Teori Pemrosesan-Informasi Teori pemrosesan-informasi (information processing theory)
3. Teori Pemrosesan-Informasi Teori pemrosesan-informasi (information processing theory)
Menekankan bahwa individu memanipulasi, memonitor, dan menyusun strategi terhadap informasi-informasi yang ditemui. Dalam teori ini proses memori dan berpikir menjadi tema sentral. Menurut teori ini, secara bertahap remaja mengembangkan kapasitas yang lebih besar untuk memproses informasi, di mana hal ini memungkinkan mereka untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang kompleks (Feldman, 2003; Munakata, 2006; Siegler, 2001, 2006; Siegler & Alibali, 2005). Tidak seperti teori perkembangan kognitif Piaget, teori pemrosesan informasi tidak mendeskripsikan perkembangan dalam tahapan-tahapan.
Meskipun terdapat banyak faktor yang merangsang pertumbuhan teori pemrosesan informasi ini. tidak ada yang lebih penting dibandingkan kemajuan di dalam dunia komputer, yang mendemonstrasikan bahwa sebuah mesin dapat melakukan operasi logis. Para psikolog mulai bertanya-tanya apakah operasi logis yang dilakukan oleh komputer dapat memberikan informasi tentang cara kerja pikiran manusia. Untuk menjelaskan hubungan antara kognisi atau pikiran dengan otak, mereka membuat analogi antara komputer dan otak, membandingkan otak manusia dengan perangkat keras komputer dan antara kognisi dengan perangkat lunak komputer. Meskipun perangkat keras dan perangkat lunak bukanlah analogi yang sempurna untuk otak dan aktivitas kognitif, perbandingan semacam itu berkontribusi bagi gagasan kita mengenai pikiran sebagai sebuah sistem pemrosesan informasi.
Robert Siegler (1998), seorang ahli terkemuka di bidang pemrosesan- informasi, menyatakan bahwa kegiatan berpikir merupakan suatu bentuk pemrosesan-informasi. Menurut Siegler, ketika individu menangkap, menuliskan sandi (encoding), menampilkan, menyimpan, dan mengeluarkan kembali informasi, mereka sebenarnya sedang berpikir. Siegler menekankan bahwa aspek penting dan perkembangan adalah mempelajari strategi-strategi yang baik untuk memproses informasi. Sebagai contoh, menjadi pembaca yang lebih baik itu meliputi belajar memonitor tema-tema penting dan materi-materi yang dibaca.
Evaluasi Terhadap Teori-Teori Kognitif . Kontribusi dari teori-teori kognitif meliputi sebagai berikut:
• Teori-teori kognitif menyajikan suatu pandangan yang positif mengenai perkembangan, menekankan pada pemikiran yang disadari.
• Teori-teori kognitif (khususnya teori Piaget dan Vygotsky) menekankan pada usaha aktif individu untuk menyusun pemahamannya.
28 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015
• Teori Piaget dan Vygotsky menekankan pentingnya kajian terhadap perubahan perkembangan dalam pemikiran.
• Teori pemrosesan-informasi sering kali menawarkan deskripsi yang terperinci mengenai proses-proses kognitif.
Kritik-kritik yang dilontarkan terhadap teori-teori kognitif adalah sebagai berikut: • Perkembangan kognitif tidak berlangsung dalam tahapan-tahapan seperti dikemukakan dalam teori Piaget. • Teori-teori kognitif tidak memberi perhatian yang memadai terhadap variasi individual dalam perkembangan kognitif. • Teori pemrosesan-informasi tidak menyediakan deskripsi yang memadai mengenai perubahan perkembangan dalam kognisi. • Para ahli teori psikoanalisis ‘menyatakan bahwa teori-teori kognitif
kurang memberi perhatian pada pemikiran yang tidak disadari.
Gambar 2.4. Jaringan Laba-laba dari Memori
Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015
Teori-teori Perilaku dan Kognitif Sosial
Hubungan Tom yang berusia 17 tahun, dengan Ann yang berusia 16 tahun, mulai berlangsung stabil. Mereka berdua memiliki kepribadian yang hangat, ramah, dan mereka menikmati kebersamaan itu. Para ahli teori psikoanalisis akan menyatakan bahwa kepribadian mereka yang hangat dan ramah itu dipengaruhi oleh relasi dengan orang tua yang telah berlangsung lama, khususnya di tahun-tahun awal kehidupan. Para ahli teori ini juga menyatakan bahwa penyebab ketertarikan di antara pasangan itu bersifat tidak disadari; mereka tidak menyadari bagaimana warisan biologis dan pengalaman hidup di masa awal dapat mempengaruhi perilaku remaja mereka.
Para behavioris dan ahli teori sosial kognitif akan mengobservasi Tom dan Ann serta menjumpai sesuatu yang sangat berbeda di antara mereka. Para ahli teori ini akan menelaah pengalaman Tom dan Ann, khususnya pengalaman terakhir, agar dapat memahami ketertarikan mereka satu sama lain. Tom akan mendeskripsikan perilaku Ann sebagai hal yang menyenangkan, demikian sebaliknya. Mereka tidak menggunakan pikiran-pikiran yang tidak disadari, Oedipus kompleks, tahap-tahap perkembangan, ataupun mekanisme pertahanan, sebagai referensi. Teori - teori perilaku dan sosial kognitif menekankan peranan pengalaman lingkungan dan perilaku yang teramati dalam memahami perkembangan remaja. Para ahli teori sosial kognitif juga menekankan faktor-faktor pribadi/kognitif dalam perkembangan.