Penerapan PSAK No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Dalam Penyajian Laporan Laba Rugi PT. Bank Sumut Medan

(1)

MEDAN

SKRIPSI

PENERAPAN PSAK N0. 31 TENTANG AKUNTANSI PERBANKAN DALAM PENYAJIAN LAPORAN LABA RUGI PT. BANK SUMUT

MEDAN

OLEH:

NAMA : FEBI RAHMA DEWITA HRP NIM : 030503126

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

i

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Penerapan PSAK No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Dalam Penyajian Laporan Laba Rugi PT. Bank Sumut Medan.” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 10 Januari 2010 Yang Membuat Pernyataan

Febi Rahma Dewita Hrp NIM 030503126


(3)

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdullilahirobbil ‘allamin. Tiada kata terindah yang dapat diucapkan, selain pujian dan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya berupa kesehatan sehingga penulis mampu menyelesaikan studi dan mewujudkan skripsi ini, dan shalawat teriring salam kita hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita selaku umatnya menuju jalan yang penuh keridhoan akan rahmat dari Allah SWT yaitu Islam.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki keterbatasan, kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunannya, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu penulis selalu berusaha untuk memperbaiki diri menuju kesempurnaan di masa yang akan datang. Maka dengan segala kerendahan hati dan semangat untuk selalu menjadi lebih baik, penulis sangat mengharapkan setiap upaya pencapaian kesempurnaan skripsi ini baik melalui saran ataupun kritik.

Teristimewa penulis mempersembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua tercinta, Alm. Drs. H. Hidayat Hrp, ibunda tercinta, Hj. Resna Dewi S, kakak kandung penulis Rahmi Zufrida Hrp dan Fermi Dira Hrp, serta abang kandung penulis Iqbal Muliadi Hrp dan adik kandung penulis Newtin Habiba Hrp yang selalu mendukung penulis baik moril maupun materil serta kasih sayang yang tiada habis-habisnya dan yang melengkapi proses menuju kesempurnaan skripsi ini dalam kata tanpa aksara melalui doa yang tiada terkira untuk penulis.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan, dorongan, saran, bimbingan dan saran dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :


(4)

iii

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, Mec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail MM, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku dosen pembimbing yang selama penulisan skripsi ini telah memberikan bimbingan dan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu Dra. Salbiah, M.Si, Ak selaku dosen penguji I yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku dosen penguji II yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Segenap dosen dan staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal dan ilmu pengetahuan.

7. Semua staf jurusan departemen Akuntansi, bang Chairil, Bang Oyong, Kak Dame. Terima kasih untuk menyiapkan segala administrasi dan keperluan penulis di departemen Akuntansi USU.

8. Bapak pimpinan PT. Bank Sumut Medan beserta seluruh karyawan yang telah membantu penulis dalam pengadaan data dan informasi yang berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.

9. Keluarga besar penulis, Kekek, Nenek, abang ipar Rifki Suryadi, SH, M.Kn dan Jamalluddin, S.TP, MM, serta tante dan om terima kasih atas nasehat serta doa dan semangatnya yang selalu mendorong penulis dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai, terima kasih juga untuk ponakanku tercinta Farhan Ahmad yang memberikan keceriaan.

10.Sahabat-sahabatku Deddy, Wahyu, Ciqa, Echi, Intan terima kasih atas bantuan dan nasehatnya dalam penulisan skripsi ini. Teman-teman Ekonomi Akuntansi USU yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang selalu memberi semangat, motivasi dan inspirasi bagi penulis.


(5)

dukungan serta cerewetnya untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa/i Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Wassalamualaikum, Wr. Wb

Medan, 10 Januari 2010 Penulis

Febi Rahma Dewita Hrp NIM 030503003


(6)

v

ABSTRAK

Laporan laba rugi setiap perusahaan harus disusun dan disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU). Di Indonesia, prinsip akuntansi yang berlaku adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Industri perbankan merupakan suatu perusahaan yang memiliki suatu karakteristik tersendiri sehingga dibuat suatu standar khusus untuk pelaporan keuangan, yang dituangkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 mengenai Akuntansi Perbankan yang menjadi pedoman untuk menyusun dan menyajikan laporan keuangan secara baik dan teratur.

Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk mengadakan penelitian ini, yang dilakukan dengan studi deskriptif. Data yang diperoleh adalah berupa data primer dan data sekunder yang diperoleh dari observasi terhadap laporan keuangan perusahaan dan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait. Metode yang digunakan untuk menganalisi data adalah dengan metode deskriptif dan metode komparatif untuk mendapatkan pemecahan masalah dan kesimpulan dari peneliti ini.

Pendapatan dan beban utama perusahaan adalah dari pendapatan dan beban bunga. Pendapatan bunga telah diakui secara akrual kecuali bunga dari aktiva produktif yang non-performing. Beban bunga yang telah diakui secara akrual. Pendapatan dan beban selain bunga yang berhubungan denga waktu telah diakui selama jangka waktunya, namun untuk pendapatan dan beban yang tidak material diakui pada saat terjadinya. Penghapusbukuan aktiva produktif dilakukan pada saat aktiva tersebut sulit ditagih kembali. Penyajian laporan laba rugi menggunakan konsep current operating income yang dilakukan secara bertahap. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan telah menerapkan PSAK NO. 31 dengan cukup memadai.


(7)

Reporting of profit-loss of each company must be arranged and presented appropriate at Principle of General Accountancy (PABU). In Indonesia, principle accountancy which obtained is Financial Accountancy Standard (SAK) which declared by Society of Indonesian Accountant (IAI) . Indutry of banking is a certain of company which has a different character until it was a specifically standard for financial reporting, which poured in Statement of Financial Accountancy Standard (PSAK) no. 31 about Financial Accountancy which become the orientation to arrange and present the financial report nicely.

It becomes the purpose for the writer to do this research, which doing by descriptive studying. The data was primary and secondary data which obtained from the abservation of financial company reporting and interview any sides which concerned with. Methods which used to analyse the data is the descriptive and comparative method to obtain the solving and conclusion of this research.

Income and prime load of a company is from the income itselves and load of interest. Income of interest actually accrual except for the interest of non performing productive assets. Load of interests actually confessed. Income and load except interset which related with the confessed time, however for the non material income and load confessed on right time. Productive assets write off is done when the assets complicated to addicted. The presentation of profit-loss report is used the current operating income concept which done step by step. From this research,can be concluded that the company has been applying PSAK no.31


(8)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Batasan Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 5

1. Pengertian dan Pengakuan Penghasilan (Income) ... 5

2. Pengertian dan Pengakuan Beban (Expense) ... 10

3. Laporan Laba Rugi ... 14

4. Akuntansi Perbankan (PSAK No. 31) ... 27


(9)

1. Kerangka Konseptual ... 38

2. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 40

B. Jenis Data ... 40

C. Teknik Pengumpulan Data ... 40

D. Metode Analisis Data ... 41

E. Responden ... 41

F. Tempat dan Waktu Penelitian... 41

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 43

1. Data Penelitian dan gambaran umum PT. Bank Sumut 43 a. Sejarah Singkat PT. Bank Sumut ... 43

b. Struktur Organisasi PT. Bank Sumut ... 46

c. Kegiatan Usaha PT. Bank Sumut ... 48

2. Pengakuan Pendapatan ... 51

3. Pengakuan Beban ... 53

4. Penyajian Laporan Laba Rugi ... 54

B. Analisis Hasil Penelitian ... 55

1. Pengakuan Pendapatan ... 55


(10)

ix

3. Penyajian Laporan Laba Rugi ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Keterbatasan Penelitian ... 61

C. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(11)

Nomor Judul Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 39


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Laporan Laba Rugi PT. XYZ (1) ... 23

Tabel 2.2 Laporan Laba Rugi PT. XYZ (2) ... 24

Tabel 2.3 Laporan Laba Rugi PT. XYZ (3) ... 25

Tabel 2.4 Laporan Laba Rugi PT. XYZ (4) ... 26

Tabel 2.5 Laporan Laba Rugi PT. XYZ (5) ... 30

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 42 Tabel 4.1 Laporan Laba Rugi PT. Bank Sumut ... 55/56


(13)

Nomor Judul Halaman Lampiran 1 Struktur Organisasi PT. Bank Sumut Medan ... 64 Lampiran 2 Laporan Laba Rugi PT Bank Sumut Medan... 65 Lampiran 3 Rincian Pendapatan & Beban PT Bank Sumut Mdn . 66 Lampiran 4 Pendapatan Operasional Lainnya... 67 Lampiran 6 Pendapatan Non-Operasional... 68


(14)

v

ABSTRAK

Laporan laba rugi setiap perusahaan harus disusun dan disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU). Di Indonesia, prinsip akuntansi yang berlaku adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Industri perbankan merupakan suatu perusahaan yang memiliki suatu karakteristik tersendiri sehingga dibuat suatu standar khusus untuk pelaporan keuangan, yang dituangkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 mengenai Akuntansi Perbankan yang menjadi pedoman untuk menyusun dan menyajikan laporan keuangan secara baik dan teratur.

Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk mengadakan penelitian ini, yang dilakukan dengan studi deskriptif. Data yang diperoleh adalah berupa data primer dan data sekunder yang diperoleh dari observasi terhadap laporan keuangan perusahaan dan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait. Metode yang digunakan untuk menganalisi data adalah dengan metode deskriptif dan metode komparatif untuk mendapatkan pemecahan masalah dan kesimpulan dari peneliti ini.

Pendapatan dan beban utama perusahaan adalah dari pendapatan dan beban bunga. Pendapatan bunga telah diakui secara akrual kecuali bunga dari aktiva produktif yang non-performing. Beban bunga yang telah diakui secara akrual. Pendapatan dan beban selain bunga yang berhubungan denga waktu telah diakui selama jangka waktunya, namun untuk pendapatan dan beban yang tidak material diakui pada saat terjadinya. Penghapusbukuan aktiva produktif dilakukan pada saat aktiva tersebut sulit ditagih kembali. Penyajian laporan laba rugi menggunakan konsep current operating income yang dilakukan secara bertahap. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan telah menerapkan PSAK NO. 31 dengan cukup memadai.


(15)

Reporting of profit-loss of each company must be arranged and presented appropriate at Principle of General Accountancy (PABU). In Indonesia, principle accountancy which obtained is Financial Accountancy Standard (SAK) which declared by Society of Indonesian Accountant (IAI) . Indutry of banking is a certain of company which has a different character until it was a specifically standard for financial reporting, which poured in Statement of Financial Accountancy Standard (PSAK) no. 31 about Financial Accountancy which become the orientation to arrange and present the financial report nicely.

