Perkembangan dan Peserta dan Didik

TIM PENYUSUN

KETUA : Dra. Kemali Syarif, M.Pd ANGGOTA

: Dr. Nasrun, MS

Dra. Nurarjani, M.Pd Dra. Pasteria Sembiring, M.Pd Dra. Nurmaniah, M.Pd

iii

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Copyright©2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip, menscan atau memperbanyak dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis

dari penulis/Penerbit

Penulis Naskah :

Ketua : Dra. Kemali Syarif, M.Pd

Anggota:

Dr. Nasrun, MS Dra. Nurarjani, M.Pd Dra. Pasteria Sembiring, M.Pd Dra. Nurmaniah, M.Pd

Desain Sampul : Tim Kreatif UNIMED PRESS

Penerbit UNIMED PRESS Gedung Lembaga Penelitian Lantai 1 Jl. Willem Iskandar Psr V, Medan

Contact person : Ramadhan 081265742097 www.unimed.ac.id

Cetakan pertama : Juli 2013 Cetakan Kedua : Juli 2014 Cetakan Ketiga : Juli 2015

Cetakan Keempat : Juli 2016 Cetakan Kelima : Juli 2017

xii , 191 halaman; 18 x 25 cm ISBN : 978-602-7938-39-7

Diterbitkan :

Penerbit Unimed Press. Universitas Negeri Medan,

Jl. Willem Iskandar Pasar V Medan Estate 20222 Email: unimedpress13@gmail.com

Contact person : 082162161208

iv

PRAKATA

Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik merupakan salah satu mata kuliah dari kelompok mata kuliah Perilaku Berkarya (MPB) dengan bobot 2 sks. MPB adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai. Inti utama yang akan dikembangkan dalam mata kuliah ini adalah sikap profesional guru sebagai tenaga kependidikan.

Keberhasilan siswa dalam belajar merupakan harapan dan tanggung jawab guru. Untuk dapat melaksanakan tugas dengan sebaik – baiknya dan mewujudkan harapan tersebut guru perlu memahami siswanya sebagai manusia seutuhnya agar dapat memberikan layanan secara profesional kepada siswanya.

Mata kuliah ini membahas tentang hakikat perkembangan, teori-teori perkembamngan, perkembangan remaja, tugas – tugas perkembangan remaja, kebutuhan dan perbedaan kebutuhan remaja, perkembangan konsep diri, penyesuaian diri dan factor-faktor yang mempengaruhinya , masalah yang timbul pada remaja, dan implikasi perkembangan remaja sekolah menengah terhadap penyelenggaraan pendidikan

Dengan menguasai materi perkembangan peserta didik, kemampuan profesional mahasiswa sebagai calon guru akan meningkat; agar dapat digunakan kelak setelah bertugas untuk mengembangkan potensi peserta didik semaksimal mungkin.

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi :

1. mampu mendeskripsikan hakekat perkembangan dan karateristik individu berdasarkan tahap perkembangannya.

2. mampu mendeskripsikan teori-teori perkembangan.

3. mampu mendeskripsikan tugas-tugas perkembangan remaja

4. mampu mengidentifikasi kebutuhan dan perbedaan individual remaja usia sekolah menengah

5. mampu mendeskripsikan perkembangan konsep diri remaja

6. mampu mendeskripsikan penyesuaian diri remaja dan faktor – faktor yang mempengaruhinya

7. mampu menganalisis masalah - masalah yang timbul pada remaja usia sekolah menengah.

8. mampu mendeskripsikan implikasi perkembangan remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan

ix

Untuk mencapai kompetensi tersebut, materi yang disajikan dalam mata kuliah ini disusun dalam tujuh Bab sebagai berikut : BAB I.

Hakekat Perkembangan Karakteristik Individu Berdasarkan Tahap Perkembangannya

BAB II. Teori-teori Perkembangan BAB III. Perkembangan Remaja BAB IV. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja BAB V.

Kebutuhan dan Perbedaan Kebutuhan Remaja BAB VI. Perkembangan Konsep Diri Remaja BAB VII. Penyesuaian Diri dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya BAB VIII. Masalah yang Timbul Pada Remaja usia sekolah Menengah. BAB IX. Implikasi Perkembangan Remaja Sekolah Menengah Terhadap

Penyelenggaraan Pendidikan

Untuk membantu menguasai materi kuliah ini, pelajarilah buku ini dengan seksama dan kepada anda juga dianjurkan untuk mempelajari buku sumber yang menjadi rujukan dalam penyusunan materi perkuliahan ini. Pelajari materi perkuliahan sebelum perkuliahan berlansung dan buatlah pertanyaan untuk hal- hal yang kurang anda mengerti. Andapun perlu mengerjakan semua tugas dan latihan yang terdapat dalam setiap bab dan dibagian akhir dari buku ini.

Buku yang dicetak tahun 2015 ini telah direvisi berdasarkan masukan yang diberikan oleh tim pemgajar mata kuliah di tahun 2013-2014. Bab II tentang Teri_Teori Perkembangan merupakan bahan tambahan dari materi sebelumnya atas usul dari pengguna buku ini. Keterbatasan waktu penulis, materi pada bab II ini seluruhnya diambil dari buku Remaja jilid I edisi II yang ditulis oleh Santrock. Pada Bab III juga ada tambahan materi tentang perkembangan intelektual/ kognitif yang juga diambil dari buku yang sama (Santrock). Disamping itu ada tambahan materi untuk BAB IV tentang Konsep Diri yaitu Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri dan BAB VIII tentang Permasalahan Remaja yaitu masalah Tawuran.

Penyusun mengucapkan terimakasih atas semua kritik dan saran yang diberikan oleh pengguna buku ini. Penyusun tetap mengharapkan kritik dan saran untuk peyempurnaan buku ini selanjutnya.

