Pertanggungjawaban Komando (command responsibility)

3. Pertanggungjawaban Komando (command responsibility)

Pertanggungjawaban komando, terwujud atas penerapan 2 (dua) prinsip penggunaan senjata dalam Hukum Humaniter Internasional, yaitu: 80

1. Prinsip Proporsionalitas Prinsip ini tercantum dalam Pasal 35 (2) Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa 1949, prinsip proporsionalitas ditujukan agar perang atau penggunaan senjata tidak menimbulkan korban, kerusakan dan penderitaan yang berlebihan yang tidak ada kaitannya dengan tujuan militer yang sedang terjadi (the unnecessary suffering principles). Prinsip ini banyak disalah artikan dengan tidak bolehnya memakai senjata ini hanya untuk penderitaan dan kerusakan yang tidak perlu, namun tidak melarang penggunaan senjata yang menyebabkan penderitaan

78 Aula, ‘ICC Sebagai Pranata Baru Peradilan Internasional’, < http://aula.blog.friendster.com/2007/02/international-criminal-court-icc-sebagai-pranata-baru-

peradilan-internasional/ >, diakses (02/06/09). 79 A Irmanputra Sidin, ‘Berjalan Menuju Roma’, < http://www.kompas.com/kompas-

cetak/0207/13/opini/berj04.htm >, diakses (02/06/09). 80 Alif, Perang, Hukum Humaniter dan Perkembangan Internasional, hal. 1.

yang luar biasa, atau meluas. Pendapat ini membuat sebuah pandangan baru bagi masyarakat internasional, yaitu semua ini bergantung pada senjata yang dipakai dalam perang, penggunaan senjata dalam perang diatur oleh komandan perang. Komandan yang bertanggung jawab dalam merencanakan dan memutuskan operasi militer. Seorang komandan juga mempunyai pilihan yang lebih luas dalam penggunaan senjata dibandingkan prajurit perangnya.

2. Prinsip Diskriminasi Prinsip diskriminasi memuat ketentuan sebagai berikut :

a. Larangan tentang serangan terhadap penduduk sipil dan obyek-obyek sipil yang lain.

b. Meskipun target serangan adalah militer, namun tetap dilarang jika dimungkinkan dapat mengakibatkan banyakya korban warga sipil, juga musnahnya harta benda warga sipil.

c. Jika terdapat pilihan dalam melakukan serangan, minimalisasi korban dan kerusakan obyek warga sipil harus menjadi yang utama, juga senjata yang tingkat akuisisi targetnya rendah harus dilarang, karena dapat terjadi salah target mengenai penduduk sipil.

Prinsip diskriminatif melahirkan 2 (dua) pengertian, yaitu semua obyek sipil harus tidak pernah dijadikan sebagai target serangan, dan yang kedua, berhubungan dengan prinsip proporsionalitas, memperhatikan keseimbangan antara keuntungan militer yang didapat, dengan jumlah korban sipil yang ditimbulkan. Komandan disini mempunyai peranan penting, yaitu untuk memilih penggunaan senjata dengan korban sipil yang minimal.

Prinsip lainnya diluar 2 prinsip diatas adalah Prinsip Lingkungan Hidup (environment), prinsip ini tertera dalam Pasal 35 (3) Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa 1949, yaitu dilarang untuk menggunakan senjata yang

dimungkinkan dapat membawa kerusakan besar bagi alam. 81 Dari prinsip-prinsip diatas, komandan mempunyai peranan penting dalam peperangan, dari prinsip proporsionalitas, komandan perlu memilih senjata yang akan digunakan sebijaksana mungkin, dalam prinsip diskriminasi, seorang komandan kembali diwajibkan untuk memilih penggunaan senjata sebijaksana mungkin, untuk meminimalisir korban sipil, prinsip environment, komandan dihadapkan lagi pada kebijaksanaan pemilihan senjata yang tidak menimbulkan bahaya bagi ekosistem alam. Prinsip-prinsip inilah yang mendasari adanya pertanggungjawaban komando. Pertanggungjawaban komando, dianggap penting oleh masyarakat internasional, dan pengaturan pertanggung jawaban komando

adalah sebagai berikut: 82

a. Pasal 1 The Hague Regulation Pasal ini menyebutkan bahwa tidak hanya mereka yang bertempur di medan perang saja yang bertanggung jawab terhadap pelanggaran, namun juga komandan perang selaku pemimpin dari prajurit perang.

b. Pasal 86 Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa 1977

81 Ibid, hal. 3. 82 Ibid, hal. 3.

Menurut pasal ini, seorang komandan diharuskan bertanggung jawab atas pelanggaran atau tindakan kejahatan dalam pertikaian bersenjata, justru karena ia tidak melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya pelanggaran tersebut.

c. Pasal 87 Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa 1977 Menurut pasal ini, komandan diwajibkan untuk bertanggung jawab atas kejahatan yang terjadi dalam yurisdiksinya, dibawah kepemimpinannya, sebagai perwujudan kegagalannya untuk mengatur pasukannya, dimana pada saat itu seorang komandan seharusnya mengerti bahwa pasukannya telah atau akan melakukan tindakan pelanggaran.