Proses Dismissal Berdasarkan Pasal 62 Undang-Undang Peratun

- Demi keseragaman, identitas In personprinsipal disebutkan terlebih dahulu, baru kemudian disebutkan kuasa hukumnya dan surat kuasanya. Untuk Penggugat dan kuasa hukumnya identitasnya sama dengan Penggugat prinsipal yaitu nama, kewarganegaraan, pekerjaan dan alamat. Sedangkan untuk Tergugat identitasnya cukup nama jabatan dan tempat kedudukan Pasal 56 UU Peratun. - Obyek gugatan di PTUN adalah Keputusan Tata Usaha Negara Pasal 1 angka 3 UU Peratun dan keputusan fiktif negatif yaitu berupa sikap diamtidak memberi jawaban atas suatu permohonan yang diajukan kepadanya padahal hal tersebut menjadi kewajibannya Pasal 3 UU Peratun dengan pengecualian sebagaimana diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 49 UU Peratun. - Tuntutan pokok dalam gugatan adalah agar keputusan TUN yang digugat dinyatakan batal atau tidak sah. Tuntutan tambahan berupa ganti rugi dan atau rehabilitasi, serta kewajiban Tergugat yang tidak bersedia melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap untuk dikenakan upaya paksa berupa pembayaran sejumlah uang paksa dwangsom, sanksi administratif dan diumumkan pada media massa cetak setempat. - Dasar atau alasan pengajuan gugatan adalah : KTUN yang digugat bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau bertentangan dengan AUPB. Harus disebutkan peraturan dan asas apa yang dilanggar oleh Tergugat. - Gugatan di daftar di Kepaniteraan PTUN setelah calon Penggugat membayar biaya panjar di Bank yang telah ditunjuk dan menunjukan bukti setornya di Kepaniteraan PTUN. - Gugatan di ajukan di PTUN dimana tempat kedudukan Tergugat Pasal 54 ayat 1 UU Peratun.

3. Proses Dismissal Berdasarkan Pasal 62 Undang-Undang Peratun

- Proses dismissal merupakan proses penyaringan untuk menghindari asal gugat karena pemerintahan yang baik memerlukan kepastian hukum. Proses ini yang membedakan dengan beracara di lingkungan peradilan lainnya, sehingga perkara-perkara yang lolos proses dismissal diharapkan betul-betul perkara yang menjadi wewenang PTUN untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikannya. - Ketua PTUN memutuskan dengan suatu Penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan yang diajukan dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar sesuai yang ditentukan dalam Pasal 62 Undang- Undang Peratun dalam hal : a. Pokok gugatan nyata-nyata tidak termasuk dalam wewenang pengadilan; b. Syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 UU Peratun tidak terpenuhi oleh Penggugat meskipun ia telah diberitahu dan diperingatkan. c. Gugatan tersebut tidak didasarkan pada alasan yang layak. d. Apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi oleh keputusan TUN yang digugat. e. Gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat waktunya. - Terhadap penetapan Ketua PTUN tersebut dapat diajukan gugatan perlawanan dalam tenggang waktu 14 hari setelah diucapkan. Perkara perlawanan diperiksa oleh Majelis Hakim dengan acara singkat. Pemeriksaan dalam acara singkat memang tidak diatur didalam Undang-Undang Peratun, akan tetapi didalam praktek pemeriksaan dilakukan tidak dengan persidangan karena tidak sampai kepada materi gugatannya, akan tetapi hanya memeriksa apakah pertimbangan di dalam penetapan Ketua PTUN yang pada pokoknya menyatakan gugatan tidak lolos dismissal apakah sudah sesuai dengan Pasal 62 Undang-Undang Peratun ataukah tidak. Meskipun perkara perlawanan diperiksa dengan acara singkat, akan tetapi Putusan diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum. Dalam hal perlawanan tersebut dibenarkan oleh Pengadilan, maka penetapan Ketua PTUN gugur demi hukum dan pokok gugatan akan diperiksa dengan acara biasa. - Terhadap Putusan mengenai gugatan perlawanan, tidak dapat digunakan upaya hukum, yang artinya sudah berkekuatan hukum tetap.

4. Tenggang Waktu Pengajuan Gugatan berdasarkan Pasal 55 Undang- Undang Peratun