16
tingginya tingkat CIN CIN III atau karsinoma in situ, tetapi kecepatan progresitivitas tersebut tidak seragam. Umur rata-rata wanita dengan CIN adalah
25 sampai 30 tahun dan umur rata-rata wanita dengan kanker serviks adalah 40 sampai 45 tahun. Karsinoma
in situ
secara jelas merupakan prekursor karsinoma invasif pada 70 wanita yang diikuti tanpa terapi setelah diagnosis karsinoma in
situ ditegakan. Mitchell dkk, 2009. Namun, pada apusan sitologik, lesi prakanker haya dibagi menjadi dua
kelompok:
Lesi Intraepitelial Gepeng SIL derajat ringan dan Lesi Intraepitelial Gepeng SIL
derajat tinggi. Lesi derajat ringan sesuai dengan CIN I atau kondiloma datar dan lesi derajat berat sesuai dengan CIN II dan CIN III. Imam
Rasjidi, 2008.
Tabel 2.2. Dikutip dari
C o mpr eh ensive C er vica l C a n cer C o ntr ol. A G u i d e t o E s s e n t i a l P r a c t i c e , G e n e v a
: W H O , 2 0 0 6
ASC - U : a t yp i c a l s q u a mo u s c e l l o f u n d e t e r mi n e d s i g n i fi c a n c e
2.1.10 Diagnosa Kanker Serviks
Stadium klinik seharusnya tidak berubah setelah beberapa kali pemeriksaan. Apabila ada keraguan pada stadiumnya maka stadium yang lebih dini dianjurkan.
Pemeriksaan berikut dianjurkan untuk membantu penegakkan diagnosis seperti palpasi, inspeksi, kolposkopi, kuretase endoserviks, histeroskopi, sistoskopi,
Universitas Sumatera Utara
17
proktoskopi,
intravenous urography,
dan pemeriksaan X-
ray
untuk paru-paru dan tulang. Kecurigaan infiltrasi pada kandung kemih dan saluran pencernaan
sebaiknya dipastikan dengan biopsi. Kolonisasi dan amputasi serviks dapat dilakukan untuk pemeriksaan klinis. Interpretasi dari limfangografi, arteriografi,
venografi, laparoskopi, ultrasonografi, CT scan dan MRI sampai saat ini belum dapat digunakan secara baik untuk staging karsinoma atau deteksi penyebaran
karsinoma karena hasilnya yang sangat subyektif Suharto, 2007.
2.1.11 SkriningDeteksi Dini
Kebanyakan kanker serviks dapat dicegah. Ada dua cara untuk mencegah penyakit ini yaitu: Pertama, menemukan dan mengobati prakanker serviks
sebelum menjadi kanker serviks. Kedua, mencegah terjadinya prakanker serviks. Maka cara terbaik untuk mengatasinya adaah deteksi dini alias tidak menunggu
sampai gejala muncul Soebachman, 2011.
Skrining pemeriksaan kanker serviks yang dapat dilakukan dapat dilakukan yakni: tes pap smear, IVA, kolposkopi, servikografi, tes HPV Nuranna, 2010.
Menurut Soebachman 2011, pedoman untuk melakukan deteksi dini kanker serviks yaitu sebagai berikut: Pertama, para wanita harus mulai melakukan tes pap
smear sekitar 3 tahun setelah mereka melakukan hubungan seks, tetapi tidak lebih tua dari usia 21 tahun. Kedua, pengujian harus dilakukan setiap tahun jika tes pap
smear biasa digunakan, atau setiap 2 tahun jika tes pap smear berbasis cairan digunakan.
Ketiga, dimulai pada usia 30 tahun, para wanita yang mempunyai hasil test normal sebanyak 3 kali berturut-turut mungkin dapat menjalani tes Pap Smear
setiap 2 sampai 3 tahun sekali. Keempat, pilihan lain untuk wanita di atas 30 tahun adalah menjalani tes Pap Smear setiap 3 tahun sekali plus tes HPV DNA.
Kelima, wanita yang memiliki faktor resiko tertentu seperti infeksi HIV atau punya imunitas lemah harus mendapatkan tes pap smear setiap tahun. Keenam,
Universitas Sumatera Utara
18
wanita yang memiliki faktor resiko tertentu seperti infeksi HIV atau punya imunitas lemah harus mendpatkan tes pap smear setiap tahun.
