TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, di mana sebagian besar dari pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui indera mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting bagi terbentuknya suatu tindakan. Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo 1993 dalam Sukandar 2007).
Lebih lanjut dijelaskan oleh Notoatmodjo (1993) dalam Marga (2007), tingkat pengetahuan mencakup 6 tingkatan, yaitu (1) Tahu atau dapat mengingat materi yang sebelumnya; (2) Memahami, yaitu kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar objek yang diketahui; (3) Aplikasi yaitu menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya; (4) Analisis yaitu kemampuan menjabarkan materi kedalam komponen-komponen; (5) Sintesis yaitu kemampuan menghubungkan bagian-bagian menjadi satu Lebih lanjut dijelaskan oleh Notoatmodjo (1993) dalam Marga (2007), tingkat pengetahuan mencakup 6 tingkatan, yaitu (1) Tahu atau dapat mengingat materi yang sebelumnya; (2) Memahami, yaitu kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar objek yang diketahui; (3) Aplikasi yaitu menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya; (4) Analisis yaitu kemampuan menjabarkan materi kedalam komponen-komponen; (5) Sintesis yaitu kemampuan menghubungkan bagian-bagian menjadi satu
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Brieger (1992) mengemukakan bahwa pengetahuan umumnya datang dari pengalaman yang dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, keluarga, teman, buku, surat kabar dan majalah. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah proses untuk mengetahui sesuatu yang dilakukan oleh manusia berdasarkan pengalaman, perasaan, pola pikirnya terhadap objek tertentu.
Pengetahuan gizi mempunyai peranan penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang, sebab hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Harper et al. 1985). Menurut Sanjur (1982) yang diacu dalam Sukandar (2007), pengaruh pengetahuan gizi terhadap konsumsi makanan tidak selalu linier, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi ibu rumah tangga, belum tentu konsumsi makanan menjadi baik. Konsumsi makanan jarang dipengaruhi oleh pengetahuan gizi secara tersendiri, tetapi merupakan interaksi dengan sikap dan keterampilan gizi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang akan cenderung memilih makanan yang murah dengan nilai gizi yang lebih tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan dan minum sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi. Seseorang yang memiliki pengetahuan positif tentang makanan maka akan memiliki kualitas makanan yang lebih baik. Kualitas yang dimaksud adalah ketersediaan zat gizi dalam jumlah dan jenis yang cukup bagi kesehatan tubuh.
Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Penilaian status gizi dapat memberikan gambaran tentang baik atau tidaknya status gizi orang tersebut (Gibson 2005). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari keadaan gizi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa et al. 2001). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui konsumsi makanan, antropometri, biokimia, dan klinis. Menurut Riyadi (2001), penilaian Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Penilaian status gizi dapat memberikan gambaran tentang baik atau tidaknya status gizi orang tersebut (Gibson 2005). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari keadaan gizi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa et al. 2001). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui konsumsi makanan, antropometri, biokimia, dan klinis. Menurut Riyadi (2001), penilaian
WHO (2000) menyatakan bahwa wanita cenderung mengalami peningkatan penyimpanan lemak. Kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa adalah masalah penting karena akan menimbulkan resiko penyakit tertentu.
dilakukan secara berkesinambungan salah satunya adalah dengan mempertahankan berat badan normal. Menurut Manual Of Medical Nutritional Therapy (2011), penentuan status gizi seseorang juga dapat dilakukan dengan menggunakan persentase berat badan aktual terhadap berat badan ideal.
Tabel 3 Kriteria status gizi berdasarkan persentase berat badan aktual terhadap berat
badan ideal
Persentase Berat Badan Ideal (%) Kriteria
Obesitas II
Obesitas I
Gizi kurang I
70-79
Gizi kurang II
Gizi kurang III
Indeks Massa Tubuh
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan teknologi tepat guna untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Berikut ini merupakan tabel Indeks Massa Tubuh berdasarkan usia.
Tabel 4 Indeks Massa Tubuh Berdasarkan Usia
Usia (Tahun) 2 IMT (Berat/Tinggi [kg/m ]) 19-24
24-29 Sumber : Food and Nutrition Board, Committee on Diet and Health, National Research Council: Implications for reducing chronic diseases risk 1989 dalam Mahan and Stump
Penggunaan IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Selain itu IMT dapat diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, asites, dan hepatomegali (Supariasa et al. 2002).
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot-otot tubuh dan system penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolismenya untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk menghantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung pada berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2003). Riyadi (1996) menyatakan bahwa jika diketahui jumlah energi tubuh yang dikeluarkan selama aktivitas sehari maka sebenarnya jumlah tersebut merupakan kebutuhan energi seseorang, dengan asumsi aktivitas harian tersebut merupakan aktivitas normal.
Perubahan terbesar yang terjadi pada usia lanjut adalah kehilangan massa tubuhnya, termasuk tulang, otot, dan massa organ tubuh, sedangkan massa lemak meningkat (Doewes 1996). Peningkatan massa lemak dapat memicu resiko penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit degeneratif lainnya. Penurunan aktivitas fisik pada usia lanjut harus diimbangi dengan penurunan asupan kalori. Hal tersebut untuk mencegah terjadinya obesitas. Jika asupan kalori tidak diimbangi dengan penggunaan kalori maka akan dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit degeneratif (Wirakusumah 2001).
Program Pemberdayaan Wanita Pra Lanjut Usia dan Wanita Lanjut Usia
Program ini merupakan program pemberdayaan wanita lanjut usia. Program ini diadakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional yang bekerjasama dengan Yayasan Aspirasi Muslimah Indonesia (YASMINA). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan dan produktivitas wanita lanjut usia. sasaran dan peserta dalam kegiatan adalah ibu-ibu usia lanjut dan/atau keluarga
Terdapat 6 kegiatan yang dilaksanakan dalam program pemberdayaan wanita pra lanjut usia dan wanita lanjut usia. Kegiatan yang dilaksanakan pada program ini adalah penyuluhan tentang perawatan dan pengasuhan lanjut usia, pelatihan daur ulang sampah plastik, pelatihan menyulam pita dan mayet, Terdapat 6 kegiatan yang dilaksanakan dalam program pemberdayaan wanita pra lanjut usia dan wanita lanjut usia. Kegiatan yang dilaksanakan pada program ini adalah penyuluhan tentang perawatan dan pengasuhan lanjut usia, pelatihan daur ulang sampah plastik, pelatihan menyulam pita dan mayet,