Proses Administrasi Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

(1)

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

PROSES ADMINISTRASI PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH

DISUSUN OLEH

NAMA : ANAS AMAR TAQWA DAMANIK NIM : 072600077

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan judul “Proses Administrasi Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 21 Orang Pribadi di Kantor Pajak Pratama Medan Petisah”.

Laporan PKLM ini diajukan guna untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna baik dalam susunan kalimat maupun pembahasannya, Oleh karena itu penulis mengharapkannya adanya kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun laporan ini kearah yang lebih baik.

Penulis laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan perhatian berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada:

- Bapak Prof. Dr. M.Arif Nst,M .A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

- Bapak Drs.H.M. Husni Thamrin Nst, Msi, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.


(3)

- Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA, selaku Dosen Wali.

- Ibu Dra. Elita Dewi, Msp, selaku Dosen Pembimbung, yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan pengarahan dalam proses penulisan Laporan PKLM.

- Seluruh Dosen Pengajar Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, yang telah memberi ilmu dan wawasan selama mengikuti perkuliahan.

- Seluruh Staf Pengajar jurusan Administrasi Perpajakan yang telah banyak membantu penulis.

- Bapak Jackson, SE, Abang Jonathan serta masing-masing kepala seksi yang telah membantu saya dalam memperoleh data yang diperlukan.

- Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayangnya, didikan, dorongan dan restunya kepada penulis, dan juga materiil yang diberikan yang tidak dapat dinilai dengan suatu apapun.

- Buat Adikku Yati dan adikku tersayang Khairiah terima kasih atas dorongan, semangat dan do’anya sehingga penulis tetap bersemangat menghadapi segala rintangan dan cobaan. Khusus buat jagoan kecil Aditya Putra ponakanku yang gendut, dan lucu yang membuat penulis bersemangat.

- Seluruh teman-teman terbaikku Tax B’ 2007 yang telah banyak membantu dan memberikan sumbangan pikiran dalam menyelesaikan laporan ini. dan keluarga besar IMPROSAJA gak nyangka bisa kenal dengan kalian yang unik-unik dan gokil gak terasa 3 tahun telah kita lalui bersama khususnya sahabat-sahabatku ( agung, cebong, joel, ody, surya, ari, bayu, heru, jairun )


(4)

pokoknya dari A sampai Z juga, makasih buat semuanya, Insyallah persahabatan ini tidak hanya sampai disini tapi untuk selamanya.

- Seluruh teman-teman seperjuangan Tax ‘ Stambuk 2007

- Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya mengucapkan ribuan terimakasih atas bantuan dan dukungannya sehingga laporan ini dapat selesai. Dan saya berharap kiranya Laporan PKLM ini dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.

Medan, Juni 2010 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan MandirI ... 3

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Kapangan Mandiri ... 5

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 6

E. Metode Pengumpulan Data ... 7

F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Umum Direktorat Jenderal Pajak ... 10

B. Makna Logo Instansi Direktorat Jenderal Pajak ... 13

C. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pajak ... 14

D. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 14

1. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 15

2. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 16 ...


(6)

3. Deskripsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 17

1. Sub Bagian Umum ... 17

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi... 18

3. Seksi Pelayanan ... 18

4. Seksi Penagihan ... 19

5. Seksi Pemeriksaan ... 19

6. Seksi Ekstensifikasi... 20

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi ... 20

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ORANG PRIBADI DAN SURAT PEMBERITAHUAN A. Ketentuan Umum Perpajakan ... 23

1. Pengertian Pajak ... 23

2. Fungsi Pajak ... 23

3. Pembagian Pajak... 24

a. Berdasarkan Golongannya ... 24

b, Berdasarkan Kewenangan Pemungutannya ... 24

c. Berdasarkan Sifatnya ... 25

4. Tarif Pajak ... 26

5, Sistem Pemungut an Pajak ... 26

6. Syarat Pemungutan Pajak ... 27


(7)

B. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ... 28

1. Pengertian PPh Pasal 21 ... 28

2. Pemotong PPh Pasal 21... 28

3. Wajib Pajak PPh Pasal 21 ... 29

4, Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 ... 30

5. Penghasilan yang Tidak Termasuk Dipotong PPh Pasal 21 ... 31

6. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak PPh Pasal 21 ... 31

a. Hak Wajib Pajak PPh Pasal 21 ... 31

b. Kewajiban Wajib Pajak PPh Pasal 21 ... 32

C. Surat Pemberitahuan (SPT) ... 32

1. Pengertian SPT ... 32

2. Fungsi SPT ... 33

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Faktor yang Menyebabkan Wajib Pajak Mengalami Kendala Dalam Menyampaikan SPT PPh Pasal 21 ... 34

1. Faktor Wajib Pajak ... 35

2. Faktor Aparat Pajak ... 35

B. Proses Administari Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi ... 36

1. Tempat Pengambilan SPT ... 36

2. Ketentuan Pengisian SPT ... 36


(8)

4. Usaha yang Dilakukan oleh Aparatur Pajak Agar Wajib Pajak Lebih Mudah Menyampaikan SPT ... 37 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 40 B. Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Berdasarkan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang mengacu pada Pasal 1 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Definisi pajak tersebut merupakan deskripsi dari pembayaran pajak yang merupakan perwujudan kewajiban kenegaraan dan peran serta masyarakat selaku Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah Undang - Undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, akan tetapi merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dan berperan serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional (Mardiasmo, 2009 : 19).

