Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Unit Usaha Talo Pino PTPN VII Bengkulu Selatan

12
Di dalam melaksanakan wiping lalang perlu diperhatikan cara kerja
sebagai berikut (1) larutan herbisida yang digunakan glyphosfat konsentrasi0.5
%, (2) kain lap dicelupkan ke larutan, diperas, sebelum diangkat dari ember, agar
tidak terlau banyak larutan yang menetes terbuang ke tanah, (3) kain lap dipijitkan
secara perlahan-Iahan pada pangkal batang lalang, sehingga larutan mengalir
sedikit ke bawah melalui batang lalang ters~but, selanjutnya kain lap diurutkan ke
atas untuk membasahi daun lalang, (4) untuk menandai lalang yang sudah
diwiping, ujung daun lalang dipotong sedikit, (5) rotasi wiping lalang pada suatu
areal harus terjamin

ketepatan

waktunya,

(6) pengawasan

faktor penting untuk kerberhasilan pengendalian

yang teliti menjadi


lalang.

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa realisasi pelaksanaan
kegiatan pengendalian lalang (wiping) pada kebun inti sampai dengan bulan Mei
2002 adalah 56 HK/I05 ha atau prestasi tenaga kerjanya adalah 1.87 ha/HK.
Sedangkan prestasi kerja mahasiswa untuk kegiatan pengendalian

lalang (wiping)

adalah 0.5 ha/ HK.

Menyiang Gawangan
Kegiatan menyiang gawangan dapat dilakukan dengan cara manual
maupun dengan cara kimiawi. Tehnik menyiang gawangan secara manual
diantaranya adalah mencabut atau membersihkan gulma yang tumbuh di
gawangan, menggunakan garuk atau cangkul dengan rotasi yang teratur.
Sedangkan tehnik menyiang gawangan secara kimiawi diartaranya adalah dengan
membersihkan gulma dengan menggunakan bahan kimia. Penggunaan bahan
kimia dilakukan untuk mengatasi masalah gulma dalam skala yang luas dan
karena pertimbangan waktu yang mendesak. Namun d:::mikian pemberantasan

gulma secara kimiawi ini menghabiskan biaya mahal dan juga dapat menimbulkan

efek yang buruk terhadaplingkungandan pekerjanya.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa rotasi penyiangan
gawanganpada kebun inti dilaksanakan3 bulansekali atau 4 kali setahundengan
pemakaian tenaga kerja sampai dengan bulan Mei 2002 adalah 4 HK/ha/rotasi.

13
Mcnyiang Piringan Pohon
Kondisi piringan atau bokoran harus selalu ddlam keadaan bersih karena
bokoran adalah tempat jatuhnya berondolan dan tempat penaburan pupuk.
Penyiangan bokoran/piringan dilakukan dengan menyingkirkan semua jenis
tumbuhan dari permukaan tanah selebar piringan/bokoran tanaman yang telah
ditentukan, sehingga tanah bersih. Penyiangan bokoran dapat dilakukan dengan
menggunakan garuk atau cangkul, tanah dikikis tipis (bokor manual), atau dengan
menggunakan bahan kimia (bokor chemis). Rotasi penyiangan piringan/bokoran
untuk tanaman menghasilkan satu (TM I) adalah lima kali dalam setahun,
sedangkan untuk TM II dan seterusnya adalah empat kali dalam setahun.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa realisasi dari kegiatan
bokor manual pada kebun inti sampai dengan bulan Mei 2002 adalah 200

HK/54.5 ha atau dapat dikatakan prestasi tenaga kerjanya adalah 0.27 halHK.
Sedangkan untuk realisasi pelaksanaan kegiatan bokor chemis pada kebun inti

sampai dengan bulan Mei 2002 adalah 91 HK/70ha atau prestasi tenaga kerjanya
adalah 0.77 ha/HK. Prestasi kerja mahasiswa untuk kegiatan bokor manual adalah
0.25 ha/HK, dan untuk bokor chemis yaitu 0.5 ha/HK.

Pengendalian Barna dan Penyakit
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit cukup banyak.
Efektivitas serangan tersebut menyababkan kerugian hasil tanaman. Apabila
serangan tidak membahayakan mungkin kerugian yang ditimbulkan kurang
berarti, namun apabila sudah menyerang pada tanaman mungkin tanaman tersebut
tidak akan menghasilkan selama dua tahun atau lebih. Banyak diantaranya
beberapa jenis hama yang dilaporkan menyerang tanaman kelapa sawit, baik
menyerang batang maupun yang menyerang buahnya. Pada umumnya, hama yang
merugikan tanaman kelapa saw it adalah serangga. Selain itu juga ada hama lain
yang merugikan diantaranya adalah tikus, tupai, dan babi. Sedangkan penyakit
yang banyak menyerang tanaman kelapa sawit diantaranya disebabkan oleh
jamur, ataupun juga disebabkan oleh bakteri, virus dan nematoda.


14
Tindakan pengendalian penyakit pada tanaman kelapa sawit pada
umumnya dilaksanakan dengan memotong bagian tanaman, membongkar dan
membakar pohon yang terkena penyakit. Oalam pengendalian penyakit tindakan
pencegahan lebih bermanfaat dan m~nguntungkan seperti penggunaan bibit tahan
penyakit, dengan cara sanitasi dan sebagainya. Perlu diingat bahwa faktor iklim
dan tanah sering membantu penyebaran penyakit.
Peralatan yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit
memerlukan

persyaratan yang harus diperhatikan diantaranya

adalah (I)

