Contoh : A.
Nasinya sudah masak. Implikaturnya adalah silakan dimakan. B.
Saya punya sepeda. Implikaturnya adalah sepeda saya boleh anda pakai. Kalimat-kalimat di atas mempunyai implikatur karena keduanya tidak sesuai dengan
maksim kuantitas sesuatu yang jelas masih dinyatakan. Jadi, pendengarnya harus memutuskan bahwa ada makna lain dibalik ucapan itu. Pada dasarnya setiap percakapan kita
harus menganggap bahwa prinsip kooperatifnya selalu diikuti, maka tugas pendengarnya adalah menetapkan atau mengolah ucapan itu untuk menentukan makna dibaliknya dengan
mempergunakan kaidah-kaidah yang ada.
2.2.3 Tindak Tutur
Menurut Searle, dalam komunikasi bahasa terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi bahasa bukan sekedar lambang, kata, atau kalimat, tetapi akan lebih tepat
apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata, atau kalimat yang berwujud perilaku atau tindak tutur. Lebih tegasnya, tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat
dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. Sebagaimana bahasa yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah dalam rani,
2004:158. Teori tindak tutur dikemukakan oleh John R. Searle 1983 dalam bukunya Speech
Acts : An Essay in the Philosophy of language, membagi praktik penggunaan bahasa menjadi tiga macam tindak tutur, yaitu :
1. Tindak ‘lokusi’ yakni mengaitkan suatu topik dengan suatu keterangan dalam
ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan
Universitas Sumatera Utara
penjelasan dalam sintaksis. Dalam tindak ini tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi dan fungsi tuturan yang disampaikan si penutur, tetapi bermaksud untuk
memberi tahu penutur dalam Lubis,1991:9 2.
Tindak ‘ilokusi’ tindakan yang melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu. Pada tindak tutur ini, penutur mengungkapkan kalimat bukan
dimaksudkan untuk memberi tahu penutur saja, tetapi ada keinginan penutur melakukan tindakan.
3. Tindak ‘perlokusi’ yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada
pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu Nababan, 1989:18, dalam lubis,1993:9.
Dalam ilmu bahasa dapat kita samakan tindak lokusi itu dengan “prediksi”, tindak ilokusi dengan ‘maksud kalimat’ dan tindak perlokusi dengan ‘akibat suatu ungkapan’. Atau
dengan kata lain dapat kita katakan bahwa lokusi adalah makna dasar atau referensi kalimat itu, ilokusi sebagai daya yang ditimbulkan oleh pemakainya sebagai perintah, ejekan,
keluhan, pujian, dan lain-lain. Perlokusi adalah hasil dari ucapan tersebut terhadap pendengarnya
Kalimat: Nilai raportmu bagus sekali Dari
segi lokusi, ini hanya sebuah pernyataan bahwa nilai raport itu bagus makna dasar. Dari segi ilokusi, dapat berupa pujian atau ejekan. Pujian kalau nilai raportnya memang bagus, dan
ejekan kalau nilainya tidak bagus. Dari segi perlokusi dapat membuat pendengar itu menjadi sedih muram dan sebaliknya dapat mengucapkan terima kasih.
Ucapan yang tidak langsung itu tidak menyatakan pujian atau ejekan, tetapi mengharuskan si pendengar mengolahnya sehingga makna yang sebenarnya dapat
ditentukannya.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, kalimat “nilai raportmu bagus sekali” bermakna dasar sebuah raport bernilai bagus. Prinsip kooperatifnya di sini dijalankan karena si pembicara menyatakan sesuai
dengan tujuan pembicara itu. Dari segi evaluatifnya dapat dikatakan sebagai berikut: si pembicara menyatakan sesuatu dengan terang dan jelas dan ini biasanya mempunyai makna
dibalik ujaran tersebut. Dalam hal ini, Konteks dan penuturnya memegang peranan untuk menyatakan itu
adalah orang tua kepada anaknya yang menunjukkan raportnya dan air muka orang tua itu tidak jernih, maka jelas daya ilokusi pernyataan itu adala kesalahan. Kesimpulan ini
menentukan bagaimana respon si pendengar atau anak yang mempunyai raport tersebut. Ia mungkin akan menyatakan bahwa guru-gurunya tidak jujur atau juga mungkin hanya merasa
sedih atau mungkin juga dapat menangis, atau ia menyatakan akan berusaha sekuat mungkin. Dan inilah nilai perlokusi.
Searle mengklarifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori, yakni :
1. Representatif atau asertif yaitu ilokusi yang bertujuan menyatakan, mengusulkan,
membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, dan melaporkan. 2.
Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintah, memohon,
menuntut dan memberi nasihat. 3.
Komisatif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, menanawarkan.
4. Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap
psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam,
menuduh, memuji, mengucapkan belasungkawa dan sebaginya.
Universitas Sumatera Utara
5. Deklaratif yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan,
misalnya mengundurkan diri, membaptis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang, mengangkat pegawai, dan sebagainya.
2.2.4 Konteks