Target pendapatan negara dari sektor perpajakan setiap tahunnya terus ditingkatkan oleh pemerintah Indonesia, hal ini disebabkan oleh beban pemerintah yang semakin bertambah seperti belanja negara yang terus meningkat setiap tahunnya, angka kemiskinan yang terus bertambah, nilai subsidi yang juga mengalami peningkatan akibat adanya kenaikan harga minyak dunia, dan banyak


(10)

masalah lainnya yang memicu pemerintah untuk bekerja ekstra keras agar mampu meningkatkan pendapatan negara terutama di sektor perpajakan yang saat ini

merupakan sektor utama yang paling diandalkan oleh pemerintah sebagai sumber penerimaan kas negara yang paling utama,

Dalam rangka mengoptimalkan pendapatan pada sektor perpajakan, dukungan serta peran aktif masyarakat sebagai warga negara sangat dibutuhkan, mengingat masyarakat merupakan peran serta utama sebagai Wajib Pajak yang merupakan faktor yang vital terwujudnya pendapatan pajak yang optimal.

Dalam mewujudkan peran aktif masyarakat sebagai Wajib Pajak, maka pemerintah telah mengadakan reformasi birokrasi terhadap sistem perpajakan di Indonesia dalam bentuk pemberlakuan Self Assesment System, Masyarakat diberi kepercayaan untuk dapat menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Terkait dengan hal tersebut maka wajib pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak yang berfungsi sebagai sarana dalam memulai proses awal administrasi perpajakan karena didalamnya terdapat nomor yang merupakan identitas setiap wajib pajak yang tentunya akan dipakai dalam setiap kegiatan dan dokumen perpajakan.

Setelah melakukan pendaftaran dan mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak, Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk menghitung dan membayar pajak, yang selanjutnya melaporkan pajak terutangnya dalam bentuk Surat Pemberitahuan


(11)

Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Proses penyampaian Surat Pemberitahuan inilah yang terkadang sering menjadi masalah dalam proses administrasi perpajakan. Karena banyak Wajib Pajak yang terlambat dalam penyampaian Surat Pemberitahuannya atau bahkan tidak tahu bagaimana mengisi dan proses menyampaikan Surat Pemberitahuannya tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka untuk pembuatan Laporan Tugas Akhir penulis tertarik untuk mengambil judul “PROSES ADMINISTRASI PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PRATAMA MEDAN PETISAH.”

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1.Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu syarat wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Didalam suatu kegiatan yang dilakukan selalu memiliki tujuan sesuai dengan yang diharapkan, demikian halnya dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang dilaksanakan mahasiswa administrasi perpajakan mempunyai tujuan tersendiri


(12)

khususnya bagi mahasiswa yang bersangkutan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yaitu :

1. Untuk mengetahui ketentuan tentang penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 21

2. Untuk mengetahui fungsi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 21

3. Untuk mengetahui jenis Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 21

4. Untuk mengetahui tempat pengambilan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 21

2.Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri Bagi Mahasiswa

a) Untuk Mengembangkan Ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan khususnya di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

b) Guna mendorong mahasiswa untuk belajar mengetahui situasi dunia kerja yang sebenarnya dan menjadikan mahasiswa sebagai tenaga ahli yang siap pakai

c) Untuk menciptakan dan menumbuh kembangkan rasa tanggung jawab , profesionalisme serta kedisiplinan yang nantinya hal – hal tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja yang sebenarnya

d) Secara akademis penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang ilmu perpajakan


(13)

Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

a) Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dengan lembaga pendidikan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

b) Meningkatkan kerja sama dengan lembaga – lembaga pendidikan dalam peningkatan sumber daya manusia

c) Mendorong pemunculan ide – ide dan pemikiran baru pelaksanaan administrasi perpajakan

d) Mempromosikan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah kepada masyarakat

Bagi Universitas Sumatera Utara

a) Meningkatkan hubungan kerja sama dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

b) Membuka interaksi antara dosen dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

c) Memberikan bukti nyata atas disiplin ilmu yang telah diterapkan khususnya di bidang perpajakan

d) Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas serta memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu khususnya dibidang perpajakan


(14)

e) Memasukkan kritik dan saran dan memperbarui kurikulum perpajakan yang ada di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri yaitu melakukan pengumpulan data yang menyangkut Proses Administrasi Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang dimulai dari:

1. Peranan Surat Pemberitahuan dalam administrasi perpajakan

2. Hak dan kewajiban Wajib Pajak dalam mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuannya

3. Upaya yang dilakukan fiskus untuk mempemudah proses administrasi dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dengan metode yang digunakan maka tahapannya adalah sebagai berikut

