Masalah Gugatan di PTUN

mempunyai kekuatan hukum mengikat oleh Mahkamah Konstitusi melalui putusannya Nomor. 006PUU-112004 Tanggal 13 Desember 2004. - Kuasa hukum dapat memberikan kuasa substitusi hanya apabila dalam Surat Kuasa pertama menyebutkan hak substitusi. - Surat Kuasa harus ditanda tangani oleh pemberi dan penerima kuasa dengan dilekatkan materai dan diberi tanggal memenuhi ketentuan UU Nomor 13 Tahun 1985 tentang bea materai. Selanjutnya Surat Kuasa di daftarkan di Kepaniteraan PTUN dengan di tanda tangani oleh Panitera. - Kuasa insidentil dapat diberikan izin oleh Ketua PTUN kepada seseorang yang akan beracara di PTUN apabila dimohonkan, dengan syarat seseorang tersebut mempunyai hubungan keluarga dengan Penggugat yang dikuatkan dengan surat keterangan LurahKepala Desa dan diketahui Camat serta mampu beracara di Pengadilan Tata Usaha Negara. - Berakhirnya pemberian kuasa dapat terjadi karena : dicabut oleh pemberi kuasa, meninggalnya salah satu pihak, penerima kuasa melepaskan kuasa atas kemauannya sendiri Pasal 1813 KUH Perdata, apabila pemberi kuasa memberi kuasa kepada pihak lain dalam perkara yang sama maka dengan sendirinya pemberian kuasa pertama berakhir, kecuali ada klausul pada surat kuasa yang baru bahwa kuasa yang lama masih tetap berlaku. - Contoh Surat Kuasa yang pernah diajukan di PTUN Semarang dalam perkara Nomor. 18G2009PTUN.SMG dengan perbaikan dari penulis selengkapnya di dalam Lampiran.

2. Masalah Gugatan di PTUN

- Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap badan atau Pejabat TUN dan diajukan ke Pengadilan untuk mendapat Putusan Pasal 1 angka 5 UU Peratun. Isi gugatan pada pokoknya berisi identitas para pihak beserta kuasanya, positafundamentum petendi duduk perkara dan petitum tuntutan. Oleh karena gugatan tidak termasuk dalam surat yang harus dikenakan bea materai Pasal 2 ayat 1 UU Bea Materai, maka gugatan tidak perlu dilekatkan materai 55 . 55 Tri Cahya Indra Permana, Analisis Terhadap Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai Ditinjau Dari Segi Politik Hukum, Varia Peradilan, Januari 2009, hlm 47 - Demi keseragaman, identitas In personprinsipal disebutkan terlebih dahulu, baru kemudian disebutkan kuasa hukumnya dan surat kuasanya. Untuk Penggugat dan kuasa hukumnya identitasnya sama dengan Penggugat prinsipal yaitu nama, kewarganegaraan, pekerjaan dan alamat. Sedangkan untuk Tergugat identitasnya cukup nama jabatan dan tempat kedudukan Pasal 56 UU Peratun. - Obyek gugatan di PTUN adalah Keputusan Tata Usaha Negara Pasal 1 angka 3 UU Peratun dan keputusan fiktif negatif yaitu berupa sikap diamtidak memberi jawaban atas suatu permohonan yang diajukan kepadanya padahal hal tersebut menjadi kewajibannya Pasal 3 UU Peratun dengan pengecualian sebagaimana diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 49 UU Peratun. - Tuntutan pokok dalam gugatan adalah agar keputusan TUN yang digugat dinyatakan batal atau tidak sah. Tuntutan tambahan berupa ganti rugi dan atau rehabilitasi, serta kewajiban Tergugat yang tidak bersedia melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap untuk dikenakan upaya paksa berupa pembayaran sejumlah uang paksa dwangsom, sanksi administratif dan diumumkan pada media massa cetak setempat. - Dasar atau alasan pengajuan gugatan adalah : KTUN yang digugat bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau bertentangan dengan AUPB. Harus disebutkan peraturan dan asas apa yang dilanggar oleh Tergugat. - Gugatan di daftar di Kepaniteraan PTUN setelah calon Penggugat membayar biaya panjar di Bank yang telah ditunjuk dan menunjukan bukti setornya di Kepaniteraan PTUN. - Gugatan di ajukan di PTUN dimana tempat kedudukan Tergugat Pasal 54 ayat 1 UU Peratun.

3. Proses Dismissal Berdasarkan Pasal 62 Undang-Undang Peratun