Keterjangkauan pelayanan affordability Kecukupan pelayanan recoverability Kesesuaian pelayanan replicability Faktor Lingkungan Makro adalah dorongan lingkungan baik dari dalam

2007 9.036,06 11,06 2008 9.869,30 9,22 Sumber : PDRB Kabupaten Simalungun, 2009

III. FAKTOR-FAKTOR LOKASI

Dalam penentuan lokasi ibukota kabupaten yang baru tidak begitu saja dipilih. Tetapi melalui serangkaian perhitungan dan pertimbangan. Terdapat indikator-indikator yang haru dipenuhi yang menjadi standar kelayakan suatu wilayah untuk meggantikan lokasi ibukota kabupaten. Kajian pada aspek pelayanan pemerintahan mengacu kepada teori pusat pelayanan central place theory menggunakan indikator:

1. Keterjangkauan pelayanan affordability

Artinya indikator atau faktor yang mempengaruhi sebuah wilayah bisa menjadi pusat pemerintahan adalah kemampuan wilayah itu untuk menjangkau titik terluar wilayah administrasinya dengan pelayanan. Setiap bagian dari wilayah tersebut harus merasakan dampak dari kebijakan yang diberikan dalam hal apapun. Keterjangkauan tidak hanya terkait dengan jarak yang mampu terlayani tetapi juga pelayanananbarangjasa tersebut terjangkau untuk kemampuan ekonomi masyarakat.

2. Kecukupan pelayanan recoverability

Pusat yang tersebar melalui permodelan wilayah heksagonal akan membuat masyarakat semakin dekat dengan pusat pelayanan. Akan tetapi pusat-pusat yang tersebar tersebut dapat menutup kebutuhan masyarakat. Menutup dalam arti secara wilayah dan menutup permintaan barang atau jasa dari masyarakat.

3. Kesesuaian pelayanan replicability

Pusat-pusat yang tersebar tidak akan sama karakteristiknya. Pusat terbesar akan mengakomodasi masyarakat dalam jangkauan yang lebih luas, sehingga jenis pelayanan juga harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat secara umum. Sementara pusat-pusat yang lebih kecil akan mengakomodasi sesuai kebutuhan masyarakat lebih spesifik. Menurut Hamid 2008, ada beberapa faktor dan indikator untuk menentukan lokasi atau wilayah calon ibukota kabupaten, yaitu meliput :

1. Faktor Lingkungan Makro adalah dorongan lingkungan baik dari dalam

maupun dari luar seperti dorongan ketersediaan ruang atau lahan untuk menjadikan ibu kota kabupaten sebagai pusat pemerintahan, pusat pengendalian dan pertumbuhan pembangunan. Pemindahan ibukota kabupaten tidak hanya memindahkan bangunan pemerintahan maupun legislatif, tetapi dalam rangka memenuhi tujuan pemindahan ibukota kabupaten yaitu pemerataan pelayanan, maka dibutuhkan juga pengalokasian lahan untuk kepentingan tersebut. Pengalokasian lahan yang luas untuk kepentingan ekonomi dan sosial, seperti penyediaan gedung- gedung perkantoran, pusat-pusat perdagangan, dan pusat-pusat rekreasi.

2. Faktor Endowment daerah adalah ketersediaan SDM yang memadai dan