1. Tahapan Persiapan

Pada tahapan ini penulis melakuakan persiapan yang dimulai dari a) Pengenalan objek pajak yang akan dibahas,

b) Pengajuan judul kepada Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan,

c) Persetujuan penentuan judul tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri oleh Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, ,


(15)

d) Penyusunan proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri

e) Memohon surat pengantar Praktik Kerja Lapangan Mandiri dari pihak Fakultas / Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data – data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui sumber bacaan seperti buku perpajakan, surat kabar, Internet, Undang-Undang, artikel ilmiah maupun literatur yang berhubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

3. Observasi Lapangan

Melakukan pengamatan secara langsung dengan mengikuti Praktik Kerja Lapangan Mandiri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah untuk mengetahui keadan kinerja pada kantor tersebut dan untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah yang akan diteliti

4. Pengumpulan Data 1) Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari sumber yang berkompeten memahami permasalahan

2) Data Sekunder

Data yang diperoleh dari buku, Undang – Undang yang digunakan sebagai data tambahan.


(16)

Kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan kendala yang dihadapi serta mencari tahu atau menanyakan solusi / jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut

E. Metode Pengumpulan Data

1. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)

Kegiatan pengumpulan dan mencari data dengan melakukan wawancara langsung yang melibatkan pegawai pada instansi yang bersangkutan baik secara lisan maupun tulisan yang berhubungan dengan objek studi

2 Daftar Observasi (Observation Guide)

Kegiatan Pengumpulan dan mencari data dengan melakukan pengamatan langsung kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan cara mengamati , mencatat , dan mendengar tentang objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri i. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

Kegiatan Pengumpulan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi

F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adapun sistematika dalam penulisan laporan akhir adalah: BAB I PENDAHULUAN

Dalam Bab I penulis mengemukakan Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Manadiri mengenai Proses Administrasi Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 21


(17)

bagi Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pajak Pratama Medan Petisah , Metode Pengumpulan data dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam BAB II berisikan tentang sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah , Stuktur Organnisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah , Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, serta gambaran kepegawaian Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

BAB III GAMBARAN UMUM DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ORANG PRIBADI DAN SURAT PEMBERITAHUAN

Dalam BAB III penulis menguraikan secara sistematis tentang setiap bidang kegiatan yang telah dilakukan selama masa Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Dalam BAB IV penulis akan menganalisa data yang diperoleh kemudian mengadakan evaluaasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.


(18)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam BAB V penulis menguraikan kesimpulan hal-hal yang telah dikemukan dan beberapa saran yang menjadi bahan masukan untuk mengatasi permasalahan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri.


(19)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Umum Direktorat Jenderal Pajak

Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi, yaitu :

a. Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan perundang-undangan dan melakukan tugas pemeriksaan kas Bendaharawan Pemerintah.

b Jawatan Lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap barang-barang sitaan guna pelunasan piutang pajak negara.

c. Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan Pajak untuk melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan Wajib Pajak Badan. d. Jawatan Pajak hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada Ditjen

Pajak Moneter) yang bertugas melakukan pemungutan Pajak hasil bumi dan pajak atas tanah yang pada tahun 1963 diubah menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA). Dengan keputusan Presiden RI No.12 Tahun 1976 tanggal 25 Maret 1976, Direktorat IPEDA diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pada tanggal 27


(20)

Desember 1985 melalui Undang-Undang RI No.12 Tahun 1985, Direktorat IPEDA berganti yang semula bernama Inspeksi IPEDA diganti menjadi Pajak Bumi dan Bangunan, dan kantor dinas luar IPEDA diganti menjadi kantor Dinas Luar PBB.

Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah pajak (ItDa) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah ini kemudian menjadi Kanwil Ditjen (Kantor Wilayah) seperti yang ada sekarang.

Setelah kanwil Ditjen Pajak terbentuk, dibentuklah beberapa unit kerja berdasarkan pembagian wilayah di seluruh Sumatera Utara terbagi atas wilayah Sumatera Utara I dan wilayah Sumatera Utara II. Wilayah Sumatera Utara I terdiri dari KPP Medan Barat, KPP Medan Polonia, KPP Medan Kota, KPP Medan Timur, KPP Medan Belawan, KPP Binjai, dan unit kerja yang bergerak khusus di bidang pemeriksaan terhadap wajib pajak yaitu Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa) dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB).

Seiring dengan perubahan kinerja di lingkungan DJP untuk menuju yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di lingkungan DJP melalui sistem modernisasi. Dengan adanya reorganisasi tersebut, maka unit kerja yang dulu dikenal Karipka dan KPPBB digabungkan dengan KPP Pratama dan KPP Madya. Unit kerja wilayah Sumatera Utara I adalah :

a. KPP Madya Medan

b. KPP Pratama Medan Barat c. KPP Pratama Medan Petisah


(21)

d. KPP Pratama Binjai

e. KPP Pratama Medan Belawan f. KPP Pratama Medan Kota g. KPP Pratama Medan Timur h. KPP Pratama Medan Polonia i. KPP Pratama Lubuk Pakam

Dan unit Karikpa dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) tidak lagi digunakan dan akhirnya digabungkan. Secara khusus, KPP Pratama Medan Petisah merupakan unit kerja yang wilayahnya merupakan pemecahan wilayah dari KPP Pratama Medan Barat.