It becomes the purpose for the writer to do this research, which doing by descriptive studying. The data was primary and secondary data which obtained from the abservation of financial company reporting and interview any sides which concerned with. Methods which used to analyse the data is the descriptive and comparative method to obtain the solving and conclusion of this research.

Income and prime load of a company is from the income itselves and load of interest. Income of interest actually accrual except for the interest of non performing productive assets. Load of interests actually confessed. Income and load except interset which related with the confessed time, however for the non material income and load confessed on right time. Productive assets write off is done when the assets complicated to addicted. The presentation of profit-loss report is used the current operating income concept which done step by step. From this research,can be concluded that the company has been applying PSAK no.31


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan nyawa untuk menggerakan roda perekonomian suatu negara. Anggapan ini tentunya tidak salah karena fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangatlah vital, misalnya dalam hal penciptaan uang, mengedarkan uang, menyediakan uang untuk menunjang kegiatan usaha, tempat mengamankan uang, tempat mengamankan investasi dan jasa keuangan lainnya.

Bank memilik kegiatan usaha yang berbeda dengan perusahaan umum lainnya yaitu memberikan jasa keuangan kepada masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kemasyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.

Perusahaan perbankan diharapkan menyusun laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai karakteristik operasi perbankan. Beberapa karakteristik perbankan yang mengakibatkan bank berbeda dengan perusahaan umum lainnya antara lain adalah :

1. Sebagian besar aset berupa monetary assets ataupun alat-alat liquid yang sifatnya tidak tampak, sedangkan sebaliknya aktiva yang berwujud secara relatif kecil.


(17)

2. Objek yang diperdagangkan oleh bank adalah jasa uang banyak bersifat abstrak.

3. Di dalam bank “uang” mempunyai fungsi baik sebagai alat liquid dan juga obyek yang diperdagangkan baik secara nyata maupun secara abstrak. 4. Dalam pelaksanaannya bank memperdagangkan dan mengadministrasikan

mata uang dengan jenis valuta asing yang sangat banyak.

5. Penghasilan dan biaya bank timbul sejalan dengan berlangsungnya waktu (misalnya: bunga kredit, beban kredit).

Dengan adanya karakteristik dan kegiatan usaha yang berbeda ini, maka dibutuhkan juga akuntansi dan pelaporan keuangan berbeda pula.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melihat kebutuhan tersebut dan menyusun suatu standar khusus akuntansi untuk industri perbankan, Standar ini pertama kali dituangkan dalam Pernyataan Prinsip Akuntansi Indonesia no.7 dan disahkan tanggal 5 Juni 1995. Tetapi seiring dengan perkembangannya standar ini kemudian disesuaikan seperlunya menjadi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no. 31 tentang Akuntansi Perbankan (Revisi 2000) yang disahkan pada tanggal 31 Maret 2000.

Standar Akuntansi Keuangan merupakan suatu pedoman atau prinsip yang mendasari penyusunan laporan keuangan suatu perusahaan. Dengan adanya prinsip ini maka laporan keuangan diharapkan dapat menyediakan informasi yang dapat dipahami, relevan, andal, dan komparatif agar dapat mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja perusahaan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dengan


(18)

3

adanya PSAK no. 31 maka, bank memiliki pedoman khusus untuk menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan karakteristik dan kegiatan usaha perbankan.

Bank Sumut merupakan alat kelengkapan otonomi daerah di bidang perbankan yang berfungsi sebagai pengerak dan pendorong laju pembangunan daerah, bertindak sebagai pemegang kas daerah yang melaksanakan penyimpanan uang daerah serta sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah dengan melakukan kegiatan usaha sebagai bank umum.

Penyajian laporan laba-rugi pada bank Sumut dilakukan secara komperatif. Dengan penyajian laporan laba-rugi secara komperatif tersebut diharapkan akan membandingkan laporan laba-rugi dalam dua tahun berturut-turut untuk dapat menilai/mengidentifikasikan kondisi dan kinerja bank.

Konsep yang digunakan dalam penyajian laporan laba-rugi adalah dengan metode current operating income yaitu metode yang menyatakan bahwa dalam laporan laba-rugi hanya mencerminkan perubahan-perubahan yang dapat dikembalikan manajemen dan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan.

Bentuk penyajian laporan laba-rugi perusahaan adalah bentuk jamak (multiple step) yang memisahkan transaksi operasional dengan transaksi non operasional. Penyusunan laporan laba-rugi perusahaan dilakukan dalam bentuk staffel yaitu diurutkan kebawah.

Standar Akuntansi Keuangan no. 31 diharapkan menjadi pedoman untuk menyusun dan menyajikan laporan keuangan pada perusahan perbankan. Untuk mengetahui sejauh mana perusahaan telah menyusun laporan keuangannya yang sesuai dengan PSAK no.31 maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian


(19)

dengan judul: “Penerapan PSAK no. 31 tentang Akuntansi Perbankan dalam Penyajian Laporan Laba Rugi PT. Bank Sumut Medan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai latar belakang masalah, maka penulis merumuskan suatu masalah, yaitu: “Apakah PT. Bank Sumut Medan telah menyusun laporan laba-rugi sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan no. 31 ?”

C. Batasan Penelitian

Dalam hal ini penulis membatasi pembahasan hanya pada laporan laba-rugi, yang spesifik untuk perusahaan perbankan. Hal ini dikarenakan pembahasan terhadap semua komponen keuangan sangat luas.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah PT. Bank Sumut Medan telah menyusun laporan laba-rugi sesuai dengan PSAK no. 31?

2. Untuk membandingkan praktek-praktek yang ada dilapangan dengan teori-teori yang selama ini didapat dalam perkuliahan serta dari sumber-sumber lainnya.

E. Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai penerapan PSAK no. 31 pada laporan keuangan perbankan.

2. Untuk memberikan saran dan sumbangan pemikiran bagi perusahaan dalam penyajian laporan keuangan perbankan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian dan Pengakuan Penghasilan (Income) a. Pengertian Penghasilan

Pengertian penghasilan (income) menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2002 : 18) adalah “kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari retribusi penanam modal”. Definisi ini meliputi baik pendapatan (revenues) maupuan keuntungan (gains).

Hendrikson menyatakan (1999 : 163)

Di dalam kepustakaan akuntansi ditemukan dua pendekatan terhadap konsep pendapatan. Satu diantaranya berfokus pada arus masuk aktiva sebagai hasil kegiatan operasi perusahaan dan yang lainnya berfokus pada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan serta penyaluran kepada konsumen dan produsen lainnya. Jadi, pendapatan dianggap sebagai pengurus arus masuk aktiva bersih atau sebagai arus keluar barang dan jasa.

Demikian juga dikemukakan oleh Financial Accounting Standard Board (FASB), yang menyatakan bahwa pendapatan adalah “arus masuk atau peningkatan nilai asset dari suatu entitas atau penyelesaian kewajiban dari entity atau gabungan keduanya selama periode tertentu yang berasal dari penyerahan produksi barang, pemberian jasa atas kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan yang sedang berjalan” (Sofyan Syafri, 2001 : 226)


(21)

Di dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002 : 23.2) IAI mengemukakan bahwa “pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, uang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”. Committee on Terminologi mengidentifikasi pendapatan sebagai “Hasil dari penjualan barang atau jasa yang dibebankan kepada langganan atau mereka yang menerima jasa” (Sofyan Syafri, 2002 : 226).

Pada saat perusahaan menyerahkan jasa atau menjual barang dagangannya kepada pelanggan, perusahaan biasanya menerima kas atau menciptakan piutang dagang dari pelanggannya. Arus masuk kas dan piutang dagang dari para pelanggan akan mengatrol jumlah asset perusahaan, disisi lain persamaan akuntansi, kewajiban tidak mengalami perubahan, namun ekuitas pemilik meningkat untuk mengimbangi kenaikan jumlah asset. Dengan demikian, pendapatan merupakan kenaikan kotor ekuitas pemilik yang berasal dari kegiatan-kegiatan perusahaan (Henry, 2000 : 24).

Menurut Henry ada dua karateristik pendapatan yaitu : (1) muncul dari kegiatan pokok perusahaan; (2) sifatnya berulang-ulang atau berkesinambungan. Contoh pendapatan meliputi penjualan barang dagangan, pendapatan jasa, dan pendapatan lain-lain. Pendapatan dari penjualan barang dan jasa merupakan pendapatan yang paling lazim di dalam perusahaan, yang meliputi jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa yang disediakan selama periode berjalan. Sedangkan pendapatan lain-lain adalah pendapatan yang


(22)

7

dihasilkan dari kegiatan-kegiatan yang bukan merupakan kegiatan pokok perusahaan.

Keuntungan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 19) mencerminkan “pos lainnya yang memenuhi defenisi penghasilan dan mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa, yang mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi”. Menurut Henry (2000 : 25) keuntungan merupakan “kenaikan aktiva bersih perusahaan yang berasal dari transaksi-transaksi sampingan atau insidentil dan semua kejadian lainnya selama periode tertentu, kecuali kejadian-kejadian yang bermuara dari pendapatan atau investasi oleh pemilik”.

b. Pengakuan Penghasilan

Pengakuan (recognition) adalah proses formal mencatat dan melaporkan suatu pos dalam laporan keuangan. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam jumlah uang, dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba-rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau laporan laba-rugi.

Menurut FASB, kriteria yang harus dipenuhi agar pendapatan (revenue) dan keuntungan (gain) dapat diakui adalah apabila (Skousen, 1997 : 299)

1. Direalisasi atau dapat direalisasi, dan

2. Telah dihasilah melalui penyelesaian sebagian besar kegiatan yang harus dilakukan dalam memperoleh pendapatan.


(23)

Menurut Sofyan Syafri suatu penghasilan diakui sebagai penghasilan pada periode kapan kegiatan utama yang perlu untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa itu telah selesai (2001 : 299)

Ikatan Akuntan Indonesia mengemukakan bahwa pendapata perbedaan pada pengakuan pendapatan terhadap perusahaan hasa dan perusahaan dagang (2002 : 23.6). Pendapatan dari penjualan jasa diakui apabila seluruh kondisi berikut terpenuhi :

1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;

2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan;

3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat dikur dengan andal;

4. Biaya yang terjadi untuk transaksi barang harus diakui bila seluruh kondisi transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.

Sedangkan pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi (2002 : 4) :

1. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli.

