4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian ini bukanlah penelitian awal yang pernah dilakukan oleh peneliti yang berkaitan dengan bidang kriya tekstil dengan memanfaatkan kulit
jagung sebagai bahan dasar sebelumnya ada beberapa penelitian yang keseluruhannya bertitik pada pembahasan tentang budaya dan kearifan lokal yang
masih kurang mendapatkan „perhatian‟. Beberapa penelitian tersebut antara lain:
Eksotika Agropolita; berupa penelitian tentang respon terhadap program
agropolitan Gorontalo yang diwujudkan dalam manifestasi karya rancang busana
fashion
dari bahan kulit jagung yang merupakan salah satu komoditas unggulan Gorontalo dan dikolaborasikan dengan penggalian potensi sumber daya alam serta
upacara adat sebagai sumber inspirasi penciptaan, berikutnya adalah Hak Cipta: Kerajinan Tangan, Penciptaan Kain Dari Bahan Kulit Jagung; Sertifikat
HAM No. 056050 Tgl. 3 Februari 2012.penelitian ini berisi kontribusi nyata
dalam memperkaya jenis serat tekstil khususnya dalam pemanfaatan potensi lokal yang berakar pada seni dan budaya Gorontalo. Pada tahun 2015 Penelitian
Unggulan Perguruan Tinggi PUPT Tahap 1 telah berhasil diselesaikan sehingga pada tahun ini 2016 dilanjutkan ke Tahap 2.
2.2 Kajian Tentang Tanaman Jagung
Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan graminae dari subfamili myadeae. Dua famili yang berdekatan dengan jagung adalah
teosinte
dan
tripsacum
yang diduga merupakan asal dari tanaman jagung. Teosinte berasal dari Meksico dan Guatemala sebagai tumbuhan liar di daerah pertanaman jagung.
Jagung
binthe
merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Biji jagung merupakan sumber karbohidrat
yang potensial untuk bahan pangan ataupun nonpangan Rukmana, 2012:15. Penduduk beberapa daerah di Indonesia misalnya di Madura dan Nusa Tenggara
5 juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber
karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak hijauan maupun tongkolnya, diambil minyaknya dari biji, dibuat tepung dari biji, dikenal
dengan istilah tepung jagung atau maizena, dan bahan baku industri dari tepung biji dan tepung tongkolnya. Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai
sebagai bahan baku pembuatan furfural. Hasdiana, 2008 Menurut Sulistyowati 1999:1 Di Indonesia, sedikitnya ada empat
varietas jagung yang sering dibudidayakan: a.
Zea mays
underata sturt
jagung gigi kuda yang rentan terhadap hama bubuk.
b. Zeaq mays
indurate sturt
jagung mutiara yang tahan hama. c.
Zea mays
sacha rata sturt
jagung manis d.
Zea mays
everata sturt
yang biasa dibuat
pop corn
Gambar 1. Struktur Jagung
Menurut Sulistyowati 2004:2 Kulit buah jagung Ingg: corn husks, shuckers berlapis-lapis menyelimuti tongkolnya. Setiap lapisan memiliki
ketebalan dan kelenturan yang berbeda pula. Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang
6 terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang
jumlahnya selalu genap. Menurut Wijayanti 2011:24, jaringan utama kulit jagung adalah berupa
parenkim yaitu jaringan dasar utama yang terdapat dalam organ tumbuhan dan membentuk suatu jaringan yang berkesinambungan. Jaringan parenkim adalah
jaringan yang selnya berdinding selulosa tipis yang berisi sebagai pengisi bagian tumbuhan.
Menurut Balai Besar Tekstil di Bandung menyatakan bahwa kulit jagung berkandungan serat tinggi itu bisa diolah menjadi bahan tekstil sehingga
berpotensi untuk keperluan desain interior dan pakaian untuk dikembangkan menjadi produk tekstil ramah lingkungan. http:erabaru.netiptek80-bumi-
lingkungan-18915-produk-tekstil-kelobot-jagung
2.3 Studi tentang Limbah