Visi dari Direktorat Jenderal Pajak :

“Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integrita dan profesionalisme yang tinggi”.

Misi dari Direktorat Jenderal Pajak :

“Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”.


(22)

B. Makna Logo Instansi Direktorat Jenderal Pajak

Dalam menentukan logo, tentu saja instansi yang bersangkutan memiliki pertimbangan-pertimbangan khusus, apalagi instansi kepemerintahan seperti Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Setiap logo tentunya memiliki makna-makna tersendiri begitu juga dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Gambar 2.1.

Lambang Direktorat Jenderal Pajak


(23)

Keterangan :

1. Tulisan yang berbunyi “Nagara Dana Rakca” artinya penghimpunan negara. 2. Bentuk padi melambangkan kemakmuran.

3. Bentuk kapas melambangkan bersih.

4. Bentuk sayap merupakan hakekat dari struktur yang kuat dan tangguh serta terkoordinir.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lambang Kementerian Keuangan memiliki makna, yaitu: “Departemen/Lembaga yang bertugas sebagai penghimpun dana negara yang bersih demi kemakmuran rakyat Indonesia”.

C. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pajak

Selain itu, struktur organisasi juga merupakan penyedia lingkungan kerja yang tepat sesuai dengan keahlian dan kecakapan karyawan masing-masing serta membatasi kegiatan kerja dan wilayah kerja setiap karyawan.

Adapun kegunaan dari struktur organisasi tersebut adalah : a.. Memudahkan pelaksanaan kerja

b. Mempermudah pengawasan oleh pimpinan c. Membagi kegiatan kerja khusus pada tiap bagian

d. Mencegah adanya penumpukan kerja pada staff bagian saja

e. Mempermudah kerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan rencana.


(24)

D. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Petisah

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah didirikan pada tanggal 26 Mei 2008 dengan membawahi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Helvetia, dan Kecamatan Medan Sunggal.

KPP Pratama Medan Petisah mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Petisah

Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama Medan Petisah menyelenggarakan fungsi:

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya

d. Penyuluhan perpajakan

e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak f. Pelaksanaan ekstensifikasi


(25)

g. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak; h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak; j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

k. Pelaksanaan intensifikasi l. Pembetulan ketetapan pajak

m. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

n. Pelaksanaan administrasi kantor.

2. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas – tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing – masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor wilayah Ditjen Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah terdiri dari sebelas seksi yang masing – masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi. Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak pratama Medan Petisah dapat digambarkan sebagai berikut :


(26)

a. Seksi Sub.Bagian Umum

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi; c. Seksi Pelayanan;

d. Seksi Penagihan; e. Seksi Pemeriksaan;

f. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan; g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I; h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II; i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III; j. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV; k. Kelompok Jabatan Fungsional.

3. Deskripsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang terletak di Jl. Asrama No. 7 A Medan . Adapun gambaran tugas dari masing-masing bagian kerja yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum Tugas dan fungsi :

a. Melakukan urusan tata usaha b. Melakukan urusan kepegawaian c. Melakukan urusan keuangan


(27)

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Tugas dan fungsi :

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan

b. Perekaman dokumen perpajakan c. Merekam SSP lembar 3

d. Merekam SPT Masa PPN 1107, 1107A dan 1107B e. Merekam PPh Pasal 21

f. Merekam PPh Pasal 23/26 g. Merekam PPh Final Pasal 4 ayat

h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan

i. Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

j. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer k. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing

l. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, m. Penyiapan laporan kinerja. 3.Seksi Pelayanan

Tugas dan fungsi :

a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan


(28)

c. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan dari Wajib Pajak dan surat-surat lainnya

d. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dan surat lainnya

e. Melakukan Penyuluhan Perpajakan

f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan identitas Waib Pajak

g. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak h. Melakukan Kerjasama Perpajakan

4.Seksi Penagihan Tugas dan fungsi :

a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak b. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak c. Penagihan aktif

d. Memberikan usulan penghapusan piutang pajak e. Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan 5.Seksi Pemeriksaan

Tugas dan fungsi :

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan


(29)

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

6.Seksi Ekstensifikasi Tugas dan fungsi :

a. Melakukan pengamatan potensi perpajakan b. Pendataan objek dan subjek pajak

c. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi

7.Seksi Pengawasan dan Konsultasi Tugas dan fungsi :

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak

b. Membimbingan/menghimbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan

c. Melakukan penyusunan profil Wajib Pajak d. Menganalisis kinerja Wajib Pajak

e. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan

f. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi


(30)

g. Memberikan usulan pembetulan ketetapan pajak, pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan


(31)

(32)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN

PASAL 21 ORANG PRIBADI DAN SURAT PEMBERITAHUAN

A. Ketentuan Umum Perpajakan 1. Pengertian Pajak

Mengacu kepada Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal ! Angka 1 disebuutkan aarti pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh seorang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat.