2. Perusahaan tidak lagu mengelola atau melakukan pengendalian efektifitas atas barang yang dijual.

3. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;

4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungakan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan


(24)

9

5. Biaya yang terjadi atau yang terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal.

Kriteria untuk menentukan kapan pendapatan diakui beragam dan sepatutnya sejalan dengan ketentuan-ketentuan kontraktual dengan pelanggan dan seyogyanya didasarkan pada bukti obyektif. Menurut Henry (2000 : 25), ada empat kriteria metode pengakuan pendapatan, yaitu :

1. Metode saat penjualan

Pendapatan dari penjualan barang dagangan umumnya ditentukan dengan memakai metode saat penjualan. Dalam metode ini, pendapatan diakui pada saat hak kepemilikan beralih ke tangan pembeli. Pada metode ini, harga jual telah di sepakati, pembeli menguasai hak kepemilikan barang dagangan, dan penjual mempunyai klaim legal terhadap pembeli.

2. Metode Penerimaan Pembayaran

Dengan metode ini pendapatan direalisasikan pada saat kas dikumpulkan, terlepas dari kapan dilakukan barang/jasa. Metode ini disebut juga dengan tunai dasar (cash basis). Dasar tunai banyak dipakai oleh kokter, pengacara, akuntan, dan organisasi-organisasi dimana jasa profesional diserahkan.

3. Metode Penyelesaian kontrak

Metode ini digunakan untuk proyek-proyek konstruksi besar yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikannya. Dengan metode ini pendapatan tidak diakui sampai proyek selesai. Perusahaan mencatat semua biaya yang dikeluarkan selama proyek berlangsung dalam


(25)

sebuah rekening dan menjadikannya beban dalam periode dimana pendapatan diakui yaitu pada saat proyek dirampungkan.

4. Metode Persentase Selesai

Dengan metode ini pendapatan diakui selama masa berlakunya kontrak. Apabila jumlah biaya kontrak kerja jangka panjang dan kemajuan proyek dapat diestimasi masuk akal maka pendapatanpun dapat diakui. Jumlah pendapatan diakui dengan menaksir persentase penyelesaian dengan membandingkan jumlah biaya yang dikeluarkan dengan taksiran jumlah biaya.

2. Pengertian dan Pengakuan Beban (Expense) a. Pengertian Beban

Biaya (cost) dan beban (expense) seringkali dianggap memilik pengertian yang sama, tetapi sesungguhnya terdapat perbedaan antara keduanya. Biaya adalah pengeluaran yang beluym habis masa manfaatnya, jadi masih harus dibebankan pada periode berikutnya, sedangkan beban (expense) adalah pengeluaran yang sudah habis masa manfaatnya dan sudah dibebankan pada periode berjalan. Menurut Milton Usri (1996 : 25) biaya adalah “sesuatu nilai tukar prasyarat, pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat. Dalam arti luas beban adalah biaya yang telah habis pakai (expired) yang dapat dikurangkan dengan pendapatan”.

Sofyan Syafri mengemukakan

FASB mendefenisikan beban adalah sebagai “arus keluar aktiva, penggunaan aktiva, atau munculnya kewajiban kombinasi keduanya selama suatu


(26)

11

periode yang disebabkan oleh pengiriman barang, pembuatan barang, pembebanan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan”. APB mendefenisikan beban sebagai penurunan gross dalam asset atau kenaikan gross dalam kewajiban yang diakui dan dinilai menurut prinsip akuntansi yang diterima yang berasal dari kegiatan mencari laba yang dilakukan perusahaan”.

Dalam upaya meraup pendapatan, perusahaan harus mengeluarkan sumber dayanya. Sumber daya ini disebut dengan beban. Beban selalu mengakibatkan kemerosotan ekuitas pemilik serta penurunan asset dan kenaikan kewajiban (Henry, 2000 : 25). Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 18) berpendapatan bahwa beban adalah “penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntasi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal”. Defenisi beban merncakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa.

Ada beberapa jenis beban di dalam laporan laba rugi, di dalam bukunya Henry Simamora (2000 : 25) mengambil tiga contoh, yakni :

• Pokok Penjualan

Biaya pokok penjualan menunjukkan biaya perolehan dari pos-pos persediaan (harga pembelian atau biaya pabrikasi) yang dijual untuk menghasilkan pendapatan penjualan.


(27)

• Beban Operasi

Beban operasi (opeting expense) adalah beban-beban berkala dan lazim yang dikeluarkan perusahaan dalam upaya memperoleh pendapatan. Beban ini biasanya diklasifikasikan berdasarkan kategori-kategori fungsional. Klasifikasi yang lazim dipakai adalah dengan memisahkan beban penjualan dari beban umum dan administrasi.

• Beban Lain-lain

Beban lain-lain mengandung beban-beban yang dikeluarkan dari aktivitas-aktivitas yang bukan merupakan kegiatan pokok perusahaan sehingga nilai rupiah dari aktivitas ini biasanya terhitung kecil.

b. Pengakuan Beban

Untuk menentukan laba, tidak hanya kriteria pengakuan pendapatan yang harus ditetapkan, tetapi prinsip-prinsip untuk mengikuti beban dan kerugian juga harus ditentukan dengan jelas. Pengakuan beban sangatlah terkait dengan prinsip manfaaf ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban sudah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva (SAK, 2002 : 23).

Dalam buku Skousen (2001 : 210) pengakuan pendapatan dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu :

1. Pencocokan Langsung (Direct Matching)

Pembiayaan berhubungan dengan pendapatan khusus sering ditunjukkan sebagai proses “pencocokan” (matching). Beban langsung


(28)

13

termasuk beban yang sudah ditimbulkan dan biaya yang diantisipasi berhubungan dengan pendapatan dan diperkirakan serta dijodohkan terhadap pendapatan yang diakui selama periode ini.

Contoh : harga pokok biaya langsung yang dapat dicocokkan dengan pendapatan yang dihasilkan oleh penjualan barang dan dilaporkan di dalam periode waktu ketika pendapatan diakui.

2. Alokasi Sistematis dan Rasional

Kategori pengakuan beban ini melibatkan aktiva yang menguntungkan lebih dari satu periode. Biaya aktiva semacam bangunan, peralatan, paten, dan asuransi dibayar dimuka tersebar sepanjang periode, maka periode keuntungan yang diharapkan pada beberapa sistematis dan rasional. Pada umumnya, adalah sulit untuk menghubungakan biaya ini secara langsung dengan pendapatan khusus atau dengan periode khusus, namun jelas bahwa hal ini perlu jika pendapatan diperoleh. Contoh beban yang termasuk kategori ini adalah depresiasai dan amortisasi.

3. Pengakuan Segera

Banyak biaya yang tidak berhubungan dengan pendapatan khusus, namun terjadi untuk pendapatan barang dan jasa yang secara tidak langsung membantu menghasilkan pendapatan. Karena barang dan jasa ini digunakan sangat segera, biaya diakui sebagai beban di dalam periode akuisisi. Contoh : sebagian besar biaya administrasi seperti, gaji kantor, utilities, dan periklanan umum serta biaya penjualan.


(29)

Pengakuan segera adalah juga tepat ketika keuntungan masa datang sangat tidak pasti. Contoh : biaya riset dan pengembangan.

3. Laporan Laba Rugi

4. Defenisi Laporan Laba Rugi

Salah satu tujuan pokok dari setiap perusahaan adalah untuk mendulang laba. Angka laba atau rudi suatu perusahaan merupakan informasi penting yang dicantumkan dalam laporan laba-rugi. Menurut Sofyan Syafri (2001 : 223) laporan laba-rugi adalah penjelasan lengkap dan lebih rinci tentang penghitungan laba-rugi. Laporan laba-rugi melaporkan seluruh hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil, dan laba (rugi) perusahaan selama suatu periode tertentu.

Laba seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja perusahaan atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earnings per share). Kieso (2001 : 50) mengemukakan bahwa “laporan laba rugi (income statement), yang sering disebut dengan statement of income atau statement of earnings, adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode tertentu”.

Keberhasilan tersebut diukur dengan kemampuan mengahasilkan laba yaitu selisih antara semua pengahasilan dan semua biaya yang diperkirakan telah mendatangkan pengahasilan tersebut (Suwardjono, 2003 : 81). Laporan laba-rugi melaporkan profitabilitas organisasi bisnis selama periode tertentu dan menujukkan perubahan-perubahan dalam ekuitas pemilik yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan perusahaan (Henry, 2000 : 22).


(30)

15

Menurut Hongren (1997 : 22) laporan laba-rugi adalah “suatu ikhtisar pendapatan dan pengeluaran/beban dari suatu entitas pada suatu jangka waktu tertentu”. Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep perbandingan (matching concept). Konsep ini diterapkan dengan “menandingkan” beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut (Niswonger, 1999 : 18).

5. Tujuan Laporan Laba Rugi

Akuntansi lahir dengan maksud tertentu yaitu untuk memberikan jasa kepada penggunanya berupa informasi keuangan yang dibutuhkan untuk proses pengambilan keputusan (Sofyan Syafri, 2001 : 123). Informasi keuangan tersebut didapatkan dari laporan keuangan. Menurut IAI (2002 : 1.2) tujuan laporan keuangan dijelaskan “untuk menyediuakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Kinerja perusahaan dapat ditentukan melalui laporan laba-rugi perusahaan yang merupakan salah satu komponen laporan laba-rugi keuangan tersebut.

Tujuan laporan laba-rugi mencakup pemaparan informasi yang berfaedah yang berkaitan dengan imbalan investasi, resiko, fleksibilitas keuangan dan kapabilitas operasi (Henry S., 2000 : 23). Menurut Tuanakotta (1999 : 110), tujuan utama pelaporan income, adalah “untuk memberikan informasi kepada mereka yang menaruh minat terhadap laporan keuangan”.


(31)

Salah satu tujuan dasar yang dianggap penting untuk semua pemakai laporan keuangan adalah kebutuhan guna membedakan, antara modal yang diinvestasikan dan laba sebagai bagian dari proses akuntansi deskriptif. Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan pengukuran atas efesiensi manajeman, penggunaan angka laba historis untuk membantu meramal usaha dan distribusi di masa yang akan datang, dan penggunaan laba sebagai pengukuran keberhasilan dan sebagai pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang.

Dengan informasi yang dihasilkan para pemakai laporan akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan dan manilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya (Sofyan Syafri, 2001 : 132). Dalam definisi yang diberikan Henry Simamora, dipaparkan empat informasi yang terdapat dalam tujuan laporan laba rugi, yakni :

1. Imbalan investasi (return on investement), adalah ukuran dari keseluruhan kinerja perusahaan.

2. Resiko (risk), adalah ketidakpastian hasil-hasil dimasa mendatang dari perusahaan.

3. Fleksibilitas keuangan (financial flexibility), adalah kapabilitas sebuah perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan dan peluang-peluang tak terduga.

4. Kapabilitas operasi (operation capability), adalah kemampuan perusahaan untuk mempertahankan tingkat fisik operasi yang ada.

