9
mengikat TSG Rb, ikatan ini menyebabkan terlepasnya E2F yang merupakan faktor transkripsi sehingga siklus sel dapat berjalan tanpa kontrol Agustin, 2006.
2.1.5 Faktor Resiko Kanker Serviks
1. Infeksi Human Papilloma Virus HPV
Virus yang tersebar luas menular melalui hubungan seksual. Infeksi HPV telah diidentifikasi sebagai faktor resiko yang paling utama untuk kanker serviks.
Di antara lebih dari 125 jenis HPV terdapat jenis HPV yang agresif HPV 16 dan 18 yang dapat menyebabkan transformasi sel-sel menjadi ganas di serviks
American Cancer Society,
2008.
2. Makanan Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat
dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya
rendah beta karoten, retinol vitamin A, Vitamin C, Vitamin E 10 Sukaca, 2009. Banyak sayuran dan buah mengandung bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat
mencegah kanker. Dari beberapa penelitian ternyata defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, E, beta karotinretinol berhubungan dengan peningkatan resiko
kanker serviks Rasjidi, 2009. 3. Ras
Ras juga dapat menyebabkan resiko kanker leher rahim. Karena pada ras Afrika-Amerika kejadian kanker leher rahim meningkat sebanyak 2 kali dari
Amerika hispanik. Sedangkan untuk Ras Asia-Amerika memiliki angka kejadian yang sama dengan warga Amerika. Hal ini berkaitan dengan faktor sosioekonomi
Sukaca, 2009. 4.
Umur Kanker Serviks lebih terjadi pada usia 40 tahun keatas, sangat jarang terjadi
pada wanita kurang dari usia 15 tahun.
Universitas Sumatera Utara
10
5. Perilaku Seksual
Banyak mitra seks: perempuan yang memiliki lebih dari satu pasangan seks berada pada resiko yang lebih terinfeksi HPV.
Aktivitas seksual dini: wanita yang memiliki aktivitas seksual dini sebelum usia 18 tahun lebih beresiko tinggi. Hal ini disebabkan oleh skuamokolumnar
masih imatur sehingga pertahanannya belum baik. 6.
Penggunaan pil KB. Penggunaan pil KB dapat meningkatkan risiko kejadian kanker serviks,
terutama yang sudah positif terhadap HPV Suheimi, 2010. Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama 5 tahun atau lebih meningkatkan resiko
kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Karena tugas pil KB adalah mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi dan menjaga kekentalan lendir
serviks sehingga tidak di lalui sperma Sukaca, 2009. 7.
Merokok Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks
dibandingkan dengan wanita tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lender serviks pada wanita merokok mengandung nikotin dan zat-zat tersebut 15 akan
menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus Suheimi, 2006.
8. Paritas jumlah kelahiran
Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai literatur yang ada, seorang
perempuan yang sering melahirkan banyak anak termasuk golongan risiko tinggi untuk terkena penyakit kanker serviks. Dengan seringnya seorang ibu melahirkan,
maka akan berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di organ reproduksinya yang akhirnya dampak dari luka tersebut akan memudahkan timbulnya Human
Papilloma Virus HPV sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker serviks. 9.
Golongan ekonomi lemah
Universitas Sumatera Utara
11
Golongan ekonomi lemah dapat menjadi resiko terkenanya kanker leher rahim dikarenakan golongan ekonomi lemah tidak mampu melakukan pap smear
secara rutin. Pengetahuan mereka mengenai resiko kanker serviks juga sangat minimum Sukaca, 2009. Wanita di kelas sosial ekonomi rendah memiliki faktor
resiko lima kali lebih besar daripada faktor resiko wanita di kelas sosio ekonomi tinggi Rasjidi, 2008. Karsinoma serviks sering di jumpai pada golongan sosio
ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitanya dengan gizi, imunitas, dan kebersihan perseorangan. 13 Pada golongan sosial ekonomi rendah
umumnya kualitas dan kuantitas makanan kurang, hal ini mempengaruhi imunitas tubuh Padila, 2012
10. Pekerjaan
Pekerjaan menjadi faktor penyebab seseorang untuk berperilaku terhadap kesehatannya. Hal ini disebabkan karena pekerjaan menjadi faktor risiko seorang
mengalami sakit maupun penyakitnya. Pada penelitian Sukanti, 2007 menunjukkan bahwa wanita yang tidak bekerja lebih banyak melakukan
pemeriksaan pap smear daripada wanita yang bekerja, hal tersebut berkaitan dengan waktu dan pelayanan kesehatan.
2.1.6 Gejala-Gejala Kanker Serviks