Implikatur Landasan Teori .1 Pragmatik

persaingan menuju kemenangan. Maraknya penggunaan jargon politik oleh parpol telah menambah gairah pesta demokrasi di negeri ini, proses sosialisasi jargon politik parpol mengisi sendi-sendi sumber informasi publik baik di media cetak, elektronik, dan dalam jaringan. Iklan-iklan yang berisi jargon politik tersebut juga menghiasi seluruh sudut-sudut kota di berbagai wilayah di negeri ini, baik iklan yang berukuran besar seperti baliho, spanduk dan plakat serta dalam ukuran kecil seperti brosur,poster dan selebaran. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pragmatik Menurut Geoffrey Leech 1983, secara praktis pragmatik dapat didefinisikan sebagai studi mengenai makna ujaran di dalam situasi tertentu. Ia juga mengartikan bahwa pragmatik umum sebagai kajian megenai kondisi-kondisi umum penggunaan bahasa secara komunikatif oka, 1993: ix : 15. Dalam penelitian ini, pembicaraan mengenai kajian pragmatik lebih dibatasi pada implikatur tindak tutur yang merupakan bagian dari suatu tuturan, dan konteks yang mempunyai perananan penting dalam situasi tuturan.

2.2.2 Implikatur

Gunpers dalam Lubis, 1991:68, inferensi implikatur adalah proses interpretasi yang ditentukan oleh situasi dan konteks. Mengacu pada pernyataan bahwa selalu benar apa yang dimaksud oleh si pembicara tidak sama dengan apa yang ditanggap oleh si pendengar sehingga terkadang jawaban si pendengar tidak dapat atau sering juga terjadi si pembicara mengulangi kembali ucapannya mungkin dengan cara atau kalimat yang lain supaya dapat ditanggapi oleh si pendengar. Universitas Sumatera Utara Berlangsungnya situasi percakapan seyogyanya dikuasai oleh hukum atau kaidah pragmatik umum menurut H.paul grice 1967 dalam soemarmo, 1988:171 disebut kaidah penggunaan bahasa. Kaidah ini mencakup peraturan tentang bagaimana suatu percakapan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Kaidah ini terbagi atas 2 pokok yakni : 1 prinsip kooperatif yang menyatakan “katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu” 2 terdapat empat maksim percakapan yang terdiri atas maksim kuantitas , maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai, misalnya seorang harus mengatakan bahwa Jakarta adalah ibu kota Indonesia, bukan kota-kota yang lain kecuali kalau benar-benar tidak tahu. Akan tetapi, bila terjadi hal yang sebaliknya, tentu ada alasan-alasan mengapa hal demikian bisa terjadi. Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya. Contoh: 3 Tetangga saya hamil 4 Tetangga saya yang perempuan hamil Ujaran 3 di atas lebih ringkas, juga tidak menyimpang nilai kebenaran truth value. Setiap orang tentu mengetahui bahwa wanitalah yang mungkin hamil. Dengan demikian, elemen yang perempuan dalam tuturan 4 sifatnya berlebihan. Kata hamil dalam 3 sudah menyarankan tuturan itu. Kehadiran yang perempuan dalam 4 justru menerangkan hal-hal yang sudah jelas. hal ini bertentangan dengan maksim kuantitas. Universitas Sumatera Utara Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevansi dengan masalah pembicaraan. Contoh : 5 + Ani, ada telepon untuk kamu. - Saya lagi di belakang, Bu Jawaban - pada 5 di atas sepintas tidak berhubungan, tetapi bila diamati, hubungan implikasionalnya dapat diterangkan. Jawaban - pada 5 mengimplikasikan bahwa saat itu ia tidak dapat menerima telepon itu. Fenomena 5 mengsiyaratkan bahwa fenomena relevansi tindak ucap peserta kontribusinya tidak selalu terletak pada makna ujaranya, tetapi memungkinkan pula pada apa yang diimplikasikan ujaran itu. Maksim Pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak takabur, tidak taksa, dan tidak berlebihan serta runtut. Contoh: 6+ mari berhenti dan cari tempat makan - oke, tapi tidak M-C-D-O-N-A-L-D-S Dalam 6 tokoh - menjawab ajakan + secara langsung, yakni dengan mengeja satu per satu kata Mc Donalds penyimpangan ini dilakukan karena ia tidak menginginkan anaknya yang sangat menggemari makanan itu mengetahui maksudnya. Salah satu pegangan atau kaidah percakapan ialah bahwa pendengarnya menganggap bahwa pembicaraannya mengikuti dasar-dasar atau maksim di atas. Apabila terdapat tanda-tanda bahwa salah satu dasar atau maksim tersebut tidak diikuti, maka ucapan itu mempunyai implikatur Siregar,1997:30 Universitas Sumatera Utara Contoh : A. Nasinya sudah masak. Implikaturnya adalah silakan dimakan. B. Saya punya sepeda. Implikaturnya adalah sepeda saya boleh anda pakai. Kalimat-kalimat di atas mempunyai implikatur karena keduanya tidak sesuai dengan maksim kuantitas sesuatu yang jelas masih dinyatakan. Jadi, pendengarnya harus memutuskan bahwa ada makna lain dibalik ucapan itu. Pada dasarnya setiap percakapan kita harus menganggap bahwa prinsip kooperatifnya selalu diikuti, maka tugas pendengarnya adalah menetapkan atau mengolah ucapan itu untuk menentukan makna dibaliknya dengan mempergunakan kaidah-kaidah yang ada.

2.2.3 Tindak Tutur