6. Komponen Laporan Laba Rugi

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) di dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002 : 1.14), menyatakan “laporan laba-rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi


(32)

17

penyajian secara wajar”. Laporan labar rugi yang baik minimal harus mencakup pos-pos berikut :

a. Pendapatan

b. Laba rugi perusahaan c. Beban pinjaman

d. Bagian dari laba atau rugi perusahaan efiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas.

e. Beban pajak

f. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan g. Pos luar biasa

h. Hak minoritas, dan

i. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.

Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan dalam laporan laba-rugi apabila diwajibkan oleh Pertanyaan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila penyajian tersebut di perlukan untuk menyajikan kinerja keuangan perusahaan secara wajar.

Menurut Harnanto (2002 : 97), elemen-elemen di dalam laporan laba-rugi disajikan dalam dua komponen, yaitu : (1) komponen laba-rugi operasional berlanjut (continuing component atau operating componen) dan (2) komponen laba rugi nonoperasional (nonoperating component). Komponen operasi berlanjut meliputi semua pendapatan dan beban serta untung dan rugi yang berasal dari ongoing operatins atau transaksi-transaksi terkait dengan usaha pokok dan di luar


(33)

usaha pokok perusahaan. Sedangkan komponen laba-rugi, non-operating timbul atau berasal dari transaksi yang tidak biasa terjadi atau luar biasa.

Elemen-elemen yang termasuk dalam komponen laba-rugi operasional berlanjut adalah :

1. Penjualan Neto

Retur dan pengurangan harta dan diskon penjualan harus dikurangi dari penjualan kotor agar pendapatan neto dari penjualan dapat diketahui. Di dalam total ini tidak boleh dimasukkan penambahan rekening/faktor tagihan untuk pajak penjualan atau PPN dan pajak cukai yang akan dipungut perusahaan atas nama pemerintah (Smith, 1989 : 123). Tagihan kepada pelanggan berupa pajak penjualan dan pajak cukai diakui sebagai kewajiban dan utang lancar.

2. Harga Pokok Penjualan

Elemen ini merupakan biaya yang paling signifikan di dalam laporan laba-rugi. Harga pokk penjualan terdiri dari total perseduaan awal ditambah dengan pembelian bersih dan semua pembelian lain, pengangkutan, dan biaya simpan yang berhubungan dengan akuisisi barang dikurang dengan persediaan akhir dari biaya barang yang tersedia (Skousen, 2001 : 217).

3. Beban Usaha

Beban usaha (beban operasi) menurut Henry adalah “beban-beban berkala lazim dikeluarkan perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan”. Beban ini umumnya diklasifikasikan berdasarkan


(34)

19

kategori fungsional, yaitu beban penjualan (selling expense) dan beban umum dan administrasi (general and administrative). Yang termasuk kategori beban penjualan antara lain adalah gaji dan komisi penjualan, promosi, penyusutan peralatan untuk kegiatan penjualan, biaya angkut, dan sebagainya. Sedangkan yang teramsuk kategori beban umum dan administrasi, antara lain : gaji eksekutif dan karyawan administrasi dan umum, supplies kantor, pemeliharaan bangunan dan peralatan kantor, biaya pos dan pengiriman, biaya utilitas, lisensi dan sebagainya.

4. Pendapatan dan Keuntungan di Luar Usaha

Bagian ini biasanya mencakup pos-pos yang diidentifikasikan dengan aktivitas periferal (kegiatan sampingan) perusahaan. Contoh-contohnya adalah pendapatan dari aktivitas keuangan, seperti sewa, bunga, deviden, dan keuntungan dari penjualan aktiva seperti peralatan dan investasi. (Smith, 1989 : 133).

5. Beban dan Kerugian di Luar Usaha

Bagian ini paralel dengan pendapatan dan keuntungan di luar usaha, tapi hasilnya justru mengurangi laba operasi, bukan menambah. Contohnya adalah beban bunga, amortisasi, diskon obligasi, dan kerugian penjualan aktiva (Smith, 1989 : 133).

6. Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan merupakan total beban pajak penghasilan selama periode terentu. Apabila dalam periode tersebut tidak ada dilaporkan pos luar biasa (Extraordinary item). Sedang apabila dalam periode


(35)

yang dilaporkan ada pos luar biasa maka total pajak harus dialokasikan diantara berbagai macam komponen pengahasilan (Skousen dkk, 2001 : 221).

Komponen laba-rugi non-operasional seperti telah dikemukakan di atas dapat dibedakan ke dalam tuga sub-kategori, yaitu :

1. Laba-Rugi Penutupan (Operasi yang dihentikan)

Berhubungan dengan sesuatuhal, sebuah perusahaan bisa jadi terpaksa tidak lagi dapat mengelak harus menghentikan operasi dari salah satu segmen bisnisnya. Menurut APB Opinion No. 30 mendefinisikan istilah major segmen sebagai lini bisnis atau kelompok pelanggan yang penting. Apabila perusahaan menghentikan operasi suatu segmen usahanya, semua elemen yang bersangkutan dengan operasi yang dihentikan harus diidentifikasikan dan dipisahkan dari operasi berlanjut agar di masa depan tetap dapat diperbandingkan.

Operasi dihentikan apabila, i. Segala tidak menguntung lagi

ii. Segmen terletak pada daerah terisolasi

iii. Tidak sesuai untuk perencanaan jangka panjang perusahaan iv. Memerlukan dana untuk mengurangi hutang jangka panjang

v. Manajemen khawatir dengan pengambil-alihan perusahaan oleh investor baru yang ingin mengendalikan perusahaan.


(36)

21

2. Pos-Pos Luar Biasa

APB statemen mendefinisikan pos-pos luar biasa sebagai kejadian atau transaksi yang mempengaruhi secara materil yang tidak diperkirakan terjadi berulang kali dan tidak dianggap merupakan hal yang berulang dalam proses operasi yang biasa dari suatu perusahaan (Sofyan S, 2001 : 231). Menurut Opinion APB No. 30, suatu pos luar biasa harus memiliki tingkat admoralitas yang tinggi dan jelas tidak berkaitan dengan, atau hanya berkaitan secara insidental dengan, aktivitas yang umum dan biasa dari entitas bersangkutan dan menurut perkiraan yang wajar tidak akan berulang di masa dekat (Smith, 1989 : 137). Pos luar biasa disajikan di dalam laporan laba-rugi secara terpisah dari komponen laba-rugi operasi berlanjut, dalam jumlah neto setelah dikurangi beban pajak pengahasilan yang terkait (Hananto, 2002 : 104).

3. Perubahan Prinsip Akuntansi

Konsistensi merupakan suatu hal yang penting dalam penerapan prinsip-prinsip akuntansi, namun ada beberapa kondisi yang dapat membenarkan perubahan dari prinsip yang satu kepada prinsip yang lain. Misalnya jika bada perumus standar mengeluarkan pengumuman baru yang mengharuskan perubahan prinsip. Apabila perumusan ini diputuskan untuk diterapkan pada operasi masa lalu, maka diperlukan ayat jurnal dalam tahun berjalan guna menyesuaikan laporan tersebut. APB telah mengakui dua cara untuk menyesuaikan


(37)

laporan berjalan : (1) sebagai penyesuaian terhadap laba bersih untuk periode terjadinya perubahan, atau (2) sebagai penyesuaian terhadap saldo awal laba yang ditahan. Masing-masing itu harus bersih dari pengaruh pajak penghasilan (Harnanto, 2002 : 104).

7. Penyajian Laporan Laba Rugi

Penyajian laporan laba-rugi diharapkan menyampaikan informasi sebagaimana mestinya sehingga dapat bermanfaat dalam pengambilan keputusan pihak eksternal. Dalam menyajikan laporan laba rugi dikenal dua istilah, yaitu : current operating income dan all inclusive income (Sofyan Safri, 2001 : 229). Perbedaan ini timbul akibat perbedaan pendapat mengenai apakah suatu pos disajikan dalam laporan laba-rugi atau dalam laporan laba ditahan.

1. Currnet Operating Income

Menurut Tuankotta (2000 : 133) konsep ini memberi penekanan pada istilah current dan opeating Income hanya akan mencerminkan perubahan-perubahan nilai dan peristiwa-peristiwa yang dapat dikendalikan oleh manajemen; hal-hal ini merupakan hasil dari keputusan dalam current periode. Segi yang kedua dari konsep ini adalah perubahan-perubahan yang dianggap relevan hanyalah perubahan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan (normal operating), sedangkan pos yang berasal dari kegiatan yang tidak biasa dicantumkan saja dalam laba ditahan. Sehingga laba di bottom line adalah laba normal. Hasil ini dianggap dapat menujukkan efesiensi daripada manajemen. Seperti yang terlihat pada contoh berikut ini :


(38)

23

Tabel 2.1

Laporan Laba Rugi PT. XYZ 31 Desember 2003 Pendapatan dan Beban Operasional

Pendapatan Operasional Pendapatan Jasa Beban Operasional Beban gaji Beban Iklan Beban Penyusutan Beban Asuransi Beban Lain – Lain

Rp. 2.250.000 1.100.000 900.000 300.000 Rp. 7.500.000 200.000

Total Beban Operasional (Rp. 5.000.000)

Laba Operasional Rp. 2.500.000

Pendapatan dan Beban Operasional Lainnya Pendapatan Operasional Lainnya

Pendapatan Sewa Pendapatan Bunga

Total Pendapatan Operasional Lainnya Beban Operasional Lainnya

Kerugian Penjualan Aktiva Beban Bunga

Total Beban Operasional Lainnya Laba Sebelum Pajak

Pajak Penghasilan

Rp. 650.000 150.000

Rp. 350.000

Rp. 800.000

(Rp. 450.000) Rp. 2.850.000 (Rp. 70.00) 100.000

Laba Bersih Rp. 2.780.000

Sumber, Penulis 2009

2. All Incluesive Income

Menurut Tuankotta (2000 : 134) konsep ini mencakup perubahan dalam kepemilikan kecuali mengenai deviden dan capital transaction. Semua komponen berasal dari kegiatan normal maupun tidak normal atau non-operasional harus disajikan dalam laporan laba rugi perusahaan. Konsep inilah yang dilakukan AAA (American Accounting Assocation) dalam penyataannya “Laporan laba-rugi untuk periode tertentu harus menggambarkan semua pengahasilan yang diakui dan seluruh biaya yang dikeluarkan dan dibebankan tanpa melihat apakah berasal dari


(39)

kegiatan operasi atau tidak”. (Sofyan Syafri, 2001 : 230). Tetapi seandainya ada koreksi kesalahan periode masal yang sudah berlalu maka hal ini dilaporkan ke dalam laporan laba ditahan bukan dilaporan laba-rugi. Seperti yang terlihat pada contoh berikut ini :

Tabel 2.2

Laporan Laba Rugi PT. XYZ 31 Desember 2003 Pendapatan dan Beban Operasional

Pendapatan Operasional Pendapatan Jasa Beban Operasional Beban gaji Beban Iklan Beban Penyusutan Beban Asuransi Beban Lain – Lain

Rp. 2.250.000 1.100.000 900.000 300.000 200.000

Rp. 7.500.000

Total Beban Operasional (Rp. 5.000.000)

Laba Operasional Rp. 2.500.000

Pendapatan dan Beban Operasional Lainnya Pendapatan Operasional Lainnya

Pendapatan Sewa Pendapatan Bunga

Total Pendapatan Operasional Lainnya Beban Operasional Lainnya

Kerugian Penjualan Aktiva Beban Bunga

Total Beban Operasional Lainnya

Laba dari Operasi Berlanjut Sebelum Pajak Pajak Penghasilan

Rp. 650.000 150.000

Rp. 350.000

Rp. 800.000

100.000

(Rp. 450.000) Rp. 2.850.000 (Rp. 70.00)

Laba dari Operasi Berlanjut Rp. 2.780.000

Laba dari Pos Luar Biasa

Pengaruh kumulatif perubahan Prinsip akuntansi

Penurunan Nilai Surat Berharga Total Laba Dari Pos Luar Biasa Laba Bersih

Rp. 200.000 (Rp. 80.000)

Rp. 120.000 Rp. 2.900.000 Sumber, Penulis 2009


(40)

25

Secara tradisional, menurut Skousen dkk (2001 : 51) penghasilan dari kegiatan operasi yang berkesinambungan telah ditampilkan baik dalam bentuk langkah tunggal (single step) atau bentuk langkah jamak (multiple step form).

