Skenario Pembiayaan Infrastruktur

Skenario Pembiayaan Infrastruktur

Selama ini pendanaan pembangunan infrastruktur diidentikkan dengan anggaran APBN, sehingga pihak swasta belum berperan optimal dalam pengembangan infrastruktur. Sementara terkait pendanaannya, anggaran negara tidak mencukupi kebutuhan pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu, Pemerintah memerlukan skema alternatif pembiayaan infrastruktur di dalam negeri. Pemerintah masih terus mengembangkan skema-skema alternatif untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur, seperti Bank Infrastruktur dan penerbitan Obligasi

Infrastruktur. Pembiayaan pembangunan infrastruktur di Indonesia terbagi dalam dua pendekatan. Pertama, pembangunan infrastruktur dibiayai Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kedua, pemerintah mengundang pihak swasta untuk bermitra dalam pembangunan infrastruktur, salah satunya melalui pola Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS) dimana pihak perbankan dapat berpartisipasi dalam pembiayaan infrastruktur tersebut.

Dari sisi dana, alokasi anggaran infrastruktur Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan negara Tiongkok mencapai 10 persen terhadap PDB, Vietnam sebesar 9 persen terhadap PDB dan India sebesar 7 persen terhadap PDB. Menurut laporan survei Logistics Performance Index (LPI) 2014, peringkat Indonesia ada di posisi 53. Kendati naik enam peringkat dari tahun sebelumnya di posisi 59, namun peringkat Indonesia masih jauh dibanding negara-negara tetangga, seperti Singapura di peringkat 5, Malaysia peringkat 25, dan Thailand peringkat 35. Indonesia hanya berdekatan dengan Vietnam di peringkat 48.

Mencermati hasil pengkajian terhadap target pertumbuhan ekonomi, kondisi ekonomi makro Indonesia, kondisi ekonomi global yang juga berdampak pada Indonesia serta stagnan ekonomi asia secara menyeluruh maka, beberapa skenario pendanaan yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk mewujudkan ifnrastruktur bidang PUPR yang handal guna mendukung Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong disusun 3 skenario pendanaan yang meliputi:

Skenario Optimis 6%-7%

1. Meningkatkan investasi pendanaan dalam bidang infrastruktur dari swasta, BUMN, BUMD, lembaga donor dan APBN murni;

2. Belanja infrastruktur lebih fokus kepada mendorong pertumbuhan sektor lain untuk tumbuh seperti infrastruktur energi, pangan, dan konektivitas antar daerah.

3. Belanja infrastruktur lebih mengarah kepada penanganan yang bersifat visi besar untuk menarik investasi skala regional dan internasional.

4. Melakukan peningkatan reformasi birokrasi seperti upaya untuk mempermudah investasi luar negeri untuk masuk ke dalam negeri terutama ke dalam kawasan-kawasan pengembangan prioritas dan atau yang berada dalam Wilayah Pengembangan Strategis dimana mendapat dukungan utama dalam hal kemudahan investasi dan dukungan infrastrukturnya.

5. Peningkatan kualitas infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan dukungan sektor cepat tumbuh agar tetap dapat mempertahankan pertumbuhan wilayah

Skenario Moderat 4%-5%

1. Meningkatkan investasi pendanaan dalam bidang infrastruktur dari swasta, BUMN, BUMD, lembaga donor dan APBN murni;

2. Belanja infrastruktur lebih fokus kepada mendorong pertumbuhan sektor lain untuk tumbuh seperti infrastruktur energi, pangan, dan konektivitas antar daerah.

3. Belanja infrastruktur lebih mengarah kepada penanganan yang bersifat prioritas, urgensitas dan tingkat kepentingan kenyamanan dan keamanan yang tinggi.

4. Melakukan peningkatan reformasi birokrasi seperti upaya untuk mempermudah investasi luar negeri untuk masuk ke dalam negeri terutama ke dalam kawasan-kawasan pengembangan prioritas dan atau yang berada dalam Wilayah Pengembangan Strategis dimana mendapat dukungan utama dalam hal kemudahan investasi dan dukungan infrastrukturnya.

5. Mengembangkan kegiatan infrastruktur padat karya dan berjangka panjang seperti kegiatan infrastruktur permukiman dan perdesaan.

6. Peningkatan kualitas infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan dukungan sektor cepat tumbuh agar tetap dapat mempertahankan pertumbuhan wilayah

Skenario Pesimis 2%-3%

1. Memanfaatkan dana CSR dari perusahaan swasta dan BUMN dalam pendanaan bidang infrastruktur;

2. Meningkatkan investasi pendanaan dalam bidang infrastruktur dari swasta, BUMN, BUMD, lembaga donor dan APBN murni;

3. Belanja infrastruktur lebih fokus kepada mendorong pertumbuhan sektor lain untuk tumbuh seperti infrastruktur energi, pangan, dan konektivitas antar daerah.

4. Belanja infrastruktur lebih mengarah kepada penanganan yang bersifat prioritas, urgensitas dan tingkat kepentingan kenyamanan dan keamanan yang tinggi.

5. Melakukan peningkatan reformasi birokrasi seperti upaya untuk mempermudah investasi luar negeri untuk masuk ke dalam negeri terutama ke dalam kawasan-kawasan pengembangan prioritas dan atau yang berada dalam Wilayah Pengembangan Strategis dimana mendapat dukungan utama dalam hal kemudahan investasi dan dukungan infrastrukturnya.

6. Mengembangkan kegiatan infrastruktur padat karya dan berjangka panjang seperti kegiatan infrastruktur permukiman dan perdesaan.

7. Peningkatan kualitas infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan dukungan sektor cepat tumbuh agar tetap dapat mempertahankan pertumbuhan wilayah.