terjaminnya keseragaman volume dan konsentrasi pestisida maupun insektisida,
(2) penyebaran bahan kimia seragam untuk tiap-tiap satuan luas, (3) penetrasi
bahan kimia tinggi atau bahan kimia yang diberikan tersebut dapat menyebar
merata keseluruh bagian tanaman yang mengalami serangan atau sebagai sumber
serangan hama dan penyakit, (4) bahan kimia yang dapat tahan melekat pada
tanaman.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa realisasi
pelaksanaan kegiatan pengendalian hama dan penyakit pada kebun inti adalah 22
HK/30 ha atau dapat dikatakan prestasi tenaga kerjanya adalah 1.36 ha/HK. Oari
hasil kegiatan ini diperoleh bahwa kegiatan yang sering dilakukan sampai dengan
bulan Mei 2002 adalah kegiatan sensus hama dan penyakit. Sedangkan prestasi
kerja mahasiswa untuk kegiatan pengendalian hama dan penyakit (kegiatan sensus
hama dan penyakit) adalah 1 ha/HK.
Pemupukan
Pelaksanaan pemupukan pada tanaman yang menghasilkan kelapa sawit
dilaksanakan dua kali dalam satu tahun (dibagi menjadi dua semester dalam
setahun). Pemupukan semester I biasanya dilaksanakan pada bulan Maret/April
(akhir musim hujan) dan semester II dilaksanakan pada bulan September/Oktober
(awal musim hujan). Jumlah pupuk yang diberikan, frekuensi pemberian pupuk
pada tanaman menghasilkan berdasarkan atas hasil analisis daun, produktivitas,
dan kesuburan tanahnya. Rekomendasi pemupukan kelapa sawit diberikan oleh
pusat penelitian perkebunan. Sebagai gambaran ditentukan nilai kritis kandungar.
hara makro pada tanaman kelapa sawit pada pelepah no. 17 sebagai pencerminan
tingkat kesuburan tanaman dan dapat dilihat pada Tabel 2.

15

Tabel 2. Pcrsentase Kandungan Hara Makro tcrhadap Berat Kcring Daun
Kelapa Sawit
Nilai

Persen (%) terhadap Berat K'ring Daun
N

K

P

Umur dibawah 5 tahun :
1.0
Rendah
2.7
0.16
1.0- 1.3
Normal
2.7 - 2.9 0.16 - 0.18
1.3

2.9
0.10
Tinggi
Umur di atas 5 tahun :
2.5
0.14
0.85
Rendah
2.5 - 2.6 0.14 - 0.18
0.85 - 1.0
Normal
1.0
2.5
0.18
Tinggi
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan (1990)

Mg
0.23
0.23 - 0.27

0.27
0.23
0.23 - 0.27
0.27

Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa realisasi kegiatan
pemupukan sampai dengan bulan Mei 2002 prestasi tenaga kerjanya adalah 55
HK/67 450 kg atau I 226.36 kg/HK untuk kegiatan angkutlecer pupuk, dan 564
HK/304.61 ha atau 0.5 halHK untuk kegiatan menabur pupuk. Sedangkan prestasi
kerja mahasiswa adalah 1 halHK untuk kegiatan menabur pupuk.
Penunasan
Yang dimaksud dengan kegiatan penunasan adalah kegiatan membuang
pelepah tua dan pelepah kering. Adapun yang menjadi tujuan dari kegiatan
penunasan

diantaranya

adalah

(1) membantu


memudahkan

pelaksanaan

pemotongan buah, (2) membantu penilaian pemotongan buah, (3) mengurangi
penghalang pembesaran buah/tandan, (4) mengurangi kehilangan berondolan buah
yang terjepit pada pelepah daun, (5) mengurangi kelembaban dan pertumbuhan
ephiphyt sehingga mencegah timbulnya penyakit Marasmius.
Dalam kegiatan penunasan tidak dibenarkan ada daun yang masih hijau
dibuang atau dipotong, karena bila daun yang masih muda dipotong berarti unsurunsur yang seharusnya masih bisa dipergunakan oleh tanaman akan terbuang.
Pada TM muda, panen pada tahun yang pertama

dilaksanakan

membuang/memotong pelepah penyangga (dirogoh). Setelah

tanpa

delapan bulan


tanaman kelihatan banyak pe!epah daun di bawah tandan yang terbawah, pada
keadaan terse but tanaman perlu ditunas. Jumlah pelepah yangditinggalkan/jumlah

16
frond sesuai dengan umur tanaman adalah sebagai berikut (1) umur 3
jumlah pelepah

= 48 - 56 pel~pah, (2) umur 5 - 10 tahun jumlah

= 46 - 48 pelepah, (3) umur lebih 10 tahunjumlah

- 5 tahun

pe1epah minimum

pelepah minimum = 40 pelepah

(Vademecum Kelapa Sawit, 1993).
Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan


bahwa realisasi

pelaksanaan kegiatan penunasan sampai dengan bulan Mei 2002 adalah 687
HK/62.8 ha atau dapat dikatakan prestasi tenaga kerjanya adalah 0.09 ha/HK.
Sedangkan prestasi kerja mahasiswa untuk kegiatan penunasan adalah 0.05
ha/HK.

Persia pan Panen
Hanca Panen
Pada sistem hanca panen ditetapkan dengan sistem hanca giring yang
artinya masing-masing pemanen digiring dan diatur oleh mandor panen untuk
setiap kali panen (untuk seorang pemanen hancanya tidak tetap), digiring sesuai
rotasi panen. Kemampuan panen seorang pemanen berkisar 2 - 2.5 ha, dengan
kerapatan pohon 130 pohon/ha. Di dalam hanca giring untuk satu kemandoran
pemanen mempunyai hanca yang tetap, dimana untuk setiap panen menguasai
blok-blok tertentu yang harus dipertanggungjawabkan dalam kegiatan pemanenan.
Pembagian hanca panen untuk masing-masing regu panen pada kebun unit
usaha Talo Pino menurut informasi yang diperoleh di lapangan dilakukan dengan
cara acak dengan rotasi panen 617.Hanca panen bisa berubah, menurut situasi dan
kondisi yang terjadi di lapangan.

Kriteria Matang Panen
Kriteria matang panen berhubungan dengan penentuan buah yang akan
dipanen. Buah kelapa sawit akan matang setelah berumur 5.5 - 6 bulan dari saat
penyerbukan. Kriteria buah matang panen ditentukan pada saat kandungan
minyak maksimal dengan kandungan ALB serendah mungkin. Kualitas minyak
saw it ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan kadar minyak sawit dan kadar
Asam Lemak Bebas (ALB). Semakin matang buah sawit akan semakin meningkat
kadar minyaknya tetapi kadar ALBnya juga semakin bertambah. Tandan yang