Wassalam

Medan, Juli 2015

Tim Penyusun

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah bahan ajar Perkembangan Peserta Didik telah selesai disusun. Dengan adanya buku pembelajaran maka program pembelajaran akan menjadi lebih terfokus. Dalam penyusunan buku ini penyusun mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih.

Bahan ajar ini tentu saja disusun dari berbagai sumber dan secara jujur penyusun mengakui bahwa terdapat sejumlah konsep yang dikutip dan sebagian materi merupakan kompilasi dari beberapa refrensi yang terdapat pada daftar pustaka. Tambahan materi dari tahun sebelumnya, yaitu tentang Teori Perkembangan pada Bab II merupakan materi yang ditulis Santrock pada bukunya Remaja Edisi 11 jilid 1. Demikian juga tambahan materi pada Bab III tentang Perkembangan Intelektual/ Kognitif juga diambil dari buku yang sama. Disamping itu ada tambahan materi untuk BAB IV tentang Konsep Diri yaitu Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri dan BAB VIII tentang Permasalahan Remaja yaitu masalah Tawuran.

Penyusun menyadari bahwa buku ini belum sempurna, untuk itu kritik dan saran untuk penyempurnaannya sangat diharapkan dari pembaca terutama dari tim pengajar mata kuliah Peserta Didik.

Wassalam Medan, Juli 2015

Penyusun

xi

BAB I HAKEKAT PERKEMBANGAN

I. Tujuan Umum Pembelajaran

Mahasiswa mampu mendeskripsikan arti perkembangan, ciri- cirinya, prinsip dan fase perkembangan serta karakteristik individu berdasarkan perkembangannya.

II. Tujuan Khusus Pembelajaran

Mahasiswa mampu

1. menjelaskan pengertian perkembangan dan ciri-ciri perkembangan.

2. menjelaskan prinsip-prinsip perkembangan

3. menjelaskan fase- fase perkembangan.

4. menjelaskan kriteria pentahapan perkembangan individu.

III. Materi Pembelajaran

Pengertian Dan Ciri - Ciri Perkembangan

Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan-perubahan progressif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Vandale (dalam Hurlock (1980) menyebutkan bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan proses yang kompleks. Selanjutnya Warmer (dalam Moks, Haditono, 2006) menyatakan bahwa perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.

Perkembanga n dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati” (The berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik

menyangkut fisik /jasmaniah maupun psikis/ rohaniah (Syamsu Yusuf.LN , 2011)

Yang dimaksud dengan sistematis, progresif, dan berkesinambungan itu adalah sebagai berikut.

1. Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisme (fisik dan psikis) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contoh prinsip ini, seperti kemampuan berjalan anak seiring dengan

Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

2. Progresif berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, dan mendalam (meluas) baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis). Contohnya, seperti terjadinya perubahan proporsi dan ukuran fisik anak (dari pendek menjadi tinggi dan dari kecil menjadi besar); dan perubahan pengetahuan dan kemampuan anak dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks.

3. Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau loncat-loncat. Contohnya, untuk dapat berdiri, seorang anak harus menguasai tahapan perkembangan sebelumnya, yaitu kemampuan duduk dan merangkak.

Perkembangan itu secara umum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

1. Terjadinya perubahan dalam (a) aspek fisik: perubahan tinggi dan berat badan serta organ-organ tubuh lainnya, (b) aspek psikis: semakin bertambahnya perbendaharaan kata dan matangnya kemampuan berpikir, mengingat, serta menggunakan imajinasi kreatifnya.

2. Terjadinya perubahan dalam proporsi; (a) aspek fisik: proporsi tubuh anak berubah sesuai dengan fase perkembangannya dan pada usia remaja proporsi tubuh anak mendekati proporsi tubuh usia remaja, (b) aspek psikis: perubahan imajinasi dan yang fantasi ke realitas; dan perubahan perhatiannya dari yang tertuju kepada dirinya sendiri perlahan-lahan beralih kepada orang lain (kelompok teman sebaya).

3. Lenyapnya tanda-tanda yang lama; (a) tanda-tanda fisik: lenyapnya kelenjar Thymus (kelenjar kanak-kanak) yang terletak pada bagian dada, kelenjar Pineal pada bagian bawah otak, rambut-rambut halus dan gigi susu, (b) tanda-tanda psikis: lenyapnya masa mengoceh (meraban), bentuk gerak- gerik kanak-kanak (seperti merangkak) dan perilaku impulsif (dorongan untuk banertl indak sebelum berpikir).

4. Diperolehnya tanda-tanda yang baru; (a) tanda-tanda fisik: pergantian gigi dan karakteristik seks pada usia remaja, baik primer (menstruasi pada anak wanita, dan mimpi “basah” pada anak pria), maupun sekunder (perubahan pada anggota tubuh : pinggul dan buah dada pada wanita; kumis, jakun, suara pada anak pria), (b) tanda-tanda psikis: seperti berkembangnya rasa ingin tahu terutama yang berhubungan seks, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral, dan keyakinan beragama.

2 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

Prinsip-Prinsip Perkembangan

1. Perkembangan Merupakan Proses Yang Tidak Pernah Berhenti (Never Ending Process)

Perkembangan berlangsung secara terus-menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.Setiap individu pasti mengalaminya memalalui fase atau tahap perkembangan secara terus menerus yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar. Perkembangan yang progressif dialami individu dari sejak dilahirkan sampai usia remaja sedangkan pada usia dewasa perkembangan tetap berjalan secara stabil dan mengalami penurunan (regressif) pada masa tua sampai pada akhir kehidupan.

2. Semua Aspek Perkembangan Saling Mempengaruhi Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, inteligensi maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif di antara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dalam perkembangau aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosionalnya. Demikian juga sebaliknya anak yang sehat akan mengalami perkembangan yang lancar. Walaupun ada kasus-kasus tertentu pada masa perkembangan seperti yang dialami anak cacat atau anak yang berkelainan..

