Analisis Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Atas Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Secara E-Filing Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

(1)

SKRIPSI

ANALISIS TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ATAS PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA SECARA E-FILING PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA

OLEH:

NAMA : M FAISAL SITOMPUL

NIM : 050522085

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Atas Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Secara E-Filing Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Extensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar dan apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 13 Agustus 2008

Yang Membuat Pernyataan


(3)

 

Puji dan Syukur Penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan petunjuk serta rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul: “Analisis Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Atas Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Secara E-Filing Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.” Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan serta tidak luput dari kekurangan baik dalam penyajian materi maupun teknik penulisan. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan Penulis yang terbatas dengan nalar ilmiah yang belum memadai. Oleh karena itu Penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para Pembaca demi peningkatan kualitas ilmiah di masa yang akan datang.

Ucapan terimakasih yang terdalam dan teristimewa Penulis sampaikan kepada kedua orangtua tercinta yang telah memberi dukungan moral maupun material hingga Penulis dapat menyelesaikan studi pada Fakultas Ekonomi USU Medan. Juga kepada saudari-saudariku yang telah banyak membantu Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Di samping itu Penulis juga menyadari bahwa penulisan Skripsi ini bukan hanya bersandar pada kemampuan Penulis semata tetapi juga atas dukungan yang


(4)

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak selaku Ketua Jurusan Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Sucipto, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan arahan kepada Penulis.

4. Seluruh staf pengajar di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik Penulis selama masa perkuliahan. 5. Ibu Dra. Bunga Herawaty Sinaga selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Kota dan Bapak Alfan Jamil, SE selaku Kepala Subbag Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk melaksanakan penelitian pada instansi yang dipimpinnya.

6. Ibu N. Hafni, SE selaku Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi (Kasi PDI) Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang telah banyak membantu Penulis untuk menyediakan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan Skripsi ini.

7. Seluruh rekan-rekan seangkatan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuannya.


(5)

 

terima kasih banyak. Semoga amal ibadah mereka diterima oleh Allah SWT. Amin.

Wassalammualaikum Wr. Wb.

Penulis,


(6)

pemanfaatan sistem e-filing. Sistem e-filing merupakan suatu sistem yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang berfungsi agar Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik dengan memanfaatkan jalur komunikasi internet. Pemanfaatan sistem e-filing merupakan salah satu upaya modernisasi di bidang perpajakan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberi kemudahan bagi Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dengan demikian diharapkan akan terjadi peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan secara tepat waktu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam penelitian ini secara khusus akan dibahas mengenai pelaksanaan sistem e-filing di KPP Pratama Medan Kota yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan sistem e-filing tersebut terhadap peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dalam hal penyampaian Surat Pemberitahuan pajak.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode komparatif. Metode deskriptif digunakan untuk menyusun, mengklarifikasi dan menganalisis data Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan pajak di lokasi penelitian. Sedangkan metode komparatif digunakan untuk membandingkan kepatuhan Wajib Pajak yang menggunakan cara manual dengan sistem e-filing dalam hal pelaporan Surat Pemberitahuan pajak.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sistem e-filing telah cukup efektif untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak karena seluruh Wajib Pajak yang memanfaatkan sistem tersebut selalu menyampaikan Surat Pemberitahuan secara tepat waktu. Namun sistem e-filing ternyata masih belum cukup efisien untuk mengurangi beban Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya. Karena Wajib Pajak yang memanfaatkan sistem e-filing akan dikenakan biaya yang dapat mengurangi keinginan Wajib Pajak dalam menggunakan sistem tersebut.


(7)

 

system was a system that was provided by Direktorat Jenderal Pajak that functioned so that The Tax Payers could send Surat Pemberitahuan electronically by using internet lines. The utilisation of e-filing system was one of the taxation modernisation effort that was done by Direktorat Jenderal Pajak to give the ease for The Tax Payers in carrying in out their taxation obligation. Therefore, Direktorat Jenderal Pajak hoped the increase will happen tax compliance in sending Surat Pemberitahuan right on time in accordance with taxation regulations. In this research specially will be discussed about the implementation of the filing system that aimed at knowing the impact of the utilisation of the e-filing system on the increase tax compliance in Surat Pemberitahuan delivery.

The analysis method of the data that was used in this research was the descriptive method and the comparative method. The descriptive method was used to compile, clarified and analysed The Tax Payer data that sent Surat Pemberitahuan the tax in the location of the research. Comparative method was used to compare the obedience of The Tax Payer that used the manual method with the e-filing system in Surat Pemberitahuan the tax’s delivery.

From results of the research that was received could be conclude that e-filing system was effective to increase the obedience of The Tax Payer because all The Tax Payers who used this system always sent Surat Pemberitahuan right on time. However, in fact the e-filing system was not yet efficient to reduce the burden of The Tax Payers in carrying out their tax obligation. Because all The Tax Payers that used the e-filing system will be put on the cost that could reduce The Tax Payer wish in using this system.


(8)

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Kerangka Konseptual ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perpajakan Indonesia ... 7

1. Pengertian dan Fungsi Pajak ... 7

2. Sistem Perpajakan Indonesia ... 9

B. Reformasi dan Modernisasi Perpajakan ... 9

1. Reformasi Perpajakan ... 10

2. Modernisasi Perpajakan ... 13


(9)

 

2. SPT Pajak Elektronik ... 21

a. E-Filing (Electronic Filing) ... 21

1) Penyampaian SPT Secara E-Filing ... 21

2) Prosedur Sistem E-Filing ... 23

b. Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) ... 26

1) Jenis ASP ... 27

2) Ketentuan Tarif E-Filing ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

B. Jenis Penelitian ... 30

C. Sumber dan Jenis Data ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Metode Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Objek Penelitian ... 32

1. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota ... 32

2. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota ... 34


(10)

2. Aspek Kepatuhan Wajib Pajak ... 43 a. Perbandingan WP Terdaftar Dengan Coverage Ratio ... 43 b. Perbandingan SPT Manual Dengan Sistem E-Filing Berdasarkan Jumlah Wajib Pajak Terdaftar ... 46 c. Kepatuhan Penyampaian SPT Masa PPN ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 61 B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA ... xiii


(11)

 

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Wajib Pajak Patuh dan Tidak Patuh Atas Penyampaian SPT Masa PPN Secara Manual untuk Tahun 2006 ... 53 Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Wajib Pajak Patuh dan Tidak Patuh

Atas Penyampaian SPT Masa PPN Secara Manual untuk Tahun 2007 ... 55 Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Wajib Pajak Patuh dan Tidak Patuh

Atas Penyampaian SPT Masa PPN Secara Manual untuk Semester I Tahun 2008 ... 57


(12)

Surat Pemberitahuan Pajak ... 17 Tabel 4.1 Tingkat Pendidikan Pegawai KPP Pratama Medan Kota ... 39 Tabel 4.2 Kepangkatan Pegawai KPP Pratama Medan Kota ... 39 Tabel 4.3 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar di KPP Pratama Medan

Kota ... 44 Tabel 4.4 Coverage Ratio Wajib Pajak ... 44

Tabel 4.5 Perbandingan Jumlah Wajib Pajak Terdaftar dengan Coverage Ratio ... 46 Tabel 4.6 Jumlah Wajib Pajak yang Menyampaikan SPT Masa PPN

Untuk Tahun 2006 ... 47 Tabel 4.7 Jumlah Wajib Pajak yang Menyampaikan SPT Masa PPN

Untuk Tahun 2007 ... 48 Tabel 4.8 Persentase Perbandingan SPT Manual dengan E-Filing

Berdasarkan Jumlah Wajib Pajak Terdaftar ... 50 Tabel 4.9 Jumlah Wajib Pajak yang Menyampaikan SPT Masa PPN

Untuk Semester I Tahun 2008 ... 51 Tabel 4.10 Persentase Kepatuhan Wajib Pajak Badan dan Orang

Pribadi Atas Penyampaian SPT Masa PPN Secara Manual Untuk Tahun 2006 ... 52


(13)

 

Tabel 4.12 Persentase Kepatuhan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi Atas Penyampaian SPT Masa PPN Secara Manual Untuk Semester I Tahun 2008 ... 56 Tabel 4.13 Persentase Kepatuhan Wajib Pajak Atas Penyampaian SPT


(14)

Diana, Anastasia, Lilis Setiawati, Perpajakan Indonesia: Konsep Aplikasi dan Penuntun Praktis, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2004

Ilyas, Wirawan B., Richard Burton, Hukum Pajak, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2007

Pandiangan, Liberti, Modernisasi & Reformasi Pelayanan Perpajakan Berdasarkan UU Terbaru, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008 Prakoso, Kesit Bambang, Pajak dan Retribusi Daerah, UII Press, Yogyakarta,

2003

Saidi, Muhammad Djafar, Pembaruan Hukum Pajak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Departemen Akuntansi, Buku Petunjuk Teknik Penulisan Proposal, Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan, 2004

Direktorat Jenderal Pajak Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Jakarta

---, Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep – 88/ PJ/ 2004, Tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik, Jakarta ---, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep – 05/ PJ./ 2005,

Tentang Tatacara Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik (e.filing) Melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP), Jakarta. ---, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per – 145/ PJ./ 2005,