17
ideal dipanen adalah t~ndan yang memiliki kadar minyak c;awitmaksimal dengan
kadar ALB rendah (Yahya, 1990).
Dari hasil pengamatan diperoleh kriteria matang panen ortimal dua
berondolan/kilogram tandan. Tingkat kematangan buah berdasarkan persentase
buah luar yang memberondol dapat dilihat pada Tabel 3. Buah yang telah matang
akan lepas dad bulirnya yang disebut dengan memberondol. Keadaan ini
digunakan sebagai tolak ukur kematangan buah. Semakin banyak buah yang
memberondol maka buah dinyatakan semakin matang. Untuk mempermudah
pengolahan dan penyeragaman kualitas tandan maka ditetapkan kriteria matang
panen.
Tujuan dari budidaya kelapa sawit adalah untuk memproduksi minyak dan
inti saw it. Oleb sebab itu ukuran yang dipakai bukan berat tandan/ha, akan tetapi
jumlah minyak dan inti sawit/ha. Pada kegiatan panen, tandan buah yang
dianjurkan untuk dipanen adalah tandan buah yang telah membrondol.
Pada Kebun Unit Usaha Talo Pino yang merupakan kriteria matang panen
adalah fraksi 2 dan fraksi 3. Akan tetapi yang terjadi di lapangan sering kali
ditemukan buah yang masih mentah (fraksi 00, fraksi 0) dan buah lewat matang
(fraksi 4 dan fraksi 5).
Tabel 3. Tingkat Kematangan Buah Kelapa Sawit
Fraksi
00

Derajat Kematangan
Jumlah Berondolan yang Jatuh
Tidak ada, buah berwarna hitam
Sangat mentah
o
Satu brondolan s / d. 12.5 % buah Mentah
luar
I
12.5 % - 25.0 % buah luar
Kurang matang
2
25.0 % - 50.0 % buah luar
Matang I
3
50.0 % - 75.0 % buah luar
Matang II
4
75.0 % - 100.0 % buah luar
Lewat matang I
5
Buah dalam ikut membrondol
Lewat matang II
Sumber: Vademecum Kelapa Sawit PT Perkebunan x/Persero (1993)
Rotasi Panen
Penentuan rotasi panen erat hubung 15
150
200
150
2
] ] - 15
125
]50
125
3
> ]0
100
125
]00
Sumber : Sistem Premi Panen Kelapa Sawit PTPN VlIIPersero (200]).
PPH (%
Pekerja)

Premi insentif produksi diberikan kepada pamanen kelas A dan B dengan
melihat realisasi produksi di afdelingnya pada bulan tersebut di atas target yang
ditetapkan. Bagi afdeling yang realisasi produksinya pada bulan tersebut tidak
mencapai target maka premi insentif produksi tidak diberikan. Perhitungan premi
insentif produksi pemanen dihitung berdasarkan jumlah produksi kilogram TBS
ditambah dengan berondolan yang diperoleh pemanen dalam satu bulan termasuk
produksi hari Minggu dan libur dikalikan dengan tarif berdasarkan kelas pemanen
antara lain adalah sebagai berikut (1) pemanen kelas A

= Rp 150,00/kgTBS +

berondolan, (2) pemanen kelas B = Rp 0.75,00/kg TBS + berondolan. Sedangkan
besarnya premi insentif produksi yang diberikan kepada PPH, mandor panen dan
mandor besar perhitungannya adalah sebagai berikut (1) PPH = ] 25 % x rata-rata
premi tlnsentif produksi pemanen yang dinilainya, (2) mandor panen = 200 % x
rata-rata premi insentif produksi pemanen yang dibawahinya, (3) mandor besar =
150 % x rata-rata premi insentifproduksi mandor panen yang dibawahinya.
Sanksi pengurangan premi yang dimaksud adalah apabila terjadi
penyimpangan/pelanggaran disiplin seorang pekerja baik pemanen, mandor panen

- --

-

- -

23
dan mandor besar dan yang berhak memberikan sanksi adalah administratur atas
usulan

sinder

afdeling

pemotongan/pengurangan

dan
premi

sinder
sesuai

kepala

dengan

tanaman.

tingkat

Besamya

kesalahan

yang

dilakukannya yaitu berupa pengurangan premi sebesar 15 %, 30% dan 45 % dari
perolehan premi.
Adapun jenis kesalahan yang dinilai untuk pemanen sehingga dapat
mengurangi premi adalah (I) datang terlambat tanpa alasan (alasan tidak dapat
diterima), (2) panen tidak selesai (hanca tidak tembus), (3) meninggalkan tempat
tugas (hanca) 1anpa seizin mandor, (4) tidak masuk kerja tanpa pemberitahuan
sebelumnya, (5) dalam satu bulan ada mangkir lebih dari tiga hari. Sedangkan
jenis kesalahan yang dapat dinilai untuk PPH sehingga dapat mengurangi permi
adalah

(I) datang terlambat tanpa alasan (alasan tidak dapat diterima), (2)

meninggalkan tempat tugas tanpa seizin sinder afdeling, (3) produksi tidak
terangkut seluruhnya karena kelalaiannya dan tidak melapor kepada sinder
afdeling. Jenis kesalahan yang dapat dinilai untuk mandor panen dan mandor
besar sehingga dapat mengurangi premi adalah (I) datang terlambat tanpa alasan
(alasan tidak dapat diterima), (2) meninggalkan tempat tugas tanpa seizin sinder
afdeling, (3) pencurian tidak dilaporkan secara tertulis, (4) serangan hama dan
penyakit tidak dilaporkan secara tertulis, (5) tidak membawa buku pedoman
mandor, (6) tidak melaksanakan perintah atasan (yang berkaitan dengan tugas
dinasnya).
Pelaksanaan Panen

Regu Panen
Pada satu regu panen terdiri dari satu orang mandor panen, satu orang

-

petugas pengumpulhasil (PPH), dan 15 20 pemanen.Masing-masingpemanen
harus membawaseorangpembantuuntuk memungutberondolandan mengangkut
buah ke TPH. Kebutuhantenaga yang diperlukan selama kegiatan panen adalah
0.08 - 0.1 HOKlha.Pada Tabel II dapat dilihatjumlah tenaga kerja panendalam
perkebunankelapa sawit. Panen biasanya dikerjakanoleh beberapaorang dalam
satu regu panen. Satu orang bertugas sebagai pemotong tandan, satu atau dua
orang untuk pengangkutatau pembersihberondolan.

