HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Program Pemberdayaan Wanita Pra Lanjut Usia dan Wanita Lanjut Usia di Bogor

Program Pemberdayaan Wanita Pra Lanjut Usia dan Wanita Lanjut Usia adalah suatu program pemberdayaan usia lanjut yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional dan bekerjasama dengan Yayasan Aspirasi Muslimah Indonesia (YASMINA), dan Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Program tersebut diikuti oleh pra lanjut usia dan lanjut usia wanita yang berumur 45-85 tahun.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh program pemberdayaan lanjut usia ini yaitu:

1. Perawatan lanjut usia, kegiatan ini mendidik lanjut usia untuk merawat diri sendiri di usianya sekarang meliputi pengetahuan tentang makanan, gizi seimbang dan olahraga yang baik untuk menjaga kesehatan lanjut usia. Hal ini dimaksudkan agar wanita lanjut usia dapat merawat diri mereka tanpa bergantung dengan orang lain. Untuk wanita pra lanjut usia sendiri hal ini dapat melatih dirinya untuk merawat diri menjelang lanjut usia.

2. Kemandirian sosial, kegiatan ini meliputi penyuluhan tentang cara berkomunikasi yang baik kepada orang lain dan membuat social group seperti kelompok pengajian agar para lanjut usia dapat berkomunikasi dan menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang-orang sekitarnya. Komunikasi dan hubungan sosial yang baik akan membuat wanita lanjut usia merasa lebih bersemangat dalam menjalani hidup sehingga mereka dapat mengaktualisasikan diri mereka di masyarakat.

3. Kemandirian ekonomi, dalam kegiatan ini lanjut usia diajarkan untuk berkreatifitas seperti menyulam dan mendaur ulang sampah plastik. Kegiatan ini bertujuan agar wanita lanjut usia tetap produktif dan tidak menjadi beban bagi keluarga serta orang lain. Tujuan umum dari program pemberdayaan lanjut usia ini adalah

meningkatkan kemandirian sosial ekonomi dari usia lanjut, sedangkan tujuan khususnya adalah: meningkatkan kesehatan lanjut usia; memperbaiki pola hidup yang baik; meningkatkan status gizi; dan meningkatkan keterampilan untuk menunjang perekonomian. Keluaran dari program pemberdayaan lanjut usia tersebut adalah meningkatkan pendapatan lanjut usia.

Peserta program terdiri dari kelompok pengajian ibu-ibu Agrianita dan kelompok pengajian ibu-ibu Desa Babakan. Kedua kelompok pengajian ini berada dalam binaan Agrianita Institut Pertanian Bogor. Kelompok pengajian ibu- ibu Agrianita terdiri dari istri pensiunan, dosen ataupun pegawai IPB. Sebagian besar anggota kelompok pengajian Agrianita bertempat tinggal di Perumahan Dosen dalam komplek lingkar kampus IPB. Ibu-ibu kelompok pengajian Agrianita juga ada yang bertempat tinggal di daerah Kota Bogor. Ibu-ibu kelompok pengajian Desa Babakan bertempat tinggal di daerah Babakan Raya yang tersebar antara RT 01, 02, 03, 04, dan 07.

Kedua kelompok pengajian ini mengadakan pengajian bersama setiap satu bulan sekali yang biasanya dilakukan pada hari Rabu minggu kedua atau ketiga setiap bulannya. Tempat dilaksanakannya pengajian adalah Wisma Land Huis lingkar kampus IPB. Setiap acara pengajian juga diisi dengan beberapa kegiatan edukasi seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Kelompok pengajian Desa Babakan juga mengadakan pengajian secara mandiri setiap minggu yang dilaksanakan setiap hari Selasa.

Proporsi Wanita Lanjut Usia Berdasarkan Status Kadar Asam Urat

Semua contoh yang mempunyai hasil pemeriksaan kadar asam urat dan sesuai dengan kriteria inklusi dijadikan contoh dalam penelitian ini. Hasil pemeriksaan tersebut kemudian diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok dengan kadar asam urat normal dan tinggi berdasarkan klasifikasi kenormalan kadar asam urat menurut Wohl & Goodhart (1968). Berikut ini sebaran contoh berdasarkan kadar asam uratnya.

Tabel 8 Proporsi contoh berdasarkan kadar asam urat

Range Kadar Asam

Total Urat

Normal

Tinggi

≥6 mg/dL Rata-rata± SD

2-6 mg/dL

Min;Max

Hasil dari pengklasifikasian contoh berdasarkan kadar asam uratnya didapatkan bahwa rata-rata kadar asam urat contoh keseluruhan adalah 6.4±3.06 mg/dL dengan kadar asam urat terkecil adalah 2 mg/dL dan tertinggi adalah 19.8 mg/dL. Rata-rata kadar asam urat pada contoh normal adalah 4.57±1.02 mg/dL dan pada kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi adalah 8.3±3.2 mg/dL. Jumlah proporsi wanita lanjut usia yang memiliki kadar asam urat normal dan tinggi sama besar, yaitu 50%-50%.

Karakteristik Rumah Tangga

Tingkat Pendidikan. Tingkat pendidikan contoh dibagi ke dalam empat kategori berdasarkan sebaran contoh, yaitu tidak sekolah, lulus SD, lulus SMP, lulus SMA dan lulus perguruan tinggi. Tingkatan pendidikan contoh cukup beragam mulai dari kategori tidak sekolah hingga lulus perguruan tinggi. Tabel 9 menunjukkan bahwa kelompok contoh dengan kadar asam urat normal sebagian besar lulusan sekolah dasar (SD), yaitu sebanyak 8 orang (53.3%) dan begitu juga pada kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi, yaitu sebanyak 5 orang (23.3%). Meskipun rata-rata tingkat pendidikan pada ke dua kelompok itu sama tetapi pada kelompok asam urat tinggi terdapat contoh yang tidak bersekolah, yaitu sebanyak 13.3% dan tidak ada contoh yang tamat sekolah menengah pertama (SMP). Sedangkan pada kelompok asam urat normal tidak ada yang tidak sekolah, semua contoh bersekolah mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Contoh yang menamatkan pendidikannya sampai jenjang sekolah menengah atas lebih banyak terdapat pada kelompok dengan kadar asam urat tinggi, yaitu sebesar 26.7%, tetapi pada kelompok asam urat normal hanya 13.3%. Jumlah contoh dengan tingkat pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi pada ke dua kelompok sama, yaitu sebanyak 26.7%. Hasil uji beda menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p=0.9) antara tingkat pendidikan pada kedua kelompok contoh.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan

Total Pendidikan

Tingkat

Contoh dengan

Contoh dengan

kadar As.Urat

kadar As.Urat

normal

tinggi

Tidak sekolah

2 13.3 4 26.7 6 20 Perguruan tinggi

Tingkat Pendapatan Keluarga. Pendapatan merupakan salah satu faktor ekonomi yang mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Pendapatan mempengaruhi anggaran belanja pangan rumah tangga yang pada akhirnya mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata penghasilan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga (Susanti dalam Mutingatun 2006).

Menurut Darmojo (2000) dalam Mutingatun (2006), usia lanjut di

Ketergantungan pada anak lebih banyak diderita oleh wanita usia lanjut dan persentasenya naik dengan bertambahnya usia. Banyak faktor yang menentukan status ekonomi usia lanjut. Hal ini bisa disebabkan oleh produktivitas usia lanjut yang semakin berkurang dengan bertambahnya usia sehingga pendapatan yang didapat tidak murni hasil kerja usia lanjut.

