Senjata Dalam Hukum Humaniter Internasional

4. Senjata Dalam Hukum Humaniter Internasional

Dalam pembahasan ini, penulis akan memberikan wawasan tentang jenis persenjataan yang dilarang, tidak dilarang, dan tidak dilarang namun penggunaannya terbatas. Pelanggaran perang tidak hanya terjadi dengan kontak fisik, namun juga acapkali terjadi dengan penyalahgunaan senjata perang.

Persenjataan perang dapat digolongkn antara lain: 83

4.1 Persenjataan Yang Dilarang Digunakan

a. Persenjataan yang diperhitungkan atau dimodifikasi untuk menyebabkan penderitaan yang berlebihan. Seperti peluru yang bentuknya tidak beraturan, proyektil yang diisi dengan pecahan kaca, peluru-peluru yang kepalanya diisi atau diubah atau dilumuri dengan suatu zat yang memperberat trauma dan cedera, dan senjata yang diberi racun.

83 Sunaryo, Penerapan Hukum Humaniter (Buku Saku), Jakarta, 2007, hal. 10.

b. Senjata-senjata yang menimbulkan cedera karena digunakannya fragmen- fragmen yang tidak dapat terdeteksi dengan sinar X dalam tubuh manusia.

c. Proyektil caliber kecil yang meledak yaitu peluru atau proyektil yang beratnya kurang dari 400 gram yang bersifat eksplosif atau mengandung zat yang mudah meledak dan terbakar.

d. Gas cekik, gas beracun atau gas lainnya. Namun granat asap, amunisi asap dari tembakan senjata-senjata tidak langsung dan amunisi asap dari tank yang tujuan utamanya untuk gerakan dan menyamarkan sasaran, itu tidak dilarang.

e. Senjata bakteri, termasuk mikroba dan racun yang digunakan tidak sebagaimana mestinya (pasal 1 Konvensi Senjata Biologi 1972 tentang produksi, penyimpanan dan penggunaan senjata biologi)

f. Senjata kimia, termasuk zat-zat kimia beracun dan pengembangannya, zat kimia yang dapat menyebabkan kematian, bahaya permanen dan kelumpuhan sementara pada manusia dan hewan, serta alat-alat yang dirancang untuk membawa zat kimia tersebut.

4.2 Persenjataan Yang Sah Tetapi Penggunaannya Dibatasi

a. Senjata pembakar, termasuk setiap amunisi yang dirancang untuk menimbulkan kebakaran terhadap obyek atau menyeabkan luka bakar terhadap manusia, termasuk pelontar api, roket, granat, ranjau, bom atau kemasan lain dari bahan pembakar. Dibatasi :

1. Untuk menyerang penduduk sipil.

2. Menyerang obyek militer yang berlokasi ditengah konsentrasi penduduk sipil.

3. Menyerang obyek militer yang berlokasi ditengah konsentrasi penduduk sipil dengan senjata. Kecuali obyek militer tersebut telah diisolir dari penduduk sipil dan dilakukan dengan penuh kehati-hatian guna mengurangi kerugian kerusakan obyek dan kehidupan sipil.

4. Dihutan atau tanaman yang rimbun, kecuali hutan tersebut adalah sasaran militer.

b. Ranjau laut harus bisa menetralkan diri, bila pengendalian terhadap ranjau laut tersebut hilang, maka harus dicatat lokasinya.

c. Ranjau darat, booby traps dan alat-alat lainnya tidak boleh ditujukan kepada orang-orang sipil atau digunakan dengan membabi buta sehingga menimbulkan kerusakan lanjutan yang berlebihan dan tidak perlu.

d. Dilarang menggunakan booby traps yang tampak seperti sebuah obyek yang tidak berbahaya, booby traps dilarang untuk diletakkan pada :

1. Simbol perlindungan yang diakui secara internasional.

2. Mayat, korban cedera, atau orang sakit.

3. Kuburan, tempat kremasi atau makam.

4. Fasilitas, posko, dan angkutan kesehatan.

5. Mainan anak-anak, atau benda benda untuk keperluan sosial.

6. Makanan dan minuman.

7. Perlengkapan dan peralatan dapur.

8. Benda-benda yang bernilai agama.

9. Monumen sejarah, karya seni dan tempat ibadah.

10. Hewan dan kulit binatang.

4.3 Persenjataan Nuklir

Senjata nuklir tidak dilarang secara spesifik, namun penggunaannya bertentangan dengan ketentuan larangan penggunaan alat dan cara peperangan yang menyeabkan timbulnya cedera atau luka yang tidak perlu, mengakibatkan perusakan berat pada alam dan pemanfaatannya dalam waktu yang lama dan meluas. Maka penggunaan senjata nuklir dilarang dengan ketentuan Protokol

Tambahan I tahun 1977. 84

4.4 Persenjataan BOM, Roket dan Rudal

Serangan yang dilakukan secara konvensional, menjatuhkan bom dari udara, atau yang pengenaan sasaran target kurang akurat, dianggap sah asalkan tidak melanggar prinsip proporsionalitas, penderitaan yang tidak perlu dan aturan

aturan yang berlaku. 85