Tentang Bentuk, Isi dan Tatacara Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN), Jakarta

Departemen Keuangan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/ PMK.03/ 2007, Tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, Serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran, Jakarta


(15)

 

pemanfaatan sistem e-filing. Sistem e-filing merupakan suatu sistem yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang berfungsi agar Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik dengan memanfaatkan jalur komunikasi internet. Pemanfaatan sistem e-filing merupakan salah satu upaya modernisasi di bidang perpajakan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberi kemudahan bagi Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dengan demikian diharapkan akan terjadi peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan secara tepat waktu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam penelitian ini secara khusus akan dibahas mengenai pelaksanaan sistem e-filing di KPP Pratama Medan Kota yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan sistem e-filing tersebut terhadap peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dalam hal penyampaian Surat Pemberitahuan pajak.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode komparatif. Metode deskriptif digunakan untuk menyusun, mengklarifikasi dan menganalisis data Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan pajak di lokasi penelitian. Sedangkan metode komparatif digunakan untuk membandingkan kepatuhan Wajib Pajak yang menggunakan cara manual dengan sistem e-filing dalam hal pelaporan Surat Pemberitahuan pajak.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sistem e-filing telah cukup efektif untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak karena seluruh Wajib Pajak yang memanfaatkan sistem tersebut selalu menyampaikan Surat Pemberitahuan secara tepat waktu. Namun sistem e-filing ternyata masih belum cukup efisien untuk mengurangi beban Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya. Karena Wajib Pajak yang memanfaatkan sistem e-filing akan dikenakan biaya yang dapat mengurangi keinginan Wajib Pajak dalam menggunakan sistem tersebut.


(16)

system was a system that was provided by Direktorat Jenderal Pajak that functioned so that The Tax Payers could send Surat Pemberitahuan electronically by using internet lines. The utilisation of e-filing system was one of the taxation modernisation effort that was done by Direktorat Jenderal Pajak to give the ease for The Tax Payers in carrying in out their taxation obligation. Therefore, Direktorat Jenderal Pajak hoped the increase will happen tax compliance in sending Surat Pemberitahuan right on time in accordance with taxation regulations. In this research specially will be discussed about the implementation of the filing system that aimed at knowing the impact of the utilisation of the e-filing system on the increase tax compliance in Surat Pemberitahuan delivery.

The analysis method of the data that was used in this research was the descriptive method and the comparative method. The descriptive method was used to compile, clarified and analysed The Tax Payer data that sent Surat Pemberitahuan the tax in the location of the research. Comparative method was used to compare the obedience of The Tax Payer that used the manual method with the e-filing system in Surat Pemberitahuan the tax’s delivery.

From results of the research that was received could be conclude that e-filing system was effective to increase the obedience of The Tax Payer because all The Tax Payers who used this system always sent Surat Pemberitahuan right on time. However, in fact the e-filing system was not yet efficient to reduce the burden of The Tax Payers in carrying out their tax obligation. Because all The Tax Payers that used the e-filing system will be put on the cost that could reduce The Tax Payer wish in using this system.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penerimaan dalam negeri melalui sektor pajak merupakan penerimaan paling populer bagi negara. Hal ini terjadi akibat pengaruh pergeseran penerimaan dari sektor non pajak ke sektor penerimaan pajak. Artinya pajak dijadikan alternatif akhir untuk menempati posisi teratas sebagai sumber penerimaan yang pertama dan utama dalam meningkatkan kas negara.

Ketika pendapatan negara dari sektor lainnya mengalami tendensi penurunan, harapan terhadap penerimaan pajak semakin mendesak. Konsekuensi lanjut dari kondisi ini mau tidak mau mengharuskan keterlibatan semua pihak termasuk masyarakat sebagai Wajib Pajak. Keterlibatan mereka diharapkan mampu untuk dijadikan sebagai motor penggerak untuk memacu roda pembangunan yang sedang dan akan berjalan.

Tanggungjawab dibidang perpajakan sebagai pencerminan kewajiban kenegaraan berada pada setiap Warga Negara sebagai Wajib Pajak. Hal ini sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia. Artinya setiap Wajib Pajak bertanggungjawab sepenuhnya terhadap kewajiban pembayaran pajak, pelaporan pajak dan pemberitahuan pajak yang terutang kepada pemerintah, yang dalam hal ini diatur oleh Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak).


(18)

Secara umum dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan pembayaran pajak maka Wajib Pajak harus memberitahukan terlebih dahulu jumlah pajak yang terutang kepada Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) melalui Surat Pemberitahuan (SPT) pajak. SPT ini berisi informasi perpajakan yang benar dan akurat mengenai besarnya jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak kepada pemerintah.

Melaporkan SPT merupakan salah satu kewajiban para Wajib Pajak sebagaimana amanat Undang-undang Perpajakan Indonesia. Undang-undang No. 6 Tahun 1983 sebagaimana dirubah terakhir dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007 dalam pasal (3) menyebutkan:

Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Undang-undang ini mengamanatkan bahwa penyampaian SPT pajak merupakan suatu kewajiban perpajakan yang harus dilaksanakan dengan benar oleh setiap Wajib Pajak.

Pada awalnya Surat Pemberitahuan (SPT) pajak ini disampaikan oleh Wajib Pajak kepada Ditjen Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) secara manual. Artinya SPT tersebut disampaikan dalam bentuk hardcopy (berbentuk kertas) yang sudah disediakan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Namun seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi terutama dalam hal komputerisasi dan dunia internet maka Direktorat Jenderal Pajak mengadopsi sebuah inovasi


(19)

teknologi baru yaitu teknologi internet untuk dijadikan sebagai salah satu alat pelayanan yang memudahkan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya.

Salah satu bentuk pelayanan perpajakan berbasis internet adalah penerapan sistem e-filing, yaitu pelayanan penyampaian Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) dan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) yang berbentuk formulir elektronik dalam media komputer. SPT ini tidak berbentuk kertas, melainkan berbentuk formulir elektronik yang ditransfer atau disampaikan ke Ditjen Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak dengan proses yang terintegrasi dan real time.

Pada dasarnya penyampaian SPT secara e-filing ini merupakan upaya dari Ditjen Pajak untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi Wajib Pajak dalam melaporkan jumlah pajak yang harus dibayarkannya. Karena Wajib Pajak tidak perlu datang secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dalam hal penyampaian SPT. Sedangkan bagi Aparat Pajak, teknologi e-filing ini mampu memudahkan mereka dalam pengelolaan database karena penyimpanan dokumen-dokumen Wajib Pajak telah dilakukan dalam bentuk digital. Dengan teknologi ini Pemerintah berharap adanya peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dalam pelaksanaan kewajiban perpajakannya.

Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa teknologi dapat dijadikan sebagai alat untuk membantu Pemerintah dalam upaya peningkatan pendapatan kas negara melalui penerimaan pajak. Karena dengan adanya upaya Pemerintah untuk memberi kemudahan dalam penyampaian Surat Pemberitahuan pajak secara elektronik maka diharapkan adanya peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sebagai Warga Negara yang


(20)

baik. Meskipun pada kenyataannya proses untuk melakukan efisiensi kewajiban pajak melalui sistem e-filing ini tidak semudah yang dibayangkan. Misalnya adanya kesulitan yang dialami oleh Wajib Pajak untuk entry data dokumen perpajakannya karena belum memahami sepenuhnya mengenai mekanisme penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) pajak secara elektronik tersebut.

Untuk mengetahui gambaran lebih jelas mengenai permasalahan tersebut maka Penulis bermaksud untuk membuat sebuah tulisan dari hasil penelitian yang dilakukan dalam bentuk skripsi dengan judul: “Analisis Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Atas Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Secara E-Filing Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.” Skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para Pembaca untuk memahami lebih dalam mengenai sistem e-filing tersebut.

B. Perumusan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang akan ditemukan berkaitan dengan sistem e-filing di lokasi penelitian maka Penulis melakukan perumusan masalah untuk membatasi ruang lingkup penelitian tersebut. Rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Prosedur Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa secara elektronik atau e-filing?

2. Apakah penerapan sistem e-filing dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Kota dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya?


(21)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui prosedur penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa secara e-filing.

b. Untuk mengetahui dampak penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa secara e-filing terhadap peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang Perpajakan Indonesia.

b. Manfaat Praktis

1) Sebagai bahan masukan bagi Penulis untuk menambah wawasan mengenai proses penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) pajak yang berlaku di Indonesia.

2) Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi instansi yang diteliti yakni Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota mengenai proses penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) pajak.

3) Sebagai bahan rujukan dan referensi bagi peneliti lain yang akan meneliti lebih lanjut mengenai pokok bahasan penelitian yang sama.


(22)

PENYAMPAIAN SPT MASA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP – 88/ PJ/ 2004

E.FILING

PENERAPAN UU NO. 28

TAHUN 2007

SECARA MANUAL

PROSEDUR

ANALISIS TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WP ATAS PENYAMPAIAN SPT MASA

SECARA E.FILING

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA D. Kerangka Konseptual

Untuk alur pelaksanaan penelitian yang akan Penulis lakukan mengenai permasalahan yang akan dibahas adalah pemaparan mengenai Surat Pemberitahuan Masa secara manual dan secara elektronik atau e-filing yang diatur menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu juga akan dibahas mengenai penerapan sistem e-filing tersebut dan pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Kota.