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, mendefenisikan pajak sebagai berikut : ”Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapatkan jasa imbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. (Mardiasmo, 1998:1)

2. Fungsi Pajak

Adapun fungsi utama pajak adalah sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara di bidang keuangan (budgetair).


(33)

Disamping itu pajak mempunyai fungsi sebagai alat untuk mengatur/melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi (regulerend).

3. Pembagian Pajak

a. Berdasarkan Golongannya 1) Pajak Langsung

Adalah pajak yang dipikul sendiri oleh wajib pajak, dimana tidak dapat dibebankan / dilimpahkan kepada pihak lain.

Misalnya: Pajak Penghasilan (PPh) 2) Pajak Tidak Langsung

Adalah pajak yang pelimpahannya dilimpahkan oleh yang membayar pajak kepada orang lain (konsumen)

Misalnya: Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah

b. Berdasarkan Kewenangan Pemungutannya 1) Pajak yang Dipungut oleh Pusat

Adalah pajak yang kewenagannya dipungut oleh pemerintah pusat, yang digunakan untuk pembangunan dan pengeluaran negara (baik di pusat maupun daerah)

Misalnya: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Materai.


(34)

2) Pajak yang Dipungut oleh Daerah

Adalah pajak yang kewenangannya dipungut oleh pemerintah daerah, untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga daerah tersebut.

Misalnya: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air, Pajak Bahan Bakar kendaraan Bermotor, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Parkir,dll.

c. Berdasarkan Sifatnya 1) Pajak Subjektif

Adalah pajak yang patokannya pada subjeknya, yaitu kepada wajib pajak itu sendiri. Caranya: dimulai dari penetapan orang pribadinya dulu, dalam arti memperhatikan keadaan dari wajib pajak

Misalnya: Pajak Penghasilan 2) Pajak Objektif

Adalah pajak yang patokannya kepada objek yang dikenai pajaknya, yaitu ditemukan dulu objeknya apa.

Misalnya: Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah

4. Tarif Pajak

Dalam menghitung pajak yang terutang dikenal 4 (empat) macam tarif yaitu: a) Tarif Pajak Proporsional


(35)

Adalah tarif pajak yang persentase tetap terhadap berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak.

b) Tarif Pajak Progresif

Adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi semakin besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaanya semakin besar.

c) Tarif Pajak Regresif

Adalah tarif pajak yang persentasetnya semakin menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar

d) Tarif Pajak Tetap

Adalah tarif pajak yang persentasenya tetap (sama besar) terhadap berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak.

5. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam pelaksanaan pemungutan pajak dikenal beberapa pelaksanaan pemungutan pajak, yang masih berlaku sampai sekarang ini:

a. Official Asessment System, yaitu suatu sistem pemungutan pajak dimana pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. b. Self Asessment System, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang

memberikan wewenang, kepercayaan, dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.


(36)

6. Syarat Pemungutan Pajak

Dalam pelaksanaan pemungutan pajakada syarat yg harus dipenuhi agar tidak terjadi hambatan. Adapun syarat tersebut adalah:

a. Adil ( Syarat Keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan. Adil dalam perundang- undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata serta sesuai dengan kemampuan masing-masing wajib pajak.

b. Sesuai dengan undang-undang (Syarat Yuridis)

Sebagaimana UUD 1945 Amandemen sampai dengan keempat pada Pasal 23 A disebutkan bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Dengan demikian jelas bahwa ada jaminan hukum bagi negara maupun bagi masyarakat / wajib pajak dalam pemungutan pajak.

c. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)

Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat..

d. Harus efisien (Syarat Finansial)

Biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebbih rendah dari hasil pemungutannya.


(37)

e. Sederhana

Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

B. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 1. Pengertian PPh Pasal 21

Pajak penghasilan pasal 21 adalah pajak atas penghasilan adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

2. Pemotong PPh Pasal 21

a. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi atau badan. b. Bendahara pemerintah baik Pusat maupun daerah

c. Dana pensiun atau badan lain seperti Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), PT. Taspen, PT. Asabri.

d. Perusahaan dan bentuk usaha tetap.

e. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. f. Penyelenggara kegiatan


(38)

3. Wajib Pajak PPh Pasal 21 a. Pegawai Tetap

Adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung.

b. Pegawai Tidak Tetap/Lepas

Adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja

c. Penerima Pensiun

Adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tunjangan hari tua atau jaminan hari tua. d. Penerima Upah

Adalah orang pribadi yang menerima upah harian, upah minguan, upah borongan atau upah satuan.

e. Penerima Honorarium

Adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh imbalan atau sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiata yang dilakukan.

f. Peserta Kegiatan

Adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu, termasuk mengikuti rapat, siding, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan,


(39)

pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan ssehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut. g. Tenaga Ahli

Seperti pengacara, akuntan,arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan Aktuaris.

4. Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21 Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah:

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur

b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara secara tidak teratur c. Uang pensiun

d. Upah harian, mingguan, upah satuan dan upah borongan. e. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dan lain-lain.

f. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dengan nama apapun yang diberikan oleh bukan wajib pajak.

5. Penghasilan yang Tidak Termasuk Dipotong PPh Pasal 21 Penghasilan yang dikecualikan dari PPh Pasal 21 adalah:

a. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan,asuransi

kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.

b. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan kecuali yang diberikan oleh bukan wajib pajak


(40)

c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja;

d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.

e. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu (Psl 3(1) UU PPh). Ketentuannya di atur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 246/PMK.03/2008

6. Hak dan KewajibanWajib Pajak PPh Pasal 21: a. Hak wajib pajak PPh pasal 21 adalah:

1. Wajib pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh pasal 21 kepada pemotong pajak.

2. Wajib pajak berhak mengajukan keberatan kepada Direktorat Jenderal Pajak, jika PPh pasal 21 yang dipotong oleh pemotong pajak tidak sesuai dengan peratyran yang berlaku

3. Wajib pajak berhak mengajukan permohonan banding secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas kepada badan peradilan pajak terhadap keputusan mengenai keberatan yang ditetapkan oleh Diretorat Jenderal Pajak.


(41)

b. Kewajiban wajib pajak PPh pasal 21

1. Wajib pajak berhak menyerahkan surat pernyataan kepada pemotong pajak yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada permulaan tahun takwim atau permulaan menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri.

2. Wajib pajak yang juga berkewajiban menyerahkan surat pernyataan kepada Pemotong Pajak dalam hal perubahan jumlah tanggungan keluarga pada permulaan tahun takwim.

3. Wajib Pajak berkewajiban memasukkan SPT Tahunan, jika wajib pajak mempunyai penghasilan lebih dari satu pemberi kerja.

C. Surat Pemberitahun (SPT) 1. Pengertian SPT

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Terdapat dua macam SPT yaitu:

a. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.

b. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian


(42)

2. Fungsi SPT a. Wajib Pajak PPh

Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak, penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak, harta dan kewajiban juga pemotongan/ pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak.

b. Pengusaha Kena Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang, pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran, pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

c. Pemotong/Pemungut Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan.


(43)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA A, Faktor yang Menyebabkan Wajib Pajak Mengalami Kendala Dalam Menyampaikan SPT PPh Pasal 21

Membayar pajak adalah kewajiban setiap warga negara yang telah memenuhi persyaratan untuk dipungut pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Demikian juga halnya dengan kewajiban pajak penghasilan pasal 21 orang pribadi. Dimana dalam melaporkan pajak terutangnya dalam bentuk SPT. Proses penyampaian Surat Pemberitahuan inilah yang terkadang sering menjadi masalah dalam proses administrasi perpajakan. Karena banyak Wajib Pajak yang terlambat dalam penyampaian Surat Pemberitahuannya atau bahkan tidak tahu bagaimana mengisi dan proses menyampaikan Surat Pemberitahuannya tersebut.

Berdasarkan hal inilah penulis berusaha untuk menyajikan dan menganalisa data yang dilakukan melalui wawancara dengan aparat pajak untuk memperoleh data mengenai Proses Administrasi Penyampaian SPT PPh Pasal 21 Wajib Pajak Orang Pribadi.

Dari hasil wawancara inilah penulis dapat menyajikan beberapa hal yang melatarbelakangi wajib pajak tidak menyampaikan SPT pajak terutang pasal 21 orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.


(44)

1. Faktor Wajib Pajak

a. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat wajib pajak yang seharusnya mendaftarkan diri sebagai wajib pajak yang memiliki NPWP.

b. Wajib pajak yang sudah terdaftar atau memiliki NPWP akan tetapi belum mengetahui bagaimana mengambil, mengisi, dan menyampaikan SPTnya tersebut ke Kantor Pajak tempat ia terdaftar (KPP Pratama Medan Petisah).

c. Kurang kepercayaan masyarakat terhadap aparatur pajak atau adanya ketakutan apabila masyarakat membayar pajaknya maka uang yang dibayarkan untuk membayar pajak akan diselewengkan sebagaimana kasus yang sedang terjadi belakangan ini.

2. Faktor Aparatur Pajak

a. Kurangnya sumberdaya manusia,baik dari segi kualitas dan kuantitas sehingga menyulitkan aparat pajak untuk menjalankan tugasnya guna memberi pelayanan dan penyuluhan kepada masyarakat wajib pajak. b. Kurang profesionalnya para aparat pajak dalam melayani masyarakat


(45)

B. Proses Administrasi Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

Proses administrasi penyampaian SPT PPh Pasal 21 Wajib Pajak Orang Pribadi dimulai dari wajib pajak mangambil formulir SPT untuk selanjutnya diisi dan disampaikan di Kantor Pelayanan Pajak.

