Analisis Data & Pembahasan

C. Analisis Data & Pembahasan

1. Analisis Tipologi Klassen

Metode Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui pengelompokkan sektor ekonomi di Kabupaten Boyolali menurut struktur pertumbuhannya. Dengan menggunakan Matrix Klassen dapat dilakukan empat pengelompokkan sektor berdasarkan laju pertumbuhan dan nilai kontribusi.

Pada Tabel 4.10. terlihat bahwa sektor yang menyumbangkan kontribusi rata-rata paling besar terhadap PDRB Kabupaten Boyolali adalah sektor pertanian, yaitu sebesar 34,12 persen, sektor perdagangan sebesar 24,88 persen, sektor industri pengolahan sebesar 16,27 persen, dan sektor jasa-jasa sebesar 10,58 persen. Sektor yang menyumbangkan kontribusi paling kecil adalah sektor pertambangan dan galian yaitu hanya sebesar 0,94 persen. Untuk rata-rata pertumbuhan paling besar adalah sektor jasa-jasa, yaitu sebesar 14,94 persen, sektor pertambangan dan galian sebesar 12,44, serta Pada Tabel 4.10. terlihat bahwa sektor yang menyumbangkan kontribusi rata-rata paling besar terhadap PDRB Kabupaten Boyolali adalah sektor pertanian, yaitu sebesar 34,12 persen, sektor perdagangan sebesar 24,88 persen, sektor industri pengolahan sebesar 16,27 persen, dan sektor jasa-jasa sebesar 10,58 persen. Sektor yang menyumbangkan kontribusi paling kecil adalah sektor pertambangan dan galian yaitu hanya sebesar 0,94 persen. Untuk rata-rata pertumbuhan paling besar adalah sektor jasa-jasa, yaitu sebesar 14,94 persen, sektor pertambangan dan galian sebesar 12,44, serta

Tabel 4.10 Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Boyolali dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010 (dalam persen)

Sektor/Lapangan

Usaha

Boyolali

Jawa Tengah

Rata-rata pertumbuhan

(si)

Rata-rata kontribusi

(ski)

Rata-rata pertumbuhan (s)

Rata-rata kontribusi (sk)

3,29 19,63 Pertambangan dan galian

8,70 1,11 Industri Pengolahan

5,17 32,45 Listrik, Gas dan Air Bersih

5,82 0,84 Bangunan/Konstruksi

5,60 21,24 Pengangkutan dan Komunikasi

6,62 5,11 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sumber: lampiran, diolah Secara Provinsi sektor-sektor yang menyumbangkan kontribusi

PDRB Jawa Tengah paling besar adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 32,45 persen, sektor perdagangan sebesar 21,24 persen, sektor pertanian sebesar 19,63 persen, dan sektor jasa-jasa sebesar 10,17 persen. Sedangkan sektor yang menyumbangkan kontribusi paling kecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu hanya sebesar 0,84 persen. Sementara pertumbuhan sektor-sektor di Provinsi Jawa Tengah paling tinggi adalah sektor pertambangan dan galian yaitu sebesar 8,70 persen, diikuti sektor PDRB Jawa Tengah paling besar adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 32,45 persen, sektor perdagangan sebesar 21,24 persen, sektor pertanian sebesar 19,63 persen, dan sektor jasa-jasa sebesar 10,17 persen. Sedangkan sektor yang menyumbangkan kontribusi paling kecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu hanya sebesar 0,84 persen. Sementara pertumbuhan sektor-sektor di Provinsi Jawa Tengah paling tinggi adalah sektor pertambangan dan galian yaitu sebesar 8,70 persen, diikuti sektor

Selanjutnya klasifikasi sektor PDRB Kabupaten Boyolali tahun 2006- 2010 berdasarkan Tipologi Klassen disajikan pada Tabel 4.11

Tabel 4.11 Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Boyolali Tahun 2006-

2010 Berdasarkan Tipologi Klassen Kuadran I

Kuadran II

Sektor yang maju dan tumbuh dengan

pesat (developed sector)

Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector)

si > s dan ski > sk

si < s dan ski > sk

· Sektor Listrik, gas, dan air bersih · Sektor Pertanian · Sektor Jasa-jasa

· Sektor Perdagangan

· Sektor Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

Kuadran III

Kuadran IV

Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector)

Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector)

si > s dan ski < sk

si < s dan ski < sk

· Sektor Pertambangan dan galian

· Sektor Pengangkutan dan

komunikasi

· Sektor Bangunan/konstruksi · Sektor Industri pengolahan Sumber: data diolah dari tabel 4.10

Keterangan:

si : Rata-rata pertumbuhan sektor PDRB Boyolali s : Rata-rata pertumbuhan sektor PDRB Jawa Tengah ski: Rata-rata kontribusi sektor terhadap PDRB Boyolali si : Rata-rata pertumbuhan sektor PDRB Boyolali s : Rata-rata pertumbuhan sektor PDRB Jawa Tengah ski: Rata-rata kontribusi sektor terhadap PDRB Boyolali

sektor maju dan tumbuh pesat yaitu sektor listrik, gas, dan air bersih, serta sektor jasa-jasa. Sementara itu, sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan termasuk ke dalam sektor maju tapi tertekan. Sektor-sektor yang tergolong ke dalam sektor potensial untuk berkembang adalah sektor pertambangan dan galian, serta sektor bangunan/konstruksi. Sementara sektor-sektor yang tergolong ke dalam sektor relatif tertinggal, yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor industri pengolahan.

2. Location Quotient (LQ)

Metode Location Quotient (LQ) dibedakan menjadi dua, yaitu: Static Location Quotient (SLQ sering disebut LQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ). Menurut Kadariah (1985), dasar pemikiran dari penggunaan teknik LQ yang dilandasi teori ekonomi basis mempunyai makna sebagai berikut: karena industri basis itu menghasilkan barang dan jasa baik untuk pasar di daerah maupun untuk pasar di luar daerah, maka penjualan hasil ke luar daerah akan mendatangkan pendapatan ke dalam daerah itu. Arus pendapatan itu menyebabkan kenaikan konsumsi maupun investasi, yang pada akhirnya menaikkan pendapatan daerah dan kesempatan kerja.

a. Static Location Quotient (SLQ)

Hasil dari analisis Static Location Quotient (SLQ) Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah tahun 2006-2010 dapat dilihat dalam Tabel 4.12

Tabel 4.12 Nilai SLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010

Sektor/Lapangan Usaha

2006 2007 2008 2009 2010

rata- rata

Pertanian

1,74 1,74 1,74 1,74 1,73 1,74

Pertambangan dan Galian

0,77 0,82 0,83 0,87 0,97 0,85

Industri Pengolahan

0,51 0,51 0,50 0,50 0,50 0,50

Listrik, Gas dan Air Bersih

1,42 1,48 1,55 1,54 1,58 1,52

Bangunan/Konstruksi

Pengangkutan dan Komunikasi

0,56 0,53 0,53 0,53 0,53 0,54

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sumber : lampiran, diolah.

Berdasarkan hasil analisis Static Location Quotient (SLQ) terhadap sembilan sektor perekonomian di kabupaten Boyolali atas dasar harga konstan selama kurun waktu 2006-2010. Diketahui dari rata-rata Static Location Quotient (SLQ) bahwa lima dari sembilan sektor perekonomian tersebut merupakan sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Boyolali yaitu: sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan, serta sektor jasa-jasa dengan nilai rata-rata LQ ≥ 1, artinya bahwa tingkat spesialisasi sektor-sektor perekonomian tersebut di tingkat Kabupaten Boyolali lebih besar dari sektor yang sama pada perekonomian tingkat Provinsi Jawa Tengah sehingga sektor-sektor perekonomian tersebut dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan wilayahnya dan mampu mengekspor keluar wilayah. Sedangkan untuk empat sektor perekonomian lainnya yaitu: sektor pertambangan dan penggalia, sektor industri pengolahan, sektor bangunan/konstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor non basis dalam perekonomian Kabupaten Boyolali dengan nilai rata-rata LQ < 1, artinya bahwa tingkat spesialisasi sektor-sektor perekonomian tersebut di Kabupaten Boyolali lebih kecil dari sektor yang sama pada perekonomian tingkat Provinsi Jawa Tengah sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayahnya dan belum mampu mengekspor produksinya keluar wilayah.