Untuk lebih jelasnya maka Penulis menguraikan alur berfikir Penulis dalam sebuah kerangka konseptual sebagai berikut:


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perpajakan Indonesia

1. Pengertian Dan Fungsi Pajak

Sumber pendapatan paling populer bagi negara saat ini adalah penerimaan dari sektor pajak. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya kecenderungan penurunan penerimaan negara dari sektor lain misalnya sektor migas, yang sebelumnya dianggap sebagai sumber penerimaan terbesar bagi negara. Menurut Bambang Prakoso Kesit (2003 : 1) “Pajak adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada kas negara karena Undang-undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk.”

Sedangkan Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton (2007 : 5) menyatakan bahwa “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontra-prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”

Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki beberapa unsur, yaitu:

a. Iuran rakyat kepada negara

Yang berhak memungut pajak adalah Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dimana iuran tersebut adalah berbentuk uang (bukan barang).


(24)

b. Berdasarkan Undang-undang

Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

c. Tanpa balas jasa atau kontraprestasi individual dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk.

d. Digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum Pemerintah yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Menurut Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton (2007 : 10), fungsi pajak dapat dibedakan atas beberapa jenis. Adapun fungsi pajak tersebut adalah:

a. Fungsi budgetair, disebut juga fungsi fiskal, yaitu fungsi untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan Undang-undang berlaku yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan dan bila ada sisa (surplus) akan digunakan sebagai tabungan Pemerintah untuk investasi Pemerintah; b. Fungsi regulerend, adalah suatu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut

akan digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan;

c. Fungsi demokrasi, yaitu suatu fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan atau wujud sistem gotong royong, termasuk kegiatan pemerintahan dan pembangunan demi kemaslahatan manusia. Fungsi demokrasi pada masa sekarang ini sering dikaitkan dengan hak seseorang apabila akan memperoleh pelayanan dari Pemerintah. Apabila seseorang telah melakukan kewajibannya membayar pajak kepada negara sesuai ketentuan yang berlaku, maka ia mempunyai hak pula untuk mendapatkan pelayanan yang baik dari Pemerintah;

d. Fungsi distribusi, yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat.

Dari pemaparan mengenai fungsi pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak dapat dijadikan sebagai sarana atau akses bagi pemerintah untuk mewujudkan suatu tatanan pemerintahan yang baik dan berkesinambungan. Oleh


(25)

karena itu pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan jumlah penerimaan dari sektor pajak agar perekonomian negara dapat berjalan sebagaimana mestinya. 2. Sistem Perpajakan Indonesia

Sistem perpajakan suatu negara terdiri atas tiga unsur, yaitu Tax Policy, Tax Law dan Tax Administration. Sistem perpajakan dapat disebut sebagai metoda atau cara bagaimana mengelola utang pajak yang terutang oleh Wajib Pajak dapat mengalir ke kas negara. Menurut Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton (2007 : 22) sistem pemungutan pajak dapat dibedakan atas:

a. Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang.

b. Semi Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada fiskus dan Wajib Pajak untuk menentukan besarnya pajak seseorang yang terutang.

c. Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak.

d. Witholding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong/ memungut besarnya pajak yang terutang.

B. Reformasi Dan Modernisasi Perpajakan

Direktorat Jenderal Pajak selaku badan yang mengelola Perpajakan Indonesia, pada dasarnya telah melakukan berbagai cara dalam upaya peningkatan penerimaan negara melalui sektor pajak. Hal ini disadari sangat penting karena adanya kecenderungan penurunan penerimaan negara dari sektor migas akibat diberlakukannya kuota minyak dunia yang berimbas pada penurunan produksi minyak dalam negeri.


(26)

Untuk mendongkrak peningkatan penerimaan negara melalui sektor pajak, dibutuhkan partisipasi aktif dari Wajib Pajak untuk memenuhi segala kewajiban perpajakannya dengan baik. Artinya peningkatan penerimaan pajak negara ditentukan oleh tingkat kepatuhan Wajib Pajak sebagai Warga Negara yang baik. Dan untuk mewujudkannya maka Ditjen Pajak melakukan peningkatan terhadap Good Governance dan pelayanan prima (Service Excellent) dalam pengelolaan administrasi perpajakan. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah dengan melakukan Reformasi dan Modernisasi Perpajakan Indonesia.

1. Reformasi Perpajakan

Reformasi Perpajakan di Indonesia telah dilakukan pertama sekali pada tahun 1983 dimana saat itu terjadi reformasi atau perubahan sistem mendasar atas pengelolaan perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self Assessment. Perubahan sistem ini bertujuan untuk mengurangi kontak langsung antara Aparat Pajak dengan Wajib Pajak yang sebelumnya dikhawatirkan dapat menimbulkan praktek-praktek ilegal untuk menghindari atau mengurangi kewajiban perpajakan para Wajib Pajak yang bersangkutan.

Reformasi perpajakan adalah perubahan yang mendasar di segala aspek perpajakan, melalui reformasi:

a. Moral, etika dan integritas Aparat Pajak b. Kebijakan Perpajakan

c. Pelayanan kepada masyarakat Wajib Pajak


(27)

e. Pemberian reward dan penerapan punishment yang tegas terhadap Aparat Pajak.

Liberti Pandiangan (2008 : 64) menyatakan bahwa:

Reformasi perpajakan secara komprehensif sebagai satu kesatuan dilakukan terhadap tiga (3) bidang pokok atau utama yang secara langsung menyentuh pilar perpajakan, yaitu:

a. Bidang Administrasi, yakni melalui reformasi administrasi perpajakan; b. Bidang Peraturan, dengan melakukan amandemen terhadap

Undang-undang Perpajakan; dan

c. Bidang Pengawasan, membangun bank data perpajakan nasional. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa reformasi perpajakan hanya akan tercapai apabila perubahan-perubahan perpajakan dilakukan secara bertahap dan mencakup seluruh aspek dibidang perpajakan. Reformasi mendasar yang dapat dilakukan adalah:

a. Bidang Administrasi

Reformasi perpajakan dibidang administrasi dilakukan oleh Ditjen Pajak dengan melakukan peningkatan pelayanan perpajakan terhadap Wajib Pajak yang akan memenuhi kewajibannya. Untuk mewujudkannya diperlukan kerjasama yang baik antara Wajib Pajak dengan Aparat Pajak. Wajib Pajak diharapkan untuk selalu memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik sedangkan Aparat Pajak diharapkan untuk selalu bekerja sesuai dengan moral dan kode etik perpajakan. Selain itu Ditjen Pajak juga harus berupaya untuk selalu terbuka (transparancy) terhadap berbagai pandangan, pendapat atau kritisi dari masyarakat sebagai Wajib Pajak yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan pelayanan perpajakan tersebut.


(28)

b. Bidang Peraturan/ Undang-undang Perpajakan

Dari aspek peraturan perpajakan, Ditjen Pajak terus mengupayakan pengembangan yuridis formal dan materil perpajakan. Langkah yang dilakukan yakni melalui penyesuaian dan pembaruan atau amandemen peraturan dan kebijakan perpajakan seirama dengan perkembangan yang terjadi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Reformasi kebijakan perpajakan ini dilakukan untuk lebih mengefektifkan dan mengefisienkan pemungutan pajak sejalan dengan perkembangan dunia usaha sehingga lebih kompetitif.

Peraturan atau kebijakan perpajakan ini nantinya dapat dijadikan sebagai pedoman bagi Aparat Pajak untuk bertindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila ditemukan adanya tindakan ilegal yang dilakukan oleh Aparat Pajak, maka pihak yang bersangkutan harus dikenakan sanksi (punishment) dengan berpedoman pada peraturan perpajakan tersebut. Selain itu, dalam peraturan perpajakan tersebut juga terdapat ketentuan-ketentuan perpajakan yang harus dilaksanakan oleh Wajib Pajak. Sehingga akan terjadi keseimbangan (balance) pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dan Aparat Pajak.

c. Bidang Pengawasan

Dibidang pengawasan dibangun Bank Data Perpajakan Nasional (BPDN) yang berfungsi untuk menyeimbangkan pelaksanaan sistem self assessment dengan official assessment dalam penghitungan dan penetapan besarnya pajak yang terutang. Selain itu, pembangunan Bank Data Perpajakan Nasional (BPDN) juga bertujuan untuk melakukan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi


(29)

perpajakan yakni kegiatan untuk menambah jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebagai upaya dalam peningkatan penerimaan negara.

2. Modernisasi Perpajakan

Modernisasi perpajakan pada dasarnya merupakan perwujudan atau bagian dari reformasi perpajakan. Modernisasi perpajakan ini dapat diartikan sebagai penggunaan sarana dan prasarana perpajakan yang baru dengan memanfaatkan perkembangan ilmu dan teknologi. Konsep utama dari modernisasi perpajakan ini adalah pelayanan prima dan pengawasan intensif dengan pelaksanaan good governance yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Menurut Liberti Pandiangan (2008 : 8):

Adapun tujuan modernisasi perpajakan adalah untuk menjawab latar belakang dilakukannya modernisasi perpajakan, yaitu:

a. Tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi; b. Tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi

perpajakan yang tinggi; dan

c. Tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi.

