Pengertian Masa nifas Tahapan Masa Nifas Klasifikasi Robekan Perineum Pencegahan Robekan Perineum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Masa nifas

Masa nifas puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil Mochtar, 1998. Yeyeh 2010, dalam Cunningham, 1995 mengatakan bahwa Masa nifas merupakan masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.

2. Tahapan Masa Nifas

Berdasarkan pengertian di atas, ada beberapa tahapan dalam masa nifas yaitu : a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan- jalan. b. Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu. c. Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinaan mempunyai komplikasi Yeyeh, 2010. Universitas Sumatera Utara

3. Perubahan-perubahan dalam Masa Nifas

Pada masa nifas, terjadi perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikologi. 3.1 Per3ubahan fisik 3.1.1 Uterus Secara berangsur-angsur menjadi kecil involusi sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Tabel: perubahan-perubahan yang normal didalam uterus selama masa nifas Bobot Uterus Diameter Uterus Palpasi Serviks Pada akhir persalinan 900 gram 12,5 cm Lembutlunak Pada akhir minggu ke-1 450 gram 7,5 cm 2 cm Pada akhir minggu ke-2 200 gram 5 cm 1 cm Sesudah akhir 6 minggu 60 gram 2,5 cm Menyempit Sumber: Konsep Asuhan Kebidanan, Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO, 2003

3.1.2 Bekas Implantasi Uri

Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Setelah 2 minggu menjadi 3,5 cm, dan pada minggu keenam 2,4 cm, pada akhirnya pulih. Universitas Sumatera Utara

3.1.3 Luka-luka

Pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.

3.1.4 Rasa Sakit

Disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.

3.1.5 Lochia

Cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. • Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban selama 2 hari pasca persalinan • Lochia sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan. • Lochia serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan. • Lochia alba: cairan putih setelah 2 minggu • Lochia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

3.1.6 Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Universitas Sumatera Utara

3.1.7 Ligamen-ligamen

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menciut dan pulih kembali. 3.2 Perubahan Adaptasi Psikologi 3.2.1 Ikatan antara Ibu dan Bayi Bounding Maryunani 2009, dalam Brazetton 1978, bonding ikatan didefenisikan sebagai suatu ketertarikan satu sama lain antar individu, seperti antara orang tua dan anak pada waktu pertama kali bertemu. Proses kasih sayang dapat berlangsung secara terus menerus, dimulai saat ibu hamil dan semakin menguat pada awal masa pasca persalinan.

3.2.2 Adaptasi Psikologi Normal

Dalam adaptasi psikologis setelah melahirkan terjadi 3 penyesuaian yaitu: a. Penyesuaian Ibu Maryunani 2009, dalam Rubin 1963, seorang ibu yang baru melahirkan mengalami adaptasi psikologi pada masa nifas dengan melalui tiga fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai ibu. • Fase Taking In Fase ini merupakan periode ketergantungan dimana ibu mengharapkan segala kebutuhannya terpenuhi orang lain yang berlangsung selama 1-2 hari setelah melahirkan, karena ibu yang baru melahirkan memerlukan perlindungan dan perawatan. Pada fase ini, ibu lebih mudah tersinggung dan cenderung pasif terhadap lingkungannya disebabkan karena faktor kelelahan. Oleh Universitas Sumatera Utara karena itu, ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur. • Fase Taking Hold Pada fase ini, secara bergantian timbul kebutuhan ibu untuk mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan dimana ibu mulai semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi dan ibu memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung. • Fase Letting Go Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung setelah 10 hari pasca melahirkan. Pada fase ini mulai terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk mengobservasi bayi. b. Penyesuaian Ayah Bayi yang baru lahir memberikan dampak yang besar terhadap ayah. c. Penyesuaian Orang Tua – Bayi Interaksi orang tua – bayi dikarakteristikkan dengan suatu rangkaian irama ritme, perilaku repertoarrepertoires, dan pola tanggung jawab responsivity. d. Adaptasi Psikologi Yang Memerlukan Rujukan Beberapa ahli berpendapat bahwa dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, banyak ibu yang menunjukkan gejala-gejala depresi dari yang ringan sampai yang berat disertai dengan gejala-gejala traumatik. Universitas Sumatera Utara • Baby blues • Psikosis pascapartum • Depresi Pascapartum Maryunani, 2009.

4. Perawatan pasca Persalinan

Menurut Rustam Mochtar 2002 perawatan pasca persalinan yaitu:

a. Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombisis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, hari ke 4 dan ke 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi di atas mempunyai variasi, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.

b. Diet

Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan- makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah- buahan.

c. Miksi

Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi. Universitas Sumatera Utara

d. Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksons per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.

e. Perawatan Payudara

Telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal laktasi harus dihentikan dengan pembalutan mammae sampai tertekan. Pemberian obat estrogen seperti tablet lynoral. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.

f. Laktasi

Untuk menghadapi masa laktasi menyusukan sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae yaitu poliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah, keluar cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut kolostrum berwarna kuning-kuning susu, hipervasularisasi pada permukaan dan bagian dalam di mana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas. 5. Luka Perineum 5.1 Pengertian Perineum biasanya digambarkan mempunyai dua bagian yang terpisah – segitiga Urogenital dan diafragma pelvis. Segitiga Urogenital dibatasi oleh simpisis pubis di bagian anterior dan oleh tuberositi iskium di bagian posterior dan meliputi genitalia eksterna Walsh, 2008. Universitas Sumatera Utara Luka perineum adalah luka pada perineum karena adanya robekan jalan lahir waktu melahirkan janin Wiknjosastro, 2005. Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral, namun dapat juga bilateral Rukiyah, 2010. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat Wiknjosastro, 2007.

5.2 Bentuk Luka Perineum

Luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu : a. Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan Hamilton, 2002. b. Episiotomi adalah mengiris atau menggunting perineum menurut arah irisan ada 3: 1 medialis, 2 mediolateralis, 3 lateralis dengan tujuan agar supaya tidak terjadi robekan-robekan perineum yang tidak teratur dan robekan musculus sfingterani rupture perinea totalis yang bila tidak dijahit dan dirawat dengan baik akan menyebabkan inkontinensia alvi Mochtar, 1998.

6. Klasifikasi Robekan Perineum

Robekan perineum diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan yaitu: a. Derajat satu Robekan yang dimulai dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum. Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan aposisi luka baik. Universitas Sumatera Utara b. Derajat dua Robekan yang dimulai dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum. Diperlukan penjahitan dengan menggunakan teknik. c. Derajat tiga Robekan yang dimulai dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum hingga otot sfingter ani. d. Derajat empat Robekan yang dimulai dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani hingga dinding depan rektum. Penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga atau empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, 2008.

7. Pencegahan Robekan Perineum

Berberapa upaya penceganan robekan perineum adalah : a. Aplikasikan handuk hangat pada perineum. b. Fasilitasi fleksi kepala bayi agar tidak menyebabkan regangan mendadak. c. Mengarahkan kepala bayi agar perineum dilalui oleh diameter terkecil saat ekspulsi. d. Menahan regangan perineum dengan telunjuk dan ibu jari. e. Melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-hati dapat mengurangi rengangan berlebihan robekan pada vagina dan perineum. f. Perhatikan perineum saat kepala keluar dan dilahirkan Depkes RI, 2007. Universitas Sumatera Utara

8. Lingkup Perawatan