32) adalah sebagai berikut:
“Objek Penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.”
Adapun pengertian Objek Penelitian menurut Husein Umar (2005:303) adalah sebagai berikut :
“Objek Penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”
Sesuai dengan pengertian diatas bahwa objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi sasaran dalam melakukan penelitian maka dalam objek penelitian ini adalah struktur kepemilikan, kebijakan dividen dan nilai perusahaan pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga Tahun 2003 – 2012.
(53)
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Metode Penelitian Yang Digunakan
Metode Penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian yang akan diteliti.
Pengertian Metode Penelitian menurut Sugiyono (2012:2) adalah sebagai berikut:
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tersebut.”
Pengertian Metode Penelitian menurut Sugiyono (2009:4) adalah sebagai berikut:
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan data tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.”
Dari pengertian diatas menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa, Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data-data yang akan diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode verifikatif dengan sumber data diperoleh dengan cara metode kuantitatif.
Definisi Metode Analisis Deskriptif menurut Sugiyono (2009:35) adalah sebagai berikut:
(54)
“Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri) tanpa membuat perbandingan dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain”.
Metode penelitian deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu : 1. Mengenai kondisi Struktur Kepemilikan
2. Mengenai kondisi Kebijakan Dividen 3. Mengenai kondisi Nilai Perusahaan
Sedangkan Metode Verifikatif menurut Sugiyono (2009:13) adalah sebagai berikut:
“Metode verifikatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.
Menurut Sugiyono (2012:8), pengertian Metode Kuantitatif adalah sebagai berikut:
“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”
Dalam penelitian ini, metode penelitian verifikatif digunakan untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.
(55)
3.2.2 Desain Penelitian
Desain penelitian menurut Umi Narimawati (2008) adalah sebagai berikut: “Desain Penelitian adalah Suatu Rencana Struktur, dan Strategi untuk menjawab permasalahan, yang mengoptimasi validitas”.
Desain Penelitian menurut Nur Indriantoro dan Supomo Bambang (2002:249) adalah sebagai berikut :
“Desain Penelitian adalah rancangan utama penelitian yang menyatakan metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam pemilihan, pengumpulan, dan analisis data.”
Dari Pengertian menurut para ahli diatas maka bisa disimpulkan bahwa desain peneliatian merupakan rancangan utama penelitian yang menyatakan metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh penulis dalam pemilihan, pengumpulan, dan analisis data.
Menurut Sugiyono (2009:13) penjelaskan proses penelitian disampaikan seperti teori sebagai berikut :
Proses penelitian meliputi : 1. Sumber masalah
2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis
(56)
6. Menyusun instrument penelitian 7. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan proses penelitian diatas maka proses penelitiannya adalah sebagai berikut :
1. Sumber Masalah
Peneliti melakukan survey awal untuk menentukan fenomena yang terjadi untuk dijadikan sebagai dasar penelitian.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi struktur kepemilikan pada perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 -2012.
2. Bagaimana kondisi kebijakan dividen pada perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 - 2012.
3. Bagaimana kondisi nilai perusahaan pada perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 - 2012.
4. Seberapa besar pengaruh struktur kepemilikan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 - 2012.
(57)
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab hipotesis penelitian ini yang terdapat dalam rumusan masalah maka diperlukan sumber data teoritis yang relevan atau dalam penelitian sebelumnya dengan tema yang sama untuk digunakan dalam menjawab pertanyaan sementara.
4. Pengajuan Hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (factual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini adalah Terdapat pengaruh serta hubungan antara Struktur kepemilikan dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan secara parsial maupun simultan pada perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 - 2012.
5. Metode Penelitian
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian yang sesuai pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik analisis data menggunakan metode verifikatif dengan sumber data diperoleh dengan metode kuantitatif.
6. Menyusun Instrumen Penelitian
Instrument ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrument pada penelitian ini berbentuk data yang didapatkan dari Bursa Efek Indonesia Cabang Bandung yang termasuk ke dalam penelitian.
(58)
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.
Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan :
X1 = Struktur Kepemilikan
X2 = Kebijakan Dividen
Y = Nilai Perusahaan
Struktur Kepemilikan
(X1)
Kebijakan Dividen
(X2)
Nilai Perusahaan (Y)
(59)
3.2.3 Operasionalisasi Variabel
Menurut Umi Narimawati (2008:30) pengertian operasional variabel adalah sebagai berikut :
“Proses penguraian variabel penelitian ke dalam sub variabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor”.