Ada beberapa kondisi yang membatasi kesempatan kerja bagi pekerja usia

sebagian besar industri/perusahaan mewajibkan pekerja pada usia tertentu untuk pensiun. Mereka tidak mau lagi merekrut pekerja yang mendekati usia wajib pensiun, karena waktu, tenaga dan biaya untuk melatih mereka sebelum bekerja relatif mahal (2) Jika personalia perusahaan dijabat orang yang lebih muda, maka para usia lanjut sulit mendapatkan pekerjaan (3) Sikap sosial. Kepercayaan bahwa pekerja yang sudah tua mudah kena kecelakaan, karena kerja lamban, perlu dilatih agar menggunakan teknik-teknik modern merupakan penghalang utama bagi perusahaan untuk mempekerjakan orang usia lanjut (4) Fluktuasi dalam daur usaha. Jika kondisi usaha suram maka usia lanjut adalah yang pertama kali harus diberhentikan dan kemudian digantikan orang yang lebih muda apabila kondisi usaha sudah membaik (Hurlock dalam Marga 2007).

lanjut: (1)

Wajib pensiun,

pemerintah

dan

ga kategori, yaitu ≤Rp 500.000, Rp 500.000 sampai dengan Rp 1.000.000 dan di atas Rp 1.000.000. Sebagian besar pendapatan contoh pada kelompok kadar asam urat normal dan tinggi adalah pada kisaran di atas satu juta rupiah. Tetapi bila dilihat proporsinya, jumlah contoh dengan penghasilan di atas satu juta rupiah lebih banyak pada kelompok kadar asam urat tinggi, yaitu sebanyak 9 orang atau sebesar 60%. Sedangkan pada kelompok asam urat normal hanya 6 orang atau sebesar 40%. Pada kelompok asam urat tinggi sangat sedikit contoh dengan penghasilan kurang dari sama dengan lima ratus ribu rupiah, yaitu hanya sebanyak 2 orang atau 13.3%. Sedangkan pada kelompok asam urat normal terdapat 4 orang (26.7%) dengan penghasilan di bawah lima ratus ribu rupiah.

Tingkat pendapatan contoh dibagi menjadi ti

Pendapatan dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang, termasuk pola makan seseorang. Penghasilan yang besar menyebabkan seseorang dapat lebih mampu mengkonsumsi makanan dalam jumlah dan kualitas yang lebih baik. Konsumsi makanan dalam jumlah yang banyak belum tentu baik untuk kesehatan. Pola konsumsi makan yang tidak baik dapat menyebabkan gangguan kesehatan diantaranya seperti kadar asam urat yang meningkat yang akan Pendapatan dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang, termasuk pola makan seseorang. Penghasilan yang besar menyebabkan seseorang dapat lebih mampu mengkonsumsi makanan dalam jumlah dan kualitas yang lebih baik. Konsumsi makanan dalam jumlah yang banyak belum tentu baik untuk kesehatan. Pola konsumsi makan yang tidak baik dapat menyebabkan gangguan kesehatan diantaranya seperti kadar asam urat yang meningkat yang akan

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga

Tingkat Pendapatan

Contoh dengan

Contoh dengan

Total

kadar As.Urat

kadar As.Urat

normal

tinggi

4 26.7 2 13.3 6 20 Rp 500.000- Rp 1 juta

≤ Rp 500.000

5 33.3 4 26.7 9 30 ≥ Rp 1 juta

Besar Keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak (keluarga inti). Besar keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah (Suhardjo 1989). Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (1998) membagi besar keluarga menjadi tiga kategori yaitu kecil (≤ 4 orang), sedang (5-6 orang) dan besar (≥ 7 orang). Data besar keluarga dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

Besar Keluarga

Contoh dengan

Contoh dengan

Total

kadar As.Urat

kadar As.Urat

normal

tinggi

9 60.0 10 66.7 19 63.4 5-6 orang (sedang)

≤ 4 orang (kecil)

5 33.3 5 33.3 10 33.3 ≥ 7 orang (besar)

Besaran keluarga contoh pada kedua kelompok cukup beragam. Rata- rata contoh tergolong dalam kelurga kecil, yaitu ≤ 4 orang. Kelompok contoh

dengan kadar asam urat normal yang tergolong keluarga kecil sebanyak 9 orang (60%), keluarga sedang sebanyak 5 orang (33.3%) dan keluarga besar sebanyak

1 orang (6.7%). Sedangkan kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi yang termasuk ke dalam keluarga kecil sebanyak 10 orang (66.7%), sedang sebanyak 5 orang (33.3%) dan tidak ada contoh yang termasuk ke dalam keluarga besar. Contoh yang tergolong besar keluarga sedang biasanya tinggal bersama anak, menantu dan cucu, sedangkan contoh yang tergolong kecil biasanya hidup terpisah dari anak dan hanya tinggal dengan suami saja. Hasil uji beda menunjukkan bahwa besaran keluarga pada ke dua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.1).

Pekerjaan. Status pekerjaan contoh dibagi dalam beberapa kategori

(Ibu Rumah Tangga) dan lainnya (termasuk pensiunan). Jenis pekerjaan seseorang merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan karena jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan pendapatan yang diterima (Suharjo 1989). Selain itu, pekerjaan juga menentukkan aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dan alokasi waktu seseorang untuk dapat melakukan kegiatan olahraga. Tabel 12 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan pekerjaannya.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan

Contoh dengan

Contoh dengan

Total

kadar As.Urat

kadar As.Urat

normal

tinggi

0 0.0 0 0.0 0 0 Ibu rumah tangga

Sebagian besar contoh pada kedua kelompok hanya sebagai ibu rumah tangga, yaitu sebesar 13 orang atau 86.6% (Tabel 12). Tidak ada contoh yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Hal ini diduga karena pada usia 55 tahun sudah memasuki usia pensiun. Pada kelompok contoh dengan kadar asam urat rendah terdapat 1 orang (6.7%) yang bekerja sebagai wiraswasta dan 1 orang (6.7%) termasuk kategori lainnya. Pada kelompok asam urat tinggi tidak ada yang bekerja sebagai wiraswasta, tetapi terdapat dua orang (13.4%) yang termasuk ke dalam kategori lainnya. Contoh yang tidak bekerja menggunakan sebagian besar waktunya untuk mengurus rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah, mencuci, menjaga anak dan kegiatan sosial. Hasil uji beda menunjukkan bahwa jenis pekerjaan pada kedua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.326).

Karakteristik Individu

Usia. Peserta Program Pemberdayaan Wanita Pra Lanjut Usia dan Wanita Lanjut Usia di Bogor yang berusia 55-85 tahun, yaitu sejumlah 39 orang. Peserta program yang diambil sebagai contoh dalam penelitian adalah sejumlah

30 orang, yaitu sekitar 46.8%. Jumlah tersebut didapat setelah peserta Program Pemberdayaan Wanita Pra Lanjut Usia dan Wanita Lanjut Usia di Bogor dikenai kriteria inklusi. Menurut Departemen Kesehatan (1991), pengelompokkan usia lanjut dini yaitu kelompok dalam masa prasenium adalah 55-64 tahun dan kelompok usia lanjut dalam masa senium berusia 65 tahun ke atas. Usia contoh 30 orang, yaitu sekitar 46.8%. Jumlah tersebut didapat setelah peserta Program Pemberdayaan Wanita Pra Lanjut Usia dan Wanita Lanjut Usia di Bogor dikenai kriteria inklusi. Menurut Departemen Kesehatan (1991), pengelompokkan usia lanjut dini yaitu kelompok dalam masa prasenium adalah 55-64 tahun dan kelompok usia lanjut dalam masa senium berusia 65 tahun ke atas. Usia contoh

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan usia

Usia Contoh dengan

Total kadar As.Urat

Contoh dengan

kadar As.Urat

normal

tinggi

55-64 tahun

Contoh yang memiliki kadar asam urat normal dan kadar asam urat tinggi sebagian besar tergolong dalam rentang usia 55-64 tahun. Pada kelompok asam urat normal terdapat 10 orang (66.7%) yang termasuk ke dalam usia 55-64 tahun dan pada kelompok asam urat tinggi terdapat 8 orang (53.3%) yang termasuk ke dalam usia tersebut. Sedangkan usia contoh dengan rentang usia ≥ 65 tahun secara berturut-turut pada kelompok asam urat normal dan tinggi adalah 33.3% dan 46.7%. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata usia pada pada ke dua kelompok contoh (p=0.355).

Usia Menopause. Menurut Oswari (1997), menopause biasanya terjadi pada usia 40-45 tahun. Sedangkan menurut Wirakusumah (2004), usia menopause berkisar antara 35-55 tahun. Usia memasuki menopause dapat berbeda-beda pada setiap wanita. Setelah menopause, wanita akan mengalami masa Senile, yaitu masa dimana terjadi keseimbangan hormonal sehingga tidak ada lagi gangguan psikis maupun fisiologis. Pada usia menopause wanita lebih rentan terkena penyakit gout yang diakibatkan oleh meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hal ini dikarenakan sudah tidak diproduksinya hormon estrogen yang berfungsi sebagai pelindung pada wanita. Berikut ini adalah sebaran usia menopause pada contoh.