Untuk mewujudkan tujuan modernisasi perpajakan tersebut, maka pemerintah membentuk Tim Modernisasi Jangka Menengah sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 85/ KMK.03/ 2003. Dalam keputusan tersebut dijelaskan bahwa tugas pokok Tim Modernisasi Jangka Menengah adalah:

a. Memodernisasi kelembagaan termasuk struktur organisasi, sistem dan prosedur organisasi.

b. Memodernisasi peraturan yang terdiri dari dari penyederhanaan prosedur administratif dan ketentuan perpajakan lainnya.


(30)

c. Memodernisasi teknologi informasi untuk mempermudah pelaksanaan kewajiban Wajib Pajak.

Modernisasi perpajakan dilakukan sebagai bagian dari reformasi birokrasi perpajakan. Modernisasi perpajakan ini dilakukan melalui beberapa tahap. Tahapan modernisasi dilakukan dengan pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama) di berbagai daerah. KPP Pratama merupakan hasil peleburan tiga jenis kantor, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) serta Kantor Pemeriksaaan dan Penyidikan Pajak (Karipka).

Peleburan tiga jenis kantor ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya Wajib Pajak. Karena masyarakat yang membutuhkan semua jenis pelayanan pajak, cukup datang ke satu kantor saja. Konsep one stop service itulah yang melatar belakangi peleburan tiga unit kantor tersebut, sehingga Wajib Pajak dapat lebih mudah dan efisien dalam menyelesaikan urusan perpajakannya.

Selain perubahan struktur organisasi, modernisasi perpajakan juga dilakukan dengan penyederhanaan proses perpajakan melalui penerapan teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Ditjen Pajak adalah dengan penerapan sistem elektronik (e-system), yaitu:

a. E.Registration

Sistem pendaftaran Wajib Pajak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara online. Sistem ini terbagi atas 2 bagian yaitu sistem yang dipergunakan oleh Wajib Pajak sebagai sarana


(31)

pendaftaran Wajib Pajak secara online dan sistem yang dipergunakan oleh Petugas Pajak untuk memproses pendaftaran Wajib Pajak.

b. E-Filing

Sistem penyampaian dan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) pajak secara online.

c. E.SPT

Program aplikasi yang merupakan sarana bagi Wajib Pajak untuk dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) melalui media elektronik. d. E.Payment

Pembayaran pajak yang terutang oleh Wajib Pajak secara elektronik melalui sarana ATM (Automatic Teller Machine). Sistem pembayaran seperti ini sementara hanya untuk pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

C. Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak 1. SPT Pajak Manual

Salah satu perwujudan pelaksanaan sistem self assessment dibidang perpajakan adalah pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) pajak terutang kepada pemerintah yang secara langsung disampaikan oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. SPT ini harus disampaikan oleh Wajib Pajak dengan benar kepada Ditjen Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Artinya jumlah pajak terutang yang tercantum dalam SPT tersebut harus


(32)

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tanpa adanya kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Menurut Muhammad Djafar Saidi (2007 : 121) dijelaskan bahwa “Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak, dan atau bukan objek pajak, dan atau harta dan kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.” Surat Pemberitahuan yang digunakan oleh Wajib Pajak ini terdiri atas:

a. Surat Pemberitahuan Masa

Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.

b. Surat Pemberitahuan Tahunan

Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

a. Batas Waktu Pelaporan dan Sanksi Administrasi

Penyampaian SPT pajak memiliki batas waktu pelaporan tertentu yang telah ditentukan dalam Undang-undang Perpajakan. Seperti yang tercantum dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2007 dalam Pasal 3 (3) dijelaskan bahwa:

Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah:

1) Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak;

2) Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau

3) Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.


(33)

Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan tabel batas akhir pelaporan dan penyetoran pajak untuk beberapa jenis pajak:

Tabel 2.1

Batas Akhir Penyetoran Pajak dan Batas Akhir Pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak

Jenis Pajak Batas Akhir Penyetoran Pajak

Batas Akhir Penyampaian SPT PPh pasal 21 Tanggal 10 bulan takwim

berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

20 hari setelah Masa Pajak berakhir. PPh pasal 23 dan 26 Tanggal 10 bulan takwim

berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.

20 hari setelah Masa Pajak berakhir. PPh pasal 25 Tanggal 15 bulan takwim

berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

20 hari setelah Masa Pajak berakhir. PPh Pasal 22, Pajak

Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas impor yang pemungutannya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Sehari setelah pemungutan pajak dilakukan.

7 hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir.

PPh pasal 22 yang

pemungutannya dilakukan oleh Bendaharawan

Disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atas

penyerahan barang.

14 hari setelah Masa Pajak berakhir.

PPh pasal 22 dari penyerahan oleh Pertamina atas hasil produksinya dan dari penyerahan bahan bakar minyak dan gas oleh badan usaha lain

Harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang (Delivery Order) ditebus.

20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

PPh Pasal 22 yang

pemungutannya dilakukan oleh badan tertentu

sebagai Pemungut Pajak selain Pertamina

Tanggal 10 bulan takwim berikutnya.

20 hari setelah Masa Pajak berakhir.


(34)

PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang dalam satu Masa Pajak

Tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang pemungutannya dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk

Tanggal 7 bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

14 hari setelah Masa Pajak berakhir.

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang pemungutannya dilakukan oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai selain Bendaharawan

Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk.

Tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

Sumber: Undang - undang Nomor 28 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/ PMK.03/ 2007

Wajib Pajak wajib menaati ketentuan-ketentuan mengenai tata cara pengisian maupun jangka waktu penyampaian SPT pajak sesuai dengan Undang-undang perpajakan. Menurut Muhammad Djafar Saidi (2007 : 125) dapat dijelaskan bahwa:

Sebenarnya Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan oleh Wajib Pajak apabila:

1) Tidak ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasa hukumnya; 2) Tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan atau dokumen;

3) Menyatakan lebih bayar disampaikan setelah dua tahun sesudah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis; atau

4) Disampaikan setelah pejabat pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak. Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan oleh Wajib Pajak sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan dalam Undang-undang Perpajakan, maka


(35)

1) Diterbitkan Surat Teguran

2) Dikenakan sanksi administrasi berupa denda uang

Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007 yang tercantum dalam Pasal 3 (5a), dijelaskan bahwa “Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan sesuai batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat diterbitkan Surat Teguran.”

Selanjutnya dalam Pasal 7 (1) dijelaskan bahwa:

Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya, dan sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan serta sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi. Dari Pasal tersebut dapat dijelaskan bahwa ketentuan sanksi untuk keterlambatan penyampaian SPT pajak adalah berbeda untuk setiap jenis pajak. Adapun sanksi yang dikenakan tersebut yaitu:

1) Keterlambatan penyampaian SPT Masa PPN sebesar Rp. 500.000,- 2) Keterlambatan penyampaian SPT Masa lainnya sebesar Rp. 100.000,- 3) Keterlambatan penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan

sebesar Rp. 1.000.000,-

4) Keterlambatan penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar Rp. 100.000,-


(36)

b. Fungsi SPT Pajak

Surat Pemberitahuan (SPT) pajak memiliki fungsi yang berbeda bagi setiap pihak yang berkepentingan. Baik untuk Wajib Pajak, Pengusaha Kena Pajak maupun bagi pemotong atau pemungut pajak. Menurut Anastasia Diana dan Lilis Setiawati (2004 : 10) fungsi Surat Pemberitahuan adalah:

Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

1) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak

2) Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak 3) Harta dan kewajiban

4) Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 Masa Pajak yang ditentukan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Bagi Pengusaha Kena Pajak fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk:

1) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang

2) Melaporkan tentang pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran

3) Melaporkan tentang pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa SPT pajak memiliki fungsi yang berbeda sesuai dengan kegiatan perpajakan yang dilakukan oleh setiap unsur perpajakan dalam kegiatan tersebut.


(37)

2. SPT Pajak Elektronik a. E-Filing (Electronic Filing)

Salah satu upaya penerapan e-system dalam hal modernisasi perpajakan yang dilakukan oleh Ditjen Pajak adalah penerapan e-filing (electronic filing). Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-88/ PJ/ 2004 tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik dalam Pasal 1 dijelaskan bahwa “Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik melalui perusahaan penyedia jasa aplikasi (Application Service Provider) yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.” Hal ini juga dipertegas dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05/ PJ./ 2005 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik (e-filing) Melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) dalam Pasal 2 (1) dijelaskan bahwa “Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-filing) melalui satu atau beberapa perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.”

1) Penyampaian SPT Secara E-Filing

E-filing adalah layanan yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang berfungsi agar Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) pajak beserta lampirannya secara online dan real time dengan memanfaatkan jalur komunikasi internet. Penyampaian SPT secara elektronik ini dilakukan melalui perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi yang telah ditentukan oleh Dirjen Pajak.


