Pencabutan Gugatan Berdasarkan Pasal 76 Undang-Undang Peratun Eksepsi Berdasarkan Pasal 77 Undang-Undang Peratun

oleh salah satu Hakim di dalam Majelis apabila tidak sependapat dengan kedua Hakim yang lain perihal akan dikeluarkannya penetapan penundaan. Sebagai analogi dari putusan akhir, seharusnya Hakim yang berbeda pendapat juga diberi hak untuk menyampaikan pendapatnya dalam bentuk pendapat berbeda dissenting opinion, sehingga dengan demikian ada mekanisme kontrol sesama Hakim oleh Hakim Anggota atau Ketua Majelis Hakim terhadap dua orang Hakim yang lain, mengingat penetapan penundaan sangatlah rawan untuk diselewengkan oleh para Hakim. 8. Persidangan - Setelah gugatan Penggugat diperbaiki dan dianggap layak untuk disidangkan, maka Hakim menetapkan hari persidangan yang terbuka untuk umum dengan acara pembacaan gugatan Penggugat dan jawaban Tergugat apabila sudah siap. - Acara persidangan terdiri dari pembacaan gugatan, jawaban Tergugat, replik, duplik, pembuktian, kesimpulan dan Putusan. - Apabila suatu sengketa tidak dapat diperiksa pada satu hari persidangan, maka sidang diundur sampai sidang berikutnya yang harus diucapkan dalam persidangan sebelum sidang dinyatakan ditutup. Bagi pihak yang hadir, pemberitahuan pengunduran sidang dianggap sama dengan panggilan resmi pengadilan. Bagi pihak yang tidak hadir dipanggil dengan surat tercatat. Apabila dalam persidangan tersebut ada pihak yang tidak hadir, maka penundaan persidangan berikutnya tidak boleh kurang dari 6 enam hari.

9. Pencabutan Gugatan Berdasarkan Pasal 76 Undang-Undang Peratun

- Sebelum Tergugat mengajukan jawaban, Penggugat dapat sewaktu-waktu mencabut gugatannya. Permohonan pencabutan gugatan oleh Penggugat dapat dilakukan secara tertulis maupun secara lisan yang dicatat di dalam Berita Acara Persidangan. Apabila Tergugat sudah memberikan jawaban, maka pencabutan gugatan akan dikabulkan oleh Pengadilan hanya apabila disetujui Tergugat. Artinya apabila Tergugat tidak menyetujui permohonan pencabutan gugatan, maka Hakim harus melanjutkan pemeriksaan perkaranya. - Apabila telah dikeluarkan penetapan penundaan keputusan TUN yang digugat, maka di dalam penetapan pencabutan gugatan dicantumkan pencabutan penetapan penundaan pelaksanaan keputusan TUN obyek sengketa dan memerintahkan Panitera mencoret gugatan dari register perkara. - Permohonan pencabutan gugatan yang diajukan pada saat pemeriksaan persiapan, meskipun belum dilakukan sidang terbuka untuk umum, tetapi penetapan pencabutan gugatan tetap harus diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum.

10. Eksepsi Berdasarkan Pasal 77 Undang-Undang Peratun

- Ekesepsi pada pokoknya dapat dikelompokan menjadi 3 tiga hal yaitu eksepsi mengenai kewenangan absolut, kewenangan relatif dan eksepsi lain- lain. - Eksepsi tentang kewenangan absolut Pengadilan dapat diajukan setiap waktu selama pemeriksaan dan meskipun tidak ada eksepsi tentang kewenangan absolut pengadilan, apabila Hakim mengetahui hal itu, ia karena jabatannya wajib menyatakan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili sengketa yang bersangkutan. - Eksepsi tentang kewenangan relatif pengadilan diajukan sebelum disampaikan jawaban atas pokok sengketa dan eksepsi tersebut harus diputus sebelum pokok sengketa diperiksa. - Eksepsi lain-lain yang tidak mengenai kewenangan pengadilan hanya dapat diputus bersama pokok sengketa. Contoh eksepsi lain-lain misalnya Penggugat tidak punya kepentingan untuk mengajukan gugatan, gugatan Penggugat telah lewat waktu daluwarsa, gugatan Penggugat kurang pihak, gugatan Penggugat kabur obscuur libels dan lain-lain.

11. Intervensi Berdasarkan Pasal 83 Undang-Undang Peratun