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan usia menopause

Total Menopause

Usia Contoh dengan

Contoh dengan

kadar As.Urat

kadar As.Urat

Contoh dengan kadar asam urat normal lebih banyak mengalami menopause pada usia di atas 50 tahun, yaitu sebanyak 11 orang atau 73.3% dan di bawah sama dengan 50 tahun sebanyak 4 orang atau 26.7%. Sebaliknya, pada kelompok kadar asam urat tinggi lebih banyak mengalami menopause pada usia di bawah sama dengan 50 tahun, yaitu sebanyak 9 orang atau 60% dan di

atas 50 tahun sebesar 40%. Selama seorang perempuan mempunyai hormon

estrogen, maka pembuangan asam urat dapat terekskresi dengan baik. Ketika sudah tidak mempunyai estrogen, seperti saat menopause, barulah perempuan berisiko terkena asam urat. Hasil uji beda menunjukkan bahwa usia menopause pada kedua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.069).

Pengetahuan Gizi Asam Urat. Pengetahuan gizi mengenai asam urat merupakan pengetahuan tentang apa itu asam urat, apa penyebab dan gejalanya, kadar normal asam urat dalam darah serta mekanan apa yang mampu meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Pengetahuan gizi ini dapat mempengaruhi sikap serta pola pikir contoh dalam menjaga kesehatannya, terutama menjaga kadar asam uratnya agar tetap normal. Pengetahuan gizi akan membantu dalam pemilihan pangan yang akan dikonsumsi, disesuaikan dengan kebutuhan gizi, selera, maupun keadaan keuangan rumah tangga, sehingga dengan pengetahuan gizi yang tinggi diharapkan dapat menghindarkan dirinya maupun anggota rumah tangganya dari masalah pangan dan gizi. Kelompok contoh dengan kadar asam urat normal yang mempunyai pengetahuan gizi dengan kategori baik hanya 1 orang saja atau 6.7%, sebanyak 3 orang (20%) berkategori cukup dan sebanyak 11 orang atau 73.3% berkategori kurang. Pada kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi terdapat 2 orang (13.3%) yang berkategori baik, 6 orang (40%) berkategori cukup dan 7 orang (46.7%) berkategori kurang.

Lebih banyaknya contoh yang memiliki kategori kurang mengenai pengetahuan gizi seputar asam urat pada ke dua kategori diduga karena informasi tentang asam urat masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan Lebih banyaknya contoh yang memiliki kategori kurang mengenai pengetahuan gizi seputar asam urat pada ke dua kategori diduga karena informasi tentang asam urat masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi

Total Pengetahuan

Tingkat Contoh dengan

Contoh dengan

kadar As.Urat

kadar As.Urat

normal

tinggi

1 6.7 2 13.3 3 10 Cukup (6-8)

Tidak adanya hubungan antara pengetahuan gizi dengan kadar asam urat juga diperkirakan dapat terjadi karena contoh kurang mempraktikkan pengetahuan gizi yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak terdapat perubahan perilaku menjadi lebih baik. Perubahan perilaku makan dan menghindari makanan yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah harus diperhatikan dalam mengupayakan kadar asam urat yang normal dan terkontrol. Menurut Sanjur (1982) dalam Sukandar (2007), pengaruh pengetahuan gizi terhadap konsumsi tidak selalu benar, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi, belum tentu konsumsi makan menjadi baik. Konsumsi makanan jarang dipengaruhi oleh pengetahuan gizi secara tersendiri, tetapi merupakan interaksi dengan sikap dan keterampilan gizi. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang positif tentang makanan maka akan memiliki kualitas makanan yang lebih baik. Kualitas yang dimaksud adalah ketersediaan zat gizi dalam jumlah dan jenis yang cukup bagi kesehatan tubuh. Hasil uji beda menunjukkan bahwa pengetahuan gizi tentang asam urat pada ke dua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.361).

Status Gizi

Pengukuran IMT bertujuan untuk melihat tingkat obesitas responden, hasil penelitian Yenrina (2001) menunjukkan sebanyak 56.67% responden mempunyai nilai IMT lebih besar dari 25 termasuk kategori kegemukan. Menurut Soegih (1991) dalam Yenrina (2001) kegemukkan merupakan salah satu pemicu terjadinya hiperurisemia.

Penilaian status gizi lansia ditentukan melalui perhitungan Indeks Massa Penilaian status gizi lansia ditentukan melalui perhitungan Indeks Massa

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan usia status gizi

Status Gizi Contoh dengan

Contoh dengan

Total

kadar As.Urat

kadar As.Urat

Normal (23-29)

Kelompok contoh dengan kadar asam urat normal sebagian besar berstatus gizi normal, yaitu sebanyak 12 orang (80%) dan sebanyak 3 orang (20%) berstatus gizi lebih. Pada kelompok dengan kadar asam urat tinggi juga lebih banyak contoh dengan kategori berstatus gizi normal, yaitu sebanyak 11 orang atau 73.3% dan 5 orang (33.3%) lainnya berstatus gizi lebih. Seseorang dengan status gizi lebih atau obesitas lebih berisiko mempunyai kadar asam urat yang tinggi bila dibandingkan dengan orang berstatus gizi normal. Timbunan lemak yang terdapat dalam jaringan adiposa menghambat ekskresi asam urat. Hasil uji beda menunjukkan bahwa status gizi pada kedua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.407).

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan otot-otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi untuk menghantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyak energi yang dibutuhkan tergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2002). Kegiatan fisik yang cukup besar memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kestabilan berat badan dan juga kebutuhan gizi seseorang.

Aktivitas fisik dalam penelitian ini meliputi aktivitas individu dalam satu hari dan kebiasaan olahraga. Berdasarkan record aktivitas contoh (Tabel 17) dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh beraktivitas sedang (1.70-1.99). Baik kelompok contoh dengan kadar asam urat normal maupun tinggi, keduanya memiliki presentasi tingkat aktivitas yang sama, yaitu 7 orang tergolong Aktivitas fisik dalam penelitian ini meliputi aktivitas individu dalam satu hari dan kebiasaan olahraga. Berdasarkan record aktivitas contoh (Tabel 17) dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh beraktivitas sedang (1.70-1.99). Baik kelompok contoh dengan kadar asam urat normal maupun tinggi, keduanya memiliki presentasi tingkat aktivitas yang sama, yaitu 7 orang tergolong

Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas fisik

Tingkat Aktivitas

Contoh dengan

Contoh dengan Total

kadar As.Urat

kadar As.Urat

normal

tinggi

Sangat ringan (1.20-1.40)

0 0.0 0 0.0 0 0 Ringan (1.40-1.69)

7 47 7 47 14 46.7 Sedang (1.70-1.99)

Sebanyak 73 % contoh dari kelompok dengan kadar asam urat normal memiliki kebiasaan berolahraga setiap harinya. Sebagian besar dari mereka menyatakan bahwa berolahraga membuat badan menjadi lebih bugar. Beberapa orang menyatakan merasa senang ketika melakukan olahraga. Olahraga selain dapat membuat badan menjadi sehat juga dapat membangun hubungan sosial di masyarakat. Rata- rata lansia mengikuti kelompok senam sehingga sambil berolahraga mereka dapat bersosialisasi. Hanya 27 % saja yang tidak menyukai olah raga.

Pada kelompok dengan kadar asam urat tinggi juga tidak jauh berbeda, sekitar 67 % mempunyai kebiasaan olah raga dan sekitar 33 % mengaku tidak memiliki kebiasaan berolahraga. Alasan contoh yang tidak mempunyai kebiasaan berolahraga adalah sebagian besar dikarenakan contoh merasa lelah, sibuk dengan aktivitas hariannya dan juga dikarenakan contoh merasa malas berolahraga. Proses penuaan menyebabkan perubahan komposisi tubuh, hal ini ditandai dengan penurunan 2-3% massa tubuh tanpa lemak per dekade. Kondisi ini akan membatasi aktivitas yang menuntut ketangkasan fisik (Wirakusumah 2001). Jenis olah raga yang dilakukan contoh dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Sebaran contoh terbiasa berolahraga menurut jenis olahraga

Jenis Olahraga

Contoh dengan Contoh dengan

Total

kadar As.Urat

kadar As.Urat

normal

tinggi

Jalan kaki

7 63.6 4 40 11 52.4 Senam

1 9.1 0 0.0 1 4.7 Jalan kaki dan senam

Sebagian besar contoh yang terbiasa berolahraga baik dari kelompok dengan kadar asam urat normal maupun tinggi memilih olahraga jalan kaki sebagai jenis olahraga rutin yang dilakukan contoh, yaitu 63.6% untuk kelompok asam urat normal dan 40% untuk kelompok asam urat tinggi. Pada kelompok dengan kadar asam urat tinggi sebesar 20% memilih olahraga tenis. Kombinasi olahraga senam dan juga jalan pagi dilakukan oleh 27.3% contoh dari kelompok normal dan 40% dari kelompok tinggi.