3. Perkembangan Mengikuti Pola Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dan tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya, untuk dapat berjalan, seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya, yaitu berlari atau meloncat.

Sementara itu, Yelon dan Weinsten 1977 (dalam Syamsu Yusuf 2011) mengemukakan tentang arah atau pola perkembangan itu sebagai berikut.

a. Cephalocaudal & proximal-distal. Maksudnya, perkembangan manusia itu mulai dari kepala ke kaki (cephalocaudal), dan dari tengah : paru-paru, jantung dan sebagainya, ke pinggir : tangan (proximal-distal).

b. Struktur mendahului fungsi. Ini berarti bahwa anggota tubuh individu itu akan dapat berfungsi setelah matang strukturnya. Seperti mata, akan dapat melihat setelah otot-ototnya matang, atau kaki dapat difungsikan untuk berjalan apabila otot-ototnya sudah matang.

Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

d. Perkembangan itu berlangsung dari konkret ke abstrak. Maksudnya, perkembangan itu berproses dari suatu kemampuan berpikir yang konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak (objeknya tidak tampak). Seperti anak kecil dapat berhitung dengan bantuan jari tangan, sedangkan remaja sudah tidak lagi memerlukan bantuan tersebut.

e. Perkembangan itu berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme. lni berarti bahwa pada mulanya seorang anak hanya melihat atau memperhatikan dirinya sebagai pusat, dia melihat bahwa lingkungan itu harus memenuhi kebutuhan dirinya. Melalui pengalamannya dalam bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, lambat laun sikap egosentris itu berubah menjadi perspektivis (anak sudah memiliki sikap simpati atau memperhatikan kepentingan orang lain).

f. Perkembangan itu berlangsung dan “outter control to inner control”. Maksudnya, pada awalnya anak sangat bergantung pada orang lain (terutama orangtuanya), baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis (perlindungan, kasih sayang atau norma-norma) sehingga dia dalam menjalani hidupnya masih didominasi oleh pengontrolan atau pengawasan dari luar (out control). Seiring bertambahnya pengalaman atau belajar dan pergaulan sosial tentang norma atau nilai-nilai, baik di lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya atau masyarakat, anak dapat mengembangkan kemampuan untuk mengontrol dirinya (inner control). Kemampuan “inner control” ini seperti: dia dapat mengambil keputusan atau memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan sendiri dan bertanggung jawab terhadap risiko yang mungkin terjadi.

4 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

4. Perkembangan Terjadi Pada Tempo Yang Berlainan Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat), Umpamanya (a) otak mencapai bentuk ukurannya yang sempurna pada umur 6-

8 tahun; (b) tangan, kaki, dan hidung mencapai perkembangan yang maksimum pada masa remaja; dan (c) imajinasi kreatif berkembang dengan cepat pada masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja.

5. Setiap Fase Perkembangan Mempunyai Ciri Khas Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: (a) Sampai usia dua tahun, anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara; (b) Pada usia tiga sampai enam tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain).

6. Setiap Individu Yang Normal Akan Mengalami Tahap/Fase Perkembangan Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan: bayi, kanak- kanak, anak, remaja, dewasa, dan masa tua.Tidak ada seorangpun yang tidak mengalami tahap tersebut.

7. Prinsip Kematangan Prinsip ini berpendapat bahwa usaha belajar bergantung pada tingkat kematangan yang dicapai anak. Hal ini berarti bahwa tidak ada gunanya melakukan usaha belajar kalau yang bersangkutan belum matang untuk melaksanakan usaha tersebut. Ini juga berarti tidak perlu memaksa anak usia dini belajar membaca sebelum kematangannya untuk belajar membaca datang.

Pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan perhatian yang serius. Pertumbuhan dan perkembangan bukan usaha yang timbul dengan sendirinya. Tetapi untuk menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan yang baik diperlukan adanya perhatian berupa perawatan physik dan psikhis maupun bi mbingan dari orangtua, guru dan masyarakat karena merupakan awal terbentuknya organ-organ tubuh individu dan tersusunnya jaringan syaraf yang membentuk system yang lengkap. Pertumbuhan pisik selanjutnya adalah setelah lahir hingga sampai masa dewasaa. Pertumbuhan fisik setelah kelahiran sampai masa dewasa ditandai dengan perubahan dalam bentuk ukuran dan proporsi tubuh.

Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

Fase-Fase Perkembangan

1. Pengertian Dan Kriteria Menentukan Fase Perkembangan

Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu. Mengenai masalah pembabakan atau periodisasi perkembangan ini, para ahli berbeda pendapat. Pendapat- pendapat itu secara garis besarnya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan analisis hiologis, didaktis, dan psikologis.

a. Tahap Perkembangan Berdasarkan Analisis Biologis

Sekelompok ahli menentukan pembabakan itu berdasarkan keadaan atau proses pertumbuhan tertentu. Pendapat para ahli tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Aristoteles menggambarkan perkembangan individu, sejak anak sampai dewasa itu ke dalam tiga tahapan. Setiap tahapan lamanya tujuh tahun, yaitu:  Tahap I : dari 0,0 sampai 7,0 tahun (masa anak kecil atau masa

bermain).

 Tahap II : dari 7,0 sampai 14,0 tahun (masa anak, masa sekolah

rendah).

 Tahap III : dari 14,0 sampai 21,0 tahun (masa remaja, pubertas, masa peralihan dan usia anak menjadi orang dewasa).

Pentahapan ini didasarkan pada gejala dalam perkembangan fisik (jasmani). Hal ini dapat dijelaskan bahwa antara tahap I dan tahap II dibatasi oleh pergantian gigi; antara tahap II dengan tahap III ditandai dengan mulai berfungsinya organ-organ seksual.

