Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Sektor industri merupakan sektor andalan utama bagi ekonomi Indonesia. Sektor industri merupakan sektor yang memberikan sumbangan produk domestic bruto dan peluang kerja yang besar bagi penduduk Indonesia. Keterkaitan antarsektor ini menjadi hal yang baik karena berarti kemajuan sektor industri akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya dan pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dapat dikatakan pertumbuhan sektor industri dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal. Manajemen keuangan memiliki tujuan utama untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham nilai perusahaan. Harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan bagi perusahaan terbuka yang menerbitkan saham di pasar modal Fama, 1978. Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat. Maksimalisasi kekayaan pemegang saham dapat tercapai apabila berbagai keputusan keuangan financial decision yang relevan mempunyai pengaruh bagi peningkatan nilai perusahaan Mulyadi, 2006. Nilai perusahaan menurut Suad Husnan 2000 adalah harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan kemudian diindikasikan dengan menggunakan Price Book Value PBV. Price book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan. Price book value PBV digunakan untuk menilai harga suatu saham dengan membandingkan harga pasar saham dengan nilai buku perusahaan book value. Rasio ini menunjukkan bagaimana suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Hubungan antara harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham dapat juga dipakai sebagai pendekatan alternatif untuk menentukan nilai suatu saham. Secara teoretis, nilai pasar suatu perusahaan haruslah mencerminkan nilai bukunya Tandelilin, 2001:194 Syarifah, 2007 Bagi pemegang saham, arus kas yang diterima adalah dalam bentuk dividen. Oleh sebab itu, nilai intrinsik saham menunjukkan nilai sekarang dari seluruh dividen yang akan dibayar perusahaan di masa yang akan datang Ginting, 2005: 3. R. Agus Sartono 2001:281 menyatakan bahwa nilai dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham. Kemudian meningkatnya harga saham berarti meningkatnya nilai perusahaan. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang dibuat oleh perusahaan apakah perusahaan tersebut akan membayar atau tidak, berapa besarnya dividen yang akan dibayarkan. Kebijakan yang telah dibuat oleh suatu perusahaan tidak dapat diaplikasikan pada perusahaan yang lainnya. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan memiliki pendapatn dan kapasitas investasi yang berbeda-beda. Namun, tingkat pendapatan yang diperoleh suatu perusahaan akan mencerminkan seberapa besar suatu perusahaan mampu membayar dividen tersebuat kepada para investor. Tentu saja para investor atau pemegang saham menyukai jumlah dividen yang tinggi. Oleh karena itu perlu adanya perhitungan besarnya dividen yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Perhitungan ini menggunakan Dividen Yield DY untuk mengetahui dividen total yang harus dibayarkan perusahaan pada pemegang saham. Namun demikian, keuntungan yang diharapkan seringkali terhambat oleh berbagai kondisi yang terjadi pada lingkungan baik di dalam maupun di luar perusahaan. Kondisi ekonomi global yang seringkali menjadi penghambat perusahaan memperoleh keuntungan yang tinggi. Salah satunya adalah krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008. Hal ini mengakibatkan naiknya harga bahan baku maupun bahan jadi khususnya untuk perusahaan manufaktur sub sector kimia. Karena naiknya harga tersebut maka akan meningkatkan harga jual pada masyarakat. Tentu saja hal ini akan menurunkan tingkat pembelian oleh masyarakat. Apabila hal ini terus berlangsung, maka akan menurunkan keuntungan bagi perusahaan. Semakin menurunnya tingkat keuntungan perusahaan, maka aktifitas perusahaan akan terhambat. Sebagian besar perusahaan memilih untuk meminjam dana pada pihak luar untuk dapat tetap melakukan aktifitas perusahaannya. Sehingga perusahaan dapat tetap beroperasi dan memperoleh keuntungan. Dana dari hutang yang digunakan untuk mendanai aktiva perusahaan disebut leverage. R. Agus Sartono 2001 menyatakan bahwa Financial Leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Dengan demikian alasan yang kuat untuk menggunakan dana dengan beban tetap adalah untuk meningkatkan pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham. Meningkatnya keuntungan suatu perusahaan yang didasarkan oleh leverage dibutuhkan penempatan dana yang tepat. Hingga akhirnya dana yang berasal dari hutang tersebut dapat kembali digunakan untuk mendanai operasional perusahaan dan akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Wahyudi dan Pawestri 2006 menemukan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sujoko dan Soebiantoro 2007 menemukan bahwa Debt to Equity Ratio DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap Price Book Value PBV. Dari sekian banyak perusahaan sector manufaktur dalam sub sector kimia yang tersebar di Indonesia terdapat 12 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Beberapa perusahaan tersebut adalah PT. Budi Acid Jaya Tbk. BUDI, PT. Barito Pacific Tbk. BRPT, PT. Eterindo Wahanatama Tbk. ETWA, PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. SOBI, dan PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk. TPIA dan PT. Unggul Indah Cahaya Tbk. UNIC. Tabel 1.1 Tingkat Debt Equity Ratio, Deviden Yield Ratio dan Present Book Value Pada Perusahaan Sektor Manufaktur sub setor Kimia yang Terdaftar di BEI periode 2008 sampai dengan 2012 Sumber : Laporan Keuangan periode 2008-2012 Berdasarkan tabel diatas dari 6 perusahaan manufaktur sector kimia yang terdaftar di BEI, pada perusahaan PT. Budi Acid Jaya Tbk. BUDI pada tahun 2011 diketahui bahwa Debt Equity Ratio DER meningkat 1,62 dan Dividen Yield DY meningkat 6,67. Hal ini seharusnya meningkatkan Present Book Periode DER X DY PBV X BPRT 2008 1,22 1,44 2009 1,17 1,39 2010 1,39 0,56 2011 0,96 0,32 2012 1,2 0,32 BUDI 2008 1,7 10,00 1,11 2009 1,1 4,40 1,09 2010 1,53 1,12 2011 1,62 6,67 0,55 2012 1,86 0,56 ETWA 2008 0,68 0,75 2009 1,03 1,74 2010 0,76 1,11 2011 0,65 0,76 2012 1,37 0,76 SOBI 2008 0,72 2,21 2009 0,83 4,40 2010 0,95 5,56 2,70 2011 0,78 3,35 1,07 2012 1,29 2,16 TPIA 2008 0,68 0,90 2009 0,54 9,09 1,22 2010 0,46 1,90 1,10 2011 1,01 1,89 2012 1,31 0,49 UNIC 2008 1,29 1,41 0,75 2009 0,81 2,00 0,58 2010 0,85 0,59 2011 0,96 4,50 0,56 2012 0,81 0,49 Value PBV perusahaan, namun Present Book Value PBV perusahaan menurun 0,55. Kemudian hal yang sama dialami oleh Perusahaan PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. SOBI pada tahun 2010 mengalami kenaikan Debt Equity Ratio DER sebesar 95 dan Dividen Yield DY meningkat 5,56, maka seharusnya nilai buku perusahaan meningkat, namun yang terjadi adalah Present Book Value PBV menurun dari tahun sebelumnya menjadi 2,70. Dan pada perusahaan PT. Unggul Indah Cahaya Tbk. UNIC terjadi hal yang sama, yaitu perusahaan mengalami peningkatan Debt Equity Ratio DER sebesar 96 pada tahun 2011 dan Dividen Yield DY meningkat 4,50. Namun meningkatnya DER dan DY tidak mempengaruh tingkat PBV PT. Unggul Indah Cahaya Tbk. UNIC. Pada tahun 2011 terdapat Present Book Value PBV menurun sebesar 0,56. Sedangkan menurut R. Agus Sartono 2001:281 menyatakan bahwa nilai dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham. Kemudian meningkatnya harga saham berarti meningkatnya nilai perusahaan. Dan leverage keuangan yang menguntungkan akan mempengaruhi laba, mempengaruhi harga saham dan pada akhirnya akan berdampak pula terhadap nilai perusahaan, sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston 2006:24 yang menyatakan bahwa selama tingkat hutang yang lebih tinggi menaikkan laba per lembar saham yang diharapkan, leverage keuangan bekerja meningkatkan harga saham dan menurut Sutrisno 2008:5, harga pasar saham mencerminkan nilai riil perusahaan. Berdasarkan fenomena dan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai permasalahan tersebut kedalam judul yaitu “Pengaruh Rasio Hutang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”

1.2 Identifikasi Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013

1 41 6

Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial Dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2014

0 9 1

Pengaruh Rasio Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Otomotif dan Komponen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2014)

6 57 46

Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Sektor Manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan Perlengkapan Rumah Tangga Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-2012

6 31 129

Pengaruh rasio hutang dan kepemilikan managerial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 11 125

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

2 6 18

Pengaruh Likuiditas Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Sub Sektor Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 64

Pengaruh Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 26

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, HUTANG DAN LIKUIDITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN SEKTOR TAMBANG YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2007-2010.

0 1 106

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 25