Latihan aerobik dengan latihan beban juga dapat mempertahankan massa tulang. Karena seringnya masalah persendian pada lanjut usia, aktivitas dengan beban ringan seperti berjalan merupakan aktivitas aerobik yang mudah, praktis, dan sering dilakukan (Komnas Lansia 2010).

Waktu untuk melakukan kegiatan olahraga tersebut berkisar 30 menit sampai 1 jam untuk jalan kaki dengan frekuensi 3-7 kali seminggu. Olahraga jalan kaki memang olahraga yang memiliki tingkat cedera paling rendah sehingga cocok untuk para wanita usia lanjut. Rata-rata contoh melakukan olahraga jalan kaki pada pagi hari. Untuk olahraga tenis memakan waktu 1-2 jam dengan frekuensi 3 kali seminggu. Sedangkan untuk olahraga senam sekitar 1 jam dengan frekuensi 3 kali seminggu. Pada masa menopause disarankan memilih olahraga yang tidak terlalu berat, seperti jalan kaki, yang dilakukan secara teratur dan kontinu (Wirakusumah 2004).

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan mengenai gizi dan makanan yang dilmilikinya. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki atau diketahui oleh seseorang yang didapatkan dari pengamatan indrawi. Pengetahuan gizi akan mampu mengatasi keterbatasan akses keluarga terhadap pangan. Dengan pengetahuan gizi yang baik, pengolahan dan pemanfaatan pangan yang tersedia dapat lebih optimal untuk memenuhi kebutuhan gizi (Harper et al. 1986).

Konsumsi pangan pada lansia tentu berbeda dengan konsumsi pangan pada usia dewasa. Adanya perubahan pada pencernaan dan juga indera perasa mengakibatkan lansia mengalami penurunan dalam proses pencernaan makanan dan metabolisme pada tubuh. Tingkat kecukupan energi dan protein dihitung berdasarkan proses estimasi Angka Kecukupan Energi (AKE) pada WNPG VIII bagi orang dewasa yang dihitung dengan menggunakan Oxford Equation berdasarkan Energi Basal Metabolisme (EMB).

Konsumsi pangan lansia diukur dengan metode recall 1x24 jam dikarenakan sulitnya waktu pertemuan dengan contoh untuk melakukan recall kembali. Untuk analisis perbedaan rataan konsumsi pangan, maka pangan dikelompokkan ke dalam enam kelompok pangan, yaitu pangan pokok, pangan hewani, pangan nabati, sayur, buah dan pangan sumber purin. Dari data tersebut dapat dianalisis frekuensi dan berat pangan yang dikonsumsi dalam seminggu.

Jenis dan Frekuensi Konsumsi Pangan. Jenis pangan yang dianalisis berdasarkan golongan makanan yang paling sering dikonsumsi contoh. Berdasarkan hal itu maka golongan makan tersebut terdiri atas makanan pokok yang merupakan sumber karbohidrat, pangan hewani, pangan nabati, sayur dan buah serta air. Frekuensi makan diambil dari frekuensi makan terbanyak dari setiap jenis makanan yang paling sering dikonsumsi. Jenis dan frekuensi makan dikelompokkan berdasarkan golongan makanan.

Terdapat lima jenis makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh lansia contoh adalah beras, roti, kentang, ubi jalar, dan singkong. Seperti yang tertera pada Tabel 19, beras merupakan jenis makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh lansia pada kedua kelompok. Rata-rata konsumsi beras pada kelompok dengan kadar asam urat normal adalah 21 kali/minggu. Sedangkan pada kelompok asam urat tinggi tidak jauh berbeda, yaitu (20.06 ±2.4) kali/minggu. Dari kelima jenis makanan pokok tersebut, singkong merupakan makanan pokok yang paling jarang dikonsumsi contoh. Frekuensi makan singkong pada contoh dengan kadar asam urat normal sebanyak (1.4±

0.9) kali/minggu dan pada contoh dengan kadar asam urat tinggi sebanyak (1.7 ±

0.9) kali/minggu.

Tabel 19 Rataan frekuensi konsumsi makanan pokok contoh

Jenis pangan Rataan Frekuensi Konsumsi (kali/minggu) Normal

Tinggi

Total

Makanan Pokok

Ubi Jalar

1;4 Keterangan: data disajikan dalam bentuk rata-rata±stdev beserta frekuensi minimal;maksimal

Berikut ini adalah tabel rataan frekuensi pangan hewani yang dikonsumsi oleh contoh selama seminggu. Jenis pangan hewani yang disajikan dalam tabel merupakan lima jenis pangan hewani yang paling sering dikonsumsi oleh semua contoh.

Tabel 20 Rataan frekuensi konsumsi pangan hewani contoh

Jenis pangan Rataan Frekuensi Konsumsi (kali/minggu) Normal (n=15)

Tinggi (n=15)

Total (n=30)

Pangan Hewani

Daging Ayam

Telur Ayam

Ikan Asin

Daging Sapi

0;7 Keterangan: data disajikan dalam bentuk rata-rata±stdev beserta frekuensi

minimal;maksimal.

Pangan hewani merupakan jenis bahan pangan yang mengandung protein. Pada kedua kelompok contoh terlihat bahwa pangan hewani yang paling banyak dikonsumsi adalah ikan segar, daging ayam, telur ayam, ikan asin, dan yang terakhir adalah daging. Pada kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi sudah tidak mengkonsumsi pangan hewani seperti jeroan, tetelan, usus, dan pangan hewani lainnya yang banyak mengandung lemak. Telur ayam merupakan pangan hewani yang paling sering dikonsumsi oleh kedua kelompok contoh, yaitu (3.2±3.8) kali/minggu untuk kelompok contoh normal dan (4.0±3.04) kali/minggu.

Pangan nabati yang banyak dikonsumsi contoh merupakan pangan nabati turunan dari kacang-kacangan, yaitu tahu, tempe, taucho, kacang kedelai dan kacang ijo. Rata-rata frekuensi konsumsi tahu pada kelompok contoh dengan asam urat tinggi lebih tinggi dari contoh dengan kadar asam urat normal, yaitu (5.13 ± 1.40) kali/minggu. Sedangkan pada contoh dengan kadar asam urat normal sebanyak (4.2 ± 1.69) kali/minggu.

Dibandingkan dengan tahu, tempe mempunyai kadar purin yang lebih tinggi, ini terjadi karena adanya sumbangan purin yang berasal dari kapang sebagai inoculum pada pembuatan tempe. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Dwiyanti (1998) dimana semakin lama waktu fermentasi jumlah adenine pikrat dan RNA tempe meningkat. Tahu mempunyai kadar purin yang lebih rendah dibandingkan tempe, karena pada proses pembuatan tahu ada tahapan pembuatan susu kedelai dan koagulasi, diduga pada tahapan ini purin terbuang melalui ampas tahu maupun whey-nya.

Tabel 21 Rataan frekuensi konsumsi pangan nabati contoh

Jenis pangan Rataan Frekuensi Konsumsi (kali/minggu) Normal

Tinggi

Total

Pangan Nabati

Kacang Kedelai

Kacang Hijau

0;1 Keterangan: data disajikan dalam bentuk rata-rata±stdev beserta frekuensi

minimal;maksimal.