1. Tempat Pengambilan SPT

Setiap wajip pajak harus mengambil sendiri formulir SPT di Kantor Pelayanan Perpajakan (KPP), Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4), Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), Kantor Wilayah DJP, Kantor Pusat DJP, atau melalui website DJP

:

dan isi yang sama dengan aslinya.

2. Ketentuan Tentang Pengisian SPT

SPT wajib diisi secara benar, lengkap, jelas dan harus ditandatangani. Dalam hal SPT diisi dan ditandatangani oleh orang lain bukan oleh WP, harus dilampiri surat kuasa khusus. Untuk Wajib Pajak Badan, SPT harus ditandatangani oleh pengurus/direksi.

3. Ketentuan Tentang Penyampaian SPT

a. SPT dapat disampaikan secara langsung atau melalui Pos secara tercatat ke KPP (KPP Pratama Medan Petisah) , KP4 atau KP2KP setempat, atau melalui jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.


(46)

b. Batas waktu penyampaian:

1) Penyampaian SPT Tahunan PPh Badan paling lambat 4 bulan sejak akhir Tahun Pajak.

2) Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa

Masa Pajak dalam 1 (satu) SPT Masa.

3) SPT Masa, paling lambat dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak.

4) SPT Tahunan PPh Orang Pribadi, paling lambat tiga bulan setelah

akhir Tahun Pajak.

c. SPT yang disampaikan langsung ke KPP/KP4 diberikan bukti

penerimaan. Dalam hal SPT disampaikan melalui pos secara tercatat, bukti serta tanggal pengiriman dianggap sebagai bukti penerimaan. 4. Usaha yang Dilakukan oleh Aparatur Pajak Agar Wajib Pajak Lebih

Mudah Dalam Menyampaikan SPT:

a. Modernisasi di bidang pelayanan perpajakan menuju kearah yang lebih

baik agar lebih mempermudah dan membuat wajib pajak merasa nyaman dalam melaksanakan kegiatan administrasi perpajakannya

Contoh: Penyampaian SPT secara elektronik (e-SPT)

Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT secara elektronik (e-Filling) melalui perusahaan Penyedia jasa aplikasi (Application Service Provider) yang ditunjuk oleh DJP. Wajib Pajak yang telah menyampaikan SPT secara e-Filling, wajib menyampaikan induk SPT yang memuat tanda tangan basah dan Surat Setoran Pajak (bila ada)


(47)

serta bukti penerimaan secara elektronik ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar melalui Kantor Pos secara tercatat atau disampaikan langsung, paling lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal penyampaian SPT secara elektronik. Penyampaian SPT secara elektronik dapat dilakukan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu. SPT yang disampaikan secara elektronik pada akhir batas waktu penyampaian SPT yang jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu.

b. Perpanjangan penyampaian SPT Tahunan

Apabila WP tidak dapat menyelesaikan/ menyiapkan laporan keuangan tahunan untuk memenuhi batas waktu penyelesaian, WP berhak mengajukan permohonan perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis disertai surat pernyataan mengenai penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) tahun pajak dan bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang atau dengan cara lain yang ketentuan diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan.


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut:

1. Kesadaran masyarakat dalam hal penyampaian SPT PPh Pasal 21 Orang Pribadi ditentukan oleh tingkat kemampuan dan pengetahuan wajib pajak akan peranan pajak sebagai salah satu faktor yang sangat membantu dalam pembangunan di indonesia

2. Kurang memadainya sarana dan prasarana yang diberikan oleh kantor pelayanan perpajakan dalam melakukan penyuluhan terhadap masyarakat wajib pajak

3. Aparat pajak harus dapat menjalin kerjasama yang baik dengan masyarakat wajib pajak sehingga target-target yang ingin dicapai dapat terealisasi.

B. Saran

Adapun saran dari penulis guna meningkatkan pelayanan aparat pajak dalam melayani wajib pajak yang menyampaikan SPT PPh Pasal 21 Orang Pribadi dan pemberdayaan kinerja aparat pajak antara lain:


(49)

2. Kesadaran masyarakat wajib pajak yang rendah dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan media massa yang berhubungan langsung antara masyarakat wajib pajak dengan aparat pajak yang bersangkutan.

3. Perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kerja profesional dibidang perpajakan yang bermoral tinggi dan mampu melaksanakan tugas yang diamanatkan kepadanya.

4. Aparat pajak diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan sehingga memudahkan masyarakat wajib pajak dalam melaksanakan segala kegiatan administrasi perpajakannya.

5. Masyarakat wajib pajak hendaknya turut membantu proses kelancaran penyampaian SPT PPh Pasal 21 Orang Pribadi dengan terus tepat waktu dalam penyampaian SPT PPh Pasal 21 Orang Pribadi dan membayar pajak yang terutang


(50)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Dwiloka Bambang, 2005, Tekhnik Menulis Karya Ilmiah, Rineka Cipta:Jakarta

Mardiasmo. 2006, Perpajakan, Edisi Revisi. Andi:Yogyakarta

B. PERATURAN UNDANG-UNDANG

Peraturan Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan tanggal jatuh tempo,

pembayaran dan penyetoran pajak, penentuan tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak.

C. WEBSITE


(1)

B. Proses Administrasi Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

Proses administrasi penyampaian SPT PPh Pasal 21 Wajib Pajak Orang Pribadi dimulai dari wajib pajak mangambil formulir SPT untuk selanjutnya diisi dan disampaikan di Kantor Pelayanan Pajak.

1. Tempat Pengambilan SPT

Setiap wajip pajak harus mengambil sendiri formulir SPT di Kantor Pelayanan Perpajakan (KPP), Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4), Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), Kantor Wilayah DJP, Kantor Pusat DJP, atau melalui website DJP : dan isi yang sama dengan aslinya.

2. Ketentuan Tentang Pengisian SPT

SPT wajib diisi secara benar, lengkap, jelas dan harus ditandatangani. Dalam hal SPT diisi dan ditandatangani oleh orang lain bukan oleh WP, harus dilampiri surat kuasa khusus. Untuk Wajib Pajak Badan, SPT harus ditandatangani oleh pengurus/direksi.

3. Ketentuan Tentang Penyampaian SPT

a. SPT dapat disampaikan secara langsung atau melalui Pos secara tercatat ke KPP (KPP Pratama Medan Petisah) , KP4 atau KP2KP setempat, atau melalui jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.


(2)

b. Batas waktu penyampaian:

1) Penyampaian SPT Tahunan PPh Badan paling lambat 4 bulan sejak akhir Tahun Pajak.

2) Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 (satu) SPT Masa.

3) SPT Masa, paling lambat dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak. 4) SPT Tahunan PPh Orang Pribadi, paling lambat tiga bulan setelah

akhir Tahun Pajak.

c. SPT yang disampaikan langsung ke KPP/KP4 diberikan bukti penerimaan. Dalam hal SPT disampaikan melalui pos secara tercatat, bukti serta tanggal pengiriman dianggap sebagai bukti penerimaan. 4. Usaha yang Dilakukan oleh Aparatur Pajak Agar Wajib Pajak Lebih

Mudah Dalam Menyampaikan SPT:

a. Modernisasi di bidang pelayanan perpajakan menuju kearah yang lebih baik agar lebih mempermudah dan membuat wajib pajak merasa nyaman dalam melaksanakan kegiatan administrasi perpajakannya

Contoh: Penyampaian SPT secara elektronik (e-SPT)


(3)

serta bukti penerimaan secara elektronik ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar melalui Kantor Pos secara tercatat atau disampaikan langsung, paling lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal penyampaian SPT secara elektronik. Penyampaian SPT secara elektronik dapat dilakukan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu. SPT yang disampaikan secara elektronik pada akhir batas waktu penyampaian SPT yang jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu.

b. Perpanjangan penyampaian SPT Tahunan

Apabila WP tidak dapat menyelesaikan/ menyiapkan laporan keuangan tahunan untuk memenuhi batas waktu penyelesaian, WP berhak mengajukan permohonan perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis disertai surat pernyataan mengenai penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) tahun pajak dan bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang atau dengan cara lain yang ketentuan diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut:

1. Kesadaran masyarakat dalam hal penyampaian SPT PPh Pasal 21 Orang Pribadi ditentukan oleh tingkat kemampuan dan pengetahuan wajib pajak akan peranan pajak sebagai salah satu faktor yang sangat membantu dalam pembangunan di indonesia

2. Kurang memadainya sarana dan prasarana yang diberikan oleh kantor pelayanan perpajakan dalam melakukan penyuluhan terhadap masyarakat wajib pajak

3. Aparat pajak harus dapat menjalin kerjasama yang baik dengan masyarakat wajib pajak sehingga target-target yang ingin dicapai dapat terealisasi.

B. Saran


(5)

2. Kesadaran masyarakat wajib pajak yang rendah dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan media massa yang berhubungan langsung antara masyarakat wajib pajak dengan aparat pajak yang bersangkutan.

3. Perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kerja profesional dibidang perpajakan yang bermoral tinggi dan mampu melaksanakan tugas yang diamanatkan kepadanya.

4. Aparat pajak diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan sehingga memudahkan masyarakat wajib pajak dalam melaksanakan segala kegiatan administrasi perpajakannya.

5. Masyarakat wajib pajak hendaknya turut membantu proses kelancaran penyampaian SPT PPh Pasal 21 Orang Pribadi dengan terus tepat waktu dalam penyampaian SPT PPh Pasal 21 Orang Pribadi dan membayar pajak yang terutang


(6)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Dwiloka Bambang, 2005, Tekhnik Menulis Karya Ilmiah, Rineka Cipta:Jakarta

Mardiasmo. 2006, Perpajakan, Edisi Revisi. Andi:Yogyakarta

B. PERATURAN UNDANG-UNDANG

Peraturan Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan tanggal jatuh tempo, pembayaran dan penyetoran pajak, penentuan tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan