Hubungan ketiga adalah “structural capital coefficient” STVA, yang menunjukkan konstribusi structural capital SC ddalam penciptaan nilai. STVA
mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.SC
bukanlah ukuran yang independent sebagaimana HC, ia dependen terhadap value creation Pulic 1999. Artinya semakin besar konstribusi HC dalam value
creation, maka akan semakin kecil konstribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adlah VA dikurangi HC, yang hal ini telah
diversifikasi melalui penelitian empiris pada sektor industri tradisional Pulic, 2000.
2.1.8 Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing, dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral
maupun etika Prawirosentono, 1997 dalam Wahdikorin, 2010. Kinerja sebagai tindakan-tindakan atau kegiatan yang dapat diukur.
Menurut ikatan Akuntansi Indonesia IAI, 1996 kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan.Informasi posisi
keuangan dan kinerja keuangan dimasa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain
yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran seperti deviden,
Universitas Sumatera Utara
upah, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal penting yang
harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya.
Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisai dan dalam mematuhi standar perilaku yang
telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan.Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana
formal yang dituangkan dalam anggaran.
2.1.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang kinerja intellectual capital telah dilakukan oleh 2005 di Malaysia. Penelitian ini mengukur kinerja intellectuall capital dari sepuluh bank
komersial lokal dan enam bank komersial asing untuk periode 2001 dan 2002. Penelitian ini menemukan bahwa kira-kira 80 persen kemampuan penciptaan nilai
nilai VAIC baik bank lokal maupun bank asing sebagian besar berhubungan dengan efisiensi modal manusia HC dibandingkan dengan efisiensi modal
struktural SC dan efisiensi modal yang digunakan CA. Bontis 1998 menyatakan bahwa intellectual capital sangat penting dalam
peningkatan kemampuan organisasi dan penelitian tersebut bertujuan untuk mengembangkan model dan pengukuran intellectual capital. Penelitian tersebut
menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data. Bontis 2000 juga
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa intellectual capital berpengaruh positif dengan kinerja perusahaan di Malaysia tanpa memperhatikan jenis industrinya.
Sugeng 2000 menyatakan bahwa intellectual capital digunakan untuk mengurangi tuntutan kerja karyawan dan meningkatkan kemampuan karyawan
studi pustaka. El Bannany mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja intellectual capital yaitu bank efficiency di bidang intellectual capital,
profitabilitas, risiko. Astuti 2005 menunjukkan bahwa human capital akan memiliki hubungan
yang lebih kuat dengan structural capital jika hubungan tersebut bersifat langsung daripada hubungan tersebut tidak berssifat langsung dengan customer capital
sebagai intervening. Disamping itu, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa customer capital dan structural capital dapat berfungsi sebagai variabel
intervening hubungan human capital dan business performance, sedangkan structural capital dapat digunakan untuk mediasi hubungan customer capital
dengan business performance. Ulum et. al., 2006 yang telah melakukan penelitian terhadap kinerja
intellectual capital pada perusahaan perbankan di Indonesia tahun 2004-2006 menyatakan bahwa terdapat pergeseran kinerja bank-bank di Indonesia jika dilihat
dari kinerja intellectual capital. Hal ini karena di pengaruhi investasi pada sektor intellectual capitalnya..
Chen 2005 menggunakan VAIC untuk melihat hubungan intellectual capitalnya dengan kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan sampel
Universitas Sumatera Utara
perusahaan public Taiwan. Dalam hal ini intellectual capital dihubungkan dengan nilai pasar firm’s market value dan kinerja keuangan perusahaann financial
performance. Hasilnya menunjukkan bahwa intellectual capitalVAIC mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai pasar dan kinerja
keuangan perusahaan. Penelitian ini menambahkan R D research and development dan advertising expenditure sebagai instrument untuk memperkuat
daya prediksi VAIC. Hong 2007 menyatakan bahwa ada pengaruh intellectual capital dengan
kinerja perusahaan pada 150 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura. Purnomosidhi 2006 menyatakan bahwa praktik pengungkapan intellectual
capital dalam laporan tahunan berdasarkan hasil content analisis terhadap laporan tahunan sebanyak 14 atribut 56 persen. Meskipun praktik pengungkapan
intellectual capital diantara perusahaan sangat bervariasi. Persentase ini menggambarkan bahwa perusahaan go public sudah memiliki kesadaran terhadap
arti pentingnya intellectual capital bagi peningkatan keunggulan komperatif.
2.2 Kerangka Pemikiran