Sayuran yang banyak dikonsumsi oleh kedua kelompok contoh adalah kangkung, bayam, buncis, wortel, dan ketimun. Jenis sayuran kangkung, bayam, dan buncis merupakan jenis sayuran yang sebaiknya dibatasi, seperti disebutkan dalam Khomsan (2005) bahwa sayuran yang dikurangi konsumsinya adalah bayam, kangkung, daun melinjo, buncis, kembang kol, jamur, dan asparagus. Jenis sayuran tersebut dapat memicu peningkatan kadar asam urat pada seseorang. Rata-rata frekuensi konsumsi kangkung pada contoh dengan kadar asam urat normal adalah sebesar (2.46 ± 1.06) kali/minggu. Sedangkan pada contoh dengan kadar asam urat tinggi sebesar (2.67 ± 1.17) kali/minggu. Hal ini Sayuran yang banyak dikonsumsi oleh kedua kelompok contoh adalah kangkung, bayam, buncis, wortel, dan ketimun. Jenis sayuran kangkung, bayam, dan buncis merupakan jenis sayuran yang sebaiknya dibatasi, seperti disebutkan dalam Khomsan (2005) bahwa sayuran yang dikurangi konsumsinya adalah bayam, kangkung, daun melinjo, buncis, kembang kol, jamur, dan asparagus. Jenis sayuran tersebut dapat memicu peningkatan kadar asam urat pada seseorang. Rata-rata frekuensi konsumsi kangkung pada contoh dengan kadar asam urat normal adalah sebesar (2.46 ± 1.06) kali/minggu. Sedangkan pada contoh dengan kadar asam urat tinggi sebesar (2.67 ± 1.17) kali/minggu. Hal ini

Tabel 22 Rataan frekuensi konsumsi sayuran contoh

Jenis pangan Rataan Frekuensi Konsumsi (kali/minggu) Normal

2;14 Keterangan: data disajikan dalam bentuk rata-rata±stdev beserta frekuensi

minimal;maksimal

Buah sangat baik untuk tubuh, terlebih buah yang banyak mengandung air seperti semangka, melon, blewah, belimbing dan jambu air. Tetapi buah yang mengandung alkohol sebaiknya dibatasi seperti durian dan nanas (Khomsan 2005). Jeruk merupakan buah yang paling sering dikonsumsi oleh kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi sedangkan kelompok dengan kadar asam urat normal lebih sering mengkonsumsi pepaya. Hal ini diduga karena jerukdan pepaya merupakan buah yang paling mudah ditemui di pasaran dan harganya yang relatif murah. Konsumsi pepaya pada contoh dengan kadar asam urat normal sebanyak (3±1.96) kali/minggu dan konsumsi jeruk pada contoh dengan kadar asam urat tinggi sebanyak (2.3 ±1.2) kali/minggu.

Tabel 23 Rataan frekuensi konsumsi buah contoh

Jenis Pangan Rataan Frekuensi Konsumsi (kali/minggu) Normal (n=15)

Tinggi (n=15)

Total (n=30)

Jambu biji

2;14 Keterangan: data disajikan dalam bentuk rata-rata±stdev beserta frekuensi

minimal;maksimal

Tingkat Kecukupan Zat Gizi

Tingkat kecukupan zat gizi yang dihitung adalah zat gizi makro, yaitu energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Konsumsi pangan contoh diperoleh melalui recall 1x24 jam dengan alasan contoh sulit untuk ditemui dan dilakukan recall. Meskipun hanya dilakukan recall 1x24 jam, dapat diketahui bahwa jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi contoh tidak lah jauh berbeda setiap harinya karena mereka pun juga sudah membatasi jumlah dan jenis pangan yang dapat mereka konsumsi.

Untuk mengetahui menghitung tingkat kecukupan energi dan protein, rataan asupan contoh dibagi dengan rataan Angka Kecukupannya berdasarkan AKG WNPG VIII. Sedangkan untuk karbohidat dan lemak tidak dihitung tingkat kecukupannya dikarenakan zat gizi tersebut tidak memiliki angka kecukupan. Berikut ini merupakan tabel jumlah pangan beserta kandungan gizinya dalam sehari.

Tabel 24 Jumlah konsumsi dan kandungan gizi pangan contoh dalam sehari

Variabel Kadar Asam Urat (mg/dL) Normal

Tinggi Total

Asupan energi (kkal)

(1081;2796) (1073;2796) Angka Kecukupan Energi (kkal/hari)

(1271;2167) (1239;2167) Tingkat Kecukupan Energi (%)

(44.2-108.1) (44.2-119.7) Asupan protein (g)

(20.9;85.9) (20.9;85.9) Angka Kecukupan Protein (g/hari)

(39.7;54.6) (38.7;61.1) Tingkat Kecukupan Protein (%)

(27.6-125.6) (27.6-163.8) Asupan lemak (g)*

(23.6;107.2) (23.6;109.1) Asupan karbohidrat (g)*

(132.7;378) (132;378) *) Angka kecukupan tidak tercantum dalam WNPG VIII

Keterangan: data disajikan dalam bentuk rata-rata±stdev beserta frekuensi minimal;maksimal.

Konsumsi Energi

Lansia adalah mereka yang telah berusia sama dengan di atas 60 tahun.

aktivitasnya menurun dibandingkan pada masa dewasa atau pun remaja. Hal ini mengakibatkan kecukupan gizi lansia pada umumnya lebih rendah dibandingkan pada kedua masa tersebut (Hardinsyah & Martianto 1988). Wirakusumah (2002) menyatakan bahwa pada lansia penggunaan energi semakin menurun karena proses metabolisme basalnya juga semakin menurun, kenyataan ini juga berimplikasi pada penurunan kebutuhan energi lansia.

Konsumsi energi pada kelompok dengan kadar asam urat normal adalah (1537±283.2) kkal/hari dan pada kelompok dengan kadar asam urat tinggi adalah (1509±391.1) kkal/hari. Jumlah pangan yang dikonsumsi oleh kelompok contoh dengan kadar asam urat normal rata-rata memenuhi 89.6% dari rata-rata kecukupan contoh per hari. Rata-rata Tingkat Kecukupan Energi (TKE) contoh dengan kadar asam urat normal adalah (89.6±17.7)%. Sedangkan Tingkat Kecukupan Energi pada kelompok dengan kadar asam urat tinggi adalah (86.8± 23.6)%. Konsumsi energi pada kelompok dengan kadar asam urat normal lebih tinggi dari konsumsi energi pada kelompok dengan kadar asam urat tinggi. Hasil uji beda menunjukkan bahwa konsumsi energi pada ke dua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.151).

Menurut penelitian Mutingatun (2006), tingkat konsumsi energi wanita usia lanjut rata-rata hanya mencapai (61.1±22.6)% dan tingkat konsumsi protein (68.1±36.1)%. Penelitian lain mengenai usia lanjut juga menunjukkan konsumsi pangan yang tidak memenuhi kecukupan yang dianjurkan. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian tersebut, kecukupan energi pada kedua kelompok contoh dalam penelitian ini sudah tergolong cukup baik.

Konsumsi Protein

Protein merupakan suatu zat gizi yang amat penting bagi tubuh karena disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein digunakan sebagai bahan bakar bila keperluan energi tubuh tidak terpenuhi karbohidrat dan lemak.

Asam-asam nukleat dalam makanan akan dicerna dan konstituennya berupa purin dan pirimidin akan diserap. Sejumlah besar purin dan pirimidin disintesis dari asam-asam amino, terutama dalam hati kemudian dibentuklah nukleotida-nukleotida, RNA dan DNA. Purin dan pirimidin yang dibebaskan pada pemecahan nukleotida dapat dipakai kembali atau dikatabolisir. Sebagian kecil akan dikeluarkan dalam bentuk yang tidak berubah dalam urin (Ganong 1983).

Konsumsi protein pada penderita penyakit asam urat harus dibatasi, terutama yang mengandung purin tinggi. Hal ini dapat meningkatkan produksi asam urat dalam darah akibat tingginya konsumsi bahan pangan dengan kandungan purin tinggi. Maka dari itu diperlukan kehati-hatian dalam memilih bahan pangan. Rata-rata konsumsi protein (Tabel 24) pada kelompok contoh dengan kadar asam urat normal adalah (47.8±14.6) gram/hari dan pada kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi adalah (47.5±16.7) gram/hari. Kedua kelompok tersebut mengkonsumsi protein dalam jumlah yang hampir sama. Meskipun jumlah protein yang dikonsumsi hampir sama tetapi akan memiliki dampak yang berbeda pada penderita penyakit asam urat, yaitu produksi asam urat dalam darah akan cenderung meningkat. Hasil uji beda menunjukkan bahwa konsumsi protein pada ke dua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.535).

Sesuai dengan Angka Kecukupan Protein pada WNPG VIII (2004), rata- rata kecukupan protein contoh dengan kadar asam urat normal adalah (94.8±28.4)% dan pada contoh dengan kadar asam urat tinggi adalah (86.8±23.6)%. Tingkat Kecukupan Protein (TKP) pada kelompok kadar asam urat normal tergolong normal sedangkan TKP pada kelompok asam urat tinggi tergolong defisit rendah. Menurut Khomsan (2005) asupan protein perlu dibatasi karena dapat merangsang biosintesis asam urat dalam tubuh. Beberapa makanan sumber protein yang bisa dikonsumsi adalah telur, susu, dan keju.

Konsumsi Lemak

Lemak merupakan salah satu zat gizi yang penting dan dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang cukup, lemak dapat menyumbangkan energi bila glukosa dalam darah telah habis dipakai. Lemak dalam jumlah yang cukup dapat berfungsi dalam metabolisme tubuh, selain sebagai sumber energi, juga sebagai pelindung bagian-bagian tubuh. Namun bila konsumsinya berlebihan, kelebihan lemak ini akan disimpan dalam tubuh sebagai timbunan lemak (adiposit) dan bila didukung dengan aktivitas yang santai maka akan menyebabkan kegemukan.

Konsumsi lemak berpengaruh terhadap produksi asam urat dalam darah. Bahan pangan yang mengandung lemak tinggi terutama lemak jenuh dapat meningkatkan produksi asam urat. Konsumsi lemak pada kelompok contoh (Tabel 24) dengan kadar asam urat normal sebesar (61.5±27.08) gram/hari dan pada kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi adalah sebesar

(61.8±23.4) gram/hari. Hasil uji beda menunjukkan bahwa konsumsi lemak pada ke dua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.641).

Kegemukan yang diakibatkan oleh konsumsi lemak yang berlebih akan menimbulkan berbagai risiko penyakit pada seseorang, tidak terkecuali kaum lansia. Salah satu penyakit yang muncul akibat dari kegemukan adalah penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, jantung, hipertensi dan juga artritis. Lemak yang tertimbun dalam jaringan adipose akan menghambat sirkulasi darah dan aliran zat gizi dalam tubuh.

Asam urat mempunyai kelarutan yang rendah dalam darah sehingga perlu dilakukan pembatasan terhadap asupan makanan yang dapat menurunkan kelarutannya dalam darah. Salah satu zat gizi yang dapat menurunkan asam urat dalam darah adalah lemak. Konsumsi lemak tinggi akan meningkatkan lemak plasma, akibatnya akan menurunkan kelarutan asam urat (Ganong 1983). Selain itu, pembakaran lemak menjadi kalori akan meningkatkan keton darah (ketosis), sehingga hal ini akan menghambat pembuangan asam urat melalui urin (Khomsan 2005). Terhambatnya ekskresi asam urat dalam darah akan menimbulkan penumpukan asam urat dan akhirnya menimbulkan kristal-kristal yang mengendap pada sendi, terutama pada ujung jari kaki.

Menurut Khomsan (2005), konsumsi lemak berlebihan sebaiknya tidak dilakukan karena lemak akan mengganggu ekskresi asam urat. Oleh sebab itu, pembatasan konsumsi santan, daging berlemak, margarin, mentega, atau makanan yang diolah dengan minyak perlu dilakukan. Asupan lemak yang disarankan yaitu hanya sebanyak 15% dari total kalori. Orang sehat dianjurkan mengkonsumsi lemak maksimal 25% dari total kalori.

Konsumsi Karbohidrat

Krisnatuti et al. (2000) menyatakan bahwa konsumsi tinggi karbohidrat akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Menurut Soegih (1991) dalam Yenrina (2001) konsumsi karbohidrat akan meningkatkan laju pembersihan asam urat karena karbohidrat bersifat non ketogenik, hal ini tentu saja selama tidak berlebihan maupun tak adanya kelainan metabolisme karbohidrat.

Kelainan metabolisme disebabkan oleh defiseinsi enzim glukosa 6- phospatase. Defisiensi enzim ini akan menyebabkan glikogen tidak dapat digunakan sebagai cadangan sumber energi, sehingga tubuh menggunakan sumber energi lainnya berupa lemak atau protein dengan hasil sampingan Kelainan metabolisme disebabkan oleh defiseinsi enzim glukosa 6- phospatase. Defisiensi enzim ini akan menyebabkan glikogen tidak dapat digunakan sebagai cadangan sumber energi, sehingga tubuh menggunakan sumber energi lainnya berupa lemak atau protein dengan hasil sampingan

Rata-rata konsumsi karbohidrat pada kelompok contoh dengan kadar asam urat normal sebesar (202.8±48.3) gram/hari dan kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi adalah sebesar (195.02±59.4) gram/hari. Tingginya konsumsi karbohidrat pada contoh normal tidak menyebabkan peningkatan kadar asam urat dalam darah karena sifatnya yang ketogenik. Sehingga asam urat akan keluar melalui urin. Hasil uji beda menunjukkan bahwa konsumsi karbohidrat pada ke dua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.094).

Disebutkan pula dalam Khomsan (2005) bahwa konsumsi karbohidrat perlu diperhatikan karena karbohidrat mempunyai tendensi untuk meningkatkan pengeluaran asam urat via urin. Namun, sebaiknya yang dikonsumsi adalah karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana seperti gula, madu, sirop, dodol, dan selai justru akan meningkatkan asam urat dalam darah.

Karbohidrat dalam bentuk fruktosa sebaikya dibatasi karena konsumsi fruktosa yang tinggi dapat meningkatkan kadar asam urat. Jika fruktosa akan digunakan oleh tubuh, fruktosa perlu mengalami fosforilasi terlebih dahulu menjadi fruktosa-6-phospat dengan memecah ATP. Pemecahan ATP akan menghasilkan senyawa purin adenine yang pada akhirnya akan dimetabolisme menjadi asam urat (Fisher 1995 dalam Ganong 1983).

Konsumsi Air

Tubuh manusia mengandung 60%-70% air dari seluruh berat badan sehingga bila tubuh kehilangan 20% saja dapat menyebabkan kematian. Fungsi air dalam tubuh dapat melancarkan transportasi zat gizi, mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh, mengatur suhu tubuh, dan mengeluarkan sisa metabolisme dari tubuh (Hardinsyah et al. 2002). Kehilangan air karena kekeringan, buang air, dan keringat harus segera digantikan. Oleh itu disarankan agar kita mengkonsumsi air minimal setara dengan 8 gelas atau 2 liter air sehari (Whitmire dalam Mahan 2000). Intake cairan yang banyak dapat membantu mengeliminasi asam urat, dalam pencegahan renal kalkuli, dan memperlambat progresif keterlibatan ginjal.

Kebutuhan air tentu berbeda menurut kelompok umur, aktivitas, suhu tubuh, dan suhu lingkungan. Kebutuhan air bagi anak dan lansia lebih rendah dibanding kebutuhan air remaja dan dewasa. Kebutuhan air ibu hamil dan menyusui lebih banyak dibanding kebutuhan air wanita ketika tidak hamil dan tidak menyusui. Penelitian ahli ginjal Siregar, P dkk (2009) di Jakarta dalam Hardinsyah (2011) menunjukkan bahwa kebutuhan air pada lansia lebih rendah dari orang dewasa yaitu 1-1,5 liter sehari.

Sebagian contoh mengkonsumsi air kurang dari delapan gelas (2 liter) setiap harinya. Pada kelompok contoh yang memiliki kadar asam urat normal terdapat 66.7% yang mempunyai kebiasaan minum lebih dari sama dengan delapan gelas sehari dan sisanya 33.3% minum kurang dari 8 gelas sehari. Kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi dan memiliki kebiasaan minum lebih dari sama dengan delapan gelas sehari sebesar 40% dan 60% kurang dari delapan gelas. Hasil uji beda menunjukkan perbedaan yang nyata pada konsumsi air minum di ke dua kelompok contoh (p=0.005). Berikut ini adalah sebaran contoh berdasarkan kebiasaan minum sehari.

Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan minum sehari

Konsumsi Contoh dengan

Total Air/hari

Contoh dengan

kadar As.Urat

kadar As.Urat

normal

tinggi

N % ≥ 8 gelas

Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa 53.3% contoh lansia sudah mempunyai kebiasaan minum ≥ 8 gelas/hari. Pada contoh dengan kadar asam

urat tinggi, proporsinya lebih banyak yang mengkonsumsi air minum <8 gelas/ hari dibandingkan dengan ≥ 8 gelas/hari. Kurangnya konsumsi minum pada

kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi merupakan salah satu pemicu tingginya kadar asam urat. Khomsan (2005) juga menyatakan bahwa sangat dianjurkan penderita gout menkonsumsi banyak cairan seperti air putih atau jus buah. Hal ini dapat membantu pembuangan asam urat. Disarankan konsumsi air putih bisa mencapai 10 gelas sehari (2.5 liter).

Jumlah konsumsi air yang dianjurkan untuk lansia menurut penelitian ahli ginjal Siregar, P dkk (2009) di Jakarta dalam Hardinsyah (2011) yaitu 1-1.5 liter sehari. Jumlah ini sesuai untuk lansia dalam keadaan normal. Sedangkan untuk Jumlah konsumsi air yang dianjurkan untuk lansia menurut penelitian ahli ginjal Siregar, P dkk (2009) di Jakarta dalam Hardinsyah (2011) yaitu 1-1.5 liter sehari. Jumlah ini sesuai untuk lansia dalam keadaan normal. Sedangkan untuk

Melalui uji statistik dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang nyata (p<0.05) antara konsumsi air minum dengan kadar asam urat (p=0.006, r=- 0.487). Hal ini menunjukkan hubungan yang sangat erat antara kebiasaan minum dengan pengurangan kadar asam urat. Semakin banyak jumlah konsumsi air minum seseorang maka kadar asam urat dalam darahnya semakin kecil. Menurut Krisnatuti et al. (2000) menyatakan bahwa konsumsi cairan yang tinggi akan menurunkan konsentrasi asam urat di dalam darah melalui pengeluaran urin yang banyak sehingga asam urat yang terbawa juga banyak.

Metabolisme purin dalam tubuh dipengaruhi oleh kerja enzim dan hormon. Hormon yang berperan dalam ekskresi asam urat adalah hormon glukokortikoid adrenal. Fungsi air itu sendiri menurut Santoso et al. (2011) berperan penting dalam pembentukan berbagai cairan tubuh, seperti darah, cairan lambung, hormon, enzim, dan lainnya. Tersedianya air dalam jumlah cukup akan membantu pembentukan enzim dan hormon yang dapat mengekskresikan asam urat sehingga asam urat yang ada pada tubuh akan terekskresikan melalui ginjal dan kadar asam urat dalam darah akan berkurang.

Konsumsi Bahan Pangan Tinggi Purin

Peningkatan kadar asam urat dalam plasma dapat disebabkan oleh meningkatnya produksi asam urat atau menurunnya pengeluaran asam urat. Apabila produksi asam urat meningkat akan terjadi peningkatan pool asam urat, hiperurisemia dan pengeluaran asam urat melalui urin meningkat. Peningkatan produksi asam urat dapat disebabkan oleh tingginya konsumsi bahan pangan yang mengandung purin atau meningkatnya sintesisi purin dalam tubuh (Krisnatuti et al. 2000).

Menurut Yenrina (2001), dalam bahan pangan , purin terikat dalam asam nukleat berupa nukleoprotein. Di dalam usus, asam nukleat dibebaskan dari nukleoprotein oleh enzim pencernaan, dan asam nukleat dipecah menjadi mononukleotida. Selanjutnya mononukleotida dihidrolisis menjadi nukleosida.

Berdasarkan kandungan purinnya, bahan pangan dapat dibagi menjadi tiga golongan A yaitu bahan pangan mengandung purin tinggi dengan kandungan 150-1000 mg purin dalam 100 gram bahan, golongan B yaitu bahan pangan mengandung purin sedang dengan kandungan 50-150 mg purin dalam 100 gram bahan, golongan C yaitu bahan pangan mengandung purin rendah Berdasarkan kandungan purinnya, bahan pangan dapat dibagi menjadi tiga golongan A yaitu bahan pangan mengandung purin tinggi dengan kandungan 150-1000 mg purin dalam 100 gram bahan, golongan B yaitu bahan pangan mengandung purin sedang dengan kandungan 50-150 mg purin dalam 100 gram bahan, golongan C yaitu bahan pangan mengandung purin rendah

Tabel 26 Jumlah konsumsi purin kelompok contoh dalam sehari

Kelompok Contoh Konsumsi Purin (mg/hari) Kadar Asam Urat Normal

Kadar Asam Urat Tinggi

90.87 1318.01 Keterangan: data disajikan dalam bentuk rata-rata±stdev beserta jumlah minimal;maksimal.

Kelompok contoh dengan kadar asam urat normal rata-rata konsumsi purin dalam satu harinya adalah sebeasar (229.29±181.3) mg/hari. Sedangkan pada kelompok contoh dengan kadar asam urat yang tinggi rata-rata konsumsi purin perharinya adalah sebesar (433.6±362.6) mg/hari. Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa rata-rata konsumsi purin perhari pada kelompok contoh dengan kandungan asam urat yang tinggi lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata konsumsi kelompok contoh dengan kandungan asam urat normal. Hasil uji beda menunjukkan bahwa konsumsi purin pada ke dua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata.

Secara uji statistik tidak diperoleh hubungan yang nyata (p>0.05) antara konsumsi purin dengan kadar asam urat dalam darah. Hal ini diduga karena data base kandungan purin pada bahan pangan masih sangat terbatas, sehingga untuk perhitungannya digunakan pendekatan bahan pangan yang hampir sama dengan bahan pangan yang dikonsumsi contoh.

Perhitungan kandungan purin pada bahan pangan didasarkan pada hasil penelitian Yenrina (2001). Pada penelitian tersebut diketahui kandungan purin pada bahan pangan, baik hewani maupun nabati pada tiap golongan bahan pangan. Bahan pangan hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh adalah daging sapi, telur ayam, cumi, dan daging ayam. Sedangkan pada bahan pangan nabati, jenis yang paling sering dikonsumsi adalah tahu, tempe, bayam, kangkung, dan buncis. Berikut ini adalah jenis pangan tinggi purin yang dikonsumsi ke dua kelompok contoh.

Tabel 27 Jenis dan rataan frekuensi pangan tinggi purin contoh

Jenis Pangan Rataan Frekuensi (kali/minggu) Normal

Tinggi Ikan

Ikan Asin

Daging ayam

Daging sapi

Daun singkong

Kacang tanah

Kacang kedelai

Keterangan: data disajikan dalam bentuk rata-rata±stdev beserta frekuensi minimal;maksimal.

Menurut Khomsan (2005) diet ketat terhadap makanan sumber purin sesungguhnya masih diperdebatkan karena dewasa ini penggunaan obat dapat menggantikan diet ketat purin sehingga pasien tidak tersiksa dalam mengkonsumsi makanannya. Secara praktis seseorang tidak mungkin mengeliminasi purin dalam diet sehari-hari karena hampir semua jenis makanan mengandung nukleoprotein yang merupakan asal muasal purin.

Lebih lanjut lagi dijelaskan dalam Khomsan (2005) bahwa sumber eksogenous asam urat memang dapat diturunkan dengan melaksanakan diet rendah purin. Namun demikian, pembentukan asam urat yang bersifat endogenous sangat sedikit dipengaruhi oleh diet seseorang. Menurut Ganong (1983), pada kondisi pro-zat pembentuk purin tersedia cukup di dalam tubuh, purin dari makanan tidak berfungsi sebagai pembentuk asam nukleat di dalam Lebih lanjut lagi dijelaskan dalam Khomsan (2005) bahwa sumber eksogenous asam urat memang dapat diturunkan dengan melaksanakan diet rendah purin. Namun demikian, pembentukan asam urat yang bersifat endogenous sangat sedikit dipengaruhi oleh diet seseorang. Menurut Ganong (1983), pada kondisi pro-zat pembentuk purin tersedia cukup di dalam tubuh, purin dari makanan tidak berfungsi sebagai pembentuk asam nukleat di dalam

Pada dasarnya asam urat dapat terbentuk dalam tubuh dari metabolit sederhana yang berasal dari pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein. Jadi sepertinya diet purin secara ketat tidak secara signifikan dapat menurunkan cadangan asam urat dalam tubuh. Hanya saja, tetap dianjurkan bagi penderita untuk menghindari makanan-makanan yang mengandung purin ekstra tinggi (Khomsan 2005).

Konsumsi makanan sehari-hari seseorang umumnya mengandung 600- 1000 mg purin. Apabila seseorang telah menderita gout akut, maka disarankan kandungan purin dalam menu sehari-hari adalah 100-150 mg (Khomsan 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi pangan tinggi purin pada kelompok asam urat tinggi telah melebihi dari jumlah purin yang disarankan. Kelebihan konsumsi purin berkisar 289.06 - 433.6% per hari.