24
Tabel 11. jumlab Tenaga Kerja Panen pada Perkebunan Sawit
Umur (tabun)

Luas Arel /Regu

Banyaknya Tandan yang
Dipero leh

3 -5

(ha)
4

6-9

3-5

100

10-16

3-5

75

17 - 25

3

166

40

Sumber: Purba dan Lubis (1989).
Pada Kebun Unit Usaha Talo Pino PTPN VII Bengkulu Selatan regu
panen dibagi menjadi tiga regu, dengan tiga orang mandor panen dan tiga orang

PPH. Untuk masing-masingregu panenterdiridari 16 - 17 pemanen dengan satu
orang mandor panen dan satu orang PPH. Persiapan tenaga pemanen dari salah
regu panen dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Persiapan Tenaga Pemanen dari Salab Satu Regu Panen
Peralatan Panen
Untuk memperlancar proses pemotongan buab maka pertu dipersiapkan
alat dan bahan. Alat dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan panen dapat
dilihat pada Tabel 12. Chisel dan kapak digunakan untuk panen tanaman muda

25

sampai dengan TM IV. Sedangkan egrek dan kapak digunakan untuk tanaman
dewasaltua dengan menggunakan bambu egrek. Pikulan buah yang dilengkapi
dengan karung/keranjang untuk alas buah. Sedangkan karung bekas pupuk
digunakan untuk menampung berondolan (Naibaho, 1996). Untuk lebih jelasnya
mengenai peralatan panen yaitu egrek dan dodos dapat dilihat pada Gambar 2.

Keterangan :
A. Dodos/Chide}Besar
B. Egrek
C. Dodos/Chisel Kecil
D. Tojok
E. Ganco
Gambar 2. Peralatan Panen Kelapa Sawit
I

26
Tabel 12. Alat dan Bahan yang Dipcrlukan untuk Kegiatan Pemanenan.
Jumlah Satuan
(Bahanffahun/Pemanen)
1
Dodos / chisel
1
Kapak
3
Egrek
2
Keranjang buah/goni
I
Batu asah
6
Bambuegrek
12
Tali ikat egrek
10
Kawat licin
100
Karung bekas pupuk
2
Pikulan buah
I
Gagang dodos
10
Cat (tanda acak)
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan (1996).
Nama Alat dan Bahan

Cara Panen

Pada tanaman muda, panen tahun pertamadan kedua tandan buahmasih
berada sekitar 30

- 80 em di atas permukaan tanah dan pada umumnya disetiap

pelepah daun terdapat tandan buah. Untuk memotong tandan buah yang sudah
matang tersebut dapat dipergunakan chisel Gojoh) dengan ukuran lebar chisel 6

-

8 em dengan tanpa harus memotong pelepah penyangga tandan buah tersebut.
Pada TM tahun ke-3 dan ke-4 pemotongan dengan menggunakan chisel
berukuran mata 12

- 15 em, dengan sekaligus memotong pelepah penyangga

tandan buah. Panen pada TM tahun ke-5 adalah masa peralihan panendengan
mempergunakan kapak buah dengan ukuran mata 15 em. Sedangkan untuk panen

pada TM tahun ke-6 dan seterusnya menggunakanegrek. Panen kelapa sawit
denganmenggunakanegrek untuk lebihjelasnya dapatdilihat padaGambar3.
Langkah-Iangkah yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pemanenan
kelapa sawit adalah sebagai berikut (1) sebelum melakukan pemotongan buah,
peralatan' panen harus siap dalam keadaan tajam/baik dan sesuai dengan peralatan
yang diperlukan untuk panen TM, (2) dengan masuk areal melalui jalan buah

pemanen memilih tandan-tandan buah yang matang panen, dalam memotong
tandanbuahmakadaun penyanggabuah dapat dipotongterlebih dahulu, kecuali
padapohon-pohonyang pelepahnyakurangdari standar, (3) pemotonganpelepah
harus dekat ke batang, bentuk tapak kuda, (4) pelepah daun bekas potongan

27

disusun rapi di gawangan (bukan di jalan buah) dan dipotong minimal menjadi 3
bagian supaya eeapt melapuk, (5) berondolan yang masm tertffiggal di ke6ak
pelepah agar diambil dan dikumpulkan bersama-sama dengan berondo!an yang
jatuh di tanah/bokoran, (6) pohon yang telah dipanen harus dalam keadaan bersih,
terutama dari bekas bunga yang sudah mati/kering, tandan buah yang gugur dan
kotoran lainnya, (7) tidak boleh memanen buah mentah (ftaksi 00 dan 0), (8)
semua tandan yang matang harus dipanen, (9) selesai panen di barisan/lorong
pertama, kemudian pindah ke barisan/lorong berikutnya yang belum dihanea
orang lain, (10) gagang tandan harns dipotong pendek, maksimum 2 em dari
tandan dan dipotong dengan basil potongan membentuk huruf V.

Gambar 3. Panen Kelapa Sawit dengan Menggunakan Egrek
Dari hasil pengamatan di lapangan mbnunjukkan bahwa prestasi kerja
tenaga pemanenan adalcih 1 -1 ha/HK. Sedang~ab prestasi kerja mahasiswa untuk
keji~tan panen t~rsebJt adJlah Hj halHK ltUiujdb kg/~k.

28
Pengumpulan Buah dan Berocdolan
Tandan buah yang sudah dipanen segera dikumpulkan dan diangkut ke
Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) yang terdekat (diusahakan TPH berada rli
pinggir jalan kebun) dan kemudian disusun rapi di TPH agar mudah untuk
dihitung jumlah TBS yang dipanen. Setelah selesai pengangkutan TBS dan
berondolan ke TPH, pada tandan bekas potongan yang sudah dibentuk sedemikian
rupa diberi tanda tanggal panen, nomor pcmanen/mandor dan jumlah tandan di
TPH tersebut. Setiap berondolan harus dipungut, baik yang ada di bokoran,
gawangan maupun yang tercecer di jalan buah, dikumpulkan ke dalam kantong
bekas pupuk seberat :t 25 kg. Pada setiap kantong berondolan juga harus diberi
tanda. Selanjutnya perlu dihindarkan berondolan tertumpuk di atas tanah
langsung, karena akan menaikkan ALB berondolan tersebut. Pada kegiatan
pengumpulan berondolan, prestasi kerja tenaga pengumpul berondolan adalah 300
kglHK sedangkan prestasi kerja mahasiswa adalah 200 kg/HK.

Pengangkutan Hasil
Tandan buah yang telah dipotong dan dikumpulkan di TPH harus segera
diangkut ke pabrik (PPKS), dikarenakan untuk mencegah peningkatan ALB.
Pengutipan berondolan yang tidak bersih dapat menyebabkan penurunan mutu
minyak sawit.
Pengangkutan hasil tandan buah segar (TBS) adalah merupakan kegiatan
pengangkutan dari TPH di lapangan dibawa ke pabrik pengolahan (PPKS). Buah
yang telah dipanen hari itu harus diangkut secepatnya pada hari itu ke pabrik. Hal
ini bertujuan agar minyak yang dihasilkan dari buah tersebut mempunyai mutu
yang baik.
Peran angkutan panen sangat penting sekali agar tandan dapat masuk
segera ke pabrik pada hari panen. Perencanaan angkutan panen dan koordinasinya
antara sinder afdeling dan sinder tehnik harus diatur sebaik-baiknya.
Pengaturan

pengangkutan

buah

tergantung

pada

sistim

panen.

