26 Universitas Sumatera Utara
BAB III THE ADVENTURE
Umumnya di tempat destinasi wisata, jenis hotel yang sesuai dengan kebutuhan adalah hotel resort dan hotel butik. Hotel resort umumnya berada di
suatu kawasan yang luas dan tempat yang tenang seperti di pegunungan, pantai, dan danau. Mengingat kawasan yang dirancang relativf kecil maka hotel resort
tidak sesuai dengan kebutuhan. Ada beberapa pertimbangan penentuan hotel yang akan dirancang. Salah
satunya yaitu kapasitas yang mampu ditampung hotel butik relatif kecil, yaitu kapasitas 50 kamar di area pinggiran atau 150 kamar di daerah perkotaan.
Mengingat sitetapak yang diperuntukkan hotel relatif kecil dan berada di pinggiran pusat kota Medan maka hotel butik yang sesuai dengan kebutuhan.
Sementara itu dengan adanya rencana pemerintah untuk mengembangan area sungai sebagai waterfront, maka hotel ini nantinya juga akan menawarkan
beberapa cottage yang akan berorientasi ke sungai lampiran 3b. Umumnya hotel butik memiliki identitas yang sangat kuat dan
membedakannya dengan hotel-hotel berbintang. Kebanyakan konsep dasar hotel butik ialah selaras dengan alam dan kebudayaan orisinalitas lingkungan sekitar
tapak hotel. Dari segi pelayanan, hotel butik menawarkan keramahan kepada para pengunjung. Dengan potensi heritage lokasi bersejarah di sekitar tapak hotel
Universitas Sumatera Utara maka hotel butik diharapkan mampu memperkenalkan tema adat melayu
mengingat adanya Masjid Al-Oesmani dan tapak Kerajaan Melayu Deli. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka hotel yang sesuai ialah hotel butik.
Mengingat dulunya terdapat Istana Kesultanan Melayu Deli seberang Masjid Al-Oesmani, dalam upaya mengangkat kembali sejarah silam, maka pada
tapak tersebut akan dibangun sebuah replika dari Kerajaan Melayu Deli tersebut. Dengan penyediaan aktivitas-aktivitas publik yang dapat dimanfaatkan sebagai
ruang terbuka publik untuk acara keagamaan Buddha yang diselenggarakkan vihara dan acara keagamaan islam oleh pihak Masjid Al-Oesmani maka
diperlukan suatu tempatopen space untuk menampung kegiatan tersebut yang berupa plaza.
Sementara di sekitar masjid, akan disediakan pondok-pondok pengajian berupa gazebo. Dengan adanya pondok-pondok tersebut maka pengunjung juga
bisa melihat kegiatan mengaji terebut. Dengan adanya kegiatan-kegiatan publik maka akan tercipta aspek
kontinuitas yang membentuk kembali dan mempertahankan identitas tempat, misalnya; kehadiran sebuah bangunan lama yang keberadaannya dapat membantu
kita mengingat atau memutar kembali memori Lalli, 1992 dalam Ginting dan Wahid, 2014.
Ada beberapa hotel yang dijadikan sebagai studi kasus proyek sejenis. Yang pertama ialah The Siam Hotel, Thailand. The Siam Hotel terletak di
Universitas Sumatera Utara Bangkok, tepatnya di tepi Sungai Chao Praya, dekat Jembatan Krung Thon di area
bersejarah Dusit. Seperti yang dilangsir pada web thesiamhotel.com, hotel ini dirancang
oleh arsitek yang diakui dunia, desainer interiorlandscape Bill Bensley. Hotel ini menampilkan perpaduan antara tradisional Thailand dan modern. Rumah antik
Jim Thompson rumah tradisional Thailand di dalam site digunakan untuk Pool Villa pribadi dan restoran Thailand Gambar 3.1.
Gambar 3.1: Eksterior The Siam Hotel Sumber: thesiamhotel.com
Orientasi bangunan hotel menghadap ke Sungai Chao Praya gambar 3.2. sementara rumah tradisional Thailand dijadikan sebagai restoran. Maka dengan
ini, rancangan yang akan dilakukan di kawasan kajian akan berorientasi ke Sungai Deli.
Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2: Ilustrasi 3d The Siam Hotel terhadap Sungai
Sumber: thesiamhotel.com
Tepian sungai dijadikan tempat untuk bersantai dan menikmati santapan sajian restoran gambar 3.3. pengunjung dapat menikmati santapan restoran
dengan suasana rumah tradisional Thailand.
Gambar 3.3: Suasana Pinggir Sungai Sumber: thesiamhotel.com
Salah satu fasilitas yang disediakan hotel ialah Ring Thai Boxing. Pengunjung hotel dapat belajar kebudayaan Thailand melalui ring thai boxing ini.
Universitas Sumatera Utara Lalu disediakan pula screen room yang memutar film-film documentary Thailand
gambar 3.4.
Gambar 3.4: Suasana Screen Room Sumber: thesiamhotel.com
Nilai positif yang dapat diambil dari the Siam Hotel ialah hotel ini dirancang berorientasi ke sungai. Selain itu, hotel juga memperkenalkan budaya
Thailand kepada pengunjung hotel melalui fasilitas yang ditawarkan pada hotel. Studi banding selanjutnya ialah Angkor village. Seperti pada web yang
dilangsir pada angkorvillage.com, Angkor village terletak di Kamboja, Provinsi Siem Reap. Kompleks Angkor village terdiri dari Angkor village hotel dan juga
Angkor village resort gambar 3.5. Angkor village berada di dekat Sungai Siem Reap.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.5: Lokasi Angkor Village
Sumber: angkorvillage.com
Angkor village hotel terleak di area kolonial tua. didekorasi dengan seni tradisional Kamboja. Design eksterior hotel terinsppirasi dari rumah tradisional
Kamboja dengan bungalow-bunglow yang terbuat dari kayu. Hotel ini sangat menyatu dengan alam gambar 3.6.
Gambar 3.6: Eksterior Angkor Village Hotel Sumber: angkorvillage.com
Hotel butik ini dirancang dengan kolam teratai, pohon pisang, pohon palem, dan juga tanaman hijau yang mengelilinginya. Dengan mayoritas kamar
Angkor village hotel
Angkor village resort
Universitas Sumatera Utara mereka menghadap kolam teratai yang indah dan kebun, Angkor Village Hotel
memiliki suasana yang menyegarkan gambar 3.7.
Gambar 3.7: Suasana Angkor Village Hotel Sumber: angkorvillage.com
Kamar pada hotel ini berorientasi ke view kolam teratai, kolam renang, dan juga taman. Furniture kamar dan nuansa kamar juga didekorasi dengan gaya
kamboja gambar 3.8.
Gambar 3.8: Interior Kamar Sumber: angkorvillage.com
Universitas Sumatera Utara Restoran dipisahkan dari bangunan induk hotel. Dengan material kayu dan
terbuka menjadikan suasan restoran hangat dan juga menyatu dengan alam sekitar gambar 3.9.
Gambar 3.9: Interior Restoran Sumber: angkorvillage.com
Selanjutnya ialah Angkor village resort yang masih satu property dengan Angkor village hotel. Angkor village resort terletak di ujung area Angkor
Archaeological Park gambar 3.10. Arsitektur Khmer kayu menyatu harmonis dengan empat hektar taman-taman dan resort. Terdapat 20 bungalow yang
dikelilingi pohon-pohon dan ada 80 total kamar cottage 40m
2
yang berada di lantai dasar ground floor maupun di lantai dua.
Universitas Sumatera Utara Gambar 3.10: Pintu Masuk Angkor Village Resort
Sumber: angkorvillage.com
Desain eksterior Angkor Village Resort terinspirasi oleh arsitektur tradisional Kamboja. Semua cottage menawarkan pemandangan indah dengan
view ke taman dan kolam renang. Kolam renang unik dengan panjang 200 meter
seperti sungai membentang di sepanjang pohon-pohon yang subur.