b. Dynamic Location Quotient (DLQ)

Metode DLQ adalah metode yang digunakan untuk mengetahui perubahan posisi sektor perekonomian dimasa yang akan datang. Hasil dari analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah tahun 2006-2010 dapat dilihat dalam Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010

Sektor/Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010

rata- rata

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan/Konstruksi

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sumber : lampiran, diolah.

Berdasarkan hasil analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) terhadap sembilan sektor perekonomian di Kabupaten Boyolali atas dasar harga konstan selama kurun waktu 2006-2010. Diketahui dari rata-rata

Dynamic Location Quotient (DLQ) bahwa sembilan sektor perekonomian Kabupaten Boyolali yaitu: sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa mempunyai nilai rata-rata LQ>1,

artinya bahwa potensi perkembangan sektor-sektor perekonomian tersebut di Kabupaten Boyolali lebih cepat dibandingkan sektor yang artinya bahwa potensi perkembangan sektor-sektor perekonomian tersebut di Kabupaten Boyolali lebih cepat dibandingkan sektor yang

c. Analisis Gabungan SLQ dan DLQ

Gabungan antara nilai SLQ dan DLQ dijadikan kriteria dalam menentukan apakah sektor ekonomi tersebut tergolong unggulan, prospektif, andalan, dan kurang prospektif. Hasil dari analisis gabungan SLQ dan DLQ di Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat di Tabel 4.14 dan gambar 4.15.

Tabel 4.14 Nilai Rata-rata Gabungan SLQ dan DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah Tahun

2006-2010

Sektor/Lapangan Usaha

Rata-rata SLQ Rata-rata DLQ

Pertambangan dan galian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan/Konstruksi

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sumber : lampiran, diolah.

Tabel 4.15 Identifikasi SLQ dan DLQ Sektor Perekonomian Di Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010

· Pertanian · Perdagangan · Listrik, Gas, dan Air

Bersih · Keuangan, Persewaan, dan

Jasa Perusahaan · Jasa-jasa

· Pertambangan dan galian · Industri Pengolahan · Bangunan/Konstruksi · Pengangkutan dan

Komunikasi

Kurang Prospektif :

Berdasarkan Tabel 4.14 nilai rata-rata gabungan SLQ dan DLQ Kabupaten Boyolali dijadikan kriteria dalam menentukan sektor ekonomi tersebut tergolong unggulan, prospektif, andalan, dan kurang prospektif, dapat diketahui pada gambar 4.15 identifikasi gabungan SLQ dan DLQ bahwa lima sektor perekonomian Kabupaten Boyolali yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa Berdasarkan Tabel 4.14 nilai rata-rata gabungan SLQ dan DLQ Kabupaten Boyolali dijadikan kriteria dalam menentukan sektor ekonomi tersebut tergolong unggulan, prospektif, andalan, dan kurang prospektif, dapat diketahui pada gambar 4.15 identifikasi gabungan SLQ dan DLQ bahwa lima sektor perekonomian Kabupaten Boyolali yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa

3. Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui strategi kebijakan sektoral apa sajakah yang dapat dirumuskan dilihat dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman/tantangan sektor potensial yang ada. Analisis pengembangan sektor pertanian dipilih karena sektor pertanian merupakan sektor yang menyumbangkan kontribusi terbesar dalam perekonomian Kabupaten Boyolali sehingga diharapkan dapat mengembangkan potensi yang ada serta diharapkan dapat membuat kesempatan kerja.

Tabel 4.16 Analisis SWOT Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah

Analisis SWOT

Kekuatan (S):

1. Dukungan penuh dari

pemerintah daerah.

