THE GUIDING COMPASS Discovering Lost Treasure

47 Universitas Sumatera Utara

BAB V THE GUIDING COMPASS

Arsitektur vernakular menurut Paul Oliver dalam Encyclopedia of Vernacular Architecture of the World Suharjanto, 2011 merupakan arsitektur yang teridir dari rumah-rumah rakyat dan bangunan lain, yang berhubungan erat dengan konteks lingkungan dan sumber daya tersedia yang dimiliki, serta menggunakan teknologi tradisional. Arsitektur vernakular dibangun untuk memenuhi kebutuhan spesifik dalam upaya mengakomodasi nilai-nilai, ekonomi dan cara hidup budaya yang berkembang. Area hotel dan cottage berkonsepkan suatu perkampungan Melayu dengan menggunakan pendekatan arsitektur Neo-Vernakular. Dengan adanya aliran sungai buatan di sepanjang hotel-cottage menciptakan kesan perumahan penduduk yang berada di pesisir sungai. Jadi Neo-Vernakular memiliki arti yaitu neo yang merupakan bahasa yunani memiliki makna yang berarti baru dan vernakular yang merupakan bahasa latin yaitu vernaculus yang berarti asli. Maka dapat disimpulkan bahwa, arsitektur Neo-Vernakular merupakan suatu lingkungan binaan yang prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normatif, kosmologiskepercayaan, peran serta budaya lokal dan keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan yang diterapkan ke dalam bentuk modern. Universitas Sumatera Utara Produk pada bangunan nantinya tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular, melainkan menampilkan karya baru. Kebudayaan-kebudayaan Melayu meliputi tradisi yang berupa pola hidup keseharian, tarian dan seni budaya, makanan dan pakaian khas Melayu ditampilkan dalam bentuk arsitektur dan juga pola hidup di kawasan sekitar. Dengan adanya penyedian open space, diharapkan mampu menampung aspirasi dan kreativitas yang diwujudkan dalam bentuk kebudayaan dan tradisi Melayu Deli khususnya dan juga Tionghoa. Gambar 5.1: Open Space di Kawasan Kajian warna merah Sumber: Urban Design Guideline Kawasan Kajian Dengan melahirkan kembali tradisi-tradisi Melayu Deli dan juga arsitektur cina, diharapkan mampu meningkatkan kreativitas masyarakat sekitar dengan berpegang teguh pada tradisi dan kebudayaan. Se hingga “challenge” dan Universitas Sumatera Utara “response” akan berkembang secara seimbang dalam menghadapi derasnya arus modernitas Wiranto, 1999 . Dalam hal ini, tradisi merupakan “guiding idea”, yaitu penghubung antara budaya dan peradaban. Dimana arsitektur merupakan suatu hasil dari suatu kebudayaan masyarakat. Tradisi dan modernitas merupakan dua sisi mata uang, dimana keduanya menentukan nilai perubahan dalam suatu masyarakat Wiranto, 1999 . Tradisi berperan sebagai benteng dalam menghadapi arus modernitas yang terus berkembang seiring dengan berkembangnya kemajuan teknologi. Dengan memegang teguh kebudayaan dan tradisi, masayarakat mampu menghadapi modernitas tanpa harus kehilangan jati dirinya. Dengan pengembangan konsep ini, diharapkan wisatawan yang akan berkunjung dapat merasakan atmosfir yang berbeda. Penyuguhan budaya dan tradisi dalam seni bina bangunan dan juga pola kehidupan tentunya menjadi magnet dalam menarik wisatawan untuk datang. Seiring dengan perkembangan jati diri Labuhan Deli, diharapkan dapat melahirkan kembali harta yang dulunya perna hilang. Tahap pertama yang harus dilakukan dalam merancang ialah dengan melakukan penzoningan pada tapak sebelum sampai pada akhirnya merancang bangunan. Dari hasil preview 2 dua, pada Urban Design Guide Line UDGL, rancangan blockplan yang direncanakan dapat dilihat pada gambar 5.2. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.2: Blockplan pada Urban Design Guideline Pada perancangan tapak, cottage dan hotel berorientasi ke Sungai Deli lampiran 4a. Kamar-kamar ditawarkan dengan beberapa view, menghadap ke sungai, kolam teratai, Masjid Al-Oesmani, Vihara ataupun plaza yang terletak di depan halaman Replika Istana Melayu Deli. Pada bagian cottage yang tidak mendapatkan view ke sungai, dibuat kolam teratai di sepanjang cottage gambar 5.3. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.3: Groundplan Sementara itu, di sepanjang area pinggir Sungai Deli dirancang sebagai river walk. Di sepanjang river walk, pejalan kaki dapat duduk santai menikmati view Sungai Deli. Untuk menjaga privasi, maka dibuat perbedaan level berupa tangga maupun ram dan penanaman vegetasipohon. Potongan river walk dapat dilihat pada gambar 5.4. Gambar 5.4: Potongan River Walk Universitas Sumatera Utara Sungai Deli menjadi view utama dalam merancang maka dari itu suasana riverside harus mampu membangkitkan kembali area pinggir sungai yang menjadi tempat sampah masyarakat. Adapun suasana riverside dapat dilihat pada gambar 5.5. Gambar 5.5: Suasana Riverside Setelah penzoningan pada tapak, tahap selanjutnya ialah merancang bangunan. Dalam merancang bangunan, ada beberapa pilihan yang mungkin dapat diterapkan dalam pengembangan konsep arsitektur Melayu. Pilihan pertama yaitu dengan mengikuti susunan ruang dan tampak yang biasa terdapat pada rumah tradisional Melayu dengan tujuan agar penghuni hotel dan cottage nantinya akan merasakan dan mengetahui arsitektur Melayu hanya dengan memasuki suatu ruang. Ruangan yang terdapat di rumah Melayu umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu: Anjung Selasar, Rumah IndukIbu, Dapur Penanggah. Susunan ruang pada rumah tradisional Melayu dapat dilihat pada gambar 5.6. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.6: Denah Tipikal Rumah Melayu Sumber: studiomelayu.wordpress.com Pilihan kedua, yaitu tampakbentuk yang menggunakan arsitetur Melayu namun dengan denah yang disesuaikan dengan kebutuhanfungsional. Falsafah dan konsep dalam senibina Melayu tradisional dikaitkan berdasarkan anggota tubuh manusia itu sendiri gambar 5.7. Gambar 5.7: Ilustrasi Falsafah Binaan Rumah Melayu Sumber: studiomelayu.wordpress.com Universitas Sumatera Utara Rumah tradisional Melayu yang tepat berada di belakang Masjid Al- Oesmani dijadikan sebagai contoh untuk merancang tampak pada hotel dan juga cottage gambar 5.8. Gambar 5.8: Rumah Tradisional Melayu Deli di Labuhan Sumber: Luckman Sinar, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan Perwira, 2001 Pilihan terakhir ialah, mungkin satu kesatuan perancangan tapak penzoningan tapak mengikuti susunan ruang pada rumah tradisional Melayu. Pada pilihan kedua ini, penggunaan zoning dianalogikan sebagai ruangan pada rumah tradisional Melayu. Sebagai contoh, entrance pada tapak dianalogikan serambi pada rumah tradisional Melayu karena fungsinya sebagai ruang penerima pertama untuk masuk. Terlihat jelas pengaruh ajaran agama islam dalam susunan ruang rumah tradisional Melayu. Ruangan yang semakin ke dalam sifatnya semakin private. Pada tahap awal asistensi, perancang menggunakan pilihan pertama dalam mengembangkan konsep perkampungan Melayu, yaitu dengan mengikuti susunan Universitas Sumatera Utara ruang pada rumah tradisional Melayu. Struktur susunan ruang pada cottage dan tampakbentuk masa bangunan mengikuti struktur susunan ruang pada rumah tradisional Melayu gambar 5.9. Hal ini menyebabkan denah menjadi tidak fungsional karena tidak sesuai dengan kebutuhan. Tampak dan masa cottage terinsipirasi dari rumah tradisional Melayu yang ada di Malaysia karena perancang merasa refrensi bangunan tradisional Melayu yang ada di Malaysia sangat beragam. Namun, hal ini tentu saja menjadi “masalah” sebab pengembangan konsep seharusnya tampak diambil dari bangunan Melayu yang ada di Deli. Gambar 5.9: Salah Satu Cottage dalam Pengembangan Konsep Universitas Sumatera Utara Pengembangan konsep Melayu pada cottage dengan mengikuti denah dan tampaknya membuat ruangan tidak fungsional. Maka dari