1. Bentuk Langkah Tunggal (single step form)

Dalam laporan rugi bentuk tunggal adalah dimana seluruh pendapatan dan keuntungan lainnya dilaporkan terlebih dahulu dalam laporan laba rugi yang diikuti oleh semua biaya dan kerugian (Skousen, 2001 : 211). Total pendapatan dan keuntungan ini dikurangkan dengan total beban dan kerugian untuk menghitung laba bersih atau rugi bersih. Menurut Kieso, (2001 : 155) Keunggulan utama format langsung terletak pada kesederhanaan penyajian dan tidak adanya implikasi bahwa suatu jenis pos pendapatan atau beban lebih diprioritaskan. Seperti yang terlihat pada contoh berikut ini :

Tabel 2.3

Laporan Laba Rugi PT. XYZ 31 Desember 2003 Pendapatan Pendapatan Jasa Pendapatan Sewa Pendapatan Bunga Total Pendapatan Beban Beban Gaji Beben Perlengkapan Beban Iklan Beban Penyusutan Beban Asuransi Beban Lain – Lain Beban Penjualan Aktiva Beban Bunga Pajak Penghasilan Total Beban Laba Bersih Rp. 7.500.000 650.000 150.000 Rp. 2.250.000 1.100.000 900.000 300.000 250.000 200.000 350.000 100.000 Rp. 8.300.000 70.000 Rp. 5.520.000 Rp. 2.780.000 Sumber, Penulis 2009


(41)

2. Bentuk langkah jamak (multiple step form)

Beberapa pihak berpendapatan bahwa pencatuman data pendapatan dan beban penting lainnya membuat laporan laba rugi menjadi lebih informatif dan lebih bermanfaat. Laporan ini memisahkan transaksi operasi dari transaksi nonoperasi, serta membandingkan biaya dan beban dengan pendapatan yang berhubungan. Format bertahap menampilkan berbagai komponen laba yang digunakan untuk menghitung rasio yang akan dipakai dalam menilai kinerja perusahaan (Keiso, 2001 : 158). Seperti yang terlihat pada contoh berikut ini :

Tabel 2.4

Laporan Laba Rugi PT. XYZ 31 Desember 2003 Pendapatan dan Beban Operasional

Pendapatan Operasional Pendapatan Jasa Beban Operasional Beban Gaji Beban Iklan Beban Penyusutan Beban Asuransi Beban Lain – Lain Total Beban Operasional Laba Operasional

Pendapatan dan Beban Operasional lainnya Pendapatan Operasional Lainnya

Pendapatan Sewa Pendapatan Bunga

Total Pendapatan Operasional Lainnya Beban Operasional Lainnya

Kerugian Penjualan Aktiva Beban Bunga

Total Beban Operasi Lainnya Laba Sebelum Pajak

Pajak Penghasilan Laba Bersih Rp. 2.250.000 1.100.000 900.000 300.000 200.000 Rp. 650.000 150.000 Rp. 350.000 100.000 Rp. 7.500.000 (Rp. 5.000.000) Rp.2.500.000 Rp. 800.000 (Rp. 450.000) Rp. 2.850.000 (Rp. 70.000) Rp. 2.780.000 Sumber, Penulis 2009


(42)

27

4. Akuntansi Perbankan (PSAK No. 31) a. Pengertian Akuntansi Perbankan

Proses akuntansi perbankan berkembang dari teknik-teknik akutansi tradisional untuk kepentingan pencatatan, pengendalian, dan penafsiran, data keuangan gtuna memenuhi kebutuhan berbagai pihak yang berminat terhadap informasi tersebut. Informasi ini disajikan dalam bentuk laporan keuangan dimana setiap bank harus memelihara catatan-catatan guna menyediakan data bagi keperluan laporan tersebut (Laporirwa, 2000 : 6).

Akuntansi perbankan dibutuhkan oleh karena karateristik usaha perbankan unik. Usaha perbankan terhadap berbagai resiko seperti resiko likuiditas, resiko flukanasi mata uang, tingkat bunga, perubahan harga pasar, dan kegagalan pihak-pihak yang mengadakan perikatan dengan bank. Akutansi perbankan harus dapat mendorong mengungkapkan pengelolaan dengan pengendalian resiko tersebut pada laporan keuangan bank dan menentukan perlakuan transaksi-transaksi yang sering terjadi pada bank.

Di dalam Standar Akuntansi Keuangan dikatakan bahwa tujuan akuntansi perbankan adalah untuk mengatur pengakuan pengukuran, penyajian dan pengungkapan laporan keuangan bank (SAK, 2002 : 31.2).

Dengan memperhatikan perkembangan dan karateristik perusahaan perbankan, Ikatan Akuntansi Indonesia telah mengesahkan Standar Akuntansi Keuangan untuk perusahaan perbankan di Indonesia yang dituangkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 yaitu Akuntasi Perbankan (Revisi 200).


(43)

b. Gambaran Umum Kegiatan Perbankan dan Perlakukan Akuntansinya Bank merupakan perusahaan yang menyediakan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat. Menurut Kasmir (2000 : 4), ada tiga kelompok jasa yang ditawarkan bank kepada masyarakat, yaitu : menghimpun dana (dunding), menyalurkan dana (lending), dan jasa-jasa bank lainnya (service).

Menghimpun dana maksudnya adalah bagaimana upaya bank untuk menarik dana (uang) dari masyarakat agar disimpan di bank bersangkutan. Dana ini akan dijual kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Upaya ini dilakukan melalui produk simpanan seperti rekening giro, tabungan, dan rekening deposito.

Kegiatan pengeluaran dana dilakukan melalui pemberian kredit atau pinjaman yang diperoleh dari kegiatan funding. Namun, apabila dana yang dihimpun tidak cukup untuk disalurkan maka pihak bank terus berusaha untuk menghimpun dana kembali melalui berbagai penawaran dari masyarakat.

Kegiatan service bertujuan memperlancar jasa perbankan yang suda ada. Keuntungan dari jasa-jasa bank ini diperoleh dari biaya administrasi, komisi, sewa, dan biaya lain-lain.

Dari penjelasan di atas, bank berfungsi sebagai perantara keuangan, maka dalam hal ini faktor kepercayaan dari masyarakat merupakan faktor utama dalam menjalankan bisnis perbankan. Untuk mendapata kepercayaan dari masyarakat, bank harus dapat menjaga kesehatan perusahaan tersebut, terutama yang berkaitan dengan likuiditas, solvabilitas dan resiko. Ikatan Akuntansi Indonesia menyatakan industri perbankan memiliki tipe usaha yang sangat melekat dengan likuiditas,


(44)

29

solvabilitas, dan resiko-resiko lainnya seperti fluktuasi mata uang, tingkat bunga, perubahan harga pasar, dan kegagalan pihak-pihak yang mengadakan perikatan dengan bank.

Di dalam SAK dinyatakan penyajian laporan keuangan bank harus dapat mendorong pengungkapan terhadap hal-hal yang terkait dengan pengelolaan dan pengendalian likuiditas dan resiko (2002 : 31.2). Demikian juga manajemen bank, harus dapat menyajikan laporan keuangan yang mengungkapkan pengelolaan ketiga kelompok jasa yang telah dijelaskan.

Dalam SAK No. 31, dinyatakan bahwa laporan keuangan perusahaan perbankan terdiri atas :

a) Neraca

b) Laporan Laba Rugi c) Laporan Arus Kas

d) Laporan Perubahan Ekuitas e) Catatan atas Laporan Keuangan

Dalam hal ini, penulis memusatkan perhatian pada penyajian laporan laba-ruginya. Menurut PSAK No. 31 paragraf 90, bank menyajikan laporan laba-rugi dengan mengelompokkan pendapatan dan beban menurut karateristiknya dan disusun dalam bentuk berjenjang (multiple step) yang menggambarkan pendapatan atau beban yang berasal dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya. Bank menyajikan laporan laba rugi, dengan membagi atau memisahkan unsur-unsur dari kegiatan operasional dan non-operasional.


(45)

Tabel 2.5 PT. BANK XYZ LAPORAN LABA RUGI

Untuk tahun berakhir pada tanggal 201 dan 20X2

Sumber, Penulis 2009

20X1 Rp.