2) Kretscmer mengemukakan bahwa dari lahir sampai dewasa individu melewati empat tahapan, yaitu:  Tahap I : dari 0,0 sampai kira-kira 3,0 tahun; Fullungs (pengisian) periode I; pada fase ini anak kelihatan pendek gemuk.

 Tahap II : dari kira-kira 3,0 sampai kira-kira 7,0 tahun; Streckungs (rentangan) periode I, pada periode ini anak kelihatan langsing (memanjang/meninggi).

 Tahap III : dari kira-kira 7,0 sampai kira-kira 13,0 tahun; Fullungs periode II; pada masa ini anak kelihatan pendek gemuk kembali.

6 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

 Tahap IV : dari kira-kira 13,0 sampai kira-kira 20,0 tahun; Streckungs periode II; pada periode ini anak kembali kelihatan langsing.

3) Elizabeth Hurlock mengemukakan penahapan perkembangan individu, yakni sebagai berikut.  Tahap I : Fase Prenatal (sebelum lahir), mulai masa konsepsi sampai proses kelahiran, yaitu sekitar 9 bulan atau 280 hari.

 Tahap II : Infancy (orok), mulai lahir sampai usia 10 atau 14 hari.  Tahap III : Babyhood (bayi), mulai dari 2 minggu sampai usia 2

tahun.

 Tahap IV : Childhood (kanak-kanak), mulai 2 tahun sampai masa

romaja (puber).

 Tahap V : Adolesence/puberty, mulai usia 11 atau 13 tahun sampai usia 21 tahun. a) Pre Adolesence, pada umumnya wanita usia 11-13 tahun sedangkan pria lebih lambat dari itu ; b) Early Adolesence, pada usia 16-17 tahun; c) Late Adolesence, pada masa perkembangan yang terakhir sampai masa usia kuliah di pergunuan tinggi.

b. Tahap Perkembangan Berdasarkan Didaktis

Dasar didaktis atau instruksional yang dipengunakan oleh para ahli ada beberapa kemungkinan: (1) Apa yang harus diberikcan kepada anak didik pada masa-masa tertentu? (2) Bagaimana caranya mengajar atau menyajikan pengalaman belajar kepada anak didik pada masa-masa tertentu? (3) Kedua hal tersebut dilakukan secara bersamaan. Yang dapat digolongkan ke dalam penahapan berdasarkan didaktis atau instruksional antara lain pendapat dari Comenius dan pendapat Rosseau.

1) Comenius. Dipandang dari segi pendidikan, pendidikan yang lengkap bagi seseorang itu berlangsung dalam empat jenjang, yaitu a) Sekolah ibu (scola materna), untuk anak-anak 0,0 sampai 6,0 tahun, b) Sekolah bahasa ibu (scola vernaculan) untuk anak-anak usia 6,0 sampai 12,0 tahun, c) Sekolah latin (scola latina), untuk remaja usi a 12,0 sampai 18 tahun, d) Akademi (academica) untuk pemuda-pemudi usia 18,0 sampai 24,0 tahun. Pada setiap sekolah tersebut harus diberikan bahan pengajaran (bahan pendidikan) yang sesuai dengan perkembangan anak didik, dan harus dipergunakan metode penyampaian yang sesuai dengan perkembangannya.

Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

2) Rosseau. Pentahapan perkembangan menurut Rosseau adalah sebagai berikut.  Tahap I

: 0,0 sampai 2,0 tahun, usia asuhan.

 Tahap Il : 2,0 sampai 12,0 masa pendidikan jasmani dan latihan

panca indera.

 Tahap III : 12,0 sampai 15,0 periode pendidikan akal.  Tahap IV : 15,0 sampai 20,0 periode pendidikan watak dan

pendidikan agama.

c. Tahap Perkembangan Berdasarkan Psikologis

Para ahli yang menggunakan aspek psikologis sebagai landasan dalam menganalisis tahap perkembangan, mencari pengalaman-pengalaman psikologis mana yang khas bagi individu pada umumnya dapat digunakan sebagai masa perpindahan dari fase yang satu ke fase yang lain dalam perkembangannya. Dalam hal ini para ahli berpendapat bahwa dalam perkembangan, pada umumnya individu mengalami masa-masa kegoncangan. Apabila perkembangan itu dapat dilukiskan sebagai proses evolusi, maka pada masa kegoncangan itu evolusi berubah menjadi revolusi.

Kegoncangan psikis itu dialami hampir oleh semua orang, karena itu, dapat digunakan sebagai ancar-ancar perpindahan dari masa yang satu ke masa yang lain dalam proses perkembangan. Selama masa perkembangan, pada umumnya individu mengalami masa kegoncangan dua kali, yaitu (a) pada kira- kira tahun ketiga atau keempat, dan (b) pada permulaan masa pubertas.

Berdasarkan dua masa kegoncangan tersebut, perkembangan individu dapat digambarkan melewati tiga periode atau masa, yaitu: dari lahir sampai masa kegoncangan pertama (tahun ketiga atau keempat yang biasa disebut masa kanak-kanak, 2) dari masa kegoncangan pertama sampai pada masa kegoncangan kedua yang biasa disebut nasa keserasian bersekolah dan 3) dari masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang biasa disebut masa kematangan.

2. Kriteria Pentahapan Perkembangan

Dalam hubungannya dengan proses belajar-mengajar (pendidikan), pentahapan perkembangan yang dipergunakan sebaiknya bersifat elektif, maksudnya tidak terpaku pada suatu pendapat saja tetapi bersifat luas untuk meramu dari berbagai pendapat yang mempunyai hubungan yang erat. Berdasarkan pendirian tersebut, perkembangan individu sejak lahir sampai masa kematangan itu dapat digambarkan melewati fase-fase berikut.