Pengangkutan tandan ke truk kendaraan pengangkut hasil umumnya dilakukan
dengan menggunakan gancu dan tandan dilemparkan ke atas truk. Waktu yang
diperlukan untuk memuat tandan satu truk umumnya sekitar 30 -45 menitdan

-- --

29

waktu pembokaran ditransfer ke loading ramp sekitar 15

- 20

menit. Tandan

diusahakan tidak terbanting dan karung berondolan diletakkkan di sebelah atas.
Tandan busuk (kosong) ditinggalkan di TPH dan semua berondclan diangkut.
Dari hasil di lapangan diperoleh prestasi kerja mahasiswa untuk kegiatan
pengangkutan TBS adalah 1600 kg/HK. Pada Gambar 4 dapat diHhat
pengangkutan TBS dengan menggunakan kendararaan truk mini.

Gambar 4. PengangkutanTBS dengan Menggunakan Kendaraan Truk Mini.

PeDgawasan daD AdmiDistrasi PaDeD
Seorang mandor panen mempunyai tugas-tugas antara lain (1) membuat
taksasi panen harian, (2) mengatur penempatan kerja pemanen pada areal yang
akan dipanen setiap hari, (3) mengisi buku ro~ (4) mengontrol apakah instruktur
panen telah dilaksanakan sesuai dengan peraturanlketentuan yang telah diberikan,
(5) mengecek pada setiap pemanen apakah sudah mencapai basis tugas atau
belum, sebab bila ditemukan seorang pemanen belum mencapai basis tugas
sementara waktu masih ada, maka kepada pemanen tersebut harus ditambah
hancanya untuk memenuhi basis tugas, (6) mencatat hasil panen hari tersebut baik
jumlah tandan maupun berondolan dan dimasukan ke dalam lembaran PB 24 M
dan laporan harian panen (PB 24 PH).

30
Seorang petugas pengumpul hasil (PPH) memiliki tugas antara lain (I)
mencatat jumlah tandan dan jumlah berondolan yang telah dikumpulkan di TPH
dari masing-masing pemanen, (2) bersama-sama dengrn

sopir kendaraan

pengangkut produksi menghitung jumlah tandan dan berondolan yang akan
diangkut ke pabrik oleh kendaraan pengangkut, (3) mengisi buku produksi
afdeling yang memuat antara lain jumlah tandan yang dihasilkan, luas (ha) yang
akan dipanen, jumlah HK panen, dan kilogram tandan dan berondolan hasil
panen.
Untuk melaksanakan panen dan mencapai hasil yang optimal maka perlu
adanya sistem administrasi panen antara lain (I) PH 24 M diisi setiap hari panen
oleh mandor panen, (2) PH 24 PH diisi setiap hari panen oleh sopir pengangkut
hasil dan disaksikan oleh krani buah, untuk setiap rit angkutan buah dibuat 1
formulir PH 24 PH yang telah dilengkapi tanda tangan sopir pengangkut dan krani
buah, (3) setelah PH 25 (daftar hasil timbang) diterima dari pabrik angka sesuai
kolom dalam PH 24 PH dilengkapi dengan angka yang tercantum dalam PH 25,
(4) PH I I(daftar premi) diisi setiap hari oleh krani afdeling dan pada akhir bulan
direkap dan selanjutnya untuk dipindahkan ke daftar upah karyawan, (5) laporan
harian panen mengenai banyaknya tandan dipanen diisi oleh mendor panen di
lapangan setelah selesai panen, sedangkan kolom pembayaran premi dihitung dan
diisi lengkap oleh krani afdeling, (6) buku produksi setiap hari panen diisi lengkap
oleh krani buah dan perlu diperhatikan angka-angka yang tercantum dalam buku
produksi harus sarna dengan angka-angka ikhtisar laporan produksi harian (PH
11). Dari hasil kegiatan di lapangan diperoleh prestasi kerja mahasiswa sebagai
mandor panen adalah 11halHK atau sebanyak 15 tenaga pemanen.

PEMBAHASAN
Potensi Panen dan Kehilangan Produksi Akibat Tidak Terpanen

Pada tahun 2002, pertanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan di
kebun inti unit usaha Talo Pino adalah tanaman dengan Tahun Tanam (IT) 1986,
1987, 1988, 1989, 1990, 1991, dan 1997. Dari tanaman yang sudah menghasilkan
tersebut dapat ditentukan potensi panen dan taksasi produksi yang dihitung
berdasarkan sensus buah. Taksasi produksi dapat digunakan untuk menentukan
kebutuhan tenaga kerja, peralatan dan kebutuhan alat angkut (Girsang, 2000).
Hasil pengamatan potensi panen yang dilakukan di lapangan pada masingmasing blok sampel (dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3) menunjukkan bahwa
potensi panen pada blok sampel dengan kondisi topografi standar (kemiringan
topografi < 20%) sedikit lebih rendah dibandingkan dengan blok sampel dengan
kondisi topografi sedang (kemiringan topografi

20%

- 30%) dan blok sampel

dengan kondisi topografi berat (kemiringan topografi > 30%).
Dari pengamatan itu diperoleh rata-rata potensi panen yang dimiliki oleh
masing-masing blok yang menjadi hanca panen pada kondisi topografi standar,
sedang dan berat untuk setiap rotasi panen. Rata-rata potensi panen tersebut secara
berurutan adalah 35 tandan, 45 tandan dan 41 tandan.
Dengan mengkonversikan rata-rata potensi panen yang dimiliki oleh
masing-masing blok, Kebun Inti Unit Usaha Talo Pino memiliki rata-rata potensi
panen sebesar 14.59 ton TBS/ha/tahun untuk daerah dengan topografi standar,
18.76 ton TBS/ha/tahun untuk daerah dengan topografi sedang dan 17.09 ton
TBS/ha/tahun

untuk daerah dengan topografi

berat. Salah satu Contoh

perhitungan konversi potensi panen berdasarkan hasil pengamatan di lapangan
adalah sebagai berikut :
Rata-rata potensi panen
= 35 tandan/pemanen/hari x 288 hari/tahun x 50 Demanen x 15 kg/tandan
518 ha

= 14.59ton/ha/tahun

32

Keterangan:

.