itu, pada asistensi selanjutnya perancang memutuskan untuk mengembangkan konsep dengan menerapkan tampakmasa bangunan dengan denah yang disesuaikan dengan kebutuhan. Perancang memutuskan untuk menerapkan pilihan kedua dalam mengembangkan konsep. Setelah melakukan beberapa kali asistensi dengan dosen pembimbing guna mencapai rancangan yang sesuai dengan pengembangan konsep. Sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Medan Labuhan, ketinggian bangunan yang diperbolehkan hanya 4 lantai. Maka dari itu Konsep struktur pada bangunan mengguakan rigid frame atau rangka kaku mengingat jumlah lantai yang ditopang tidak banyak. Hotel terdiri dari empat lantai dan semi basement lampiran 2. Sirkulasi vertikal berupa tangga diletakkan di ujung kanan dan kiri sementara lift pengunjung diletakkan di tengah bangunan. Lift barang diletakkan berdekatan dengan housekeeping dan janitor. Pada semi basement hotel, difungsikan sebagai area servis hotel gambar 5.10. Terdapat area parkir roda empat pengunjung hotel, ruang ganti ruang loker karyawan pria dan wanita, ruang istirahat dan ruang makan karyawan, musala, ruang genset, STP Sewage Treatment Plan, GWT Ground Water Tank dan ruang pompa, gudang yang berdekatan dengan loading dock dan lift barang lampiran 4b. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.10: Denah Basement Hotel Pada lantai dasar ground floor hotel difungsikan sebagai ruang publik. Peletakkan lounge berdekatan dengan entrance dan resepsionis. Restoran dengan kapasitas 68 orang diletakkan di bagian kiri hotel agar pengunjung yang menginap di cottage tidak terlalu jauh mencapainya. Pada lantai dasar ini juga terdapat art shop, butik dan ruang spa dan sauna, ruang manager dan general manager, dan toilet. Art shop menjual pernak-pernik dan seni kebudayaan Melayu. Pada lantai dasar, berdekatan dengan lounge terdapat tangga khusus untuk ke lantai dua. Denah lantai dasar dapat dilihat pada gambar 5.11. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.11: Denah Lantai Dasar Hotel Lantai 2 dua hotel gambar 5.12 merupakan fasilitas hotel seperti halnya lantai dasar. publik. Terdapat function hall dengan kapasitas 50 orang dan dilengkapi dengan banquet. Selain itu, terdapat butik, bakery, gym dan ruang rapat, ruang direktur, dan ruang staff. Gambar 5.12: Denah Lantai 2 Dua Hotel Universitas Sumatera Utara Pada lantai 3 hotel gambar 5.13 dan lantai 4 empat hotel gambar 5.14 merupakan kamar hotel yang dilengkapi dengan balkon. View kamar menghadap ke sungai dan Masjid Al-Oesmani. Gambar 5.13: Denah Lantai 3 tiga Hotel Gambar 5.14: l Denah Lantai 4 empat hotel Kamar hotel berukuran 4x7 m dilengkapi dengan balkon. Pada kamar terdapat KMWC yang dilengkapi dengan bathup, wastafel, dan closet; wardrobe; tempat tidur; dan sitting area yang berada di balkon gambar 5.15. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.15: Detail Kamar Hotel Sementara itu terdapat 4 tipe tipe cottage, yaitu standar plus, deluxe, suite, dan president suite lampiran 1 yang masing-masing menawarkan fasilitas dan juga view yang berbeda. Pada cottage tipe standar plus, view mengahadap ke kolam teratai. Cottage ini terdiri atas ruang tidur; kmwc yang dilengkapi dengan bathup, wastafel, dan closet; dan teras sebagi sitting area. Karena lebar yang terlalu minim dengan panjang 9 m, membuat bangunan ini terlalu ramping oleh sebab itu, 2 dua cottage ini digandeng jadi satu couple. Karena lahan yang relatif kecil, maka cottage terdiri atas dua lantai dengan kepemilikan yang berbeda gambar 5.16. Gambar 5.16: Denah Cottage Tipe Standar Plus Universitas Sumatera Utara Sama seperti halnya cottage standar plus, cottage deluxe juga digandeng menjadi satu dengan lantai dua yang kepemilikkannya berbeda gambar 5.17. cottge deluxe teridir dari tempat tidur; ruang makan dan pantry; dan sitting area. Cottage