2.1.5 Structural Capital
Structural capital merupakan pengetahuan dalam organisasi yang independent dari orang-orang atau dengan kata lain dapat diartikan sebagai
pengetahuan yang tetap tinggal dalam organisasi meskipun pekerjanya meninggalkan organisasi tersebut Saleh, et al,. 2008. Structural capital terdiri
atas perjanjian, data base, informasi, sistem, budaya, prosedur, system administrative, kebiasaan, best practice CIMA, 2000; Breman dan Cornnell,
2000; Bontis et.al,. 2000 Edvinsson dan Malone, 1997 dalam Saleh et al., 2008. Selain itu, termasuk dalam structural capital adalah semua hal selain manusia
yang berasal dari pengetahuan yang berada dalam suatu organisasi termasuk struktur organisasi, strategi, rutinitas, software dan hardware dan semua hal yang
nilainya terhadap perusahaan lebih tinggi daripada nilai materinya Astuti, 2005 dalam Novitasari, 2009.
2.1.6 Customer Capital
Customer capital merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan sumber eksternal dari organisasi seperti pelanggan, pemasok, kreditur, jaringan,
gabungan strategi, saluran distribusi Sveiby, 1997; Bozzola et al., 2003 dalam Saleh et al., 2008. Customer capital tercipta dari hubungan harmonis yang
dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari pemasok yang andal dan berkualitas, para pelanggan yang merasa loyal dan puas akan
pelayanan perusahaan yang bersangkutan, pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar Sawarjuwono dan Kadir, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Customer capital dapat muncul dari berbagai bagian di luar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut Sawarjuwono
dan Kadir, 2003. Sumber eksternal ini menciptakan persepsi masa depan yang positif dari sebuah organisasi yang meliputi image, reputasi, loyalitas pelanggan,
kekuatan komersial kemampuan negosiasi dengan entitas keuangan dan aktivitas lingkungan CIMA, 2000 dalam Saleh et al., 2008.
2.1.7 Value Added Intellectual Coeficient VAIC™
Hal terpenting dalam manajemen di abad ke-20 adalah peningkatan hingga 50 kali lipat produktivitas pekerja manual dalam memproduksi. Konstribusi
penting manajemen yang harus dibuat di abad ke-21 adalah dengan cara yang sama meningkatkan produktivitas pekerjaan pengetahuan knowledge work dan
pekerja berpengetahuan di abad ke-20 adalah peralatan produksinya. Metode value added intellectual coefficient VAIC™ dikembangkan oleh
Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud tangible asset dan intangible assets yang
dimiliki perusahaan. VAIC™ merupakan intellectual capital perusahaan. Pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan, karena
dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan neraca, laba rugi.
Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added VA. Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai
Universitas Sumatera Utara
keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai value creation. VA dihitung sebagai selisih antara output dan input.
Output out mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual dipasar, sedangkan input IN mencakup seluruh beban yang
digunakan dalam memperoleh revenue. Hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan labour expenses tidak termasuk dalam IN. karena peran
aktifnya dalam proses value creation, intellectual potential yang direpresentasikan dengan labour expenses tidak dihitung sebagai biaya cost dan
tidak masuk dalam komponen IN. VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital HCE dan
StructuralCapital SC.Hubungan lainnya dari VA adalah Capital Employed CE, yang dalam hal ini dibeli dengan VACA.VACA adalah indikator untuk VA
yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Pulic 1998 mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilka return
yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CEnya. Dengan, demikian pemanfaatan CE yang
lebih baik merupakan bagian dari IC perusahaan. Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC. ‘value added human capital’
VAHU menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan
kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai dalam perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan ketiga adalah “structural capital coefficient” STVA, yang menunjukkan konstribusi structural capital SC ddalam penciptaan nilai. STVA
mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.SC
bukanlah ukuran yang independent sebagaimana HC, ia dependen terhadap value creation Pulic 1999. Artinya semakin besar konstribusi HC dalam value
creation, maka akan semakin kecil konstribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adlah VA dikurangi HC, yang hal ini telah
diversifikasi melalui penelitian empiris pada sektor industri tradisional Pulic, 2000.
2.1.8 Kinerja Keuangan Perusahaan