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis indikator, skala, ukuran serta sumber dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan pada Sektor Manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003 – 2012, maka operasionalisasi variabel penelitian dapat disajikan sebagai berikut :
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Variabel Konsep Variabel Indikator
Uku ran Skal a Sumber Struktur Kepemilikan
(X1)
Komposisi modal antara hutang dan ekuitas termasuk juga
proporsi antara
- Jumlah saham institusional - Total keseluruhan saham
Perse n (%) Rasi o Lap. Keuangan
(60)
kepemilikan saham insider shareholders dan outsite shareholders (Slamet Haryono, 2005) Kebijakan Dividen
(X2)
Kebijakan dividen berkaitan dengan keputusan manajemen dalam memilih alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih sesudah pajak :
1) dibagikan kepada pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen dan
2) diinvestasikan kembali ke perusahaan
sebagai laba ditahan. (Lukas Setia Atmaja,
2008:285)
- Harga perlembar saham
- Laba perlembar saham
DPR = .
Rupi ah (Rp) Rasi o Lap. Keuangan neraca dan L/R.
(61)
Nilai Perusahaan
(Y)
Nilai perusahaan merupakan harga yang
bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut
dijual. (Husnan, 2000)
-Harga pasar perlembar saham
-Nilai buku perlembar saham
PBV =
Rupi ah (Rp)
Rasi o
Lap. Keuangan
neraca dan L/R.
3.2.4 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.4.1 Sumber Data
Sumber data ada dua yaitu data primer dan sekunder. Husein Umar (2005:41) menyatakan bahwa:
“Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.”
Sedangkan data sekunder yaitu :
“Merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk table-tabel atau diagram-diagram.”
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang tersedia dari laporan keuangan periode 2003 hingga 2012 pada Lanjutan dari halaman 48
(62)
perusahaan manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta data ini pun merupakan data yang sejenis (cross section) dan deret waktu (time series) tahun 2003 – 2012.
3.2.4.2 Teknik Penentuan Data 1. Populasi
Populasi pada umumnya sering diartikan sekumpulan data/objek yang ditentukan melalui kriteria tertentu. Pengertian populasi menurut Sugiyono (2008:49) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah 4 perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 3.2
Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Populasi
NO Nama Perusahaan
1 PT Mandom Tbk
2 PT Mustika Ratu Tbk
3 PT Unilever Tbk
4 PT Martina Berto Tbk
(63)
2. Sampel
Sampel menurut Sugiyono (2008:49) adalah adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian ini sebanyak 3 Perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga (cross section) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama 10 tahun (time series) yaitu dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2012. Total sampel data 30 buah (pooled data) dan mempunyai kriteria terhadap sampel yang akan diteliti yaitu :
1. Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dalam kelompok perusahaan sektor manufaktur.
2. Perusahaan yang digunakan yaitu perusahaan Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Perusahaan mengeluarkan laporan keuangan secara lengkap dari tahun
2003-2012.
Tabel 3.3
Kriteria Penentuan Pengambilan Sampel
No Nama Perusahaan Kriteria Penentuan
Sampel
1 2 3
1 PT Mandom Tbk √ √ √
2 PT Mustika Ratu Tbk √ √ √
3 PT Unilever Tbk √ √ √
(64)
Tabel 3.4
Perusahaan Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang menjadi sampel
No Nama Perusahaan
1 PT Mandom Tbk
2 PT Mustika Ratu Tbk
3 PT Unilever Tbk
3. Teknik Sampling
Penentuan jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi yang banyak, maka harus dilakukan teknik pengambilan sampling yang tepat.
Pengertian teknik sampling menurut Sugiyono (2009:81) adalah : “ Teknik Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.”
Untuk menentukan sampel yang akan diteliti terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik yang akan digunakan oleh penulis sesuai dengan judul adalah purposive sampling.
Menurut Sugiyono (2009:85) purposive sampling adalah : “ Teknik penentuan sampeldengan pertimbangan tertentu.”
Untuk itu penulis mempunyai kriteria terhadap sampel yang akan diteliti yaitu berdasarkan :
A. Data yang diambil merupakan laporan keuangan Perusahaan Manufaktur pada Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga tahun 2003 – 2012.
