ICC (International Criminal Court)

2. ICC (International Criminal Court)

Konvensi Jenewa 1949, mengatur tentang sanksi bagi para pelanggar, namun dalam penerapannya, metode penerapan sanksi tersebut juga tidak berlaku maksimal, untuk memberikan kepastian hukum bagi para korban pelanggaran, dibentuklah ICC sebagai pilihan lain dalam penyelesaian sengketanya. ICC (International Criminal Court) merupakan suatu komponen penting dalam penegakan Hukum Humaniter Internasional, ICC adalah suatu bentuk pengadilan kejahatan internasional, yang bertugas menyelesaikan sengketa para pihak yang Konvensi Jenewa 1949, mengatur tentang sanksi bagi para pelanggar, namun dalam penerapannya, metode penerapan sanksi tersebut juga tidak berlaku maksimal, untuk memberikan kepastian hukum bagi para korban pelanggaran, dibentuklah ICC sebagai pilihan lain dalam penyelesaian sengketanya. ICC (International Criminal Court) merupakan suatu komponen penting dalam penegakan Hukum Humaniter Internasional, ICC adalah suatu bentuk pengadilan kejahatan internasional, yang bertugas menyelesaikan sengketa para pihak yang

Internasional. 71 Dalam penerapannya ICC dapat melaksanakan tugasnya bila pengadilan negara tidak mau atau tidak mampu untuk menyelesaikan suatu kejahatan internasional yang terjadi. 72 Statuta Roma sebagai dasar ICC tidak berlaku surut, kejahatan yang dapat diselesaikan melalui ICC adalah kejahatan yang terjadi setelah tanggal 1 juli 2002, hal ini menjadi salah satu kelemahan dari

ICC, dimana ICC tidak dapat mengadili perkara sebelum 1 juli 2002. 73 ICC dapat menjangkau seluruh dunia akan kejahatan internasional. Keberadaan ICC tidak bertentangan dengan keberadaan ICJ, ICJ adalah pengadilan yang mengadili sengketa antar negara, para pihak bersengketa adalah negara, ICC adalah pengadilan mengadili individu, jadi keberadaan dua lembaga tersebut tidak bertentangan. ICC dapat menjadi lembaga yang dapat menghindari terjadinya impunity yang selama ini dinikmati oleh individu-individu yang seharusnya bertanggungjawab terhadap kejahatan terhadap hak-hak asasi manusia

secara internasional. 74 Keberadaan ICC juga tidak bertentangan dengan pengadilan domestik, ICC bukanlah pengadilan the first resort, tetapi the last of the last resort karena itu tidak akan merusak kedaulatan domestik negara peserta.

71 Aula, ‘ICC Sebagai Pranata Baru Peradilan Internasional’, < http://aula.blog.friendster.com/2007/02/international-criminal-court-icc-sebagai-pranata-baru-

peradilan-internasional/ >, diakses (02/06/09). 72 Ibid.

73 Ibid. 74 A Irmanputra Sidin, ‘Berjalan Menuju Roma’, < http://www.kompas.com/kompas-

cetak/0207/13/opini/berj04.htm >, diakses (02/06/09).

ICC juga dapat membantu menyediakan insentif dan petunjuk pelaksanaan kepada setiap negara yang ingin melakukan penuntutan terhadap individu-individu yang bertanggungjawab terhadap kejahatan internasional, di pengadilan negara mereka

masing-masing. 75 ICC berkedudukan di Den Haag, Belanda (the host state), ICC merupakan institusi yang bersifat permanen dan dimaksudkan untuk berdiri dalam jangka waktu yang panjang, sebagai suatu institusi internasional, ICC harus memiliki international legal personality yang tercantum dalam Pasal 4 (1) Statuta Roma. International legal personality merupakan status yang memungkinkan suatu entitas dianggap sebagai subjek hukum internasional (publik) tersendiri (terpisah dari negara-negara anggotanya) yang dapat memiliki hak dan sekaligus dibebani kewajiban berdasarkan norma-norma hukum internasional. Sebagai institusi internasional ICC juga mempunyai legal capacity, dengan memiliki legal capacity, suatu organisasi internasional akan mampu melakukan tindakan- tindakan hukum, yang antara lain mencakup kapasitas untuk membuat perjanjian, kapasitas untuk mendapat dan memindahtangankan barang, serta kapasitas untuk

melakukan proses hukum. 76

2.1. Hubungan ICC dengan Pengadilan Domestik

Mahkamah kejahatan internasional generasi pertama (Mahkamah Nuremberg dan Tokyo) sekedar merupakan pelengkap dari pengadilan-pengadilan domestik. Mahkamah kejahatan internasional generasi kedua (ICTY dan ICTR)

75 Ibid 76 Ibid.

memiliki yurisdiksi bersama (concurrent jurisdiction) dengan pengadilan domestik, namun di dalam hubungan seperti itu ditegaskan adanya primacy mahkamah kejahatan internasional. Mahkamah kejahatan internasional generasi ketiga (ICC) pada dasarnya merupakan pelengkap dari pengadilan domestik, namun dalam keadaan tertentu diakui adanya primacy mahkamah kejahatan internasional. Hal ini dapat diartikan ICC akan menjadi lembaga terakhir yang akan melakukan tuntutan terhadap individu yang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan yang tidak dituntut di negaranya diakibatkan oleh tidak adanya kemampuan ataupun kemauan dari negara tersebut untuk melakukan penuntutan. ICC menggunakan prinsip remedi domestik, bahwa negara peserta tetap mengadili

terlebih dahulu pelaku pelanggaran. 77 Jelas terlihat bahwa ICC adalah pelengkap bagi pengadilan domestik, keberlakuannya hanya akan dapat terjadi jika pengadilan domestik tidak dapat mengadakan pengadilan terhadap pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan.

2.2. Hubungan ICC dengan PBB

Dewan Keamanan PBB merupakan salah satu pihak yang dapat merujuk suatu situasi dugaan pelanggaran untuk ditindaklanjuti oleh penuntut umum ICC, dengan kata lain yurisdiksi dan kewenangan ICC ditentukan oleh Dewan Keamanan PBB. Dewan Keamanan PBB dapat menyerahkan kepada ICC untuk melakukan investigasi dan penuntutan. Dewan Keamanan PBB juga dapat meminta ICC untuk menghentikan investigasi dan penuntutan selama 12 bulan dalam suatu waktu jika Dewan Keamanan PBB merasakan bahwa langkah-

77 Ibid 77 Ibid

diserahkan kepada ICC oleh Dewan Keamanan PBB. 79