Gambar 3.11: Eksterior Cottage Sumber: angkorvillage.com
Universitas Sumatera Utara Kolam renang bukan saja dimanfaatkan untuk berenang, tetapi juga
sebagai jalur untuk para pegawaikaryawan resort untuk menjajakan makanan maupun minuman khas Khmer. gambar 3.12
Gambar 3.12: Kolam Renang Sumber: angkorvillage.com
Di restauran tidak hanya disajikan makanan tetapi juga tarian pertunjukan kebudayaan Khmer gambar 3.13. selain itu, tersedia juga kelas memasak untuk
para pengunjung hotel dalam rangka memperkenalkan masakan khas Khmer.
Gambar 3.13: Pertunjukan Tarian Kebudayaan Khmer di Restoran Sumber: angkorvillage.com
Hal positif yang dapat diambil dari studi kasus Angkor village ialah hotel tersebut tidak hanya menawarkan kamar tetapi juga memperkenalkan budaya
Universitas Sumatera Utara Khmer kepada pengunjung melalui makanan, tarian, pakaian, dan juga arsitektur.
Bangunan hotel dan juga kamar didekorasi dengan arsitektur tradisional khas Kamboja. Selain itu Angkor village juga menawarkan tour berkeliling dengan
gajah gambar 3.14.
Gambar 3.14 : Tour Berkeliling dengan Gajah Sumber: angkorvillage.com
Pada kasus replika istana, studi banding proyek sejenis yang dibahas ialah Replika Kesultanan Melayu Melaka, Malaysia.
Gambar 3.15: Replika Kesultanan Melayu Melaka Sumber:Wikipedia.com
Universitas Sumatera Utara Dibangun di kaki Bukit St. Paul dan dekat dengan kota A Famosa,
museum yang dibuka pada tahun 1986 ini dibangun dengan kayu cengal dan berlian dari Sarawak serta dikatakan dibangun tanpa menggunakan paku.
Bangunan tiga tingkat ini juga memuatkan lebih 1,300 artifak seperti tengkolok dan kelengkapan diraja, senjata, barangan kemas serta figura-figura
yang merakamkan peristiwa sejarah dan lagenda Melayu seperti pertempuran Hang Tuah dan Hang Jebat, pakaian tradisional dan kamar diraja. Selain struktur
bangunan dibuat mirip kepada istana Sultan Mansur Shah ruang museum berisi Balai Beradu dan Balairung Seri dan dihias dengan kerja-tangan Melayu dengan
ukiran-ukiran awan larat di dinding dan tiangnya.
Gambar 3.16: Tampak Replika Istana
Di lantai pertama dari ruang pameran disediakan termasuk balairung seri. Di lantai dua dipamerkan kamar tidur sutan dan juga ruang spesial lain, sementara
lantai ketiga menampilkan perhiasan-perhiasan kesultanan. Di antara barang pameran di sini termasuk cetakan dan gambar Kesultanan Melaka, model Istana
Universitas Sumatera Utara Sultan Mansur Shah, senjata Melayu, pakaian perkawinan tradisional Melayu,
barangan kemas dan barangan loyang. Hal positif yang dapat diambil dari Replika Istana Kesultanan Melaka
ialah bagaimana ruang-ruang yang ada pada istana dapat dimanfaatkan sebagai galeri serta penggunaan ornamen-ornamen Melayu pada bangunan replika
tersebut. Pada Urban design Guideline kawasan kajian, hotel dan cottage
mengahadap ke Sungai Deli. Untuk cottage yang tidak dapat view ke sungai, orientasinya menghadap ke kolam renang, Kolam renang di buat di sepanjang
cottage sebagai analogi aliran sungai. Sementara itu replika istana ini letaknya bersebelahan dengan Vihara dan
dibatasi dengan pagar pembatas yang sifatnya tidak massif tipologi istana. Namun, pengunjung dapat tetap memasuki istana dari vihara melalui pintu
samping pada pagar. Di depan replika istana, terdapat plaza. Pada gambar 1.6 menunjukkan blockplan hotel dan replika istana.
Universitas Sumatera Utara Gambar 3.17: Detail Blockplan Hotel pada Urban Design Guideline
Sumber: Urban Design Guideline kawasan kajian
Setelah melakukan studi banding kasus sejenis dan mendapatkan hal-hal possitif yang akan mengarahkan rancangan hotel dan replika istana maka
dilakukan pemograman ruang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
40 Universitas Sumatera Utara
BAB IV FOLLOWING THE “X-MARK”