(65)
B. Perusahaan manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 – 2012. Berdasarkan uraian diatas yang menjadi sampel yang diambil penulis dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari tahun 2003 – 2012 atau selama sepuluh tahun di Perusahaan Manufaktur pada Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga.
3.2.5 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2008:62), Teknik pengumpulan data adalah:
“Merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.”
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah : 1. Dokumentasi
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang tersedia dari laporan keuangan periode 2003 hingga 2012 pada perusahaan manufaktur sub sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Studi Kepustakaan
Untuk memperoleh data dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan penelitian.
(1)
ϭϭϮ BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada sektor manufaktur sub sektor kosmetik dan perlengkapan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 sampai dengan 2012, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Perkembangan struktur kepemilikan institusional pada perusahaan sub sektor kosmetik dan perlengkapan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 mengalami fluktuasi. Hal tersebut disebabkan oleh struktur kepemilikan institusional yang mengalami perubahan jumlah kepemilikan saham setiap tahunnya. Kepemilikan institusional yang tertinggi dimiliki oleh PT Asia Jaya Paramita dan yang terendah dimiliki oleh PT Asia Paramita Indah.
2. Perkembangan kebijakan dividen pada perusahaan sub sektor kosmetik dan perlengkapan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 mengalami penurunan dividen setiap tahunnya. Hal tersebut disebabkan oleh persaingan di antara perusahaan sejenis yang semakin ketat sehingga laba yang diperoleh perusahaan rendah.
(2)
ϭϭϯ
3. Perkembangan nilai perusahaan pada perusahaan sub sektor kosmetik dan perlengkapan rumah tangga pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 mengalami fluktuasi. Hal tersebut disebabkan oleh harga saham perusahaan yang kecil sehingga para investor enggan menanamkan modalnya kedalam perusahaan tersebut karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor secara keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki. Harga pasar saham merupakan fokus utama para pelaku pasar karena harga pasar saham bertindak sebagai barometer kinerja manajemen perusahaan.
4. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh struktur kepemilikan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan sebagai berikut :
a. Struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Untuk pengaruh struktur kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan diperoleh dengan nilai 78,8%, artinya jika struktur kepemilikan institusional yang dihasilkan meningkat maka nilai perusahaan pun akan meningkat.
b. Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Untuk pengaruh kebijakan dividen dengan nilai perusahaan adalah sangat rendah dengan nilai (1,3%), artinya jika kebijakan dividen yang dihasilkan naik maka nilai perusahaan pun akan turun.
(3)
ϭϭϰ
c. Struktur kepemilikan institusional dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada sektor manufaktur sub sektor kosmetik dan perlengkapan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2012 terjadi hubungan yang kuat. Hasil uji koefisien determinasi menunjukan bahwa variabel struktur kepemilikan institusional dan kebijakan dividen mempengaruhi nilai perusahaan sebesar 77,5% , sedangkan sisanya 22,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Hasil uji menunjukan struktur kepemilikan institusional dan kebijakan dividen berpengaruh secara bersama-sama terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sub sektor kosmetik dan perlengkapan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2012.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian dan kesimpulan diatas, maka penulis ingin memberikan saran bagi perusahaan sub sektor kosmetik dan perlengkapan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2012 sebagai bahan pertimbangan perusahaan maupun untuk pihak lainnya mengenai Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan, yaitu sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan sub sektor kosmetik dan perlengkapan rumah tangga diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan dengan
(4)
ϭϭϱ
cara meningkatkan jumlah pendapatan perusahaan agar laba yang didapatkan perusahaan tersebut tinggi dan berimbas pula terhadap pembayaran dividen karena pasar menganggap bahwa pembayaran dividen yang tinggi mencerminkan kinerja perusahaan yang baik dan memberikan prospek yang bagus dimasa mendatang.
2. Selain itu perusahaan diharapkan dapat meningkatkan atau memaksimalkan nilai perusahaan sehingga dapat menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melaksanakan fungsi manajemen keuangan yang tepat, dimana satu keputusan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak terhadap nilai perusahaan tersebut.
3. Bagi investor dan calon investor yang ingin menanamkan modalnya pada suatu perusahaan diharapkan lebih cermat dan teliti dengan melihat terlebih dahulu kondisi perusahaan yang akan di pilih baik dari faktor internal maupun eksternal perusahaan. Disamping itu investor pun harus memperhatikan struktur kepemilikan institusional suatu perusahaan karena berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
(5)
(6)