Konsep Pendidikan Karakter

1. Arti Penting Pendidikan Karakter di LPTK

B agaimana pendidikan karekter tersebut dilaksanakan tentunya itu harus terintegralisasi terhadap semua mata pelajaran yang ada,karena pendidikan karakter tidak pada tataran kognitif tetapi harus masuk pada wilayah sikap dan perilaku/tindakan. Sehingga semua guru memiliki tanggung jawab yang sama dalam upaya membangun karakter siswa. Sangat tidak relevan apabila B agaimana pendidikan karekter tersebut dilaksanakan tentunya itu harus terintegralisasi terhadap semua mata pelajaran yang ada,karena pendidikan karakter tidak pada tataran kognitif tetapi harus masuk pada wilayah sikap dan perilaku/tindakan. Sehingga semua guru memiliki tanggung jawab yang sama dalam upaya membangun karakter siswa. Sangat tidak relevan apabila

2. Kunci Sukses Pendidikan Karakter

a. Dari Knowing Menuju Doing

P ada bagian terdahulu telah disebutkan bahwa pendidikan karakter bergerak dari knowing menuju doing atau acting. William Kilpatrick menyebutkan salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang berlaku baik meskipun ia telah memiliki pengetahuan tentang kebaikan itu (moral knowing) adalah karena ia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan (moral doing). Berangkat dari pemikiran ini maka kesuksesan pendidikan karakter sangat bergantung pada ada tidaknya knowing, loving, dan doing atau acting P ada bagian terdahulu telah disebutkan bahwa pendidikan karakter bergerak dari knowing menuju doing atau acting. William Kilpatrick menyebutkan salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang berlaku baik meskipun ia telah memiliki pengetahuan tentang kebaikan itu (moral knowing) adalah karena ia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan (moral doing). Berangkat dari pemikiran ini maka kesuksesan pendidikan karakter sangat bergantung pada ada tidaknya knowing, loving, dan doing atau acting

enam unsur, yaitu kesadaran moral (moral awareness), yaitu kesediaan seseorang untuk menerima secara cerdas sesuatu yang seharusnya dilakukan. pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), yaitu mencakup pemahaman mengneai macam-macam nilai moral seperti menghormati hak hidup, kebebasan, tanggung jawab, kejujuran, keadilan, tenggang rasa, kesopanan dan kedisiplinan. penentuan sudut pandang (perspective taking), yaitu kemampuan menggunakan cara pandang orang lain dalam melihat sesuatu. logika moral (moral reasoning), adalah kemampuan individu untuk mencari jawaban atas pertanyaan mengapa sesuatu dikatakan baik atau buruk. keberanian mengambil menentukan sikap (decision making), yaitu kemampuan individu untuk memilih alternatif yang paling baik dari sekian banyak pilihan. dan pengenalan diri (self knowledge), yaitu kemampan individu untuk menilai diri sendiri. Keenam unsur adalah komponen-komponen yang harus diajarkan untuk mengisi ranah kognitif mereka.

Selanjutnya Moral Loving atau Moral Feeling merupakan penguatan aspek emosi siswa untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk- bentuk sikap yang harus dirasakan oleh siswa, yaitu kesadaran akan jati diri, percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility).

Kata hati memiliki dua sisi yaitu mengetahui apa yang baik, dan rasa wajib untuk mengerjakan yang baik itu. Penghargaan diri adalah penilaian serta penghargaan terhadap diri kita sendiri. Empati adalah penempatan diri kita pada posisi orang lain yang merupakan aspek emosional dari “prespective taking”. Cinta kebaikan merupakan unsur karakter yang Kata hati memiliki dua sisi yaitu mengetahui apa yang baik, dan rasa wajib untuk mengerjakan yang baik itu. Penghargaan diri adalah penilaian serta penghargaan terhadap diri kita sendiri. Empati adalah penempatan diri kita pada posisi orang lain yang merupakan aspek emosional dari “prespective taking”. Cinta kebaikan merupakan unsur karakter yang

Setelah dua aspek tadi terwujud, maka Perilaku moral (Moral Acting) sebagai outcome akan dengan mudah muncul baik berupa competence, will, maupun habits.

