11
Golongan ekonomi lemah dapat menjadi resiko terkenanya kanker leher rahim dikarenakan golongan ekonomi lemah tidak mampu melakukan pap smear
secara rutin. Pengetahuan mereka mengenai resiko kanker serviks juga sangat minimum Sukaca, 2009. Wanita di kelas sosial ekonomi rendah memiliki faktor
resiko lima kali lebih besar daripada faktor resiko wanita di kelas sosio ekonomi tinggi Rasjidi, 2008. Karsinoma serviks sering di jumpai pada golongan sosio
ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitanya dengan gizi, imunitas, dan kebersihan perseorangan. 13 Pada golongan sosial ekonomi rendah
umumnya kualitas dan kuantitas makanan kurang, hal ini mempengaruhi imunitas tubuh Padila, 2012
10. Pekerjaan
Pekerjaan menjadi faktor penyebab seseorang untuk berperilaku terhadap kesehatannya. Hal ini disebabkan karena pekerjaan menjadi faktor risiko seorang
mengalami sakit maupun penyakitnya. Pada penelitian Sukanti, 2007 menunjukkan bahwa wanita yang tidak bekerja lebih banyak melakukan
pemeriksaan pap smear daripada wanita yang bekerja, hal tersebut berkaitan dengan waktu dan pelayanan kesehatan.
2.1.6 Gejala-Gejala Kanker Serviks
Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan
panggul dan pap smear. Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyebar ke jaringan di
sekitarnya.Gejala klinis jika sudah menjadi kanker serviks dapat dibedakan dalam beberapa tahapan atau stadium kanker serviks, yaitu sebagai berikut Priyanto,
2011: a.
Gejala awal
Perdarahan lewat vagina, berupa pendarahan pascasanggama atau perdarahan
spontan di luar masa haid.
Universitas Sumatera Utara
12
Keputihan yang berulang, tidak sembuh-sembuh walaupun telah diobati. Keputihan biasanya berbau, gatal, dan panas karena sudah mengalami infeksi
sekunder. b. Gejala lanjut: cairan yang keluar dari liang vagina berbau tidak sedap, nyeri
panggul, pinggang, dan tungkai, gangguan berkemih, nyeri di kandung kemih dan rectumanus.
c. Kanker telah menyebarmetasis: timbul gejala sesuai dengan organ yang terkena, misalnya penyebaran di paru-paru, liver, atau tulang.
d. Kambuhresidif: bengkakedema tungkai satu sisi, nyeri panggul menjalar ke tungkai, dan gejala pembuntuan saluran kencing.
2.1.7 Patogenesis Kanker Serviks
Kanker leher rahim 95 terdiri dari karsinoma skuamosa dan sisanya merupakan adenoma karsinima dan jenis kanker lain. Hampir semua kanker leher
rahim di dahului derajat pertumbuhan prakarsinoma yaitu displasia dan karsinoma in-situ. Proses perubahan dimulai didaerah sambungan skuamosa-kolumner SSK
dari selaput lendir porsiogan. Metaplasia adalah perubahan arah differensial epitel. Pada endo serviks uteri
hal ini berarti bahawa lapisan yang dikelilingi oleh epitel sel toraks berubah menjadi epitel skuamosa atau sel gepeng yang selanjutnya secara morfologik
normal. Metaplasia seluruhnya bersifat reversibel dan dapat dalam berbagai epithelial sebagai reaksi terhadap terus-menerus, epitel metaplastik ini
menunjukkan aktivitas proliferasi yang meningkat dan diferensiasi yang menurun. Inti sel yang lebih besar dan kromatin berubah teksturnya yang disebut sebagai sel
displatik. Berdasarkan pada perubahan morofologinya, displasia dikelompokkan menjadi tingkatan ringan, sedang, dan berat. Akhirnya gambaran sel demikian
atipiknya sehingga sel tampak sebagai sel kanker. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Akan tetapi, selama belum terdapat pertumbuhan
infiltratif, yng merupakan tanda yang khas untuk pertumbuhan maligna hal ini masih disebutkan sebagai carcinoma in situ Vinay K dan Ramzi S. Cotran, 2007
Universitas Sumatera Utara
13
Gambar 2.3 Patogenesis Kanker Serviks dikutip dari Patologi Robbin, 2007
2.1.8 Patofisiologi Kanker Serviks