8 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

TABEL 2.2. Fase-fase Perkembangan Individu

TAHAP PERKEMBANGAN

USIA

Masa usia pra sekolah

Masa usia sekolah dasar

Masa usia sekolah menengah

Masa usia mahasiswa

a. Masa Usia Prasekolah

Pada masa usia prasekolah ini dapat diperinci lagi menjadi dua masa, yaitu masa vital dan masa estetik.

1) Masa vital Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar, Freud menamakan tahun pertama dalam kehidupan individu itu sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan dan ketidaknikmatan. Anak memasukkan apa saja yang dijumpai ke dalam mulutnya itu, tidaklah karena mulut merupakan sumber kenikmatan utama, tetapi karena waktu itu mulut merupakan alat untuk melakukan eksplorasi (penelitian) dan belajar.

Pada tahun kedua anak telah belajar berjalan, dengan mulai berjalan anak akan mulai belajar menguasai ruang. Mula-mula ruang tempatnya saja, kemudian ruang dekat dan selanjutnya ruang yang jauh. Pada tahun kedua ini, umumnya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan (kesehatan). Melalui latihan kebersihan ini, anak belajar mengendalikan impuls-impuls atau dorongan-dorongan yang datang dari dalam dirinya (umpamanya, buang air kecil dan air besar).

2) Masa estetik Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan masa keindahan. Kata estetik di sini dalam arti bahwa pada masa ini, perkembangan anak yang terutama adalah fungsi panca inderanya. Kegiatan eksploitasi dan belajan anak juga terutama menggunakan panca inderanya. Pada masa ini, indera masih peka, karena itu Montessori menciptakan bermacam- macam alat permainan untuk melatih panca inderanya.

b. Masa Usia Sekolah Dasar

Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar, sebenarnya sukar dikatakan karena kematangan tidak

Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain seperti berikut.

a) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi (apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diperoleh).

b) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional.

c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut nama sendiri).

d) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain.

e) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.

f) Pada masa ini (terutama usia 6,0-8,0 tahun) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai umur 12,0 atau 13,0 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini ialah:

a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b) Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.

c) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor (bakat-bakat khusus).

d) Sampai kira-kira umur 11,0 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya, Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.

10 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015 10 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.

f) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.

Masa keserasian bersekolah ini diakhiri dengan suatu masa yang biasanya disebut poeral. Berdasarkan penelitian para ahli, sifat-sifat khas anak- anak masa poeral ini dapat diringkas dalam dua hal, yaitu:

a. Ditujukan untuk berkuasa: sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak poenal ditujukan untuk berkuasa; apa yang diidam-idamkannya adalah si kuat, si jujur, si juara, dan sebagainya.

b. Ekstraversi: berorientasi keluar dirinya; misalnya, untuk mencari teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Anak-anak masa ini membutuhkan kelompok-kelompok sebaya, Pada mereka dorongan bersaing besar sekali, karena itu masa ini sering diberi ciri sebagai masa “competitive socialization”.

Suatu hal penting pada masa ini ialah sikap anak terhadap otoritas (kekuasaan), khususnya otoritas orangtua dan guru. Anak-anak poeral menerima otoritas orangtua dan guru sebagai suatu hal yang wajar. Justru karena hal tersebut, anak-anak mengharapkan adanya pihak orangtua dan guru serta pemegang otoritas orang dewasa yang lain.

c. Masa Usia Sekolah Menengah

Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa. Masa ini dapat diperinci lagi menjadi beberapa masa, yaitu sebagai berikut.

1) Masa praremaja (remaja awal) Masa praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada si remaja sehingga seringkali masa ini disebut masa negatif dengan gejalanya seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik, dan sebagainya. Secara garis besar sifat-sifat negatif tersebut dapat diringkas, yaitu a) negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental; dan b) negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik diri dalam masyarakat (negatif positif) maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (negatif aktif).

Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

2) Masa remaja (remaja madya) Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja (mendewa-dewakan), yaitu sebagai gejala remaja.

Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita hidup itu dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan. Proses penemuan nilai-nilai kehidupan tersebut adalah pertama, karena tiadanya pedoman, si remaja merindukan sesuatu yang dianggap bernilai, pantas dipuja walaupun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan seringkali remaja hanya mengetahui bahwa dia menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkannya. Kedua, objek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas, yaitu pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu (jadi personifikasi nilai-nilai). Pada anak laki-laki sering aktif meniru, sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi, dan memujanya dalam khayalan.

3) Masa remaja akhir Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan masuklah individu ke dalam masa dewasa.

d. Masa Usia Kemahasiswaan

Masa usia mahasiswa sebenarnya berumur sekitar 18,0 sampai 25,0 tahun. Mereka dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau dewasa madya. Dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup.Pada masa ini individu telah mencapai kematangan untuk memelilih calon pasangan hidup, telah mampu menentukan dan merencanakan karir masa depannya. Walaupun tetap masih ditemukan mahasiswa yang masig ragu-ragu terhadap jurusan yang dipilihnya.

12 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

IV. Rangkuman

Perkembangan merupakan perubahan progressif dan berkesinambungan yang dialami individu dari lahir sanpai akhir hayatnya. Dalam menjalani perkembangannya setiap individu dibatasi oleh prinsip-prinsip perkembangan yaitu (1) Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (2) semua aspek salaing mempengaruhi (3) mengikuti pola tertentu (4) terjadi pda tempo yang berlainan (5) setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas (6) setiap individu normal akan mengalami fase perkembangan (7) perkembangan ditentukan oleh kematangan .