35 tandan

: Rata-rata potensi buah yang dapat
satu orang pemanen
diperoleh
setiap hari panen pada lokasi standar

.
.
.
.

288 hari

: Banyaknya hari panen dalam satu
tahun

50 pemanen
15kg

: Banyaknyatenaga pemananen
: Berat rata-rataltandan

518 ha

: Luas areal tanaman menghasilkan

Kehilangan produksi dalam arti buah matang tidak dipanen pada blok
sampel dengan lokasi standar lebih kecil dibandingkan dengan blok sampel pada
lokasi sedang dan lokasi berat (dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3). Hal tersebut
disebabkan pada lokasi dengan kondisi topografi standar pemanen tidak
mengalami kesulitan untuk mengambil buah yang matang tersebut.
Pada lokasi dengan kondisi topografi sedang dan berat kehilangan
produksi dalam arti buah matang tidak dipanen besar. Penyebab dari terjadinya
kehilangan produksi tersebut antara lain : faktor topografi (lahan-Iahan yang
berjurang), faktor ketelitian dan kedisiplinan pemanen, faktor kondisi tanaman
(pelepah

banyak tidak ditunas,

dekat dengan jurang),

ketersediaan

dan

penggunaan alat panen (kurang tersedianya egrek untuk memanen pohon yang
tinggi) dan kondisi piringan yang kotor.
Dari Tabel Lampiran 3 menunjukkan kehilangan produksi (buah matang
tidak terpanen) pada masing-masing blok menurut kondisi topografi. Jika
dikonversikan maka diperoleh rata-rata kehilangan produksi terse but sebesar 3.75
ton TBSlhaltahun untuk daerah topografi standar, 10 ton TBSlhaltahun untuk
daerah topografi sedang, dan 9.17 ton TBS/haltahun untuk daerah topografi berat.
Untuk salah satu contoh konversi perhitungan kehilangan produksi tersebut adalah
sebagai berikut :
Kehilangan produksi
= 9 tandan/pemanenlhari x 15 kgftandan x 288 hari/tahun x 50 pemanen
518 :la
= 3.75 ton TBS/haltahun

33
Keterangan :

.

9 tandan

Rata-rata banyaknya tandan yang tidak
dipanen untuk daerah topografi standar

.
.

15kg

Berat rata-rata/tandan.

288 hari

Banyaknya hari panen dalam satu tahun.

.

518 ha

Luas areal tanaman menghasilkan

50 Pemanen

Banyaknya tenaga pemanen

.

Target dan Realisasi Produksi Kebun Inti

Data realisasi produksi menunjukkan target produksi pada tahun 1996
sampai dengan tahun 2002 yang dibuat pada masing-masing tahun tersebut tidak
semuanya tercapai. Untuk mengetahui target dan realisasi produksi pada kebun
inti dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Target dan Realisasi Produksi Tahun 1996-2002 pada Kebun
Unit Usaha Talo Pino
Tahun
Tanam

Luas
Areal TM
Target
(ha)
(kg TBS)
1996
471
5708000
1997
471
7522000
1998
471
6051 000
1999
471
5 887000
2000
471
5652000
2001 *)
318
3331000
2001 **)
318
4039000
2002 ***
518
6734000
Sumber : Monitoring Produksi Kebun Afdeling
Catatan :

*)
**)
*) dan **)
***)

Produksi
Realisasi
(kg TBS)
4401 040
5886780
4238780
4 874357
5611 422
3970840
3970840
2437000
I (inti) Unit !!saha Talo

(%
77
78
70
83
99
119
96
36
Pino

Target dan realisasi produksi sid Oktober 200 I.
Target Produksi sid Desember 200 I dan realisasi
produksi sid Oktober 2001.
Areal seluas 200 ha bermasalah dengan masyarakat
sehingga panen di areal tersebut tidak efektif.
Target produksi sid Desember 2002 dan realisasi
produksi sid Mei 2002. .

34
Tidak tercapainya target produksi yang dibuat diantaranya disebabkan oleh
terlambatnya rotasi panen sehingga mengakibatkan buah lewat masak dan
berondolan yang tertinggal di piringan semakin banyak. Dengan menggunakan
sistem rotasi panen 617,yang artinya dalam satu minggu ada enam hari panen dan
rotasi ulang pada hari ketujuh diharapkan dapat membantu dalam pencapaian
target produksi dan juga dapat meminimalisasikan kehilangan produksi akibat
buah matang tidak dipanen.
Menurut Lubis (1992) kondisi iklim dan areal sangat menentukan
tercapainya produksi yang tinggi. Pencapaian produksi di bawah standar potensi
produksi yang ada juga dipengaruhi oleh kondisi areal, pemeliharaan tanaman,
dan pengelolaan pemanenan yang belum optimal.
Dari pengamatan di lapangan menunjukkan dalam perolehan TBS
pemanen dengan status sebagai karyawan KIT (Karyawan Tidak Tetap) lebih
sedikit dibandingkan dengan pemanen sebagai karyawan tetap. Namun dengan
adanya perubahan status pada pemanen dari status KIT menjadi pemanen dengan
status dikontrak atau dikenal sebagai karyawan dengan status KKWT diharapkan
dapat mengurangi ketidakstabilan dalam kegiatan panen sehingga tidak terdapat
perbedaan perolehan TBS dengan pemanen sebagai karyawan tetap.
Menurut Naibaho dan Taniputra (1986) perlu dilakukan pemberian premi
yang sesuai bagi pengutipan berondolan karena pengutipan berondolan secara
sempurna membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan pemotongan
tandan. Dengan pemberian premi berondolan yang sesuai maka proauksi dapat
ditingkatkan sekaligus memberi peningkatan pendapatan karyawan.
Selain

faktor

manajemen

kebun

yang

baik,

faktor

sosial juga

mempengaruhi dalam pencapaian target produksi yaitu berupa persengketaan
lahan perusahaan dengan warga setempat seperti yang terjadi pada tahun 2001 ada
200 ha yang bermasalah sehingga areal tersebut tidak dapat dipanen. Oleh karena
itu pihak

perusahaan

perlu

melakukan

pendekatan-pendekatan

sehingga

permasalahan sosial tersebut dapat diselesaikan. Pendekatan itu seperti dengan
banyak melibatkan warga setempat sebagai karyawan (disesuaikan dengan
kemampuannya) dan juga mengadakan pembinaan pada warga setempat dengan

35
berkoordinasi pada instasi yang terkait (seperti dinas-dinas pertanian, kehutanan,
perkebunan).