deluxe, view menghadap ke kolam teratai Gambar 5.17: Denah Cottage Tipe Deluxe Pada cottage suite, terdapat 2 kamar tidur, satu kamar tidur utama dan 1 kamar tidur anak dengan masing-masing mempunyai KMWC di dalamnya; pantry dan ruang makan; dan WC lampiran 6b. Kamar tidur dan ruang makan menghadap ke sungai gambar 5.16. Gambar 5.18: Denah Cottage Tipe Suite Universitas Sumatera Utara Pada cottage presidential suite, fasilitas yang dimiliki hampir sama dengan cottage suite, hanya saja pada kamar tidur utama memiliki ruang ganti pakaian dan juga kolam renang VIP khusus untuk cottage presidential suite gambar 5.19. Berbeda seperti cottage standar plus dan deluxe, cottage suite dan presidential suite ini terdiri dari dua lantai tetapi dengan satu kepemilikan lampiran 6b. Gambar 5.19: Denah Cottage Tipe Presidential Suite Penerapan arsitektur neo-vernakular Melayu pada bangunan terlihat tampak jelas pada fasad bangunan dan kaki bangunan panggung khususnya pada cottage dan replika istana kesultanan Melayu Deli. Atap yang digunakan ialah atap pelana dengan ornamen lebah begantung, selembayung pada perabung atap dan kunda kencana pada ventilasi atap, Sementara itu ornamen pada railing menggunakan terali biola gambar 5.20. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.20: Detail Penggunaan Ornamen pada Rancangan Bangunan Penggunaan ornamen-ornamen ini diambil dari ornamen yang digunakan pada rumah tradisional Melayu Deli yang berada di belakang Masjid Al-Oesmani. Penerapan arsitektur neo-vernakular Melayu pada bangunan dapat dilihat pada gambar 5.21, gambar 5.22 dan gambar 5.23. Gambar 5.21: Fasad Hotel Gambar 5.22: Fasad Cottage Tipe Suite Universitas Sumatera Utara Gambar 5.23: Fasad Replika Istana Kesultanan Melayu Deli Pada Replika Istana Melayu Deli, lantai dasar terdapat ruang hall yang berfungsi sebagai penerima; ruang pamer senjata; dan ruang pamer pakaian adat Melayu yang berada di hall; screen room yang menceritakan sejarah asal mula Melayu Deli; dan ruang balairung yang berfungsi sebagai ruang penerima tamu raja dulunya gambar 5.24 dan lampiran 7a. Gambar 5.24: Denah Lantai Dasar Replika Istana Pada lantai 2 dua, replika istana terdapat ruang pameran seni ukir mengingat bahwa dulunya keterampilan orang-orang Melayu ialah seni mengukir; Universitas Sumatera Utara diorama Sungai Deli yang menceritakan kejayaan sungai di waktu silam sebagai pelabuhan internasional; dan suatu ruang yang menggambarkan biliktempat tidur Raja gambar 5.25 dan lampiran 7a. Gambar 5.25: Denah Lantai 2 Dua Replika Istana Pada groundplan, terdapat restoran dengan masa tunggal. Pada lantai dasar restoran terdapat ruang makan dan dapur. Dan pada lantai 2 dua restoran terdapat ruang makan dan bar. Restoran ini menyediakan makanan Melayu. Restoran memilki 3 tiga ruang makan VIP berupa gazebo yang menghadap ke sungai lampiran 7a. Dalam merancang sebuah bangunan, bentuk dan tampakfasade memiliki peran yang sangat penting. Karakteristik yang muncul dari desain bentuk dan fasade sebuah bangunan akan membentuk citra dari bangunan itu sendiri. Pada perancangan ini, perancang menekankan warna cokelat kayu secara keseluruhan untuk menekankan konsep harmoni dengan alam. Susana keseluruhan tapak dapat dilihat pada gambar 5.26. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.26: Perspektif Mata Burung Sementara Susana pada replika istana dapat dilihat pada gambar 5.27. Terdapat plaza di depan Replika istana. Gambar 5.28 menunjukkan suasana riverside. Gambar 5.27: Perspektif Replika Istana Gambar 5.28: Perspektif Mata Burung Riverside Setelah melakukan rancangan maka dilakukan pengujian terhadap hasil rancangan bangunan dan juga lansekap. Kritik dan saran yang positif dijadikan sebagai masukan untuk hasil rancangan yang lebih baik. 67 Universitas Sumatera Utara

BAB VI UNHABITATED ISLAND