20X2 Rp. PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL

Pendapatan Bunga Bunga

Provisi dan Komisi Jumlah Pendapatan Bunga

8.400.000 9.500.000 300.000 8.700.000 325.000 9.825.000 Beban Bunga Bunga

Provisi dan Komisi Jumlah Beban Bunga

4.800.000 5.000.000 200.000

(5.000.000)

225.000 (5.225.000) Pendapatan Bunga – Bersih 3.700.000 4.600.000

Pendapatan Operasional Lainnya Pendapatan Transaksi Mata Uang Asing

Pendapatan – Bersih dari Penyertaan Saham Pendapatan Deviden (Metode Biaya)

Imbalan (fee)

Keuntungan Bersih Penilaian Efek yang diperdagangkan

Keuntungan Bersih Penjualan Efek Lain – lain

250.000 350.000 110.000 130.000 210.000 320.000 300.000 420.000 200.000 100.000 250.000 300.000 130.000 150.000 Jumlah Pendapatan Operasional Lainnya

Beban Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif Beban Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontijensi

(550.000) (350.000)

(425.000) (400.000) Beban Operasional Lainnya

Administrasi dan Umum Tenaga Kerja

Lain – lain

Jumlah Beban Operasional Lainnya Laba (Rugi) Operasional

Pendapatan dan Beban Non Operasional

(530.000) (170.000) (150.000) (600.000) (185.000) (850.000) 3.450.000 (175.000) (960.000) 4.535.000 Pendapatan Non Operasional

Pendapatan Sewa Lain – lain

Jumlah Beban Bersih Non Operasional

80.000 75.000 60.000

140.000

50.000 125.000 Baban Non Operasional

Kerugian Penjualan Aktiva Lain – lain

Jumlah Beban Bersih Non Operasional

(65.000) (50.000) (115.000) (85.000) (75.000) (160.000) PENDAPATAN (BEBAN) NON-PERASIONAL

LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK PENGAHASILAN TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN

LABA (RUGI) BERSIH

25.000 3.475.000 (215.000) 3.260.000 (35.000) 4.500.000 (275.000) 4.225.000


(46)

31

Menurut PSAK No. 31 paragraf 92, penyajian pada laporan laba rugi tidak terbatas pada unsur-unsur pendapatan dan beban sebagai berikut :

1. Pendapatan Bunga 2. Beban Bunga 3. Pendapatan Komisi 4. Beban Provisi dan Komisi

5. Keuntungan atau Kerugian Penjualan Efek 6. Keuntungan atau Kerugian Investasi Efek 7. Keuntungan atau Transaksi Valuta Asing 8. Pendapatan Deviden

9. Pendapatan Operasinal Lainnya

10.Beban Penyisihan dan aktiva Produktif Lainnya 11.Beban Administrasi Umum

12.Beban Operasional

Menurut PSAK No. 31 paragraf 95, pos-pos pendapatan dan beban tidak boleh dihapuskan, kecuali yang berhubungan dengan transaksi lindung nilai dan dengan aktiva dan kewajiban yang disaling-hapuskan. Saling hapus harus dilakukan secara hati-hati. Saling hapus yang tidak tepat dapat menyulitkan pengguna laporan keuangan dalam memahami kinerja dari berbagai aktivitas bank dan tingkat imbal hasil yang diperoleh dari jenis-jenis aktiva tertentu.

1. Prinsip Mengenai Pendapatan Bank

Dasar yang digunakan dalam pengakuan pendapatan bank merupakan hal yang fundamental dalam hubungannya dengan pengukuran tingkat rentabilitas


(47)

(keuntunga) suatu bank. Kegiatan utama bank adalah menghimpun dana yang pada umumnya berbunga (interest bearing) dan menanamkannya dalam aktiva produktif. Menurut PSAK No. 31 pada bank terdapat kemungkinan perbedaan waktu antara diterimanya pendapatan dan terjadinya beban atas penggunaan sumber daya untuk mengahasilkan pendapatan tersbut. Oleh karena itu, pengaitan (macthing) antara pendapatan dan beban bank tidak mudah dilakukan sehingga dalam pengakuan pendapatan dan beban bank diperhatikan karateristik usaha bank tersebut.

Pendapatan utama dari operasi bank adalah pendapatan bunga, pendapatan provisi dan komisi, serta pendapatan jasa lainnya. Setiap jenis pendapatan diungkapkan secara terpisah agar penggunaan dapat menilai kinerja bank (IAI, 2002 : 31.8).

a. Pendapatan Bunga

Pendapatan Pedoman Akuntansi Indonesia (PAPI) pendapatan bunga adalah pendapatan yang diperoleh dari penanaman dana bank pada aktiva produktif. Yang dimaksud dengan aktiva produktif adalah penanaman dana rupiah mapun mata uang asing dalam bentuk kredit, efek (surat berharga), efek yang dibeli dengan janji dijual kembali (reserve repo). Tagihan derivatif, tagihan akseptasi, penempatan dana pada bank lain, penyertaan, dan lain-lain (IAI, 2002 : 31.3).

PSAK No. 31 paragraf 20 menyatakan bahwa “Pendapatan bunga diakui secara akrual kecuali pendapatan bunga dari kredit dan aktiva produktif lain yang non-performing. Pendapatan bunga dari kredit dan aktiva produktif lain


(48)

33

yang non-performing hanya boleh diakui apabila pendapatan tersebut telah diterima”. Tetapi apabila terdapat bunga yang telah diakui tetapi belum tertagih, maka bunga tersebut harus dibatalkan.

Kredit non-performing pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya telah lewat sembilan puluh hari setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Menurut PSAK No. 31 paragraf 25 “ seluruh penerimaan yang berhubungan dengan kredit diragukan dan macet diakui terlebih dahulu sebagai pengurang pokok kredit dan kelebihan penerimaan dari pokok kredit diakui sebagai pendapatan bunga”

b. Provisi dan Komisi

Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001 : IV. 3.1) mengemukakan pengertian komisi adalah imbalan jasa perantara yang diterima atau dibayar atas suatu transaksi atau aktivitas yang mendasari. Sedangkan provisi adalah imbalan yang diterima atau dibayar sehubungan dengan fasilitas yang diberikan atau diterima.

Menurut PAPI, jenis-jenis komisi antara lain adalah komisi akseptasi, komisi penjaminan, komisi kiriman uang, komisi arranger, komisi transaksi kartu kredit. Provisi biasanya dikenakan atas transaksi yang mempunyai jangka waktu tertentu, antara lain penerimaan atau pembayaran provisi untuk penyediaan plafond kredit, provisi bank garansi, iuran tahunan kartu kredit, dan biaya komitmen (commintment fee).


(49)

Pada PSAK No. 31 paragraf 29 menyatakan bahwa pendapatan selain bunga yang berkaitan dengan jangka waktu diakui selama jangka waktu tersebut. Pernyataan ini berlaku untuk komisi dan provisi. Dengan demikian semua provisi dan komisi yang berkaitan jangka waktu diperlakukan sebagai pendapatan atau beban yang ditangguhkan dan diamoritsasi secara sistematis selama jangka waktu komitmen tersebut. Komisi dan provisi yang tidak terkait dengan jangka waktu sebagai pendapatan atau beban pada saat terjadinya transaksi.

c. Pendapatan Jasa Lainnya

Disamping keuntungan yang diperoleh dari kegiaran pokok perbankan yaitu selisih bunga simpanan dengan bunga pinjaman (Spead Based) maka pihak perbankan juga dapat memperoleh keuntungan lainnya yaitu dari transaksi jasa-jasa bank lainnya. Keuntungan dari transaksi dalam jasa-jasa-jasa-jasa bank ini disebut dengan fee based. Kegiatan pebankan ini terdiri atas kegiatan yang berkaitan dengan jangka waktu dan tidak berkaitan dengan jangka waktu.

Pada PSAK No. 31 paragraf 73 menyatakan bahwa pendapatan dan beban yang berkaitan dengan jangka waktu diakui selama jangka waktu tersebut. Pendapatan dan beban yang tidak berkaitan dengan jangka waktu diakui pada saat terjadinya transaksi dalam periode yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa setiap pendapatan yang berkaitan dengan waktu ditangguhkan dan diamortisasi secara sistematis selama jangka waktu komitmen tersebut.

Pendapatan yang berkaitan dengan jangka waktu, antara lain, ialah komisi dan provisi dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan prekreditan. Sementara itu, pendapatan dan beban yang tidak berkaitan dengan jangka waktu,


(50)

35

antara lain, ialah transaksi pengiriman uang, pembukaan L/C, penjualan cek perjalanan (traveller cheque), anjungan tunai mandiri (ATM), dan penerbitan wesel bank (bank draft).

2. Prinsip Mengenai Beban Bank

Beban utama dari operasi bank adalah beban bunga, beban komisi, beban penyisihan kerugian aktiva produktif, beban yang berkaitan dengan penurunan nilai tercatat investasi dan beban administrasi umum.

a. Beban Bunga

Beban bunga adalah beban yang dibayarkan kepada nasbah atau pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan penghimpunan dana (PAPI, 2001 : VI.2.1). Menurut PSAK No. 31 paragraf 27, beban bunga ini diakui secara accrual basis.

Beban dalam kegiatan perkreditan, antara lain, terdiri dari beban bunga dan beban lain yang dikeluarkan dalam rangka penghimpunan dana, seperti hadiah, premi atau, diskonto dari kontrak berjangka dalam rangka pendanaan, dan biaya/premi program penjaminan.

b. Beban Peyusuhan Kerugian Kredit dan Aktiva Produktif Lainnya Menurut PAPI (2001 : III.8D.1) penyisihan kerugian kredit adalah penyisihan yang dibentuk, baik dalam rupiah maupun mata uang asing untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul sehubungan dengan penanaman dana ke dalam kredit. PSAK No. 31 paragraf 16, mengungkapkan bahwa penyisihan kerugian kredit dibentuk sebesar estimasi kerugian kredit yang tidak dapat ditagih sesuai dengan mata uang denominasi yang diberikan. Jika kredit diberikan dalam rupiah, penyisihan kerugian kredit pun dibentuk dalam rupiah.


(51)

Jika kredit diberikan dalam mata uang asing, penyisihan kerugian kredit juga dibentuk dalam mata uang asing tersebut.

Menurut PAPI (2001 : III.8D.1), besar penyisihan kerugian kredit ditentukan dengan memperhatikan :

a. Kualitas kredit yang ditetapkan berdasarkan prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas dan kemampuan membayar debitur.

b. Nilai agunan yang tersedia, yang diperhatikan, antara lain, berdasarkan jenis agunan, harga pasar, umur penilaian (jika aktiva tetap), dan adanya penilaian yang telah dilakukan oleh penilaian independen.

c. Keyakinan/penilaian bank terhadap kemungkinan dapat ditagihnya kredit tersebut.

Kegiatan penghapusan kredit dapat dilakukan terhadap bagian yang tidak dapat tertagihn (IAI, 2002 : 31.6), menurut PSAK No. 31 paragraf 40 “penerimaan kredit yang telah dihapus dibukukan diakui sebagai penyesuaian terhadap penyisihan kerugian kredit sebesar nilai pokok. Jika penerimaan tersebut melebihi nilai pokoknya maka kelebihan tersebut akui sebagai pendapatan bunga”.

Menurut PAPI beban penyisihan kerugian kredit disajikan sebelum beban operasional pada pos beban penyisihan kerugian kredit (2001 : III.8D.4)


(52)

37

c. Beban Administrasi Umum

Beban administrasi umum adalah berbagai beban yang timbul untuk mendukung kegiatan operasional bank. Dalam buku PAPI, menyatakan bahwa ciri-ciri beban administrasi umum adalah sebagai berikut :

a. Tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan jasa yang dihasilkan b. Tidak memberikan manfaat pada masa yang akan datang

c. Diakui seluruhnya sebagai beban pada periode terjadinya

Beban ini merupakan bagian dari beban operasional bank yang disajikan dalam pos tersendiri dan dirinci berdasarkan jenis beban.