a. Pap Smear Test
Pap smear test atau papanicolaou smear diambil dari nama dokter Yunani yang menemukan metode ini, yaitu Goerge N. Papanicolaou, yang merancang metode
mewarnai pulasan sampel sel-sel untuk diperiksa sekitar 50 tahun yang lalu. Pap smear test merupakan pemeriksaan leher rahim serviks menggunakan alat yang
dinamakan speculum dan dilakukan oleh bidan ataupun ahli kandungan. Pemeriksaan ini bermanfaat mengetahui adanya HPV ataupun sel karsinoma
penyebab kanker serviks Tilong, 2012. Pap smear test cenderung murah, cepat dan bisa dilakukan di unit pelayanan
kesehatan terdekat, seperti puskesmas, rumah bersalin, rumah sakit, klinik, praktik dokter, dan lain sebagainya. Pap smear test bisa dilakukan kapan saja, kecuali
sedang haid, atau sesuai petunjuk dokter. Pap smear test, sebaiknya dilakukan 1 x setahun oleh setiap wanita yang sudah melakukan hubungan seksual Tilong,
2012. Namun, disamping kelebihan, pemeriksaan pap smear juga ada kekurangannya, yakni sampel yang diambil tidak dari seluruh bagian serviks
sehingga ada bagian yang bisa saja tidak terdeteksi. Selain itu, pada pemeriksaan pap smear kemungkinan tidak memperlihatkan kondisi sel yang sebenarnya dan
mempunyai akuransi antara 80-90 Tilong, 2012. Menurut Indrawati 2009, stadium kanker serviks dari hasil pemeriksaan Pap
Smear yakni: a. Normal b. Displasia ringan perubahan dini yang belum bersifat ganas c. Displasia berat perubahan lanjut yang belum bersifat ganas d.
Karsinoma in situ kanker yang terbatas pada lapisan serviks yang paling luar e. Kanker invasif kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau
ke organ tubuh lainnya.
Universitas Sumatera Utara
19
b. IVA Inspeksi Visual Asam Asetat IVA singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam Asetat, yaitu suatu metode
pemeriksaan dengan mengoles serviksa atau leher rahim menggunakan lidi wotten yang telah dicelupkan ke dalam asam asetat atau asam cuka 3-5 dengan mata
telanjang Kumalasari dan Andhyantoro, 2012. Bila terdapat lesi kanker, maka akan terjadi perubahan warna agak keputihan pada leher rahim yang diperiksa
Tilong, 2012. Daerah yang tidak normal akan berubah warna menjadi putih acetowhite
dengan 23 batas yang tegas, dan mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi prakanker. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap
tidak ada infeksi pada serviks Kumalasari dan Andhyantoro, 2012. IVA dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka
metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan. Metode tersebut memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan pap smear test yang selama
ini lebih popular Tilong, 2012. Pemeriksaan IVA dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber yang daya rendah
bila dibandingkan dengan jenis skrining yang lain dikarenakan, Pertama, mudah dilakukan, aman, dan tidak mahal. Kedua, akuransinya sama dengan tes-tes yang
lain. Ketiga, dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan yang sudah terlatih. Keempat, dapat dilakukan di semua jenjang pelayanan
kesehatan rumah 24 sakit, puskesmas, pustu, polindes, dan klinik dokter spesialis, dokter umum, dan bidan.
Kelima, langsung ada hasilnya sehingga dapat segera dilakukan pengobatan dengan krioterapi, yaitu pembekuan serviks berupa penerapan pendinginan secara
terus-menerus selama 3 menit untuk membekukan dan diikuti pencairan selama 5 menit, kemudian diikuti dengan pembekuan lagi selama 3 menit dengan
menggunakan CO2 atau NO2 sebagai pendingin. Keenam, sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan mudah didapat. Ketujuh, tidak bersifat
Universitas Sumatera Utara
20
invasif dan dapat mengidentifikasi lesi prakanker secara efektif Kumalasari dan Andhyantoro, 2012.
Menurut Tilong 2012, dalam hal ini beberapa kategori yang dapat dipergunakan dalam pemeriksaan metode IVA. Berikut adalah beberapa kategori
yang dapat dipergunakan pada pemeriksaan dengan metode IVA yakni: a. IVA negatif yang merupakan serviks normal. b. IVA radang, yakni serviks dengan
radang senvisitis atau kelainan jinak lainnya polip serviks. c. IVA positif, yakni apabila ditemukan bercak putih
aceto white epithelium
. Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan screening kanker serviks dengan metode IVA
karena temuan ini mengarah pada diagnosis serviks prakanker. d. IVA kanker serviks. Tahap ini berupaya untuk penurunan temuan stadium kanker serviks
sehingga masih akan bermanfaat bagi 25 penurunan kematian akibat kanker serviks, yakni ditemukan pada stadium invasif dini stadium IB-II A.
