PENDAHULUAN Critical Review Jurnal Dampak Relokasi P

BAB I PENDAHULUAN

Indonesia telah menganut sistem otonomi daerah yang bertujuan agar urusan rumah tangga setiap daerah asministratif tidak dibebankan kepada pemerintah pusat. Karena akan menimbulkan keterlambatan penanganan dan juga ketidak tepatan solusi yang diberikan, karena pengetahuan pemerintah pusat masih terlalu general. Dari tujuan tersebut didapatkan tujuan tersirat yaitu pemerintah di tingkat daerah yang lebih mengenal karakteristik dan permasalahan yang terjadi di daerahnya bisa memberikan pelayanan hingga di kelompok masyarakat terkecil. Pelayanan publik menjadi tugas penting dan utama bagi pemerintah di daerah. Pemerintah melalui Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan suatu kebijaksanaan Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum menyebutkan 4 prinsip pelayanan dasar yang harus diberikan pemerintah : 1. Kewarganeraan, yaitu memberikan pelayanan tidak terkecuali kepada daerah yang terjangkau 2. Kesehatan yaitu memberikan pelayanan yang bukan profit tetapi benefit 3. Pelayanan pendidikan yang baik 4. Pelayanan kesejahteraan Dari prinsip pelayanan publik diberikan harus merata tidak terkecuali pada daerah manapun, membuat beberapa wilayah di Indonesia memindahkan pusat pemerintahannya dari kota menuju kecamatan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau daerah-daerah terluar mengenai pelayanan. Karena ketika pusat pemerintahan jauh dari masyarakatnya maka setiap kebijakan dan pelayanan akan kesulitan untuk dirasakan dampaknya. Ibukota kabupaten sendiri yaitu tempat kedudukan pusat pemerintahan kabupaten, dalam perkembangannya dapat menjelma menjadi kota yang semakin mempunyai ciri dan tingkat kemajuan memenuhi syarat untuk diklasifikasikan sebagai kota. Bila tahap perkembangan yang demikian itu terjadi, dijumpai suatu dilema karena kota dan kabupaten mempunyai tingkat yang sama tatarannya dari segi hierarki administrasi pemerintahan Soenkarno, 1999 Perpindahan ibukota kabupaten tidak hanya terbatas pada pemindahan fisik, seperti gedung pemerintaha, gedung legislatif. Tapi juga menyiapkan pengetahuan masyarakat yang cukup sebagai calon warga ibukota kabupaten. Pemindahan ibukota kabupatenpemindahan pusat pelayanan bukanlah pemindahan pusat kegiatan, karena pemindahan ini bertujuan untuk pemerataan pembangunan, pemerataan pusat-pusat kegiatan, pemerataan ekonomi, dll. Sementara pemindahan pusat kegiatan berarti semakin membuka peluang adanya kesenjangan kesejahteraan dalam satu kabupatenkota. Kawasan pemerintahan merupakan tempat untuk melaksanakan segala sesuatu hal yang berkenaan dengan pemerintahan, baik itu kegiatan politik dan pemerintahan. Salah satu tujuan dari direncanakannya kawasan tersebut yaitu untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat dimana hal itu tidak dapat dilepaskan dari peran pemerintah sendiri dalam melaksanakannya Purba, 2005 Dikarenakan pusat pemerintahan merupakan lokasi yang vital dan menjadi pusat pusat administrasi, maka pemilihan lokasi pusat pemerintahan harus dipertimbangkan dan diperhitungkan. Sejalan dengan perkembangan pemerintahan dan kehidupan masyarakat, pemilihan tempat untuk pusat pemerintahan, selain memperhatikan aspek fisik, termasuk letak strategis tempat, kondisi sosial ekonomi dan budaya. Lokasi yang menjadi tempat pemindahan pusat pemerintaha, pusat pelayanan, dan ibukota kabupaten harus cukup mandiri dan siap menjadi pusat yang baru. Maka kondisi fisik daerah tersebut, kondisi perekonomian dan budaya masyarakat harus mendukung adanya perubahan ini. Bahwa sesuai dengan Pasal 5 ayat 1 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya Otonomi Daerah. Dengan adanya pemindahan ibukota kabupaten berarti akan terbentuknya sebuah pusat yang akan melayani daerah sekitarnya. Dan hal ini dapat dihubungkan dengan teori Central Place oleh Christaller. Teori ini menjelaskan mengenai sebuah kota yang menjadi pusat bagi penduduknya. Pusat dalam sebuah kota pada teori ini harus mampu memberikan pelayanan barang dan jasa. Sebuah pusat yang besar akan memberikan pelayanan relatif lebih luas jika dibandingkan dengan pusat yang lebih kecil. Sehingga dengan pemindahan ibukota kabupaten ini akan memberikan dampak yang relatif cukup luas terkait kegiatan sosial dan ekonomi selaku inti dari pusat pelayanan. Teori Christaller juga menjelaskan bagaimana sebuah kota akan memiliki pust-pusat lain yang tersebar dan dekat dengan penduduk melalui model wilayah heksagonal. Permodelan wilayah heksagonal ini akan terbagi ke dalam hierarki atau tingkatan. Tetapi sebelumnya wilayah harus dimodelkan terlebih dahulu menggunakan bangun segienam yang memiliki pusat. Melalui bangun segienam ini semua wilayah dari kabupaten akan terakomodir dan tidak terjadi tumpang tindih yang menyebabkan tidak efisien. Pusat-pusat yang berada pada heksagon akan menjadi pusat-pust kecil yang tersebar mendekati masyarakat. Dengan adanya pusat-pusat yang merata diharapkan dapat mengurangi ketimpangan pembangunan dan ekonomi. Dengan dijadikannya kota Pematang Siantar sebagai kota madya, maka pemerintah Kabupaten Simalungun mencari pengganti ibukota Kabupaten Simalungun yang baru. Kecamatan Siantar hampir menjadi pengganti kota Pematang Siantar menjadi ibukota Kabupaten Simalungun , namun dikarenakan salah satu syarat utama menjadi ibukota pengganti harus 15 kilometer dari ibukota yang lama maka ibukota kabupaten diputuskan diletakkan di Kecamatan Raya. Kecamatan Raya dipilih sebagai lokasi ibukota kabupaten yang baru karena memenuhi indikator-indikator kelayakan. Seperti kesiapan masyarakat, sudah mandiri secara infrastruktur, jauh dari kawasan rawan bencana, dan lahan. Pemerintah melalui PP No. 701999 tanggal 28 Juli 1999, menyetujui pemindahan ibukota daerah Kabupaten dari wilayah daerah Kota Pematangsiantar ke Kecamatan Raya di Wilayah Daerah Kabupaten Simalungun.

BAB II I.