Jenis-jenis beban adminstrasi umum antara lain adalah sewa, promosi, biaya tenaga kerja, pendidikan dan pelatihan, penyusutan aktiva tetap, dan amortisasi aktiva tidak berwujud (PAPI, 2001 : VI.5.1).

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sebagai pembanding dari penelitian ini akan dibahas beberapa penelitian terdahulu :

1. Fransiska P. A. Laoly (2005) telah meneliti tentang “Penerapan PSAK No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Dalam Penyajian Laporan Laba Rugi pada PT. Bank Mandiri”. dan dari penelitian tersebut menyimpulkan sebagai berikut :

a. Pendapatan Utama PT. Bank Mandiri adalah Pendapatan bunga dari aktiva produktif. Pendapatan ini telah diakui secara akrual kecuali aktiva produktif yang nonperforming. Pendapatan bunga aktiva produktif yang nonperforming diakui secara akrual.


(53)

b. Beban bunga merupakan pengeluaran utama bank Mandiri dimana telah diakui secara akrual.

2. Joshua (2008) telah meneliti tentang “Penerapan PSAK No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Dalam Penyajian Laporan Laba Rugi pada PT. Bank Negara Indonesia (BNI)”. dan dari penelitian tersebut menyimpulkan sebagai berikut :

a. Pendapatan dan Beban selain bunga yang berhubungan denngan waktu telah diakui selam jangka waktunya, kecuali terhadap pendapatan dan beban yang nilainya tidak material, diakui pada saat transaksi terjadi.

b. Perusahaan mengestimasi kerugian aktiva produktif berdasarkan manajemen terhadap kualitas aktiva produktif pada akhir tahun dan juga mempertimbangkan kondisi ekonomi secara umum.

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :


(54)

39

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber, Penulis 2009

Laporan laba rugi yang disajikan oleh perusahaan akan dibandingkan dengan ketentuan-ketentuan yang ada oleh PSAK no. 31 tentang akuntansi perbankan, kemudian akan diuraikan perbedaan-perbedaan yang ada.

Jika terdapat perbedaan, maka akan diuraikan hal-hal yang menjadi pengaruh dalam perbedaan tersebut.

2. Hipotesis

Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris. Berdasarkan uraian teori dan kerangka konseptual yang telah dikemukan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : “Apakah PT. Bank Sumut Medan telah menyusun laporan laba-rugi sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan no. 31?”

Penerapan PSAK No.31 (Akuntansi Perbankan)

Laporan Laba Rugi

Bank Sumut PT BANK

SUMUT MEDAN


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif, dalam bentuk studi kasus, yaitu penelitian yang rinci tentang suatu objek tertentu untuk kurun waktu tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan spesifik terhadap fakta–fakta yang menjelaskan hubungan sebab akibat, dan bersifat eksploratif untuk menerangkan sebab terjadinya dan bagaimana memecahkannya.

B. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan bersifat kualitatif yang terdiri dari :

1. Data primer, yaitu segala data yang diperoleh melalui pengamatan pada perusahaan mengenai sistem akuntansi penggajian dan pengupahan dan hubungannya dengan pengambilan keputusan.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber yang sudah terdokumentasi diperusahaan antara lain sejarah perusahaan, struktur organisasi, serta literatur-literatur terkait.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan ada beberapa cara yaitu sebagai berikut:


(56)

41

1. Teknik Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti khususnya pada bagian kepegawaian.

2. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan bagian akuntansi, kepegawaian, dan bagian yang terkait.

3. Teknik dokumentasi, yaitu meneliti dokumen organisasi yang berhubungan dengan penelitian ini guna mendapatkan data yang diperlukan.

D. Metode Analisis Data

Analisa data yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode deskriptif, metode yang mengumpulkan, menyusun, mengelompokkan, menginterpretasikan, dan menganalisa data serta dibandingkan dengan teori-teori, kemudian diambil suatu kesimpulan dan selanjutnya memberikan saran.

E. Responden

Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah kepala devisi administrasi dan keuangan, serta staff akuntansi dan karyawan lainnya yang dianggap dapat memberikan informasi atau masukan data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini.

F. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dijadwalkan seperti yang tertera pada tabel berikut ini dan lokasi penelitian terdapat pada PT. Bank Sumut Medan, bertempat di Jln.Imam Bonjol No.18 Medan.


(57)

Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tahapan Penelitian Feb

2009

Mar – Sep 2009

Okt 2009

Nov 2009

Des 2009

Jan 2010

Pengajuan Judul X X

Penyelesaian Proposal X X X

Pengumpulan Data X X X X

Seminar Proposal X

Penulisan Laporan X X

Penyelesaian Laporan X X


(58)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Data Penelitian dan Gambaran Umum PT. Bank Sumut a. Sejarah Singkat PT. Bank Sumut

Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara didirikan pada tanggal 4 November 1961 dengan Akte Notaris Rusli Nomor 22 dalam bentuk perseroan terbatas.

Berdirinya bank-bank pembangunan daerah didorong keinginan untuk mempercepat dan memperlancar pembangunan di daerah. Bertolak dengan keinginan tersebut, maka pada tahun 1962 dibuatlah undang-undang Nomor 13 Tahun 1962 tentang ketentuan pokok Bank-Bank Pembangunan Daerah. Undang-undang ini sekaligus merupakan dasar hukum pendirian bank pembangunan daerah di Indonesia.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962 tersebut, BPDSU dirubah dari perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas menjadi bank milik pemerintahan daerah dengan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 1965. Dalam peraturan daerah ini modal dasar ditetapkan sebesar Rp 100.000.000 (Seratus Juta rupiah, uang lama) dan saham-sahamnya hanya dimiliki oleh Pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan Pemerintahan Daerah Tingkat se-Sumatera utara.

Dalam perkembangan selanjutnya pemerintah mengundangkan UU Nomor 14 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok perbankan di


(59)

kemampuan dan peranannya guna melayani kepentingan dan kebutuhan daerah dalam upaya memperlancar pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah.

Pada tahun 1979 modal setor penuh oleh pemegang saham yaitu dari Pemerintahan Daerah Tingkat II se-Sumatera Utara sesuai dengan kebutuhan usaha, modal setor ditingkatkan menjadi Rp 5 Milyar.

Pada akhir tahun 1982 modal dasar Rp 2 Milyar tersebut telah di setor penuh. Dengan keputusan DPRD Tingkat I dan Sumatera Utara Nomor 13/K/1983 tanggal 10 Januari 1983, modal dasar ditingkatkan menjadi Rp 15 Milyar.

Deregulasi perbankan tahun 1983 dan adanya keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1984 tentang Tata Kerja Bank Pembangunan Daerah, serta kebutuhan pengembangan usaha, maka Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 1985 tentang BPDSU yang sekaligus merubah modal dasar menjadi Rp 25 Milyar.

Pada tanggal 16 April 1999 bentuk badan hukum dirubah kembali menjadi Perseroan Terbatas sesuai dengan akte pendirian Nomor 38 Yahun 1999 yang mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman RI Nomor C-8224 HT. 01. 01 TH’99 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 54 tanggal 6 Juli 1999. Modal dasar ditetapkan sebesar Rp 400.000.000.000,- (empat ratus milyar ruppiah). Dasar perubahan bentuk hukum dan modal dasar sebelumnya telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 1999.


(60)

45

Berdasarkan akte perubahan Nomor 13 tanggal 15 Desember 1999 Notaris Marwansyah Nasution, SH dilakukan perubahan modal dasar PT. Bank Sumut dari Rp 400 Milyar menjadi Rp 500 Milyar.

Dalam pelaksanaan oprasionalnya, PT. Bank Sumut berfungsi sebagai alat pengembangan ekonomi daerah, sebagai bank umum, juga turut serta membantu pemerintah mendorong percepataan pertumbuhan ekonomi daerah dan menggerakan ekonomi kerakyatan dengan menyalurkan kredit pada usaha kecil dan menengah serta koperasi. Operasi bank bergerak dari kantor pos, tercatat pernah menempati kantor di jalan Palang Merah Medan, kemudian dipindahkan ke jalan Imam Bonjol Nomor 7 Medan. Pada tanggal 20 April 1989 Menteri Dalam Negeri berkenan meresmikan pemakaian gedung kantor baru yang cukup megah dan representatif terletak di jantung bisnis kota medan, tepatnya di jalan Imam Bonjol Nomor 7 Medan.

Dalam hal melaksanakan kegiatan operasionalnya, Bank Sumut digerakan dari kantor pusatnya yang terletak di jalan Imam Bonjol No.7 Medan. Adapun pekerjaannya juga didukung oleh jaringan kantor di seluruh daerah kabupaten, kotamadya dan sampai ke desa-desa di kecamatan dengan jumlah kantor sebagai berikut :

i. Kantor cabang sebanyak 18 unit ii. Kantor kas sebanyak 24 unit iii. Kas mobil sebanyak 15 unit iv. Payment point sebanyak 1 unit


(61)

Struktur organisasi dalam suatu perusahaan akan mempengaruhi mekanisme dan sistem yang dipergunakan dalam perusahaan tersebut. Untuk itu perlu adanya rancangan struktur organisasi yang baik untuk memperjelas lingkup sehingga semua tahu siapa yang harus melakukan dan siapa yang bertanggung jawab atas hasil sebuah pekerjaan sehingga dapat menciptakan efisiensi dalam pekarjaan. Dengan struktur organisasi yang baik maka akan jelas deskripsi kerja setiap orang dalam setiap bagian atau lapangan kerja yang akan menghasilkan suatu jaringan komunikasi yang baik bagi pengambilan keputusan yang mencerminkan dan mendukung sasaran serta tujuan perusahaan.

Adapun struktur organisasi PT. Bank Sumut adalah sebagai berikut : i. Keputusan tertinggi dalam struktur organisasi berada pada

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

ii. Dewan komisaris merumuskan kebijaksanaan pengelolaan bank serta mengawasi pelaksanaannya.

iii. Direksi bertugas untuk menjalankan operasional perbankan dengan berpedoman pada ketetapan RUPS yang telah dirumuskan oleh dewan komisaris.

iv. Dalam menjalankan tugasnya tersebut, Direksi dibantu oleh sepuluh orang kepala devisi dan seorang staff direktur kepatuhan.