Tabel 2.3 Atlas Inspeksi Visual Asam Asetat Serviks dikutip dari JHPIEGO dan PPSKI
Universitas Sumatera Utara
21
c
. Thin Prep Liquid Base Cytology
Metode thin prep lebih akurat dibandingkan dengan pap smear test. Jika pap smear test hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim,
maka thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim yang tentu hasilnya pun akan jauh lebih akurat dan tepat Tilong, 2012. Thin prep
adalah screening sel-sel abnormal dengan cara visualisasi sama halnya seperti pap smear. Thin prep juga berfungsi mendekteksi kelainan pada mulut rahim dengan
berbasis cairan. Cairan seperti getah pada leher rahim, lalu dijadikan sampel, dan dimasukkan ke dalam suatu cairan, kemudian dibawa ke laboratorium Tilong,
2012. Waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan thin prep, yaitu dalam waktu
3 tahun pertama setelah melakukan hubungan seksual atau telah mencapai umur 21 tahun. Kemudian, setiap tahun pemeriksaan ini sebaiknya juga dilakukan
secara rutin. Apabila ada gejala infeksi HPV, maka pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan lebih sering. Namun, metode thin prep tergolong baru sehingga belum
tersedia secara luas Tilong, 2012. Metode Thin Prep memiliki beberapa kelebihan. Adapun beberapa kelebihan metode thin prep adalah Pertama,
pengambilan sampel serviks 26 yang lebih baik. Kedua, lebih akurat mendeteksi kelainan dengan keakuratan mencapai 100. Ketiga, lebih akurat mendeteksi sel
yang abnormal. Keempat, diagnosis dari hasil pemeriksaan akan lebih tepat dan pasti Tilong, 2012.
d. Tes Schiller Serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah
menjadi coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning Indrawati, 2009. Untuk membantu menentukan stadium kanker, dilakukan
beberapa pemeriksaan;
sistoskopi, rontgen
dada, urografi
intravena, sigmoidoskopi, scanning tulang dan hati, barium enema Indrawati, 2009.
Universitas Sumatera Utara
22
e. Kolposkopi Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau
kejanggalan, maka selanjutnya prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang
terinfeksi. Hal ini bertujuan untuk menentunkan keberadaan lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim Tilong, 2012. Kolposkopi
adalah pemeriksaan dengan alat kolposkop yaitu alat mikroskop binokuler dengan sumber cahaya yang terang untuk memperbesar gambaran visual serviks Rasjidi,
2008. Kolposkopi bisa digunakan untuk screening primer secara rutin. Setelah melakukan pemeriksaan cara pap smear, selanjutnya dinyatakan abnormal pada
leher Rahim sehingga sebaiknya dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan kolposkopi Tilong, 2012.
Kolposkopi bisa dimanfaatkan untuk melakukan pemantauan terhadap kelainan prakanker dan melihat perkembangan terapi. Kolposkopi dapat melihat
pola abnormal pembuluh darah, bercak-bercak putih pada serviks, peradangan, dan erosi atau pengerutan jaringan serviks yang semuanya menunjukkan adanya
perubahan sel kanker. Apabila pemeriksaan kolposkopi atau biops tidak menunjukkan penyebab abnormalitas dari pap smear test, maka pasien dianjurkan
untuk melakukan pengambilan jaringan yang lebih luas Tilong, 2012.
Universitas Sumatera Utara
23
Tabel 2.4 Indeks Kolposkopi Modifikasi Reid dikutip dari Suwiyoga,
Manual Book
, 2006
f. Pemeriksaan HPV Tujuan pemeriksaan HPV adalah untuk mendeteksi adanya infeksi HPV yang
bisa menjadi sel prakanker yang berkembang menjadi kanker serviks. g
.
Conization: Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk kerucut. Sebuah conization, atau biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat
apakah ada sel-sel abnormal dalam jaringan di bawah permukaan leher rahim. Para dokter mungkin melakukan tes ini di rumah sakit dengan anestesi bius
total.Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat menyebabkan perdarahan. Daerah ini biasanya sembuh dengan cepat. Beberapa wanita juga
merasakan rasa sakit yang mirip dengan kram menstruasi. Dokter dapat meresepkan obat yang akan membantu mengurangi rasa sakit Bryant, 2012.
Universitas Sumatera Utara
24
h. Biopsi Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita diambil di tempat praktek
dokter. Lalu seorang ahli patologi memeriksa jaringan di bawah mikroskop untuk memeriksa adanya sel-sel abnormal.
i. Punch Biopsi Dokter menggunakan alat yang tajam untuk menjumput sampel kecil jaringan
serviks. j. LEEP
Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris sepotong, bulat tipis dari jaringan serviks.
h. Endoservikal kuret Dokter menggunakan kuret alat, kecil berbentuk sendok untuk mengikis
contoh kecil jaringan dari leher rahim. Beberapa dokter mungkin menggunakan kuas tipis lembut, bukan kuret.
2.1.12 Pengobatan Kanker Serviks