Perilaku moral adalah hasil nyata dari penerapan pengetahuan dan perasaan moral. Orang yang memiliki kualitas kecerdasan dan perasaan moral yang baik akan kecenderungan menunjukkan perilaku moral yang baik pula. Kemampuan moral adalah kebiasaan untuk mewujudkan pengetahuan dan perasaan moral dalam bentuk perilaku nyata. Kemauan moral adalah mobilisasi energi atau daya dan tenaga untuk dapat melahirkan tindakan atau erilaku moral. Sedangkan kebiasaan moral adalah pengulangan secara sadar perwujudan pengetahuan dan perasaan moral dalam bentuk perlaku moral yang terus menerus.

Interelasi antara moral knowing, moral feeling dan moral doing, digambarkan oleh Lickona sebagai berikut:

Moral Knowing : Moral Feeling:

1. Moral awarness 1. Conscience 2. Knowing moral values

2. Self-esteem 3. Perspective-taking

3. Emphaty 4. Moral reasoning

4. Loving the 5. Decision-making

good 6. Self-knowledge

5. Self-control 6. Humanity

Moral Action:

1. Competence 2. Will 3. Habit

lickona, 1992:

Namun, merujuk kepada tesis Ratna Megawangi bahwa karakter adalah tabiat yang langsung disetir dari otak, maka ketiga tahapan tadi perlu disuguhkan kepada siswa melalui cara-cara yang logis, rasional dan demokratis. Sehingga perilaku yang muncul benar-benar sebuah karakter bukan topeng. Berkaitan dengan hal ini, perkembangan pendidikan karakter di Amerika Serikat telah sampai pada ikhtiar ini. Dalam sebuah situs nasional karakter pendidikan di Amerika bahkan disiapkan lesson plan untuk tiap bentuk karakter yang telah dirumuskan dari mulai sekolah dasar sampai sekolah menengah.

b. Identiikasi Karakter

P endidikan karakter tanpa identiikasi karakter hanya

akan menjadi sebuah perjalanan tanpa akhir, petualangan tanpa peta. Organisasi manapun di dunia ini yang menaruh perhatian besar terhadap pendidikan karakter selalu – dan seharusnya- mampu mengidentiikasi karakter-karakter dasar yang akan menjadi pilar perilaku individu. Indonesia Heritage Foundation merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut adalah; 1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, 2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri, 3) jujur, 4) hormat dan santun, 5) kasih sayang, peduli, dan kerja sama,

6) percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah,

7) keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan 9) toleransi, cinta damai dan persatuan Sementara Character Counts di Amerika mengidentikasikan

bahwa karakter-karakter yang menjadi pilar adalah; 1) dapat dipercaya (trustworthiness), 2) rasa hormat dan perhatian (respect), 3) tanggung jawab (responsibility),

4) jujur (fairness), 5) peduli (caring), 6) kewarganegaraan (citizenship), 7) ketulusan (honesty), berani (courage),

9) tekun (diligence) dan 10) integritas

Kemudian Ari Ginanjar Agustian dengan teori ESQ menyodorkan pemikiran bahwa setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk kepada sifat-sifat mulia Allah, yaitu al-Asmâ al-Husnâ. Sifat-sifat dan nama-nama mulia Tuhan inilah sumber inspirasi setiap karakter positif yang dirumuskan oleh siapapun. Dari sekian banyak karakter yang bisa diteladani dari nama-nama Allah itu, Ari merangkumnya dalam 7 karakter dasar, yaitu jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, dan kerja sama.