Setiap individu akan mengikuti fase perkembangan sesuai dengan tahap perkembangan yang dijalaninya. Pembagian fase perkembangan dapat ditiunjau dari Analisis Biologis yaitu menentukan fase perkembangan berdasarkan keadan atau proses pertumbuhan tertentu. Analisis Didaktis didasarkan pada apa yang dapat diberikan pada anak pada masa tertentu dan bagaimana mengajar anak pada usia tertentu . Pembagian fase perkembangan berdasarkan tinjauan Psikhologis membagi fase perkembangan berdasarkan kegoncangan yang dialami individu pada masa peralihan dari satu fase perkembembangan ke fase perkembangan berikutnya. Kriteria dalam menentukan fase-fase perkembangan individu dapa didasarkan pada (1)Fase Usia pra sekolah, (2) Fase Usia sekolah dasar (3) Fase Usia sekolah menengah (4) Fase Usia Mahasiswa. Individu adalah suatu kesatuan totalitan yang artinya antara fisik dan psikhis tidak dapat dipisahkan.

Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

V. Evaluasi

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perkembangan dan jelaskan pula ciri- ciri dari perkembangan.

2. Pilihlah 3 prinsip perkembangan dan jelaskan.

3. jelaskan pula tahap perkembangan berdasarkan analisis didaktis, psikhologis dan analisis biologis.

4. Amatilah lingkungan di sekitarmu, carilah ciri yang menonjol dari perkembangan anak SMP dan ciri perkembangan yang menonjol dari anak SMA sederajat.

14 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sujanto, 2005 Psikhologi Perkembangan, Jakarta : Rineka Cipta

Deswita, 2009. Psikhologi Perkembangan Peserta Didik , Bandung : Rosda Karya.

Hurlock .EB , 1980, Psikhologi Perkembangan Suatu Rentang Kehidupan Sepanjang Hayat .alih bahasa Istiwidayanti,Soejarwo , Jakarta : Erlangga

Moks, Haditono, 2006. Psikhologi Perkembangan, suatu pengantar dalam

berbagai-bagiannya , Yokyakarta : Gajah Mada University Press.

Syamsu Yusuf ,LN, 2010, Psikhologi Perkembangan Anak dan Remaja , Bandung: Remaja Rosda Karya

Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

BAB II TEORI PERKEMBANGAN

I. Tujuan Umum Pembelajaran

Mahasiswa mampu mendeskripsikan teori-teori perkembangan.

II. Tujuan Khusus Pembelajaran

Mahasiswa mampu :

1. Menjelaskan teori perkembangan psikis analisis

2. Menjelaskan teori-teori kognitif

3. Menjelaskan teori-teori prilaku dan kognisi sosial

4. Menjelaskan teori kontekstual ekologis

5. Menjelaskan orientasi teoritis Eklektif

III. Materi Pembelajaran

Dibagian ini, secara singkat akan dijelaskan perspektif teoritis yang utama mengenai perkembangan manusia, yaitu psikoanalisis, kognitif, perilaku dan sosial kognitif, serta kontekstual ekologis. Proses-proses biologis merupakan suatu hal yang dianggap penting dalam teori psikoanalisis Freud, proses-proses kognitif dalam teori perkembangan kognitif Piaget, teori kognitif sosio-budaya Vygotsky, teori prmrosessan informasi, dan teori sosial kognitif; serta proses-proses emosional penting juga dalam teori psikoanalisis Freud dan Erikson, dalam teori kognitif sosio-budaya Vygosky, dalam teori perilaku dan sosial kognitif, dan dalam teori kontekstual ekologis,

Teori-teori Psikoanalisis

Menurut teori psikoanalisis (psychoanalytic theory ), proses perkembangan terutama berlangsung secara tidak disadari atau unconscious (di luar kesadaran) dan sangat diwarnai oleh emosi. Para ahli teori psikoanalisis menekankan bahwa perilaku hanyalah merupakan karakteristik di permukaan. Pemahaman sepenuhnya mengenai perkembangan hanya dapat dicapai melalui analisis terhadap makna-makna simbolis dari perilaku serta menelaah pikiran yang lebih dalam (Bornstein, 2003). Ahli teori psikoanalisis juga menekankan bahwa pengalaman di masa awal dengan orang tua memiliki pengaruh yang luas terhadap perkembangan. Karakteristik-karakteristik ini disoroti dalam teori psikoanalisis utama, yaitu oleh Sigmund Freud.

16 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

1. Teori Freud. Freud (1856-1939) mengembangkan teori psikoanalisisnya berdasarkan pengalamannya dalam menangani kehidupan mental pasien-pasiennya. Sebagai seorang dokter yang mengambil spesialisasi di bidang neurologi, Freud meluangkan sebagian besar masa hidupnya di Wina. Menjelang akhir karirnya, Freud pindah ke London untuk melarikan diri dari rezim Nazi yang anti-Yahudi.

Struktur Kepribadian Freud (1917) menyatakan bahwa kepribadian memiliki tiga struktur. yaitu: id, ego, dan superego. Id terdiri dari insting. yang merupakan persediaan energi psikis individu. Dalam pandangan Freud, id sepenuhnya tidak disadari: id tidak memiliki kontak dengan realitas. Ketika anak-anak mengalami berbagai tuntutan dan pembatasan realitas, muncul sebuah struktur baru dan kepribadian- ego, yang menangani tuntutan realitas, Ego disebut juga “cabang eksekutif’ dan kepribadian karena ego membuat keputusan rasional.

Id dan ego tidak mempertimbangkan moralitas-keduanya tidak mempertimbangkan apakah sesuatu itu benar atau salah. Superego adalah struktur kepribadian yang mempertimbangkan apakah sesuatu itu benar atau salah. Superego sering kali kita juluki sebagai “hati nurani.”

Menurut Freud kepribadian dapat diumpamakan sebagai sebuah gunung es. Sebagian besar kepribadian kita terletak di bawah tingkat kesadaran kita, seperti halnya sebagian besar dari sebuah gunung es itu terletak di bawah permukaan air.

