Kondisi Financial Distress
2. Kondisi Financial Distress
modal, hingga meminjam modal dari kreditor. Financial distress merupakan kondisi di mana
Sehingga keadaan terburuk seperti kebangkrutan adanya ketidakmampuan perusahaan untuk me-
dapat dihindari perusahaan. menuhi kewajiban lancarnya yang telah jatuh
Metode prediksi kebangkrutan adalah mo- tempo misalnya; utang usaha, utang pajak, utang
del yang digunakan untuk menilai kapan peru- bank jangka pendek. Brigham and Gapenski
sahaan akan bangkrut dengan menggabungkan (1997) membagi definisi financial distress men-
sekelompok rasio keuangan yang nantinya akan jadi beberapa tipe yaitu economic failure, busi-
memberikan gambaran mengenai kondisi keuang- ness failure, technical insolvency, insolvency in
an atau kinerja perusahaan. Salah satu faktor bankruptcy, dan legal bankruptcy.
yang menopang perusahaan agar tetap beroperasi Dapat dikatakan bahwa sepanjang perusa-
adalah faktor finansial atau kondisi keuangan haan memiliki arus kas yang lebih besar dari kewa-
perusahaan, sehingga banyak peneliti yang telah jiban utangnya maka perusahaan akan memiliki
mengembangkan model prediksi kebangkrutan. cukup dana untuk membayar krediturnya. Di sini
faktor yang menjadi kunci dalam mengidentifikasi apakah perusahaan berada dalam kondisi finan-
3. Model Prediksi Kesulitan Keuangan
cial distress adalah ketidakmampuan perusahaan
a. Model Altman
dalam memenuhi kewajibannya. Financial distress adalah kondisi di mana perusahaan mengalami
Altman (1968) menggunakan model step- laba bersih operasi (net operation income) negatif
wise multivariate discriminant analysis (MDA)
Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017
dalam penelitiannya. Seperti regresi logistik, tek- perusahaan yang tidak bangkrut pada tahun nik statistika ini juga biasa digunakan untuk
1982 sampai 1996. Grover (2001) dalam Prihan- membuat model di mana variabel dependennya
thini (2013) menghasilkan persamaan sebagai merupakan variabel kualitatif. Output dari teknik
berikut.
MDA adalah persamaan linear yang bisa membe- G-Score = 1,650X1 + 3,404X3 – 0,016ROA + dakan antara dua keadaan variabel dependen.
Kelima rasio yang digunakan altman dima-
Keterangan:
sukkan ke dalam analisis MDA dan menghasilkan X1 = Working capital/total assets model sebagai berikut.
X3 = Earnings before interest and taxes/total
assets Z = 1.2X 1 + 1.4X 2 + 3.3X 3 + 0.6X 4 + 1.0X 5 ROA = net income/total assets
Di mana:
X 1 = working capital/total assets Model Grover mengategorikan perusahaan
X 2 = retained earning/total assets dalam keadaan bangkrut dengan skor kurang
X 3 = EBIT/total assets atau sama dengan -0,02 (G ≤ -0,02) sedangkan
X 4 = Market value of equity/total liabilities nilai untuk perusahaan yang dikategorikan dalam
X 5 = Sales/total assets keadaan tidak bangkrut adalah lebih atau sama
Keterangan: dengan 0,01 (G 0,01). Perusahaan dengan Working Capital
= Current Assets –
skor di antara batas atas dan batas bawah
Current Liabilities
berada pada grey area.
Market Value of Equity = Shares Outstanding x
Current Share Price
c. Model Springate
Altman menggunakan nilai cut-off 2,675 dan 1,81. Artinya jika nilai Z yang diperoleh
Model ini dikembangkan pada tahun 1978 lebih dari 2,675, perusahaan diprediksi tidak
oleh Gorgon L.V. Springate. Model springate mengalami financial distress di masa depan. Per-
adalah model rasio yang menggunakan multiple usahaan yang nilai Z-nya berada di antara 1,81
discriminate analysis atau MDA untuk memilih dan 2,675 berarti perusahaan itu berada dalam
4 rasio dari 19 rasio keuangan yang populer grey area, yaitu perusahaan mengalami masalah
dalam literatur-literatur, yang mampu membeda- dalam keuangannya.
kan secara terbaik antara sound business yang pailit dan tidak pailit. Model springate adalah
sebagai berikut.
b. Model G-Score Grover
S = 1,03X 1 + 3,07X 2 + 0.66X 3 + 0,4X 4 Model grover merupakan model yang dicip-
Z < 0.862; perusahaan diklasifikasikan “gagal (fi- nancial failure)”
takan dengan melakukan pendesainan dan peni- laian ulang terhadap model altman Z-score.
Di mana:
X = Rasio modal kerja terhadap total aset. Jeffrey S. Grover menggunakan sampel sesuai
X 2 = Rasio pendapatan sebelum bunga dan pajak dengan model altman Z-score pada tahun 1968
terhadap total aset.
dengan menambahkan 13 rasio keuangan baru.
X 3 = Rasio pendapatan sebelum pajak terhadap Sampel yang digunakan sebanyak 70 perusahaan
total utang lancar.
dengan 35 perusahaan yang bangkrut dan 35
X 4 = Rasio penjualan terhadap total aset.