Upaya Menekan Kehilangan Buah Restan

Curah hujan yang tinggi (Iebih dari 200 mm/bulan) akan mempengaruhi
secara langsung kegiatan pemanenan di lapangan. Curahhujan yang tinggi setiap
bulannya menyebabkan jalan menjadi lunak dan rusak sehingga tidak dapat
dilewati oleh kendaraan pengangkut TBS. Masalah kerusakan jalan produksi
(collection road dan main road) pada titik-titik tertentu sehingga tidak
memungkinkan alat transportasi untuk mengangkut buah yang dikumpulkan di
TPH menjadi penyebab utama terjadinya buah res/an (TBS hasil panen tidak
terangkut pada hari yang sarna). TBS hasil panen yang tidak terangkut pada hari
panen yang sarna dapat dilihat pada Tabel14.
Dari tabel tersebut dapat dilihat rata-rata buah yang tidak terangkut pada
hari panen yang sarna (buah res/an). Buah res/an tersebut sering terdapat pada
lokasi-Iokasi dengan topografi berat. Penyebab buah res/an selain disebabkan oleh
kondisi jalan produksi yang rusak juga disebabkan oleh kurangnya koordinasi
antara mandor panen, PPH dan sopir pengangkut buah. Buah res/an tersebut
diangkut pada hari panen berikutnya sesuai dengan rotasi panen atau tidak
diangkut karena sudah busuk atau dimakan oleh binatang seperti babi.
Perbaikan jalan

merupakan hal penting dalam upaya menurunkan

kehilangan produksi karena kondisi jalan yang baik akan memperlancar
pengangkutan TBS dari lapangan ke PPKS. Kondisi jalan yang baik juga
berpengaruh terhadap frekuensi pengiriman TBS ke PPKS. Perbaikan jalan secara
intensif perlu melibatkan alat berat road greeder. Perbaikan jalan secara intensif
terutama dilakukan pada saat musim hujan dan akhir musim hujan sehingga upaya
meningkatkan kualitas dan kuantitas kebun dapat terlaksana dengan baik.
Selain perbaikan jalan, perusahaan juga perlu melakukan kebijaksanaan
dengan lebih mengoptimalkan alat angkut yang ada sehingga dapat mengangkut
sebanyak mungkin buah yang sudah dipanen. Upaya mengoptimalkan alat angkut
tersebut dapat dilakukan dengan mengkoordinasi antara pihak tehnik selaku

36
penyedia alat angkut dan pihak afdeling 1 (inti) selaku pihak kebun yang
rnenghasilkan buah. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan penyarnpaian
informasi yang jelas tentang hanca panen dari kegiatan panen j:Jadasaat itu oleh
pihak kebun pada pihak tehnik sehingga dapat dilakukan pengaturan kendaraan
pengangkut buah. Selain itu penyampaian informasi tersebut juga perlu
disampaikan pada PPH. Mandor panen terus mengontrol pada hanca panennya
sampai kegiatan pengangkutan selesai.

Tabel. 14 TBS Hasil Panen yang tidak Terangkut pada Hari Panen
yang Sarna
Tgl/Bulan

Buah yang Dipanen

Buah yang

Buah yang tidak

(Tandan)

Diangkut(kg)

Terangkut (kg)

02/Januari
1031
03/Januari
1141
04/Januari
]254
08/Januari
1260
09/Januari
]095
10/Januari
1163
1lIJanuari
1268
12/Januari
1100
17/Januari
862
18/Januari
1210
] 9/Januari
1145
23/Januari
1257
24/Januari
1016
30/Januari
1232
311Januari
799
OIIFebruari
1171
04/Februari
1131
06/Februari
1312
07IFebruari
1285
1]/Februari
1546
14IFebruari
1128
25/Februari
930
22/Maret
1016
10/April
949
16/April
999
Rata-rata
961.04
Surnber : Monitoring Produksi Harian Afdeling

,

21 920
15 640
20 820
22470
18370
20470
29 810
2] 450
15050
25 890
18380
14920
18960
21 130
16 020
22690
I 1 870
20 160
20480
22450
18 170
15 480
20 150
14300
16 130
19 327.2
I (2002)

1 282
2480
729
1281
] 671
264]
913
778
900
2280
4720
2680
990
1 040
2780
830
5300
3 100
3050
4 150
3260
2090
855
600
2272
2 106.88

37
Catatan :

.
.

Data monitoring bulan Januari s.d Mei 2002
Buah tersebut diangkut pada hari panen berikutnya sesuai
dengan rotasi pan!:n atau tidak diangkut karena busuk,
dimakan binatang

Pengaruh Curah Hujan Terhadap Produksi

Pertumbuhan dan produksi tanamar. kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Iklim dan tanah adalah unsur utama pembentuk kondisi lingkungan.
Unsur iklim yang penting bagi tanaman adalah eurah hujan, suhu dan ketinggian
tempat, dan penyinaran matahari. Unsur tanah yang penting terdiri atas sifat fisik
tanah dan sifat kimia tanah. Sifat fisik tanah meliputi solum yang dalam (Iebih
dari 80 em), tekstur tanah yang baik, perkembangan struktur tanah yang kuat,
permukaan air harus berada di bawah 80 em dan semakin dalam semakin baik.
Sedangkan sifat kimia tanah meliputi keasaman tanah, nisbah C/N, kapasitas tukar

kation K+,dan perbandingankapasitastukar Mg++ dan K+'
Kajian hubungan eurah hujan dengan produksi tanaman kelapa sawit
khususnya pada kebun unit usaha Talo Pino PTPN VII Bengkulu Selatan praktis
dapat dilakukan. Hal tersebut dilakukan dengan mengkaji data distribusi eurah
hujan dan data produktivitas. Untuk mengkaji hubungan antara eurah hujan
dengan produktivitas dapat dilakukan dengan analisis data dengan langkahlangkah seperti yang ada pada bab metodologi. Hasil nilai korelasi dan koefisien
determinasi dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15.Nilai Korelasidan KoefisienDeterminasiantara Curah Hujan
ke-i denganProduktivitas
Tahun

Produktivitas
(tonlha)
9.00
9.26
11.90
15.34

1998
1999
2000
2001
Korelasi
Koefisien determinasi

CO
3628
3 193
2248
2060
-0.906
0.821

Curah Hujan
Cl
C2
994
2618
3628
994
3 193
3628
2248
3 193
0.054
0.612
0.001
0.375

(mm/tahun)
C3
C4
2851
1553
2618
2851
994
2618
3628
994
0.265
-0.566
0.070
0.320

C5
2041
1 553
2851
2618
0.724
0.524

38
Ketcrangan

· co
· CI
· C2
· C3
· C4
· C5

: Curah
: Curah
: Curah
: Curah
: Curah
: Curah

Dari Tabel

hujan pada saat produktivitas.
hujan pada saat satu tahun sebelum produktivitas.
hujan pada saat dua tahun sebelum produktivitas.
hujan pada saat tiga tahun sebelum produktivitas.
hujan pada saat empat tahun sebelum produktivitas.
hujan pada saat lima tahun sebelum produktivitas.