(38)

Sebelum teknologi e-filing ini diberlakukan setiap Wajib Pajak harus datang secara langsung ke kantor pajak pada hari kerja untuk melakukan pelaporan SPT pajaknya. Tetapi setelah adanya teknologi e-filing maka Wajib Pajak dapat melaporkan SPT pajak selama 24 jam penuh setiap harinya. Karena perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi yang telah ditunjuk oleh Dirjen Pajak selalu beroperasi setiap saat. Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05/ PJ./ 2005 Pasal 6 dijelaskan bahwa:

1) Penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik dapat dilakukan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan standar Waktu Indonesia Bagian Barat.

2) Surat Pemberitahuan yang disampaikan secara elektronik pada akhir batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan yang jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses penyampaian SPT secara e-filing ini dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. Selain itu ditegaskan juga bahwa dalam pelaporan SPT secara e-filing, batas waktu pelaporan tetap berlaku meskipun hari tersebut merupakan hari libur nasional.

Hal ini berbeda dengan penyampaian SPT secara manual (non elektronik) dimana batas waktu pelaporan yang berlaku dimajukan satu hari sebelum hari libur nasional. Seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/ PMK.03/ 2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak pada Pasal 8 dijelaskan bahwa:


(39)

1) Surat Pemberitahuan Masa atau laporan hasil pemungutan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak, Pemotong Pajak atau Pemungut Pajak terdaftar dan/ atau dikukuhkan.

2) Dalam hal batas akhir pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

3) Hari libur nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Surat Pemberitahuan Masa seperti yang tercantum dalam Pasal 8 ayat (1) tersebut adalah Surat Pemberitahuan Masa yang dilaporkan oleh Wajib Pajak untuk Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

2) Prosedur Sistem E-Filing

Ada beberapa langkah atau prosedur yang harus dilakukan oleh Wajib Pajak jika SPT pajaknya akan disampaikan secara e-filing. Prosedur penyampaian SPT secara e-filing ini diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05/ PJ./ 2005 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik (e-filing) Melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). Tahapan-tahapan tersebut antara lain:

a) Langkah Pertama: Mengajukan Permohonan

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh Wajib Pajak sebelum dapat menyampaikan SPT secara e-filing adalah mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala KPP tempat Wajib Pajak bersangkutan terdaftar. Surat permohonan ini disampaikan oleh Wajib Pajak untuk mendapatkan Electronic Filing Identification Number (e-FIN) sebagai identitas bagi Wajib Pajak yang


(40)

akan melaporkan SPTnya secara elektronik. Pasal 1 (1) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05/ PJ./ 2005 menyatakan bahwa “Electronic Filing Identification Number (e-FIN) adalah nomor identitas yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar kepada Wajib Pajak yang mengajukan permohonan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-Filing).”

Surat permohonan yang diajukan tersebut harus dilengkapi dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Dirjen Pajak. Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 3 (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05/ PJ./ 2005:

Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar sesuai dengan contoh surat permohonan sebagaimana tersebut pada Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, dengan melampirkan fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak atau Surat Keterangan Terdaftar dan dalam hal Pengusaha Kena Pajak disertai dengan fotokopi Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

b) Langkah Kedua: Registrasi ke ASP

Setelah mendapatkan e-FIN maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh Wajib Pajak adalah mendaftar atau registrasi ke salah satu ASP yang telah ditunjuk oleh Dirjen Pajak. Apabila registrasi tersebut telah berhasil maka ASP bersangkutan akan mengirimkan:

 User ID dan Password.

Prosedur penyampaian SPT secara elektronik (e-filing).

Aplikasi e-SPT (Surat Pemberitahuan berbentuk elektronik) beserta petunjuk penggunaan sesuai dengan jenis-jenis pajak yang diperlukan.


(41)

Sertifikat Digital (Digital Sertificate) yang akan terinstal secara otomatis ke dalam komputer yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan registrasi. Sertifikat Digital ini berfungsi untuk: - Keamanan dengan melakukan pengacakan data e-SPT

(encryption).

- Menjamin integritas data e-SPT dan otentifikasi data e-SPT - Mencegah penyangkalan (non-repudiation).

Sertifikat ini diberikan secara otomatis oleh sistem yang ada di KPP dan umumnya hanya bisa digunakan untuk ASP yang bersangkutan. c) Langkah Ketiga: Proses E-Filing

Setelah seluruh langkah tersebut terpenuhi maka Wajib Pajak dapat segera menyampaikan SPT nya secara online. Wajib Pajak dapat mengakses website ASP dengan menggunakan login, password dan e-FIN yang telah diperoleh sebelumnya. Setelah itu Wajib Pajak dapat melakukan upload data SPT nya. Jika proses upload data telah selesai, sistem ASP akan mencatat log transaksi Wajib Pajak yang meliputi nama, NPWP, kode Sertifikat Digital, e-FIN, tanggal dan jam proses pelaksanaan e-filing dan akan berhubungan secara langsung dengan sistem di KPP untuk meneruskan proses penyampaian SPT.

Jika sistem yang ada di KPP telah menerima data elektronik SPT Wajib Pajak dengan benar dan lengkap maka sistem ini akan membubuhkan Bukti Penerimaan SPT elektronik di bagian bawah Induk SPT. Bukti Penerimaan ini berisi informasi NPWP, tanggal transaksi, Nomor Transaksi Penyampaian SPT (NTPS), Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA) dan nama ASP.


(42)

d) Langkah Keempat: Proses setelah pelaksanaan e-filing

Karena pelaporan dengan tanda tangan basah masih diperlukan maka Wajib Pajak harus melakukan pencetakan (print out) formulir Induk SPT yang telah dibubuhi bukti penerimaan elektronik. Kemudian Wajib Pajak harus menandatangani induk SPT tersebut dan mengirimkan atau menyampaikannya secara langsung ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.

Dalam Pasal 7 (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05/ PJ./ 2005 dijelaskan bahwa:

Wajib Pajak dapat menyampaikan induk Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta Surat Setoran Pajak (bila ada) dan dokumen lainnya yang wajib dilampirkan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar secara langsung atau melalui pos secara tercatat, paling lama:

a. 14 (empat belas) hari sejak batas terakhir pelaporan Surat Pemberitahuan dalam hal Surat Pemberitahuan disampaikan sebelum batas akhir penyampaian;

b. 14 (empat belas) hari sejak tanggal penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik dalam hal Surat Pemberitahuan disampaikan setelah lewat batas akhir penyampaian.

Artinya print out SPT elektronik dan bukti penerimaan harus disampaikan secara langsung ke KPP dalam waktu 14 hari sejak tanggal penyampaian SPT secara elektronik baik SPT tersebut disampaikan sebelum maupun setelah lewat batas akhir penyampaian.

b. Penyedia Jasa Aplikasi (ASP)

Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP) merupakan suatu perusahaan yang menyediakan sarana dan prasarana bagi Wajib Pajak yang ingin menyampaikan SPT secara elektronik. Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05/ PJ./ 2005 dalam Pasal 1 dijelaskan bahwa


(43)

“Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP) adalah perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai perusahaan yang dapat menyalurkan penyampaian Surat Pemberitahuan Secara elektronik ke Direktorat Jenderal Pajak.”

Selain sebagai pihak yang menyediakan sarana dalam penyampaian SPT secara elektronik, ASP juga berfungsi sebagai lembaga mediasi atau perantara yang menghubungkan antara Wajib Pajak dengan Aparat Pajak. Selain itu ASP juga dapat memberikan berbagai informasi perpajakan yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak melalui website yang telah disediakan.

1) Jenis ASP

Salah satu ASP yang telah ditunjuk oleh Dirjen Pajak dalam menyediakan fasilitas penyampaian SPT secara e-filing adalah www.laporpajak.com. Website ini merupakan ASP pertama yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak. Selain itu terdapat beberapa ASP yang dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak dalam hal pelaporan SPT nya, yaitu:

a) www.pajakku.com b) www.spt.co.id

c) www.layananpajak.com d) www.pajakmandiri.com e) www.onlinepajak.com f) www.setorpajak.com g) www.taxreport.web.id


(44)

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05/ PJ./ 2005 dalam Pasal 7 (6) menyatakan bahwa “Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) wajib memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa Surat Pemberitahuan beserta lampirannya yang disampaikan secara elektronik dijamin kerahasiaannya, diterima di Direktorat Jenderal Pajak secara lengkap dan real time serta diakui oleh pihak Wajib Pajak dan Direktorat Jenderal Pajak.” Artinya pada saat Wajib Pajak melaporkan SPT melalui salah satu ASP yang telah disediakan maka informasi perpajakan dan identitas Wajib Pajak akan tersimpan dalam sistem ASP yang digunakan. Oleh karena itu pihak ASP wajib memberi jaminan akan kerahasiaan informasi Wajib Pajak tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2) Ketentuan Tarif E-Filing

Sistem e-filing merupakan sarana yang diciptakan oleh Pemerintah untuk memudahkan Wajib Pajak dalam hal penyampaian Surat Pemberitahuan. Namun dalam prakteknya, Pemerintah masih membutuhkan pihak lain yakni perusahaan swasta sebagai penyedia fasilitas website yang dapat digunakan oleh Wajib Pajak untuk menyampaikan SPT pajaknya.

Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) merupakan perusahaan swasta komersial yang dalam kegiatan jasanya mengenakan tarif tertentu terhadap setiap Wajib Pajak yang memanfaatkan sarana website yang disediakan. Adapun ketentuan tarif jasa e-filing yang dikenakan kepada Wajib Pajak adalah:

a) Tarif jasa e-filing untuk setiap Wajib Pajak adalah sama dan tidak tergantung besar utang pajaknya.


(45)

 Biaya registrasi atau pendaftaran (1 x selamanya) dikenakan tarif sebesar Rp. 50.000,-.

 Biaya keanggotaan sebesar Rp. 200.000,- pertahun.

Biaya pengiriman data (submission) sebesar Rp. 40.000,- untuk semua pasal setiap pengiriman tidak termasuk pembetulan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tarif jasa e-filing yang dikenakan merupakan biaya kepatuhan Wajib Pajak yang harus dipenuhi dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Biaya kepatuhan pajak tersebut merupakan biaya tetap (fixed cost) karena tarif yang dikenakan adalah sama untuk setiap Wajib Pajak tanpa memperhitungkan besarnya jumlah utang pajak.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang berlokasi di Jalan Diponegoro No. 39 Medan dimulai pada bulan Maret 2008 sampai dengan selesainya skripsi ini.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan dalam bentuk studi kasus dengan meneliti dan mendatangi secara langsung objek penelitian yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan.

C. Sumber Dan Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber, yaitu:

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari pihak-pihak terkait di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota baik melalui teknik wawancara maupun observasi mengenai permasalahan-permasalahan yang diteliti.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber yang sudah terdokumentasi sebelumnya baik berupa data dari penelusuran catatan, dokumen instansi terkait, literatur-literatur dan buku-buku mengenai masalah yang diteliti.


(47)

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan Skripsi ini, Penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Penelitian lapangan (field research), yaitu dengan melakukan teknik observasi atau pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti dan melakukan teknik wawancara (interview) dengan pihak-pihak yang terkait sebagai penyedia informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

b. Studi Kepustakaan, yaitu mencari serta menelaah kerangka referensi dan landasan teori baik dalam buku atau literatur-literatur, peraturan-peraturan maupun jurnal-jurnal ilmiah yang relevan dengan ide penelitian termasuk dari media internet yang digunakan sebagai dasar kriteria dalam membahas masalah yang ditemukan dalam penelitian lapangan.

E. Metode Analisis Data

Adapun yang menjadi metode penganalisaan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Metode Deskriptif, yaitu menyusun, mengklarifikasi, menganalisis dan menginterprestasikan data yang diperoleh untuk memberikan gambaran yang jelas dari perumusan masalah yang akan diteliti.

b. Metode Komparatif, yaitu metode penganalisaan data yang dilakukan dengan membandingkan data dan informasi yang diperoleh di lokasi penelitian.


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota

Pada awalnya Kantor Pelayanan Pajak dinamakan dengan Kantor Inspeksi Pajak (KIP) yang induk organisasinya berada di bawah Direktorat Jenderal Pajak dalam Departemen Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara sendiri terdapat 3 (tiga) Kantor Inspeksi Pajak yaitu:

a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara

c. Kantor Inspeksi Pajak Medan Pematang Siantar

Tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi 2 (dua) yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.

Untuk lebih meningkatkan nilai pelayanan pajak kepada masyarakat maka berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 267/ KMK.01/ 1989 diadakan perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak (KIP) dan diganti dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Kemudian terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak dibagi atas 4 (empat) wilayah kerja, yaitu:

a. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara b. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur


(49)

c. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat d. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Pada tanggal 23 Juli 2001 Menteri Keuangan Republik Indonesia menetapkan sebuah Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/ KMK.01/ 2001 tentang pemekaran Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur menjadi 2 (dua) wilayah kerja. Berdasarkan keputusan tersebut ditetapkan bahwa Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dibagi menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/ KMK.01/ 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak maka Kantor Pelayanan Pajak Kotamadya Medan dibagi menjadi 5 (lima) kantor wilayah kerja, yaitu:

a. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan wilayah kerja meliputi:

2) Kecamatan Medan Deli 3) Kecamatan Medan Labuhan 4) Kecamatan Medan Marelan

b. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan wilayah kerja meliputi: 1) Kecamatan Medan Area

2) Kecamatan Medan Tembung 3) Kecamatan Medan Timur 4) Kecamatan Medan Perjuangan


(50)

1) Kecamatan Medan Kota 2) Kecamatan Medan Amplas 3) Kecamatan Medan Johor 4) Kecamatan Medan Denai

d. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan wilayah kerja meliputi:

1) Kecamatan Medan Maimun 2) Kecamatan Medan Baru 3) Kecamatan Medan Selayang 4) Kecamatan Medan Tuntungan 5) Kecamatan Medan Polonia

e. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan wilayah kerja meliputi: 1) Kecamatan Medan Helvetia

2) Kecamatan Medan Sunggal 3) Kecamatan Medan Petisah 4) Kecamatan Medan Barat

2. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota

Struktur organisasi yang digunakan KPP Pratama Medan Kota adalah struktur organisasi lini (garis) dan staf yang berada di bawah koordinasi Kepala Kantor Wilayah 1 Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Bagian Utara. Seluruh Pegawai dalam lingkungan KPP Pratama Medan Kota adalah Pegawai Negeri Sipil yang seluruhnya ada di bawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.


(51)

Adapun struktur organisasi KPP Pratama Medan Kota tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pimpinan yaitu Kepala Kantor

b. Pembantu Pimpinan yaitu Kepala Sub Bagian Umum c. Pelaksana yaitu sejumlah Kepala Seksi, yang terdiri dari:

1) Kasi Ekstensifikasi

2) Kasi Pengolahan Data dan Informasi (Kasi PDI) 3) Kasi Pelayanan

4) Kasi Pengawasan dan Konsultasi I (Kasi Waskon I) 5) Kasi Pengawasan dan Konsultasi II (Kasi Waskon II) 6) Kasi Pengawasan dan Konsultasi III (Kasi Waskon III) 7) Kasi Pengawasan dan Konsultasi IV (Kasi Waskon IV) 8) Kasi Pemeriksaan

9) Kasi Penagihan

d. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari: 1) Supervisor I

2) Supervisor II 3) Supervisor III 4) Supervisor IV

Sesuai dengan informasi di atas, struktur organisasi KPP Pratama Medan Kota dapat dibuatkan bagan seperti pada Gambar 4.1 berikut:


(52)

Gambar 4.1

Bagan Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota

*) Terdapat 4 (empat) Seksi Waskon KPP Pratama Medan Kota 3. Uraian Tugas Pokok Kepegawaian

Adapun uraian tugas pokok Pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut:

a. Tugas Kepala KPP Pratama Medan Kota adalah melaksanakan kewenangan di bidang perpajakan dan melakukan koordinasi dengan seluruh pihak yang terkait.


(53)

b. Tugas Kepala Sub Bagian Umum:

Kasubbag Umum mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan dan rumah tangga.

c. Tugas Kepala Seksi (Kasi) adalah melaksanakan kegiatan ekstensifikasi perpajakan, pelayanan, pengolahan data dan informasi perpajakan, pengawasan dan pemeriksaan serta penagihan pajak.

1) Tugas Kasi Ekstensifikasi

Mempunyai tugas untuk urusan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan objek pajak.

2) Tugas Kasi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Mempunyai tugas melakukan urusan pencarian, pengurusan serta pengolahan data dan informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing serta penyiapan laporan kinerja.

3) Kasi Pelayanan

Mempunyai tugas untuk melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan dan surat Wajib Pajak lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak serta pelaksanaan kerjasama perpajakan.


(54)

4) Kasi Pengawasan dan Konsultasi I (Waskon I), Kasi Pengawasan dan Konsultasi II (Waskon II), Kasi Pengawasan dan Konsultasi III (Waskon III), Kasi Pengawasan dan Konsultasi IV (Waskon IV) Masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/ himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis pajak, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi serta melakukan evaluasi hasil banding.

5) Kasi Pemeriksaan

Mempunyai tugas melakukan urusan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan, aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

6) Kasi Penagihan

Mempunyai tugas untuk urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif serta usulan penghapusan piutang.

7) Kelompok Jabatan Fungsional

Mempunyai tugas untuk melakukan kegiatan sesuai jabatan masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(55)

4. Gambaran Pegawai

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota terdiri dari 62 (enam puluh dua orang) Pegawai tetap dengan berbagai tingkat pendidikan Pegawai. Tingkat pendidikan Pegawai tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Bab 4.1

Tingkat Pendidikan Pegawai KPP Pratama Medan Kota No. Tingkat Pendidikan

Pegawai Jumlah

1 SLTA 4 2 D1 11 3 D3 18

4 D4/ S1 25

5 S2/ S3 4

Jumlah 62

Sumber: Subbag Umum KPP Pratama Medan Kota

Sedangkan untuk informasi kepangkatan Pegawai pada KPP Pratama Medan Kota dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Kepangkatan Pegawai KPP Pratama Medan Kota No. Kepangkatan Pegawai Jumlah

1 IV 9

2 III 38

3 II 15

Jumlah 62


(56)

B. Analisis Hasil Penelitian SPT Pajak Manual dan Elektronik

Proses penyampaian SPT secara e-filing pada dasarnya telah disosialisasikan Ditjen Pajak sejak awal tahun 2001. Namun baru diberlakukan sejak tahun 2004 dengan dikeluarkannya Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep – 88/ PJ/ 2004 tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep – 05/ PJ. / 2005 tentang Tatacara Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik (E-Filing) Melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP).