Niken Savitri Primasari, Analisis Altman Z-Score, Grover Score, Springate, dan Zmijewski sebagai Signaling Financial Distress
Jika nilai S-score > 0,862 maka perusahaan model altman dapat diimplementasikan dalam diprediksi sebagai perusahaan yang berpotensi
memprediksi terjadinya kesulitan keuangan pada sehat (tidak berpotensi bangkrut). Sedangkan
perusahaan dan juga merupakan model prediksi jika nilai S-score < 0,862 maka perusahaan
terbaik.
diprediksi sebagai perusahaan yang berpotensi
H 1 : Model altman dapat memprediksi kondisi mengalami kebangkrutan.
financial distress perusahaan sektor industri barang konsumsi di Indonesia
d. Zmijewski (1984)
b. Hipotesis Model Grover
Perluasan studi dalam prediksi kebangkrut- Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
an dilakukan oleh Zmijewski (1983) yang me- Ni Made E.D.P. dan Maria M.R.S. (2013) yang
nambah validitas rasio keuangan sebagai alat menyatakan bahwa model grover merupakan
deteksi kegagalan keuangan perusahaan. Model model prediksi yang paling sesuai diterapkan
yang berhasil dikembangkan yaitu: pada perusahaan food and beverage yang terdaf-
X = -4,3 – 4,5X 1 + 5,7 X 2 – 0,004X 3 tar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
H 2 : Model springate dapat memprediksi kondisi Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-
financial distress perusahaan sektor industri rasio keuangan yang terdapat pada model zmi-
barang konsumsi di Indonesia jewski sebagai berikut.
X 1 = (return on asset)
c. Hipotesis Model Springate
X 2 = (debt ratio)
X 3 = (current ratio) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rifqi (2009) yang menyatakan bah-
Zmijewski (1984) menyatakan bahwa per- wa model asli yang paling baik adalah model
usahaan dianggap distress jika probabilitasnya springate dibandingkan model altman, ohlson,
lebih besar dari 0. Dengan kata lain, nilai X-nya
dan zmijewski.
adalah 0.
H 3 : Model springate dapat memprediksi kondisi Maka dari itu, nilai cut-off yang berlaku
financial distress perusahaan sektor industri dalam model ini adalah 0. Hal ini berarti, per-
barang konsumsi di Indonesia usahaan yang nilai X-nya lebih besar dari atau sama dengan 0 diprediksi akan mengalami fi- nancial distress di masa depan. Sebaliknya,
d. Hipotesis Model Zmijewski
perusahaan yang nilai X-nya kecil dari 0 dipre- Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh diksi tidak akan mengalami financial distress.
Rismawaty (2012) yang menyatakan model zmijewski adalah model yang paling sesuai dite- rapkan untuk perusahaan di Indonesia karena
4. Pengembangan Hipotesis
tingkat keakuratannya paling tinggi dibandingkan
a. Hipotesis Model Altman
model prediksi lainnya.
H 4 : Model zmijewski dapat memprediksi kon- Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
disi financial distress perusahaan sektor in- Rahmi Fadhilla (2010) yang menyatakan bahwa
dustri barang konsumsi di Indonesia
Accounting and Management Journal, Vol. 1, No. 1, July 2017
Tabel 3.1 Data EPS dan Average EPS Industri yang Tercatat pada BEI Periode Tahun 2011–2016
EPS Industri
1 Agriculture 191 197 83 151 -9 102 119,17 2 Mining
395 263 110 97 48 43 159,33 3 Basic Industry & Chemicals
245 219 91 130 52 116 142,17 4 Miscellaneous Industry
863 -279 47 118 24 18 131,83 5 Consumer Goods Industry
6 Property, Real Estate & 56 74 111 117 111 109 96,33 Building Construction 7 Infrastructure, Utilities &
23 70 44 64 72,17 Transportations 8 Finance
111 175 132 114 99 101 122,00 9 Trade, Service, & Investment
96 167 132 172 144 73 130,67 Sumber: IDX Fact Book 2011–2016
e. Hipotesis Perbandingan Semua Model Pre-
Pemilihan objek penelitian didasarkan pada
diksi Financial Distress
industri penghasil barang-barang konsumsi ter- Pengujian kandungan informasi untuk me-
catat dari tahun 2012–2015. Industri ini sebenar- ngetahui apakah ada perbedaan secara statistik
nya merupakan sektor industri dengan tingkat antar-model dan menemukan model prediksi
average EPS tertinggi selama tahun 2011–2016, terbaik dalam memprediksi tingkat kesulitan
namun tercatat hanya 1 perusahaan di sektor keuangan perusahaan.
ini yang melakukan pembayaran dividen.
H 5 : Terdapat satu model dengan tingkat akurasi tertinggi dalam memprediksi kondisi finan- cial distress perusahaan sektor industri ba-
2. Populasi dan Sampel
rang konsumsi di Indonesia. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusa-
haan tercatat dalam industri penghasil barang-
C. METODE PENELITIAN
barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Model pengambilan sampel yang diterapkan dalam pene-