Freud berpendapat bahwa kehidupan remaja dipenuhi dengan ketegangan dan konflik. Menurut Freud, remaja berusaha meredakan ketegangan yang dialami dengan cara memendam konflik tersebut ke dalam pikiran yang tidak sadar. Freud berpendapat bahwa perilaku-perilaku yang tampaknya sepele sekalipun, sebenarnya merupakan segi yang penting apabila kekuatan tidak sadar yang melatar belakangi perilaku itu diungkapkan. Kedutan. coretan gambar yang tampaknya tidak berarti, senyuman masing-masing dapat menyingkapkan konflik yang tidak disadari. Sebagai contoh. Barbara yang berusia 17 tahun, mencium dan memeluk Tom sambil berseru dengan gembira, “Oh. Jeff aku sangat mencintaimu.” Sambil mengelak, amarah Tom meledak: ‘Mengapa kamu memanggilku Jeff? Kukira kamu sudah tidak memikirkan dia lagi. Kita harus bicara!” kita mungkin ingat saat-saat ketika salah ucap sebagaimana yang dikatakan oleh Freud dapat mengungkapkan motif- motif yang tidak Anda sadari.

Mekanisme Pertahanan. Dalam pandangan Freud, ego harus menyelesaikan konflik antara tuntutan realitas, harapan id, dan pembatasan dan superego,

Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan yang paling kuat dan bersifat naluriah. Represi mendorong impuls-impuls id untuk tetap berada di bawah kesadaran kita. Represi merupakan dasar dari semua mekanisme pertahanan lainnya, karena tujuan dari setiap mekanisme pertahanan adalah untuk menekan, atau mendorong, impuls-impuls yang mengancam agar keluar dari kesadaran. Dalam pandangan Freud, masa kanak-kanak awal sering kali merupakan pengalaman yang bersifat seksual yang terlalu menakutkan dan menekan bagi kita untuk diatasi secara sadar. Kita mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh konflik ini dengan cara menekan pengalaman-pengalaman ini.

Meskipun demikian, Peter Blos (1989), seorang psikoanalis berkebangsaan lnggris, serta Anna Freud (1966), anak perempuan Sigmund Freud, berpendapat bahwa mekanisme pertahanan dapat memberikan pandangan mengenai perkembangan remaja. Blos menyatakan bahwa regresi yang berlangsung. selama masa remaja sebenarnya tidak sepenuhnya bersifat defensif, namun lebih merupakan suatu aspek yang integral, normal, tidak terelakkan, dan universal bagi remaja. Sifat dasar dari regresi antara remaja yang satu dapat berbeda dan remaja lainnya. Pada remaja yang satu mungkin menggejala dalam bentuk kepatuhan dan kebersihan, sementara pada remaja lainnya mungkin menggejela dalam bentuk sikap pasif yang merupakan karakteristik perilakunya di masa kanak-kanak.

Anna Freud (1966) mengembangkan sebuah gagasan yang menyatakan bahwa mekanisme pertahanan tersebut merupakan kunci untuk memahami penyesuaian diri remaja. Ia berpendapat bahwa masalah-masalah remaja tidak bersumber pada id atau kekuatan- kekuatan instingtual, namun pada “love object” atau “objek cinta” di masa lalu. Menurut Anna Freud, kelekatan dengan objek cinta ini, biasanya orang tua, berlangsung terus di masa bayi, kemudian berkurang atau terhambat di masa kanak-kanak. Di masa remaja, dorongan- dorongan ini mungkin dibangkitkan kembali. atau, yang terburuk, terdapat dorongan-dorongan baru yang bergabung dengan dorongan sebelumnya.

Ingatlah bahwa mekanisme pertahanan tersebut tidak disadari; remaja tidak menyadari bahwa mereka menggunakannya untuk melindungi ego dan untuk meredakan kecemasan. Mekanisme pertahanan tidak selalu tidak sehat,

18 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015 18 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

Tahap-Tahap Psikoseksual Ketika Freud mendengarkan, menggali, dan menganalisis pasien-pasiennya, ia menjadi yakin bahwa masalah mereka bersumber dari pengalaman-pengalaman di masa awal kehidupan. Menurut Freud, manusia akan melalui lima tahap perkembangan psikoseksual, dan di setiap tahap perkembangan individu memperoleh kenikmatan di suatu bagian tubuh tertentu. (lihal Gambar 2.1):

 Tahap oral (oral stage). Tahap oral adalah tahap perkembangan Freudian yang pertama, yang berlangsung selama 18 bulan pertama dari kehidupan, di mana kenikmatan bayi dipusatkan di daerah mulut. Mengunyah, mengisap, dan menggigit menjadi sumber kepuasan yang utama. Aksi-aksi ini dapat meredakan ketegangan pada bayi.

 Tahap anal (anal stage). Tahap anal adalah tahap perkembangan Freudian yang kedua, yang berlangsung antara usia 1½ tahun hingga 3 tahun, di mana kenikmatan terbesar diperoleh anak di daerah anus atau di fungsi pengeluaran yang terhubung dengan anus. Menurut Freud, latihan otot anal dapat meredakan ketegangan.