Hubungan Karakteristik Rumah Tangga dan Individu, Aktivitas Fisik, Status Gizi, dan Pola Konsumsi dengan Kadar Asam Urat

Analisis hubungan karakteristik rumah tangga dan individu, aktivitas fisik, status gizi, dan pola konsumsi dengan kadar asam urat dilakukan dengan menggunakan uji statistik Spearman’rho dan Pearson. Berikut ini adalah hasil analisis hubungan dengan uji statistik Spearman’rho.

Tabel 28 Hasil Uji Hubungan dengan Uji Statistik Spearman ’rho.

Variabel P

Tingkat pendidikan 0.534 Tingkat pendapatan keluarga

0.431 Besaran keluarga

0.474 Pekarjaan

0.474 Usia Menopause

0.034 Kebiasaan olahraga

0.595 Tingkat Pendidikan . Secara uji statistik Spearman tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara tingkatan pendidikan dengan kadar asam urat dengan p=0.534. Contoh dengan tingkatan pendidikan yang tinggi belum tentu memiliki kadar asam urat yang normal dan begitu pula sebaliknya.

Tingkat Pendapatan Keluarga. Hasil uji menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p>0.05) antara pendapatan dengan kadar asam urat dengan nilai p=0.431. Contoh dengan pendapatan kecil belum tentu mempunyai kadar asam urat yang tinggi atau pun sebaliknya.

Besaran Keluarga. Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara besar keluarga dengan kadar asam urat contoh dengan p=0.474. Hal ini menunjukkan bahwa kadar asam urat seseorang tidak dipengaruhi oleh besarnya keluarga.

Pekerjaan. Tidak ada hubungan yang signifikan (p>0.05) antara kadar asam urat dengan pekerjaan dengan nilai p=0.890. Jenis pekerjaan apapun yang dilakukan oleh contoh tidak berhubungan dengan kadar asam urat contoh.

Usia Menopause. Hasil uji di atas menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0.05) antara usia menopause dengan kadar asam urat pada wanita lansia (r= -0.389, p=0.034). Hal ini berarti semakin cepat usia menopause seseorang maka kadar asam urat dalam darah akan semakin tinggi. Usia menopause berhubungan dengan produksi hormon estrogen pada wanita yang berperan dalam ekskresi asam urat.

Kebiasaan Olahraga. Hasil uji hubungan antara kadar asam urat dengan kebiasaan berolahraga menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan nilai Kebiasaan Olahraga. Hasil uji hubungan antara kadar asam urat dengan kebiasaan berolahraga menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan nilai

Selain dilakukan uji hubung dengan uji statistik Spearman’rho, dilakukan juga uji hubung dengan uji statistik Pearson untuk variabel dengan data rasio dan memiliki sebaran normal. Berikut ini adalah hasil uji statistik Pearson tersaji dalam Tabel 29.

Tabel 29 Hasil Uji Hubungan dengan Uji Statistik Pearson

Variabel P

Usia 0.189 Pengetahuan gizi asam urat

0.359 Status gizi

0.614 Aktivitas fisik

0.842 Konsumsi energi

0.604 Konsumsi protein

0.790 Konsumsi lemak

0.857 Konsumsi karbohidrat

0.593 Konsumsi purin

0.685 Konsumsi air minum

0.006 Usia. Menurut uji statistik menggunakan Pearson tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara usia dan kadar asam urat contoh dengan p=0.189. Tidak adanya hubungan antara usia dengan kadar asam urat diduga karena usia contoh hampir homogen dan berada dalam kategori usia yang sama.

Pengetahuan Gizi Asam Urat. Hasil uji menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan (p>0.05) antara pengetahuan gizi dengan kadar asam urat (p=0.359). Kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi memiliki pengetahuan gizi tentang asam urat yang cenderung lebih baik bila dibandingkan dengan kelompok contoh dengan kadar asam urat normal.

Status Gizi. Hasil uji menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan (p>0.05) antara status gizi dengan kadar asam urat dalam darah (p=0.614). Status gizi mempunyai hubungan dengan risiko terjadinya obesitas yang akan berakibat pada terganggunya metabolisme asam urat dalam tubuh. Tetapi pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kadar asam urat. Tidak adanya hubungan diduga karena hampir semua contoh memiliki status gizi yang normal.

Aktivitas Fisik. Tidak tampak hubungan yang nyata (p>0.05) antara kadar asam urat dengan tingkat aktifitas (p=0.842). Aktifitas fisik yang baik dapat meningkatkan massa tubuh, metabolisme basal, dan penggunaan energi secara keseluruhan. Oleh karenanya, lanjut usia dianjurkan secara rutin untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Komnas Lansia 2010)

Konsumsi Energi. Tidak ada hubungan yang nyata (p>0.05) antara konsumsi energi dengan kadar asam urat., nilai p=0.604. Konsumsi Protein. Menurut hasil uji Pearson tidak terdapat hubungan yang nyata (p>0.05) antara kadar asam urat dengan konsumsi protein, nilai p=0.790.

Konsumsi Lemak. Uji hubung menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata (p>0.05) antara konsumsi lemak dengan kadar asam urat dengan nilai p= 0.857.

Konsumsi Karbohidrat. Hasil uji hubung menyatakan tidak ada hubungan yang nyata (p>0.05) antara konsumsi karbohidrat dengan kadar asam urat dengan nilai p=0.593.

Konsumsi Purin. Melalui hasil uji statistik Pearson dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan nyata (p>0.05) antara konsumsi purin dengan kadar asam urat dengan p=0.685. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi purin dan kadar asam urat diduga contoh telah merubah pola konsumsi makannya setelah memasuki usia lanjut dan terlebih pada contoh yang mempunyai kadar asam urat tinggi. Selain itu, pada dasarnya setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuhnya karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Tubuh menyediakan 85% senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari. Ini artinya kebutuhan purin dari makanan hanya sebesar 15%. Purin yang dihasilkan oleh tubuh lah yang lebih berhubungan dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah.

Konsumsi Minum . Hasil uji statistik Pearson menunjukkan hasil yang signifikan (p<0.05) antara konsumsi minum dengan kadar asam urat dengan (p=0.006,r= -0.487). Konsumsi min um yang banyak (≥ 8 gelas/hari) dapat membantu menurunkan kadar asam urat dalam darah. Menurut Krisnatuti et al (2000) konsumsi cairan yang tinggi akan menurunkan konsentrasi asam urat di dalam darah melalui pengeluaran urin yang banyak sehingga asam urat yang terbawa juga banyak.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Asam Urat

Penigkatan kadar asam urat dalam plasma dapat disebabkan oleh meningkatnya produksi asam urat atau menurunnya pengeluaran asam urat. Apabila produksi asam urat meningkat akan terjadi peningkatan pool asam urat, hiperurisemia, dan pengeluaran asam urat melalui urin meningkat. Peningkatan produksi asam urat dapat disebabkan oleh tingginya konsumsi bahan pangan yang mengandung purin atau meningkatnya sintesis purin dalam tubuh (Krisnatuti et al. 2000). Selain itu faktor-faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi kadar asam urat adalah status gizi, pengetahuan gizi, usia menopause, konsumsi protein, konsumsi lemak, konsumsi karbohidrat, konsumsi makanan sumber purin, konsumsi minum, serta aktifitas fisik.

Setelah dilakukan uji korelasi terhadap semua variabel bebas dengan kadar asam urat, hanya usia menopause dan konsumsi air minum saja yang mempunyai hubungan dengan kadar asam urat. Kedua variabel tersebut kemudian dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil uji regresi linier berganda antara kedua variabel bebas tersebut terhadap kadar asam urat sebagai variabel terikatnya menghasilkan persamaan

y = 14.429 2 – 1.138x dengan signifikansi sebesar 0.006 dan R =0.237. Konsumsi satu gelas air per hari dapat menurunkan 1.138 mg/dL asam urat dalam darah

dan koefisien 14.429 menunjukkan apabila contoh tidak mengkonsumsi air minum, asam urat pada lansia cenderung tinggi, yaitu sebesar 14.419 mg/dL.

Nilai R 2 =0.237 tersebut menunjukkan bahwa konsumsi air minum mempunyai pengaruh terhadap kadar asam urat sebesar 23.7% sedangkan 76.3% lainnya

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65