Begitu pula Covey menawarkan 8 kebiasaan dalam mengambangkan karakter, yakni: habit-1, Vision atau bersikap proaktif (principles of personal), habit-2, memulai dengan akhir dalam pikiran (principles of personal Leadershif), habit-3, mendahulukan yang Utama (Principles of Personal Management), habit-4, berpikir menang- menang (principles of interpersonal Leadership), habit-5, berusaha mengerti terlebih dahulu (Pathos) sebelum dimengerti (logos), (Principles of Emphathetic Communication), habit-7, kebiasaa pembauran diri (Principles of Balanced Self-Renewal), Habit-8, Menggali dan menemukan potensi diri serta memberikan inspirasi kepada orang lain untuk menemukan potensinya.

Begitu pula dengan pendidikan karakter yang dilakukan oleh Universitas Negeri Jakarta mengidentiikasi karakter

yang akan di bangun dalam civitas akademika berupa 7 Kebiasaan, yaitu: 1) Kejujuran (fairness) ; 2) terbuka; 3) Disiplin; 4) Komitmen; 5) tanggung Jawab (responsibility); 6) Menghargai/menghormati; 7) Berbagi (caring)

Pembiasaan pertama, adalah kejujuran. Kejujuran adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan sesuatu yang benar itu adalah benar dan yang salah itu adalah salah. Kejujuran merupakan barang yang sangat mahal harganya dewasa ini pada bangsa kita, karena apabila kita melihat kondisi bangsa ini, konsep kejujuran ini seolah sirna, kita bisa melihat bagaimana tindakan para koruptor dari pemerintahan Pembiasaan pertama, adalah kejujuran. Kejujuran adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan sesuatu yang benar itu adalah benar dan yang salah itu adalah salah. Kejujuran merupakan barang yang sangat mahal harganya dewasa ini pada bangsa kita, karena apabila kita melihat kondisi bangsa ini, konsep kejujuran ini seolah sirna, kita bisa melihat bagaimana tindakan para koruptor dari pemerintahan

Pembiasaan kedua, yaitu terbuka. Keterbukaan adalah karakter di mana seseorang terbuka, transparan dan tidak menutup-nutipi sesuatu untuk kepentingan tertentu. Adapun perwujudannya adalah dapat dengan pribadi yang bersikap adil, bersih, memiliki wawasan luas, serta terbuka terhadap perubahan dan masukan.

Pembiasaan ketiga adalah disiplin. Disiplin adalah sikap diri untuk selalu tepat waktu dan selalu mentaati aturan dengan kesadaran yang tinggi dan tanggung jawab.

Pembiasaan keempat adalah komitmen. Komitmen dalam bahasa sederhananya adalah memenuhi janji sesuai dengan hati nurani yang luhur. Orang yang mempu berkomitmen adalah orang yang dapat dipercaya, karena dirinya sudah memperlihatkan tanggung jawab, jujur dan dapat diandalkan.

Pembiasaan kelima adalah tanggung jawab (responsibility). Adalah kemampuan merespon atau ”ability to respon”, artinya memberikan perhatian kepada orang lain, dan memperhatikan kebutuhannya. Berbekal dengan kejujuran dan sikap terbuka, seseorang akan berani mengambil resiko dari setiap kata dan perbuatannya. Ia berani melakukan apa saja dengan penuh rasa tanggung jawab. Perwujudannya adalah pribadi yang tampil dalam sikap berani, (bukan nekat atau pengecut), tegar, sabar, dan bersih diri.

Pembiasaan keenam adalah menghargai atau Pembiasaan keenam adalah menghargai atau

Dan pembiasaan ketujuh adalah Berbagi (share), di dasari oleh empati yang tinggi maka sikap berbagi adalah suatu sikap seseorang yang selalu mau berbagi dalam hal apasaja terhadap orang lain yang membutuhkan.

3. Sebelas Prinsip Pendidikan Karakter

C haracter Education Quality Standards merekomendasikan

11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, sebagai berikut

1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter

2. Mengidentiikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku

3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter

4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian

5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik

6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses

7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para siswa

8. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang sama

9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter

10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter

11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa