Teropong atau Teleskop

5. Teropong atau Teleskop

Untuk dapat melihat benda- benda yang agak jauh dan agar terlihat jelas, seperti

Gambar 54. Keker atau teropong prisma pemandangan gunung, laut kita dapat menggunakan

teropong, sedangkan untuk melihat benda-benda yang sangat jauh, seperti bintang, bulan kita menggunakan teleskop. Berbagai contoh teropong adalah teropong panggung, teropong bumi..

Teleskop atau alat untuk mengamati benda-benda yang jauh biasanya terdiri dari : - Sebuah lensa (+), sebagai lensa okuler , yaitu lensa yang dekat dengan mata. - Sebuah lensa (+), sebagai lensa obyektif, yaitu lensa yang menghadap obyek

Ciri teleskop jarak fokus obyektif > jarak fokus okuler .

f ob > f 0k

a. Teropong Bintang

Teropong bintang mempergunakan dua lensa cembung / positif yaitu : - lensa obyektif - lensa okuler

Benda yang diamati terletak jauh tak terhingga, sehingga bayangan jatuh pada fokus obyektif.

Titik fokus obyektif berimpit dengan titik fokus okuler. Jarak fokus obyektif lebih besar dari jarak fokus okuler.

• Mata tak berakomodasi

Bintang, sebagai benda terletak jauh tak terhingga s 0b = ~ bayangan dari lensa obyektif di f ob . Titik fokus okuler berimpit dengan fokus obyektif. Bayangan dari obyektif sebagi benda pada lensa okuler. Jadi s 1

ok =f ob dan s ob =f ob dan s ok =f ok serta s ok =~ Rumus perbesaran bayangan adalah sebagai berikut.

f ob M=

f ok

Panjang teleskop = jarak antara obyektif dan okuler d=s 1

0b + s 0k atau d = f 0b + f 0k

Perhatikan diagram berikut ini.

2f

F ob O f ob

ob

Gambar 55. Pembiasan cahaya pada teropong bintang dengan lensa mata tidak berakomodasi

Sifat bayangan akhir pada teropong bintang untuk mata tidak berakomodasi adalah:

 maya,  terbalik,  diperbesar,  di tak terhingga ∼

• Mata berakomodasi

Benda pada jarak jauh sekali s 0b = ~ , sehingga bayangan lensa obyektif terletak pada titik fokus obyektif sehingga s 0b = f 0b . Bayangan tersebut sebagai benda lensa okuler .

Jadi benda lensa okuler di ruang I lensa okuler. s 0k = di ruang I. Bayangan okuler di ruang IV lensa okuler atau s 1

0k = − PP

Rumus perbesaran bayangan adalah sebagai berikut.

f ob M=

s ok

Panjang teleskop = jarak antara obyektif dan okuler d=s 1

0b + s 0k atau d=f 0b + s 0k

Perhatikan diagram pembiasan cahaya berikut ini.

2f

F ob O f ob

ob

Gambar 56: Pembiasan cahaya pada teropong bintang untuk lensa mata berakomodasi

Sifat bayangan akhir pada teropong bintang untuk mata berakomodasi adalah:

 maya,  terbalik,  diperbesar,  di ruang IV okuler

b. Teropong Bumi

Prinsip dari teropong ini sama dengan teropong bintang, perbedaannya terletak pada bayangan terakhirnya (yaitu tegak). Untuk itu harus dipasang lensa pembalik. Oleh karena itu, teropong ini terdiri dari 3 buah lensa yaitu : -

lensa obyektif

: terdiri dari lensa positif

lensa cembung

: berfungsi sebagai lensa pembalik

(terletak antara lensa obyektif dan lensa okuler) -

lensa okuler :

terdiri dari lensa positif dan berfungsi sebagai lup

• Untuk mata tidak berakomodasi

Benda terletak di jauh tak terhingga jadi s 1 0b = ~ , bayangan dari lensa obyektif s 0b =f 0b

jatuh di titik fokus lensa obyektif dan berimpit dengan titik pusat kelengkungan lensa pembalik. Lensa pembalik berfungsi membalikkan sifat bayangan, menjadi tegak dengan perbesaran 1, sehingga Mp =1.

Teleskop dengan menggunakan Titik fokus okuler berimpit dengan titik pusat kelengkungan lensa pembalik. Bayangan Dua lensa cembung dari lensa pembalik tepat di titik fokus okuler. S 0k =f 0k

Bayangan akhir dari lensa okuler jatuh di jauh tak terhingga s 1 0b =~

Keadaan seperti tersebut diatas dinamakan pengamatan dengan mata tidak berakomodasi. Perhatikan diagram berikut ini.

f ob O f ob

ob

2f ok f O f ok

Gambar 57: Pembiasan cahaya pada teropong bumi dengan lensa mata tidak berakomodasi

Sifat bayangan akhir pada teropong bumi untuk mata tidak berakomodasi adalah:  maya,

 tegak,  diperbesar,  di tak terhingga ∼

Berlaku rumus :

1 Panjang teropong : 1 d = s

• Untuk mata berakomodasi

Bila s ok < f ok maka pengamatan dinamakan pengamatan mata berakomodasi

f ob Berlaku : M =

, d = f ob + 4 f p + S ok

S ok

Dengan catatan s 1 ok = PP = − 25 cm Perhatikan diagram berikut ini.

f ob O f ob

ob

2f f ok O

f ok

Sifat bayangan akhir pada teropong bumi untuk mata berakomodasi adalah:

Gambar 58: Pembiasan cahaya pada teropong bumi dengan lensa mata berakomodasi

 maya,  tegak,  diperbesar,  di ruang IV lensa okuler

Untuk menghindari panjang teropong bumi yang berlebihan diciptakan teropong prisma atau sering disebut keker.

Gambar 59. Pembiasan cahaya pada teropong prisma/keker

c. Teropong Panggung

Teropong panggung (Teropong Belanda = Teropong Tonil = Teropong Galilei) mempunyai lensa cembung/ positif (obyektif) dan lensa cekung/ negatif (okuler), lensa cekung digunakan agar bayangan yang terbentuk tegak. Teropong panggung dibuat sebagai pembaharuan dari teropong bumi (karena teropong bumi terlalu panjang).

• Mata tak berakomodasi

Pengamatan menggunakan teropong selalu dalam jangka waktu lama sehingga menggunakan mata tak berakomodasi.

Perhatikan diagram pembiasan cahaya pada teropong panggung sebagai berikut.

Rumus-rumusnya adalah sebagai berikut.

s oby = ∞

f ob

s ok = f ok

f ok

Jarak antara lensa obyektif dan lensa okuler

d = f ob + f ok

dengan f ok dimasukkan bertanda – (negatif) karena lensa cekung

• Mata berakomodasi

Benda pada jarak jauh sekali s 0b = ~ , sehingga bayangan lensa obyektif terletak pada fokus s 0b = f 0b . Bayangan tersebut sebagai benda lensa okuler . Jadi benda lensa okuler di ruang I atau s 0k = di ruang I okuler

s ' ok = − PP

s ' ob PP

× PP

Perbesarannya

s ok s ok M ok =

s ok