Struktur organisasi PT. Bank Sumut Medan dapat dilihat pada lampiran I, dengan pembagian tugas dari masing-masing devisi adalah sebagai berikut :


(62)

47

i. Devisi Perencanaan, Pengembangan, dan Pembinaan cabang, dengan fungsi sebagai berikut :

• Merumuskan beberapa langkah-langkah strategi untuk pengembangan Bank

• Merencanakan pengembangan usaha Bank

• Menilai dan membina Kantor Cabang Bank ii. Devisi Kepatuhan memiliki fungsi sebagai berikut :

• Menata setiap kebijakan dan ketentuan Bank agar tidak bertentangan dengan peraturan dan perundangan yang berlaku

• Memantau, mengkaji ulang, mengevaluasi dan memberi rekomendasi serta menyampaikan laporan profil/komposisi risiko secara berkala

iii. Devisi Sumber Daya Manusia memiliki fungsi yaitu :

• Menyediakan kebutuhan sumber daya manusia untuk kelangsungan operasional bank

• Menciptakan dan mengembangkan sumber daya manusia bank yang profesional

iv. Devisi Administrasi Keuangan memiliki fungsi yaitu :

• Merumuskan sistem administrasi keuangan bank yang handal

• Memelihara dan mengembangkan program teknologi sistem informasi


(63)

memelihara sarana dan prasarana kerja bank. vi. Devisi Devisi Treasury memiliki fungsi yaitu :

• Mengelola sumber dana bank untuk mendapatkan hasil yangn optimal

• Mengevaluasi sasaran dibidang sumber dana

• Mereview skim produk dan jasa yang ada untuk meraih potensi pasar

• Memperluas pangsa pasar produk jasa vii. Devisi Kredit memiliki fungsi yaitu :

• Mengevaluasi sasaran di bidang perkreditan

• Mereview skim kredit yang ada untuk meraih potensi pasar

• Memperluas pangsa pasar kredit

viii. Devisi Penyelamat Kredit memiliki fungsi yaitu untuk mengelola penyeleksian kredit bermasalah.

c. Kegiatan Usaha PT. Bank Sumut

Kegiatan PT. Bank Sumut berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 1993 tentang PT. Bank Sumut adalah bahwa tugas dan usaha PT. Bank Sumut mencakup antara lain :

i. PT. Bank Sumut merupakan salah satu alat kelengkapan otonomi daerah di bidang keuangan/perbankan dan manajemen usahanya sebagai bank umum sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(64)

49

ii. Untuk mancapai maksud dan tujuan tersebut maka PT. Bank Sumut menyelenggarakan usaha-usaha antara lain :

• Menghitung dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bantuk lainnya yang dipersamakan dengan itu

• Memberikan kredit

• Menerbitkan surat pengakuan hutang

• Membeli, menjual, dan meminjamkan atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasbahnya : - Surat-surat wesel termasuk yanng di akseptasi oleh

bank yang masa berlakunya tidak lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud

- Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud

- Kertas pembendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah

- Surat sertifikat Bank Indonesia - Obligasi

- Surat dagang berjangka waktu sanpai dengan 1 (satu) tahun

• Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan nasabah


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan Syarif, 2001, Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hendrikson, Eldon, 1999, Teori Akuntansi, Edisi 4, jilid 1, Erlangga, Jakarta. Hongren,dkk, 1997, Akuntansi di Indonesia, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta. Indra, Bastian, Suharjono, 2006, Akuntansi Perbankan , Buku 2, Salemba Empat,

Jakarta.

Kasmir, 2002, Dasar-Dasar Perbankan, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kieso, Donald E, Weygendt, Jerry, Warfield, Terry D., 2002, Akuntansi Intermediate, Edisi Kesepuluh, Erlangga, Jakarta.

Niswonger, Rollin C, Warren, Carl S., Reeve, James M., Fess, Philip E., 1999, Prinsip-Prinsip Akuntansi, Jilid 1, Edisi ke-19, Erlangga, Jakarta.

Simamora, Henry, 2000, Akuntansi, Basis Pengembalian Keputusan Bisnis, Jilid 1, Edisi Kesepuluh, Jakarta.

Suwarjono, 2003, Akuntansi Pengantar, Edisi 3, BPEE, Yogyakarta.

Tuanakotta, Teodorus M., 2000, Teori Akuntansi, Buku Satu, Lembaga Penerbitan FE-UI, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2000, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.


(2)

LAMPIRAN

STRUKTUR ORGANISASI

PT. Bank Sumut Medan

Dewan Komisaris

Direktur Utama

Direkrut Pemasaran Direktur

Umum Direktur

Kepatuhan

Devisi Usaha Syariah

Devisi Penyelamatan

Kredit Devisi Kredit

Devisi Treasury Devisi Sumber

Daya Manusia

Devisi Administrasi

Keuangan

Devisi Umum Devisi

Perencanaan, Pengembangan

Cabang

Devisi Kepatuhan Devisi

Pengawasan


(3)

65

PT. BANK SUMUT LAPORAN LABA RUGI Untuk Tahun Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2008 dan 2007

2008 (Rp)

2007 (Rp) Pendapatan Dan Beban Operasional

Pendapatan Bunga Bunga

Provisi dan Komisi

Jumlah pendapatan Bunga

426.498.094.543 3.085.498.776 429.583.593.319 432.140.557.594 2.264.608.839 43.4.405.166.433

Beban bunga (180.587.145.969) (205.998.809.223)

Pendapatan Bunga – Bersih 248.726.447.350 228.406.357.210

Pendapatan dan Beban Operasional Lainnya Pendapatan provisi dan komisi

Lain-lain

Jumlah Pendapatan operasional lainnya Beban tenaga kerja dan tunjangan Beban Administrasi dan Umum

Penyisihan pengahapusan aktiva produktif Jumlah beban operasional lainnya

2.850.330.117 42.026.036.294 44.876.366.411 (54.616.042.026) (104.206.315.234) (13.738.708.234) (172.561.065.987) 708.717.289 32.278.107.434 32.986.824.723 (44.113.458.511) (90.830.033.455) (64.999.918.060) (199.943.410.026 Beban operasional lainnya – bersih (127.684.699.576) (166.956.585.303)

LABA OPERASIONAL 121.041.747.774 61.449.771.907

Pendapatan dan Beban Non Operasional Pendapatan non operasional

Beban non operasional

Pendapatan dan beban non operasional

1.600.370.404 (1.560.311.098) 40.059.306 2.638.260.880 (4.134.284.449) (`1.496.023.619)

LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 121.081.807.080 59.953.748.288

Taksiran pajak penghasilan badan

Penghasilan / (Beban) pajak tangguhan (38.339.465.944) (18.353.484.612)


(4)

RINCIAN PENDAPATAN DAN BEBAN PT. BANK SUMUT

PENDAPATAN BUNGA

2008 (Rp)

2007 (Rp) Kredit yang di berikan

Penempatan pada BI

Penempatan pada bank-bank lain Surat-surat berharga

299.870.125.114 40.685.940.467 52.864.834.861 33.077.194.101

250.237.249.562 15.243.242.385 120.705.971.090 45.954.094.557 426.498.094.543 432.140.557.594

Provisi dan Komisi 3.085.498.776 2.264.608.839

Jumlah 429.583.593.318 434.405.166.433

BEBAN BUNGA

2008 (Rp)

2007 (Rp)

Deposito Berjangka 87.646.250.303 121.472.567.418

Sertifikat Deposito 3.058.039 35.519.873

Deposito call 1.329.041 1.294.519

Giro 51.823.189.410 46.942.593.953

Tabungan 39.382.723.235 36.033.146.787

Call Money 15.145.834 1.250.000

Pinjaman yang diterima 82.504.828 165.903.266

B unga hadiah 1.902.945.279 1.346.533.407


(5)

67

PENDAPATAN OPERASIONAL LAINNYA

2008 (Rp)

2007 (Rp)

Provisi dan Komisi 2.850.330.117 708.717.289

Administrasi giro 554.202.350 464.069.800

Administrasi pinjaman 28.817.367.234 24.133.516.510

Taksasi kredit / bank garansi 114.844.461 66.404.233

Referensi Bank 910.785.000 713.896.000

Administrasi tabungan 1.210.586.530 1.208.419.895

Administrasi lainnya 1.634.062.209 885.729.514

Deviden 94.202.537 130.623.402

Penjualan barang cetakan 213.317.043 185.569.880

Pendapatan piutang yang sudah dihapuskan 162.880.169 73.973.886

Denda overdraf dan Ceukan 60.216.715 72.837.504

Kawat telepon dan teleks 328.458.040 382.0423.024

Hasil denda 752.863.243 334.256.689

Lainnya 7.172.550.943 3.626.387.097

Jumlah 44.876.366.411 32.986.824.723

BEBAN TENAGA KERJA DAN TUNJANGAN

2008 (Rp)

2007 (Rp)

Air 271.814.413 172.270.915

Listrik 2.433.837.899 1.900.066.967

Telepon 1.361.306.498 1.185.492.454

Teleks 365.800 899.913

Gas 11.795.000 10.745.400

Tromol Pos 7.032.585 4.515.930

Pemeliharaan perbaikan 5.752.133.282 6.013.223.095

Alat tulis dan cetak 3.070.080.905 2.489.808.694

Sewa 5.131.073.093 1.994.701.504

Promosi 17.146.093.770 2.843.619.981

Representasi 87.170.000 102..926.355

Surat khabar dan majalah 91.139.600 68.760.200

Premi Asuransi 8.080.367.289 7.183.989.656

Pajak dan pungutan 5.645.015.021 3.987.048.191

Pengawasan & Pemakaian tenaga Ahli 8.827.896.926 20.329.399.381

Pendidikan dan latihan 3.059.523.360 1.4182.643.919

Perjalanan dina sdan penginapan 2.091.500.963 1.900.546.152

Pertemuan dan rapat 1.002.285.528 763.816.369

Provisi dan komisi lain selain kredit 386.506.249 142.047.415

Penyusutan aktiva tetap 6.502.223.191 5.832.513.856

Amortisasi beban yang ditangguhkan 23.279.897.907 23.267.948.953

Lain-lain 9.966.956.448 9.153.048.155


(6)

PENDAPATAN NON-OPERASIONAL

BEBAN TENAGA KERJA DAN TUNJANGAN

2008 (Rp)

2007 (Rp)

Hasil sewa 972.477.814 1.528.848.960

Hasil Jasa komunikasi 16.837.801 7.887.666

Lain-lain 611.054.789 1.101.524.254

Jumlah 1.600.370.404 2.638.260.880

BEBAN NON OPERASIONAL

2008 (Rp)

2007 (Rp)

Denda sanksi 56.578.798 60.162.482

Pemberian hadiah kepada pegawai 637.517.350 254.248.492

Sumbangan-sumbangan 719.722.450 172.781.250

Kerugian agunan yang diambil alih 2.974.149.733

Lain-lain 146.492.500 672.942.542