 Tahap falik (phallic stage). Tahap falik adalah tahap perkembangan Freudian yang ketiga, yang berlangsung antara usia 3 tahun hingga 6 tahun; nama tersebut berasal dari kata Latin phallus, yang berarti “penis.” Selama tahap falik, kenikmatan dipusatkan di daerah genital, di mana ini terjadi ketika anak menemukan bahwa manipulasi diri itu menyenangkan. Menurut Freud, secara khusus tahap falik penting bagi perkembangan

kepribadian karena di periode inilah muncul kompleks Oedipus. Nama ini berasal dari mitologi Yunani, di mana Oedipus, anak laki-laki dan Raja Thebes, tanpa disengaja membunuh ayahnya dan menikahi ibunya. Menurut teori Freud, kompleks Oedipus (Oedipus complex) adalah hasrat yang kuat dari seorang anak kecil untuk menggantikan kedudukan orang tua yang berjenis kelamin sama dan menikmati afeksi yang diperoleh dari orang tua yang berjenis kelamin berbeda. Konsep Freud mengenai kompleks Oedipus ini dikritik oleh sejumlah psikoanalis dan penulis.

Bagaimana kompleks Oedipus ini diselesaikan? Sekitar usia 5 hingga 6 tahun, anak-anak mengetahui bahwa orang tua mereka yang berjenis kelamin sama itu menghukumnya karena memiliki harapan inses. Untuk meredakan konflik antara ketakutan dan hasrat, anak beridentifikasi dengan orang tua yang

Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

Freudian yang keempat, yang berlangsung antara usia sekitar 6 tahun hingga pubertas; anak menekan semua minat dalam hal seksualitas serta mengembangkan keterampilan sosial dan intelektual. Aktivitas ini dapat menyalurkan sebagian besar energi anak ke dalam bidang-bidang kehidupan emosional yang aman dan dapat membantu anak untuk melupakan konflik yang sangat mengganggu di tahap falik.

 Tahap genital (genital stage). Tahap genital adalah tahap perkembangan Freudian yang kelima dan terakhir, yang berlangsung sejak masa remaja hingga ke masa selanjutnya. Tahap genital adalah masa dan kebangkitan seksual: kini sumber kenikmatan seksual terletak di luar keluarga. Menurut Freud, konflik-konflik dengan orang tua yang tidak terselesaikan akan muncul kembali di masa remaja. Apabila konflik-konflik ini terselesaikan, individu akan mampu mengembangkan relasi cinta yang matang dan berfungsi secara mandiri sebagai seorang dewasa.

Gambar 2.1. Tahap-tahap Perkembangan Freud

Revisi Terhadap Teori Freud Teori Freud telah mengalami revisi yang penting dari sejumlah ahli teori psikoanalisis (Bornstemn, 2003; Luborsky, 2000). Dibandingkan Freud, sebagian besar ahli teori psikoanalisis kontemporer kurang menekankan peranan insting seksual namun lebih menekankan pada pengalaman budaya sebagai determinan-determinan dari perkembangan. Meskipun pikiran-pikiran yang tidak disadari masih merupakan suatu tema yang sentral. sebagian besar psikoanalis kontemporer menyatakan bahwa pikiran yang disadari memainkan peranan yang lebih besar dibandingkan yang digambarkan oleh Freud. Kaum feminis juga mengajukan kritik terhadap leon Freud (lihat gambar 2.2). Selanjutnya, kita akan menguraikan gagasan-gagasan dan tokoh yang merevisi gagasan-gagasan Freud- Erik Erikson.

20 Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

Tahap-tahap Erikson Periode Perkembangan

Integritas versus kekecewaan Masa dewasa akhir (60 tahun ke atas) Bangkit versus stagnasi

Masa dewasa menengah (40-an, 50-an) Keintiman versus keterkucilan

Masa dewasa awal (20-an, 30-an) Identitas versus kebingunan identitas

Masa remaja (10-20 tahun) Tekun versus rasa rendah diri

Masa kanak-kanak tengah & akhir (usia SD, 6 th-pubertas)

Prakarsa versus rasa bersalah

Masa

kanak-kanak

awal (masa

prasekolah, 3-5 tahun)

Otonomi versus malu dan ragu-ragu

Masa bayi (1-3 tahun)

Kepercayaan

ketidak Masa bayi (satu tahun pertama) percayaan

versus

Gambar 2.2. Delapan Tahapan kehidupan menurut Erikson ke bawah saja

2. Teori Erikson

Erik Erikson (1902-1994) mengakui kontribusi Freud namun beliau berpendapat bahwa Freud memiliki penilaian yang keliru mengenai sejumlah dimensi penting dan perkembangan manusia. Berbeda dari tahap-tahap psikoseksual (psychosexual stages) Freud, Erikson (1950, 1968) mengajukan serangkaian tahap-tahap psikososial (psychosocial stages). Menurut Freud, motivasi utama manusia pada hakikatnya bersifat seksual; menurut Erikson, motivasi utama manusia bersifat sosial dan mencerminkan hasrat untuk bergabung dengan manusia lain. Menurut Erikson, perubahan dalam perkembangan berlangsung sepanjang masa-hidup; sementara menurut Freud, kepribadian dasar kita dibentuk selama lima tahun pertama dari kehidupan. Menurut teori Erikson (Erikson’s theory), kemajuan manusia dicapai melalui delapan tahap perkembangan yang berlangsung seumur hidup (lihat gambar 2.3). Di dalam setiap tahap, individu dihadapkan pada sebuah krisis yang merupakan suatu tugas perkembangan unik yang harus diselesaikan. Krisis ini bukanlah sebuah bencana namun merupakan sebuah titik balik yang ditandai oleh meningkatnya kerentanan dan potensi seseorang. Semakin individu berhasil menyelesaikan krisis yang dihadapinya, semakin sehat perkembangan individu tersebut (Hopkins, 2000).

Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Medan, 2015

Kepercayaan versus ketidakpercayaan (trust versus mistrust) adalah tahap pertama dan perkembangan psikososial, yang dialami dalam satu tahun pertama dari kehidupan seseorang. Perasaan percaya menuntut adanya perasaan nyaman secara fisik dan setidaknya perasaan takut dan ragu-ragu terhadap masa depan. Di masa bayi, kepercayaan akan menentukan tahap bagi harapan seumur hidup bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan menyenangkan.