Sebagai tahap awal Ditjen Pajak memberlakukan sistem e-filing ini khusus untuk penyampaian SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Apabila sistem e-filing ini telah dapat dilaksanakan secara maksimal maka akan diberlakukan sebagai sarana penyampaian SPT untuk seluruh jenis pajak.

1. Prosedur Sistem E-Filing di KPP Pratama Medan Kota

Pada dasarnya penyampaian SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai secara e-filing belum dapat diterapkan secara keseluruhan kepada setiap Wajib Pajak yang akan memenuhi kewajibannya. Oleh karena itu Ditjen Pajak menetapkan bahwa Wajib Pajak yang wajib menyampaikan SPTnya secara e-filing adalah Wajib Pajak Badan yang menyampaikan SPT Masa PPN lebih dari 300 faktur pajak.

Untuk dapat menyampaikan SPT Masa PPN secara e-filing di KPP Pratama Medan Kota maka ada beberapa proses yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Prosedur penyampaian SPT Masa PPN secara e-filing di KPP Pratama Medan Kota tersebut adalah:


(57)

a. Wajib Pajak mengajukan Surat Permohonan di atas kertas bermaterai untuk memperoleh e-FIN yang ditujukan kepada Kepala KPP Pratama Medan Kota. Surat Permohonan tersebut akan diteruskan ke seksi PDI untuk dicatat dan disimpan dalam database kantor. Selanjutnya Surat Permohonan beserta berkas-berkas yang disampaikan oleh Wajib Pajak tersebut akan disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Bagian Utara (Kanwil I DJP Sumbagut). b. Pihak Kanwil I DJP Sumbagut akan menyampaikan permohonan

secara online kepada pihak Ditjen Pajak yang berpusat di Jakarta perihal permohonan Wajib Pajak yang ingin memanfaatkan sistem e-filing. Dapat disimpulkan bahwa pihak yang berwenang untuk menentukan layak tidaknya Wajib Pajak yang akan memanfaatkan sistem e-filing adalah pihak Ditjen Pajak pusat.

c. Paling lama 2 (dua) hari kerja sejak permohonan dari Kanwil I DJP Sumbagut diterima, pihak Direktorat Jenderal Pajak pusat akan memberikan keputusan atas permohonan tersebut.

1) Jika permohonan tersebut tidak disetujui maka pihak Kanwil I DJP Sumbagut akan meneruskannya kepada Kepala KPP Pratama Medan Kota agar disampaikan secara tertulis kepada Wajib Pajak yang bersangkutan.

2) Jika disetujui maka surat permohonan yang telah diajukan oleh Wajib Pajak bersangkutan akan ditandatangani oleh Kepala KPP Pratama Medan Kota dan proses e-filing dapat dilanjutkan.


(58)

d. Selanjutnya pihak KPP Pratama Medan Kota akan memberikan e-FIN yang berfungsi sebagai identitas bagi Wajib Pajak yang akan menyampaikan SPT Masa PPN secara e-filing.

e. Setelah mendapatkan e-FIN maka Wajib Pajak dapat melakukan registrasi disalah satu ASP yang telah ditentukan. Jika proses registrasi berhasil maka pihak ASP akan mengirimkan:

1) User ID dan password.

2) Aplikasi eSPT beserta petunjuk penggunaan.

3) Sertifikat Digital (Digital Sertificate) yang akan terinstal secara otomatis ke dalam komputer yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan registrasi.

f. Jika seluruh langkah tersebut telah dipenuhi maka Wajib Pajak dapat melakukan proses e-filing secara online melalui salah satu ASP tertentu dengan menggunakan e-FIN, User ID dan password yang telah diperoleh sebelumnya.

g. Apabila sistem di KPP Pratama Medan Kota telah menerima data elektronik SPT Wajib Pajak maka sistem ini akan secara otomatis membubuhkan Bukti Penerimaan SPT elektronik di bagian bawah induk SPT.

h. Setelah itu pihak Wajib Pajak harus melakukan pencetakan (print out) formulir Induk SPT yang telah dibubuhi bukti penerimaan elektronik. Kemudian menandatangani Induk SPT tersebut dan menyampaikannya secara langsung ke KPP Pratama Medan Kota.


(59)

i. Formulir Induk SPT yang telah disampaikan oleh Wajib Pajak akan diteruskan kepada Kepala Seksi PDI untuk disimpan dan dicatat dalam database kantor.

2. Aspek Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dapat dilihat dari beberapa faktor, misalnya berdasarkan besar kecilnya jumlah Wajib Pajak terdaftar, peningkatan atau penurunan realisasi penerimaan pajak dan kepatuhan dalam pelaporan SPT pajak. Berikut ini Penulis akan membahas lebih dalam mengenai aspek kepatuhan Wajib Pajak berdasarkan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan kepatuhan dalam pelaporan SPT sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh dari KPP Pratama Medan Kota.

a. Perbandingan WP Terdaftar Dengan Coverage Ratio

Menurut informasi yang diterima dari pihak KPP Pratama Medan Kota dapat dijelaskan bahwa jumlah Wajib Pajak terdaftar masih sangat rendah bila dibandingkan dengan potensi yang ada (coverage ratio). Coverage ratio ini diperkirakan oleh aparat pajak dengan melihat potensi Wajib Pajak di wilayah kerja KPP Pratama Medan Kota yang seharusnya dapat dioptimalkan.

Pihak aparat pajak di KPP Pratama Medan Kota memperkirakan masih banyak Badan yang belum terdaftar sebagai Wajib Pajak, meskipun dalam melaksanakan kegiatan umumnya harus mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Permasalahan tersebut merupakan salah satu penyebab rendahnya jumlah Wajib Pajak terdaftar di KPP Pratama Medan Kota. Adapun jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut:


(60)

Tabel 4.3

Jumlah Wajib Pajak Terdaftar di KPP Pratama Medan Kota Jenis Wajib Pajak 2003 2004 2005 2006 2007 Orang Pribadi 15.087 15.091 15.099 15.112 15.119

Badan 5.921 5.923 5.931 5.937 5.941

PPh Pasal 21 8.371 8.372 8.383 8.385 8.385 PPN (PKP) 4.797 4.801 4.804 4.804 4.807 Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Medan Kota Sedangkan perkiraan coverage ratio atas jumlah penduduk atau badan di wilayah KPP Pratama Medan Kota yang mempunyai penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sampai dengan akhir tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4

Coverage Ratio Wajib Pajak

Jenis s/d

Wajib Pajak Akhir Tahun 2007 Orang Pribadi 270.900

Badan 78.000 PPh Pasal 21 120.000

PPN (PKP) 51.000

Sumber: Diolah dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Medan Kota

Dari informasi tersebut dapat dilihat bahwa pada dasarnya jumlah Wajib Pajak terdaftar di KPP Pratama Medan Kota mengalami peningkatan sampai dengan akhir tahun 2007. Meskipun jumlah tersebut masih lebih kecil bila dibandingkan dengan coverage ratio yang seharusnya dapat dioptimalkan. Berikut disajikan rincian persentase perbandingan antara jumlah Wajib Pajak terdaftar dengan coverage ratio Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Kota sebagai berikut:


(61)

1) Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Kota untuk jenis pajak Orang Pribadi sampai akhir tahun 2007 adalah sebanyak 15.119 Wajib Pajak. Jumlah tersebut adalah sebesar 5,58% dari coverage ratio yang seharusnya dapat dioptimalkan yaitu sebesar 270.900 Wajib Pajak.

2) Jumlah Wajib Pajak terdaftar untuk jenis pajak Badan sampai dengan akhir tahun 2007 adalah sebanyak 5.941 Wajib Pajak. Jumlah tersebut adalah sebesar 7,62% dari coverage ratio yang seharusnya dapat dioptimalkan yaitu sebesar 78.000 Wajib Pajak.

3) Jumlah Wajib Pajak terdaftar untuk jenis PPh Pasal 21 sampai dengan akhir tahun 2007 adalah sebanyak 8.385 Wajib Pajak. Jumlah tersebut adalah sebesar 6,99% dari coverage ratio yang seharusnya dapat dioptimalkan yaitu sebesar 120.000 Wajib Pajak.

4) Jumlah Wajib Pajak terdaftar untuk jenis PPN sampai dengan akhir tahun 2007 adalah sebanyak 4.807 Wajib Pajak. Jumlah tersebut adalah sebesar 9,43% dari coverage ratio yang seharusnya dapat dioptimalkan yaitu sebesar 51.000 Wajib Pajak.

Untuk lebih jelasnya berikut disajikan daftar tabel persentase perbandingan antara jumlah Wajib Pajak terdaftar dengan coverage ratio yang seharusnya dapat dioptimalkan berdasarkan rincian perbandingan persentase yang telah dijelaskan di atas. Data dan informasi berikut merupakan informasi yang diperoleh dari KPP Pratama Medan Kota sampai dengan akhir tahun 2007.


(62)

Tabel 4.5

Perbandingan Jumlah Wajib Pajak Terdaftar dengan Coverage Ratio

Jenis Wajib Pajak Coverage

Persentase Wajib Pajak Terdaftar Ratio

Orang Pribadi 15.119 270.900 5,58%

Badan 5.941 78.000 7,62%

PPh Pasal 21 8.385 120.000 6,99%

PPN (PKP) 4.807 51.000 9,43%

Total 34.252 519.900 6,59%

Sumber: Diolah dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Medan Kota

Dari Tabel 4.5 tersebut dapat dilihat bahwa persentase perbandingan antara jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Kota dengan coverage ratio yang dapat dioptimalkan hanya sebesar 6,59%. Angka tersebut masih terlalu kecil bila dibandingkan dengan potensi yang ada yakni sebesar kurang lebih 519.900 orang. Hal ini mengindikasikan rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat di wilayah kerja KPP Pratama Medan Kota untuk memenuhi kewajibannya sebagai Wajib Pajak.

b. Perbandingan SPT Manual Dengan Sistem E-Filing Berdasarkan Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk saat ini sistem e-filing hanya dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Badan sebagai sarana pelaporan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai di KPP Pratama Medan Kota. Berikut Penulis sajikan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Kota untuk jenis Pajak Pertambahan Nilai:


(1)

dengan Wajib Pajak yang menggunakan cara manual dalam proses pelaporan SPT Masa PPNnya, dengan persentase maksimal hanya sebesar 0,68% dari seluruh Wajib Pajak Badan atau sebesar 0,44% dari total Wajib Pajak terdaftar. Persentase tersebut adalah berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari KPP Pratama Medan Kota sampai dengan akhir Juni 2008.

Menurut informasi yang diperoleh dari pihak Aparat Pajak di KPP Pratama Medan Kota, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya minat Wajib Pajak untuk memanfaatkan sistem e-filing tersebut. Faktor penghambat pemanfaatan sistem e-filing tersebut antara lain:

1) Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Aparat Pajak dalam memperkenalkan sistem e-filing kepada masyarakat luas.

2) Rendahnya pemahaman Wajib Pajak dalam memanfaatkan teknologi internet sebagai sarana untuk mempermudah pelaksanaan kewajiban perpajakan.

3) Adanya besaran biaya tertentu yang harus disediakan oleh Wajib Pajak untuk memanfaatkan sistem e-filing. Biaya tersebut merupakan biaya kepatuhan yang dikenakan oleh pihak ASP sebagai pihak swasta komersil yang menyediakan sarana e-filing.

4) Belum adanya aturan perundang-undangan yang mewajibkan seluruh Wajib Pajak untuk menggunakan sistem e-filing.

Dari seluruh pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa sistem e-filing secara efektif dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak yang telah memanfaatkan sistem tersebut untuk menyampaikan SPT


(2)

secara tepat waktu meskipun dalam prosesnya, Wajib Pajak masih harus datang ke kantor pajak untuk menyampaikan Formulir Induk SPT secara langsung. Namun disisi lain sistem e-filing ternyata masih belum cukup efisien untuk dimanfaatkan oleh seluruh Wajib Pajak karena masih dikenakan biaya kepatuhan yang seharusnya dapat ditiadakan oleh Pemerintah.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah dikemukakan pada Bab-bab terdahulu maka Penulis menarik beberapa kesimpulan penting sebagai berikut:

1. Proses sistem e-filing di KPP Pratama Medan Kota diawali dengan pengajuan permohonan yang disampaikan kepada Kepala KPP Pratama Medan Kota untuk memperoleh e-FIN. Jika disetujui maka Wajib Pajak dapat melakukan registrasi di salah satu ASP yang telah ditunjuk oleh Dirjen Pajak. Apabila registrasi tersebut berhasil dilakukan maka ASP akan memberikan User ID dan password serta Sertifikat Digital yang akan terinstal secara otomatis ke dalam komputer yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan registrasi. Kemudian Wajib Pajak dapat melaksanakan proses e-filing secara online melalui ASP tersebut dengan menggunakan User ID dan password yang telah diperoleh. Setelah seluruh proses e-filing dilakukan maka Wajib Pajak dapat mencetak hasil proses tersebut (Formulir Induk SPT) dan menandatanganinya serta menyampaikannya secara langsung ke KPP Pratama Medan Kota.

2. Teknologi e-filing di KPP Pratama Medan Kota telah cukup efektif untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam hal penyampaian SPT Masa PPN karena seluruh Wajib Pajak yang memanfaatkan sistem tersebut selalu menyampaikan Formulir Induk SPT secara tepat waktu. Namun di


(4)

sisi lain teknologi e-filing belum cukup efektif untuk diterapkan kepada seluruh Wajib Pajak terdaftar karena pihak ASP akan mengenakan biaya bagi Wajib Pajak yang memanfaatkan sistem tersebut.

3. Sistem e-filing dapat memberi pengaruh yang cukup baik terhadap efisiensi atas waktu yang harus disediakan oleh Wajib Pajak dibandingkan dengan penyampaian SPT secara manual karena sistem ini dapat dimanfaatkan setiap hari selama 24 jam penuh.

4. Meskipun mengalami peningkatan yang cukup signifikan namun jumlah Wajib Pajak Badan yang menyampaikan SPT Masa PPN secara e-filing di KPP Pratama Medan Kota masih terhitung sedikit dibandingkan dengan cara yang manual. Sampai dengan akhir Juni 2008 jumlahnya hanya sebesar 0,68% dari jumlah Wajib Pajak Badan atau sebesar 0,44% dari total Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Masa PPN.

B. Saran

Berikut ini Penulis menyajikan beberapa saran berdasarkan hasil penelitian yang diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi pihak KPP Pratama Medan Kota. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya pihak KPP Pratama Medan Kota mengembangkan sebuah teknologi informasi mutakhir yang didukung dengan perangkat aturan telematika yang mengatur tentang validitas dokumen elektronik. Jika teknologi tersebut dapat dikembangkan maka proses sistem e-filing secara keseluruhan dapat dilakukan oleh Wajib Pajak tanpa diakhiri dengan


(5)

melakukan konfirmasi secara langsung ke pihak KPP Pratama untuk menyampaikan Formulir Induk SPT.

2. Sebaiknya pihak Aparat Pajak yang berwenang tidak perlu mengenakan biaya kepatuhan bagi Wajib Pajak yang memanfaatkan sistem e-filing. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memegang kendali penuh terhadap seluruh proses sistem e-filing tanpa adanya peran tertentu dari pihak swasta (ASP). Dengan demikian biaya untuk melakukan proses

e-filing tersebut dapat diminimalisir atau bahkan tidak dikenakan sama

sekali yang tentunya akan berdampak terhadap terjadinya peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan SPTnya.

3. Untuk meningkatkan pemahaman Wajib Pajak, diharapkan pihak KPP Pratama Medan Kota senantiasa melakukan sosialisasi secara bertahap mengenai pemanfaatan sistem e-filing. Dengan demikian diharapkan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama sistem e-filing ini telah dapat dimanfaatkan oleh seluruh Wajib Pajak yang akan melakukan pelaporan SPT, bukan hanya untuk jenis Pajak Pertambahan Nilai (PPN) saja tetapi untuk seluruh jenis pajak negara.


(6)

Diana, Anastasia, Lilis Setiawati, Perpajakan Indonesia: Konsep Aplikasi dan

Penuntun Praktis, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2004

Ilyas, Wirawan B., Richard Burton, Hukum Pajak, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2007

Pandiangan, Liberti, Modernisasi & Reformasi Pelayanan Perpajakan

Berdasarkan UU Terbaru, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008

Prakoso, Kesit Bambang, Pajak dan Retribusi Daerah, UII Press, Yogyakarta, 2003

Saidi, Muhammad Djafar, Pembaruan Hukum Pajak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Departemen Akuntansi, Buku

Petunjuk Teknik Penulisan Proposal, Penelitian dan Penulisan Skripsi,

Medan, 2004

Direktorat Jenderal Pajak Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007, Tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan, Jakarta

---, Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep – 88/ PJ/ 2004,

Tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik, Jakarta

---, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep – 05/ PJ./ 2005,

Tentang Tatacara Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik (e.filing) Melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP), Jakarta.

---, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per – 145/ PJ./ 2005,

Tentang Bentuk, Isi dan Tatacara Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN), Jakarta

Departemen Keuangan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/ PMK.03/ 2007, Tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo

Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, Serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran, Jakarta


Dokumen yang terkait

Analisis Data Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

3 68 66

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

2 44 65

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

1 37 33

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

2 61 59

Prosedur Penagihan Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

0 57 85

Tinjauan Atas Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Secara E-Filing pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

0 0 10

Tinjauan Atas Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Secara E-Filing pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

0 0 20

Tinjauan Atas Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Secara E-Filing pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

0 0 16

Tinjauan Atas Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Secara E-Filing pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

0 0 2

PENGARUH PENERAPAN E-FILING TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KOTA TASIKMALAYA

0 0 16