15 terlihat curah hujan pada saat produktivitas (CO)

menunjukkan nilai negatif sebesar -0.906, yang berarti mendekati nilai negatif
satu. Dapat diperlihatkan untuk nilai korelasi terletak antara -I dan + I atau -I ::s
korelasi ::s+1. Hal ini berarti nilai -I dan +1 menandakan adanya korelasi linear
yang sempurna atau hubungan fungsional antara curah hujan dan produktivitas.
Nilai korelasi CO memperlihatkan curah hujan dan hari hujan yang tinggi,
yang berarti terdapat bulan basah yang banyak. Untuk tanaman kelapa sawit curah
hujan per tahun adalah 1500 - 4000 mm, optimum berkisar antara 2000

-

3000

mm. Pembagian curah hujan yang merata sepanjang tahun adalah tipe curah hujan
yang dikehendaki. Besar pengaruh COdapat lihat pada nilai koefisien determinasi
yaitu sebesar 0.821, yang berarti sebanyak 82, I % mempengaruhi produktivitas.
Defisit air yang tinggi menyebabkan produksi turun dan kembali normal
pada tahun ketiga dan keempat karena merusak perkembangan bunga sebelum
anthesis dan pada bunga yang telah anthesis mengakibatkan kegagalan matang
tandan. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan kelebihan air, terjadinya erosi
yang dapat menurunkan kesuburan tanah. Adanya bulan kering yang panjang
mengakibatkan terjadinya defisit air dan dapat menurunkan produksi.
Seks rasio adalah angka perbandingan jumlah bunga betina dibagi total
bunga. Makin tinggi angka seks rasio berarti jumlah bunga betina makin banyak.
Seks rasio diantaranya dipengaruhi oleh status hara daun. Kemarau yang panjang
akan mengurangi penyerapan hara tanah yang menyebabkan status nutrisi di
dalam tanaman berada di bawah normal, sehingga menyebabkan angka seks rasio
menurun.
Tinggi rendahnya aborsi bunga berhubungan dengan kondisi lengas tanah.
Terbatasnya penyerapan air oleh akar akan mempertinggi aborsi bunga. Proses
pematangan buah membutuhkan waktu. c;elama 5 - 6 bulan setelah terjadi

39
penyeburkan. Prosc;s pematangan ter3ebut dipengaruhi olch keadaan iklim
setempat. Cuaca yang kering memperlambat proses pematangan buah tersebut.
Dari Tabel 15 juga dapat dilihat curah hujan pada lima tahun s.:belum
produktivitas (C5), yang menunjukkan nilai korelasi sebesar 0.724, yang
menandakan nilai tersebut mendekati + I. Untuk tanaman kelapa saw it

saat

terbentuk primordia bunga sampai dengan penyerbukan membutuhkan waktu tiga
puluh tiga bulan. Dari selesai penyerbukan sampai dengan buah siap dipanen
(buah matang) membutuhkan waktu enam bulan. Seks Diferensiasi bunga pada
tanaman dewasa terjadi selama lima belas bulan . Dengan demikian curah hujan
pada saat lima tahun sebelum produktivitas diduga berpengaruh terhadap mulai
dari terbentuknya primordia bunga, seks diferensiasi sampai dengan buah siap
untuk dipanen. Besar pengaruh C5 dapat dilihat pada nilai koefisien determinasi
yaitu sebesar 0.524, yang berarti sebanyak 52,4 % mempengaruhi produktivitas.
Pada Gambar 5 dapat dilihat hubungan antara curah hujan dengan
produktivitas yang umumnya memperlihatkan kecenderungan hubungan linier.
Dari gambar tersebut juga dapat dilihat batas optimum curah hujan terhadap
produktivitas tanaman kelapa sawit. Dari nilai korelasi yang ada, nilai korelasi CO
dan C5 yang menunjukkan adanya korelasi linier, yang berarti adanya hubungan
fungsional antara curah hujan dan produktivitas.

c/)

~

~
...

9,26

::>
't:I

e
a..
9,00
o

2000

4000

Curah Hi4an (mmltahun)

Gambar 5.Grafik Pengaruh Curah Hujan Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit
Kebun Unit Usaha Talo Pino PTPN VII B~ngkulu Selatan

KESiMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pelaksanaan Kegiatan Magang memberikan pengetahuan dan pengalaman
teknis dan manajerial tentang pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada kondisi
yang

sebenarnya.

Pelaksanaan

teknis

meliputi

pengendalian gulma,
\
pembuatan/pemeliharaan TPH, pemeliharaan jalan, pemupukan dan kegiatan dari

pemanenan. Sedangkan pelaksanaan manajerial kebun meliputi kegiatan yang
berhubungan dengan pelaksanaan fungsi manajemen, yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan ataupun pengontrolan.
Keberhasilan panen dicapai dari persiapan, perencanaan dan pelaksanaan
panen yang baik. Pengaturan rotasi yang tepat terUtama saat panen raya dan bulan
produksi rendah sangat penting dilakukan karena rotasi panen erat hubungannya
dengan mutu buah dan sebaliknya.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kehilangan hasil seperti
keadaan jalan yang rusak, piringanlbokoran yang kotor, penggunaan alat yang
tidak tepat, penunasan yang terlambat serta kurang ketelitian pemanen perlu
mendapat perhatian yang serius agar kehilangan hasil dapat ditekan sekecil
mungkin.
Dari pengamatan di lapangan diperoleh rata-rata potensi panen yang
dimiliki oleh masing-masing blok yang menjadi hanca panen pada kondisi
topografi slandar, sedang dan berat untuk setiap rotasi panen. Rata-rata potensi
panen tersebut secara berurutan adalah 35 tandan, 45 tandan dan 41 tandan.
Untuk kehilangan produksi dalam arti bu