2. Komoditas unggulan.

3. Tersedianya sarana dan

prasarana.

4. Motivasi yang tinggi dari

para petani.

5. Tersedianya lahan & tenaga

kerja banyak.

Kelemahan (W):

1. Kendala permodalan modal.

2. Produktivitas sumber daya pertanian yang rendah.

3. Rendahnya pengetahuan dan ketrampilan petani.

4. Lemahnya mengakses informasi

pasar

Peluang (O):

1. Adanya bantuan pemerintah.

2. Permintaan komoditi pertanian yang relatif masih tinggi.

3. Adanya kelompok tani dan Koperasi.

4. Semakin berkembangnya tekhnologi .

5. Inovasi produk olahan pertanian yang semakin tinggi.

Strategi S-O:

1. Pelaku Usaha:

a. Memanfaatkan tersedianya sarana dan prasarana yang tersedia untuk meningkatkan hasil pertanian.

b. Mengoptimalkan bantuan pemerintah untuk kelangsungan usaha pertanian.

c. Memenuhi permintaan pasar dan memperluas pasar.

d. Mengembangkan produk olahan pertanian untuk mencapai pangsa pasar baru.

2. Pemerintah Daerah:

a. Prioritas utama pembangunan ekonomi.

b. Penguatan agroindustri berbasis produk pertanian.

Strategi W-O:

1. Pelaku Usaha:

a. Lebih mengoptimalkan peran kelompok tani dan koperasi.

b. Dengan adanya kemajuan teknologi, maka diharapkan dapat meningkatkan hasil pertanian.

c. Lebih menggali informasi dan mengembangkan wawasan tentang pasar dan pemasaran.

d. Mengikuti penyuluhan dan pelatihan tentang pertanian.

2. Pemerintah Daerah:

a. Mempermudah dalam pemberian permodalan/kredit untuk usaha pertanian.

b. Memberi pembinaan tentang pertanian dan pemasaran.

Ancaman/ Tantangan (T):

1. Persaingan yang yang tinggi terhadap komoditi pertanian.

2. Menurunnya kualitas sarana dan prasarana.

3. Tidak menentunya harga jual produk pertanian. Harga cenderung jatuh pada saat panen.

4. Serangan hama/penyakit ternak.

5. Ancaman bencana alam yang dapat terjadi setiap saat.

Strategi S-T:

1. Pelaku Usaha:

a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian untuk menghadapi persaingan.

b. Lebih mengembangkan akses pasar.

c. Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadahi, diharapkan dapat memperlancar kelangsungan usaha.

d. Menanggulangi serangan hama/ penyakit ternak.

2. Pemerintah Daerah:

a. Tingkatkan perlindungan dan pemberian akses pasar.

b. Mendorong peningkatan standar mutu komoditas, penataan, dan pengembangan industri pengolahan produk pertanian untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah.

c. Melakukan penelitian dan mengembangkan inovasi/penemuan baru untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Strategi W-T:

1. Pelaku Usaha:

a. Meningkatan kemampuan manajemen dan kompetensi kewirausahaan di kalangan pelaku usaha.

b. Menggali informasi, selalu mengamati pasar dan selalu berinovasi.

2. Pemerintah Daerah:

a. Peningkatan/pengamanan ketahanan pangan.

b. Mengadakan dan memberi fasilitas untuk melakukan penelitian tentang hama/penyakit ternak. Agar hama/penyakit ternak dapat diatasi

c. Perbaikan dan penambahan fasilitas sarana prasarana.

4. Analisis Gravitasi

Analisis Gravitasi digunakan untuk mengetahui wilayah mana saja yang memiliki hubungan interaksi kuat dengan Kabupaten Boyolali. Semakin besar nilai gravitasinya, maka semakin kuat pula interaksi antara wilayah 1 dengan wilayah 2. Dengan demikian semakin banyak pula perjalanan ekonomi yang terjadi sebagai konsekuensi interaksi kota-desa dalam regional (Badrudin dalam Jamzani Sodik dan Nia Septia Ardyani, 2005).